NovelToon NovelToon

LELAKI PILIHAN

Siapakah Dia?

Siapakah dia? Laki-laki yang kini tengah duduk satu ruangan dengan saya. Saya semakin gugup. Keringat dingin terus mengucur membasahi dahi saya. Juga jari jemari saya. Perasaan gugup bercampur malu dan risih. Saya memang belum pernah berdua-duaan dengan laki laki dalam satu ruangan seperti ini. Ditambah lagi saya belum mengenalnya secara pasti. Bermimpikah saya? tidak ini bukan mimpi. Laki-laki ini begitu nyata dan pasti. Dia duduk lalu berdiri. Hanya melihat ke arah saya sebentar lalu berlalu dan pergi. Tanpa mendekat dan menghampiri. Entah kemana dia? pergi begitu saja tanpa permisi. Tak ada senyum, tak ada kata, apalagi sentuhan manis di malam ini. Malam yang sangat indah dan banyak dinanti. Seperti kata orang-orang...

...****************...

"Perkenalkan, ini Mas Farid! ini loh yang kemarin Ibu ceritakan.., dengan ramah Bu Endang menarik tangan saya dan meminta saya untuk berkenalan dengan pria itu. Mendadak saya jadi grogi. Dengan malu-malu saya mengikuti. Jadi ini pria yang diceritakan Bu Endang beberapa hari yang lalu, ucap saya dalam hati. Lumayan juga sih.  Pria ini berpenampilan cukup keren dan necis. Gaya berpakaiannya cukup trendi. Dengan kemeja kotak kotak warna abu abu dan celana pantalon berwarna senada. Postur tubuhnya cukup tinggi dan terbilang atletis.  

Wajahnya sebenarnya tidak terlalu tampan. Kepalanya plontos, namun warna kulitnya begitu putih bersih, mencrang kalo istilah dalam bahasa Sunda. Persis seperti cowok- cowok model iklan yang ada di TV. Dari penampilannya sudah ditebak, bahwa pria ini pasti berasal dari kalangan menengah atas. Keliatan sekali dari pakaian dan sepatu yang dikenakannya. Pasti bermerk semua. 

"Farid, perkenalkan ini Ninis. Ninis ini satu tempat mengajar dengan Ibu. Ninis ini rajin loh orangnya. Paling betah berlama-lama di sekolah." 

"Mas Farid ini, pengacara loh.. Sudah banyak kasus yang ditanganinya...." Lanjut Bu Endang.

"Hebat dong, Mas.... " Ujar saya takjub. 

"Biasa saja kok. Jadi guru malah lebih hebat," jawabnya. Bu Endang menceritakan kalau sosok putih mencrang berkepala plontos ini adalah anak sahabatnya sekaligus juga muridnya waktu SD dulu. Mamanya Si Putih Mencrang berkepala plontos ini adalah sahabat Bu Endang sejak kecil. Dari mamanya pula akhirnya Bu Endang bersedia mengenalkan dia pada saya. 

Kok bisa pada saya? saya juga tidak tahu kenapa. Bu Endang tidak salah nih mengenalkan Si Putih Mencrang pada saya? ini mah terlalu sempurna buat saya. Ujung- ujungnya malah saya yang tambah minder. Saya takut nanti dibilang terlalu kepedean, gak ngaca, atau bla bla bla yang lainnya. Saya mah apa atuh. Harus tau diri. 

Dari penampilanmya saja sudah keliatan banget kalo Si Putih Mencrang berkepala plontos alias Mas Farid pasti dari kalangan berada. Sedangkan saya? 

Well, kalau dari segi ketampanan sih biasa saja kalau menurut saya. Ganteng itu kan relatif. Jujur, saya kurang suka laki laki yang warna kulitnya terlalu putih seperti ini. Saya lebih suka pria yang berkulit sawo matang tepatnya yang tipe tipe brown sweet gitu. Lebih eksotis. Manis-manis kecoklatan, hmmmm.... 

