"Aku muak dengan mu Tisha"kata yang begitu menyakiti hati terlontar dengan mudahnya dari mulut seorang Pria bernama Ardan Brama Hendra seorang CEO berumur 30 tahun yang masih terlihat berkharisma dan gagah namun tampilan nya bertolak belakang dengan sifatnya yang dingin dan suka mengeluarkan kata-kata kasar.
"Kenapa Mas Ardan baru pulang kok udah marah-marah"Tisha mencoba melembutkan suaranya agar suaminya bisa meredam amarahnya.
Ardan tersenyum mengejek " jangan pura-pura bodoh!!!!!,kenapa kau belum menandatangani surat perceraian yang ku kirimkan padamu"Ardan mencekik leher Tisha,ia sudah terbiasa berbuat kasar pada istrinya bahkan tak segan memukulnya bila Tisha mencoba melawan.
Tisha meringis sakit saat lehernya setengah tercekik "Mas,lepasin sakit"Tisha memohon pada suaminya air mata akhirnya mengalir deras dipipinya.
"Cih,,,,air mata Sandiwara,kalau kau gak mau tersiksa terus cepat tanda tanganin surat perceraian itu"Ardan mendorong kasar tubuh Tisha kelantai
Tisha memegangi perutnya tidak mau terjadi apa-apa pada janinnya.Suaminya belum mengetahui bahwa ia sekarang sedang mengandung.Tisha baru ingin memberitahunya saat suaminya pulang sekarang hasil tespeck masih tersimpan dikantongnya namun keadaan membuat ia mengurungkan niatnya untuk memberitahu Ardan yang terlihat penuh amarah.
"Tisha bangun"menendang kaki istrinya kuat
"Mas ampuninTisha"Suara rintihan kesakitan akibat tendangan yang Ardan berikan padanya.
Ardan tetaplah pria Kejam baginya tangisan Tisha hanya bersandiwara saja.
"Cepat ambil surat itu"teriak Ardan menggema di ruangan
"Mas kita gak bisa bercerai"ucap Tisha lemah
"Apa maksud kamu kita gak bisa bercerai,jangan bilang alasan seperti kemaren kamu gak mau kehilanganku,hahahahaha lebih tepatnya kamu mengincar hartaku kan"Ardan kembali menjambak rambut Tisha
Belum sempat Tisha menjawab ia keburu pingsan dan kehilangan kesadaran.
"Drama apa lagi ini Tisha"Ardan menggoncang Tubuh istrinya yang tetap tak bergeming
"Bi,,,,,!!!!!!!"teriak Ardan membuat Bi Tuti pelayan yang sudah bekerja lama dirumah mereka segera keluar dari persembunyiannya.Dia merasa kasihan pada Tisha namun tak bisa berbuat banyak saat Tuan Ardan menyiksanya.
"Ada apa Tuan,"Sahut Bi Tuti dengan perasaan takut
"Urus Wanita ini"menunjuk Tisha yang lemah tak sadarkan diri.
"Astagfirullah apa yang terjadi pada Nona Tisha Tuan"Bi Tuti histeris melihat Tubuh Tisha yang tertelungkup dilantai.
"Dia belum mati Bi,cepat bawa dia dari hadapanku"Masih dengan wajah penuh amarah tanpa bertanya lagi Bi Tuti mengangkat Tubuh Tisha walau sedikit kesusahan Bu Tuti tetap membopong Tubuh Tisha kekamar nya.
"Wanita sialan,pake acara pingsan"Kutuk Ardan kesal
"Non Tisha sadar lah"Bi Tuti mencoba menyadarkan Tisha yang masih memejamkan matanya.
Dengan berat Tisha membuka matanya pandangannya masih samar dan kepalanya sangat pusing.
''Kalo masih sakit jangan dipaksa Non"Bi Tuti khawatir soalnya wajah Tisha terlihat pucat.
''Aku kenapa Bi"
"Nona Pingsan,mungkin Non Tisha belum makan ya"Tanya Bi Tuti
Tisha teringat suaminya "Mas Ardan kemana ya Bi"
"Aku disini,,,!!!!!!"Suara nyaring dari pintu kamar Tisha
Bi Tuti merinding dan ketakutan mendengar suara Ardan.
"Bagus kalo sudah sadar,Bi keluar lah"perintah Ardan dan dengan cepat Bi Tuti meninggalkan Kamar Tisha.
Tanpa menunggu Ardan membanting pintu kamar dan mendekat kearah Tisha yang masih berbaring.
"Ya tuhan,semoga Nona Tisha gak disakiti lagi"Doa Bi Tuti saat belum jauh melangkah dari kamar Tisha.ia sudah sering melihat Tuan Ardan menyiksa istrinya.
"Mas,,,,"suara serak dan tercekat di tenggorokan saat Tisha melihat suaminya mendekatinya
"sepertinya kamu sengaja pingsan untuk bermain-main denganku ya"Mata Ardan menampakan kilatan perang
"Mas ambilkan air aku haus,,,"Lirih Tisha
"Siapa yang kamu suruh mengambilkan air hah"Ardan semakin kesal saat mendengar Tisha meminta pertolongannya.
Namun ia tetap mengambil air di atas nakas tak jauh dari tempat Ardan berdiri.
Tisha sudah siap mengambil gelas ditangan Ardan.
"blurrrrrrrrrrr"Ardan menyiramkan air gelas ke wajah Tisha.
"Uhukkkk,uhukkkkkk",Tisha tersedak dan hampir kehabisan nafasnya
Dan dengan cepat Ardan mencengkram baju Tisha keras menarik nya paksa untuk berdiri.
"Mas apa salahku,Hingga kamu tega menyiksaku"Tangis Tisha tersedu-sedu bukan nya kasihan Ardan semakin gila ingin menyakiti Tisha.
"Kamu bodoh apa sinting,Aku hanya menyuruhmu menandatangani surat perceraian kita,kenapa kamu mempersulit ku!!!!"Suara Ardan masih terdengar keras
Mencoba mengumpulkan kekuatan Tisha memberanikan untuk berkata Jujur "Mas,,Tisha hamil"Mendengar kata hamil membuat Hati Ardan terasa runtuh.namun tetap tidak kehabisan akal untuk memojokkan istrinya.
"Wanita licik,jangan menggunakan hamil bohonganmu untuk menipuku"Tangan Ardan mengepal geram
"Tisha gak bohong mas"Merongoh kantong bajunya dan mengambil hasil tespeck yang ia gunakan tadi pagi.
Ardan melihat tespeck itu dengan senyum seringai jahat "Apa kamu yakin dia adalah anakku"
"Maksud mas"Tisha merasa kecewa
''Bisa saja kamu berselingkuh dibelakang ku "tuduhnya pada istrinya bisa saja Tisha melakukannya dengan orang lain menyamakan seperti dirinya yang berselingkuh dibelakang Tisha.
"Tega kamu Mas,aku tak pernah mengkhianatimu sampai detik ini"suara Tisha terdengar pilu.
"Aku gak mau mendengar pembelaanmu,gugur kan saja anak haram itu"
Mata Tisha membulat sempurna mendengar ucapan Ardan yang sudah keluar kendali.
"Aku gak mau"Tisha mulai berani menentang Ardan
"Plakkkkkkk"Tamparan keras mendarat mulus dipipi Tisha.darah segar keluar dari sudut bibirnya.
"Aku gak peduli bagaimanapun caranya kita harus secepatnya bercerai,jangan jadikan alasan janin didalam kandunganmu untuk menunda perceraian kita".suara Ardan kembali keras
"Permohonan cerai gak akan dikabulkan Mas,Tunggulah sampai anak kita lahir,aku rela kamu ceraikan mas"Tisha memegang dadanya yang terasa sesak memikirkan kelak anaknya akan kehilangan sosok Ayahnya.
"Jangan Mengakui kalau kamu hamil,Mudahkan"Ardan memberi Saran
"Pilih menandatangani surat cerai itu atau aku akan memaksa mengeluarkan anak mu dari dalam perutmu".Ancam Ardan dan membuat Tisha tidak bisa menunda lagi perceraiannya.
"Ya tuhan ada Manusia sejahat dan tak mempunyai hati nurani seperti mas Ardan"rintih Tisha didalam hatinya.
"Cepat ambil keputusan Tisha,atau aku akan menyeretmu dan mendorongmu dari atas Balkon ini"
"Mas ingin membunuh aku dan anakmu"
"arghhhhhhh cerewet sekali kamu Tisha"Bersiap memberi tamparan lagi namun dengan cepat Tisha menghalang dengan tangannya.