Sedangkan yang ini nih, yang ada di depan saya persis, sepertinya jauh dari kata manis. Terlalu cool. Tipe yang sedikit bicara. Upps, kok jadi kepedean begini ya saya, hehehe. Belum tentu juga dia mau sama saya. Kok bisa- bisanya saya terlalu sok menilai fisiknya. Ah, biarin saja. Cuma menilai di dalam hati kok. Apa salahnya? bebas bebas saja kan.

Bersambung.

Mohon like, vote dan komentarnya ya Guys! Matursuwun....

Perkenalan Pertama

"Farid itu duda. Baru cerai dua tahun lalu. Rumah tangganya hanya bertahan 5 tahun 7 bulan. Mantan istrinya dulu model. Mereka cerai karena istrinya gak mau nurut. Farid ingin istrinya mengurangi aktivitas. Sudah dimodali untuk buka butik, tapi masih saja terima tawaran untuk jadi model iklan. Kadang sering promosi sampai ke luar kota. Ninggalin suaminya sampai berhari-hari. Sudah diingatkan berkali-kali tapi masih saja keras kepala, dan akhirnya malah menggugat cerai suaminya... " Sambil membereskan lembaran lembaran kertas, Bu Endang bercerita.

Saat itu jam sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore. Dan saya masih di sekolah menemani Bu Endang. Membantunya mengumpulkan berkas-berkas laporan dan meminta saya untuk mengetiknya. 

Saya masih terdiam. Kadang sesekali mengangguk-angguk sambil mendengarkan cerita Bu Endang tentang pria itu. 

" Mbak Ninis kok diem aja sih. Cuma oh, ham, hem, ham, hem... Menurut Mbak Ninis sendiri gimana? Suka enggak dikenalkan sama Mas Farid? beruntung loh kalau bisa dapetin dia. Dia sudah sangat mapan. Kariernya sebagai pengacara juga bagus. Istrinya saja yang dulu tidak bersyukur. Ya wajar kan, kalau suami minta diurusi? padahal Farid itu kalau sudah sayang.. Uuh luar biasa sayangnya.. Dia itu anaknya baik, pinter lagi. Dia cuma ingin istrinya bisa memahami dia. Sebagai laki laki wajar kan,  dia ingin istrinya lebih punya banyak waktu untuk dia, bisa menemani dia sarapan, bisa menjadi tempat dia untuk bercerita, apalagi dia juga sudah ingin punya anak..."

"Iya Bu. Hanya itu yang keluar dari mulut saya. Tapi Mas Farid itu  yang terlalu tinggi buat saya. Saya malah jadi minder. Saya ini kan cuma guru SD, penampilan saya juga begini begini aja. Gak ada menarik nariknya Bu. Bisa langsung turun badai Tornado kali Bu, kalau dia sampai mau sama saya..."

"Bu Endang tertawa keras, "kamu ini lucu juga ya... Hahaha... Udah kamu tenang aja! biar Ibu yang atur..." Mamanya Farid itu sahabat Ibu sejak kecil. Kami berdua sama-sama tinggal di komplek Brimob. Bisa dibilang kami sudah seperti saudara. Kemana-mana selalu bersama. Setelah masing-masing dari kami menikah, kami terpisah. Baru ketemu lagi setelah Farid kelas 5 SD dan bersekolah di SD  tempat Ibu mengajar. Saat itu mereka baru pindah dari Papua. Ayahnya Mas Farid dulu mantan Kapolsek di Papua lalu pindah tugas ke Jakarta."

" Jadi ya begitulah ceritanya, Nis. Syukur-syukur kalian bisa nge klik. Mamanya sudah wanti wanti sama Ibu untuk membantu mencarikan calon istri buat Mas Farid. Mamanya cuma pengen Farid itu ada yang ngurusin. Mamanya sudah sering sakit- sakitan.. "

Saya kembali mengangguk. Hey, kepedean amat ni kepala sampe ngangguk-ngangguk segala. Belum tentu dia mau sama saya. Ngaca Nis, ngaca, bisik hati saya. Eh, tapi kan tidak ada yang tidak mungkin. 

Dan kemungkinan ternyata benar-benar terjadi. Saya merasa seperti berada di alam mimpi. Laki laki berkulit putih mencrang berkepala plontos itu akhirnya melamar saya. Hanya sebulan kami melewati proses taaruf atau perkenalan. Saling bertukar biodata, bercerita singkat di WA, dan bertemu untuk yang ketiga kalinya di rumah Bu Endang.

Tidak ada alasan bagi saya saat itu untuk menolak lamarannya. Usia saya sudah di atas 30. Sudah sangat pantas untuk menikah. Bahkan adik saya  sudah menikah dan masing masing sudah punya dua anak. Kelihatannya Si Kepala Plontos ini juga pria yang baik dan bertanggung jawab. Dia juga sangat sopan sama orangtua saya.

Bismillah, semoga laki laki ini kelak akan menjadi pelabuhan terakhir saya. Saya sudah capek berkali-kali dibikin kecewa dan dipermainkan oleh beberapa pria .. Ada yang dulu sudah serius dan bertemu orangtua saya tapi ujung ujungnya hanya bisa menyakiti. Ada juga yang sudah mengajak saya taaruf lalu mendadak batal karena kaget melihat kondisi rumah saya yang jelek..Ada juga yang mengaku bujang padahal sudah punya anak istri. Alhamdulillah Ya Allah.. Doa saya akhirnya terjawab. Saya sangat berterima kasih pada Bu Endang. 

Pesta pernikahan digelar secara khikmat dan sederhana. Tanpa mengundang banyak orang. Tak ada iring iringan lagu atau hiburan yang meriah. Sesuai dengan keinginan saya. Dari dulu Saya selalu memimpikan pernikahan yang sederhana. Tidak ribet. Rasanya tidak nyaman saja kalau harus tampil dalam balutan makeup tebal lalu dipajang berjam-jam.. Dan laki laki yang melamar saya juga setuju. Katanya dia trauma dengan pesta pernikahan.

Pernikahan pertamanya yang digelar secara meriah hanya bertahan selama lima tahun saja. Jadilah kami berdua pasangan yang tidak ribet. Prosesi pernikahan berjalan mulus. Saya masih tidak percaya. Semua ini terjadi begitu cepat. Perkenalan, lamaran dan kini pernikahan. Astaga...sampai detik ini, saya masih tidak percaya. Laki laki berpenampilan keren nan flamboyan itu kini menjadi imam saya. Benar- benar seperti mimpi. Prosesi astaga yang akan menggiring saya pada astaga-astaga yang berikutnya. Serba mengejutkan. 

Mohon like, vote dan komentarnya ya Guys! Matursuwun....

Bersambung.

Bu Endang

Saya mengenalnya tujuh tahun yang lalu dari Bibi saya yang juga seorang guru. 

Dra.Raden Roro Sri Endang Koes Hetmanti, M.Pd, merupakan Sosok wanita Jawa yang lembut dan bijak.  Saat itu saya baru saja kehilangan pekerjaan. Pabrik tempat saya bekerja mendadak bangkrut. Terjadi PHK besar-besaran.

Kondisi menganggur membuat saya stres sampai akhirnya Bibi yang saat itu akan memasuki masa pensiun  menawari saya pekerjaan di SD tempatnya mengajar. Di situ lah awal perkenalan saya dengan Bu Endang. Sosok yang membuat saya kagum dengan sikap ramahnya.

Terlahir dari ayah yang seorang Polisi dan ibu seorang Bidan, Bu Endang kecil bercita-cita menjadi polisi seperti ayahnya. Namun, takdir menggiringnya menjadi seorang guru.  Bertahun tahun mengabdi sebagai guru lalu menjadi kepala sekolah.

Saya juga tidak menyangka bisa sedekat ini dengan Bu Endang. Tugas saya awalnya hanya membantu di bagian Tata Usaha lalu merangkap sebagai operator. Dan kemudian Bu Endang meminta saya untuk mengajar di kelas 2, setelah saya menyelesaikan kuliah PGSD saya, yang itu juga atas bantuan beliau.

Beliau mendorong saya untuk melanjutkan kuliah saat itu. Saat saya bilang tidak ada dana, beliau dengan sukarela membantu saya dari segi finansial, mencarikan kampus untuk saya bisa kuliah, hingga memberikan buku buku untuk saya belajar. Saya sangat berhutang pada kebaikan hatinya. 

Bu Endang sering meminta saya membantu mengerjakan laporan-laporan. Tentu saja dengan senang hati saya selalu membantunya. Lagi lagi, sikapnya yang pengayom membuat saya nyaman. Sering juga saya diminta menemani beliau ketika akan bepergian ke suatu tempat. Banyak rekan-rekan yang heran dengan kedekatan saya dengan Bu Endang.

Beberapa di antaranya juga banyak yang sinis. Mengapa saya yang terhitung masih pegawai baru di sekolah itu sudah bisa sedekat itu dengan Bu Endang. Menjadi asistennya. Menemani kemana pun beliau pergi. Bahkan beberapa kali sempat diminta menginap di rumahnya untuk bantu-bantu saat beliau sedang mengadakan acara. 

Ah, masa bodoh. Seperti yang Bu Endang sering bilang, jangan dipedulikan. Orang-orang yang berpikiran negatif pasti menganggap saya penjilat atau apalah. Sementara orang-orang yang berpikiran positif pasti akan berpikiran wajar kalau Bu Endang sering minta ditemani saya. Pertama, karena saya perempuan. Jika saya laki-laki pasti akan menimbulkan fitnah. Yang kedua saya masih single. Belum ada suami dan anak yang akan keberatan jika saya pulang telat. Dan di sekolah ini, hanya tinggal saya yang masih single. 

Bu Endang memiliki dua anak. Dua duanya sudah berkeluarga. Yang pertama perempuan berprofesi sebagai Dokter Gigi dan tinggal di Semarang mengikuti suaminya yang bertugas di sana sebagai anggota TNI. Yang kedua laki-laki berprofesi sebagai pegawai pajak dan ditugaskan di Balikpapan. Bu Endang yang sebentar lagi akan memasuki masa pensiun hanya tinggal berdua dengan suaminya. Suaminya merupakan perwira Angkatan Laut yang juga sudah memasuki masa pensiun. 

Rumah Bu Endang hanya akan ramai jika pas cuti lebaran saja. Karena pada saat itu, putra putrinya akan datang berkunjung dan menghabiskan liburan di rumahnya. Sama seperti ibunya, kedua putra-putrinya juga memiliki sikap ramah dan friendly kepada siapa saja. Termasuk pada saya. Mereka juga turut senang mendengar kabar pernikahan saya dengan Mas Farid. Meskipun tidak bisa datang menghadiri, ucapan selamat dan hadiah pernikahan mereka kirimkan untuk saya. Saya sangat terharu. 

Dan keharuan di hari sakral itu bertambah -tambah ketika saya mencium tangan Bu Endang dengan air mata yang tumpah. Bu Endang dan suaminya saat itu menjadi saksi pernikahan saya. Beliau memeluk dan mencium kening saya. Lagi-lagi saya sangat berterima kasih pada wanita ini. Sangat bersyukur bisa dipertemukan dengan sosok yang sangat baik dan tulus seperti beliau. Sosok yang sudah begitu banyak membantu saya. Termasuk dalam urusan jodoh.

Bersambung.

Mohon like, vote dan komentarnya ya Guys! Matursuwun....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!