"Baiklah mas,aku akan menandatangani surat cerai kita"Dengan Putus asa Tisha mengambil surat dalam nakas.dan segera menandatangani surat cerainya.
"Nah,,coba Tidak perlu ada drama,kamu tidak mungkin mengalami pukulan dariku".Ardan dengan cepat mengambil surat ditangan Tisha dan meninggalkan Tisha begitu saja.
"Mas,,,,"Tisha menangis histeris membuat Bi Tuti berlari menemui Tisha.
"Non Tisha"Bi Tuti memeluk Tisha merasa sedih melihat bibit Tisha yang masih berdarah dan pipi lebam akibat tamparan kuat dari suaminya.
"Non Tisha makan ya,Bibi udah masakin makanan kesukaan Non Tisha"Bi Tuti tak bisa membendung air matanya lagi melihat keadaan Tisha yang sangat memprihatinkan.
"Tisha gak lapar Bi"Dengan suara pelan Tisha menjawab rasa sakit disudut bibir dan pipinya membuatnya sedikit kesusahan berbicara
"Non Tisha belum makan sejak pagi,Bukan kah calon bayi nya butuh nutrisi"Mendengar Bi Tuti menyebutkan bayi air mata Tisha mengalir deras lagi.
"Apa salah Tisha Bi,sehingga suamiku tega menyakitiku "rintihan pilu Tisha membuat siapa saja yang mendengarnya akan merasakan kesedihan yang mendalam.
Bibi memeluk Tisha mencoba memberi kekuatan pada wanita yang kini sudah menginjak usia 25 tahun itu.
tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi Tisha harus menjalani kehidupan berumah tangga yang jauh dari kata bahagia.Siksaan demi siksaan ia terima dengan ketegaran hatinya.ia baru merasa tenang saat suaminya pergi keluar negeri dalam waktu yang lama.
Hubungan suami istri tetap mereka lakukan namun tak bisa dibayangkan seperti apa Ardan memperlakukan Tisha saat menyetubuhi istrinya.ditambah Ardan selalu meminta saat keadaan mabuk.
"Bi Tuti mau obatin Non Tisha ya",Bi tuti berdiri dan mengambil Kotak P3K.dan membuka nya perlahan Bi Tuti membersihkan sisa darah disudut bibir Tisha.
"Bi Tuti udah Tisha anggap seperti keluarga sendiri,Rasanya berat bila sewaktu nanti kita akan berpisah Bi"Tisha harus meninggalkan rumah Ardan saat ini setelah resmi bercerai.
"Non Tisha mau pergi kemana,Bi Tuti ikut"
ucap bi Tuti dan masih terus membersihkan luka pada Tisha dan mengompres lebam dipipi Tisha
"Entahlah Bi,Tisha sudah gak memiliki keluarga lagi,mungkin panti adalah tempat tujuan Tisha sementara"Pikiran Tisha melayang jauh ia pasti sangat merepotkan apalagi dalam keadaanya sekarang tengah hamil.
"Bi Tuti ikut ya''
"Bibi tetap disini,jaga mas Ardan kesehatannya, sedikit menurun beberapa bulan ini"Tisha masih mengkhawatirkan suami nya karena sering mengkonsumsi alkohol.
"Tapi kesehatan Nona lebih penting"Protes Bi Tuti
"Aku gak punya uang banyak Bi,tempat tinggal pun masih aku pertimbangkan".
"Bibi gak perlu digaji Non Tisha,kita cari rezeki nya sama-sama,Bibi bisa jadi buruh cuci atau bekerja diwarung makan buat memenuhi kebutuhan kita nanti"tekad Bi Tuti.
Tisha merasa terharu melihat ketulusan hati Bi Tuti untuknya."Tisha sangat bersyukur bisa mengenal Bi Tuti"Dengan sisa kekuatannya memeluk erat wanita yang sudah paruh baya itu.namun Tisha tepat gak mau membawa Bi Tuti hidup susah bersamanya.
"Sekarang Non Tisha dengerin Bi Tuti ya,harus mau makan demi calon bayi diperut Non Tisha''.Bibi mengingatkan Tisha
Tisha mengangguk setuju dan Bibi segera kedapur mengambil makanan yang sudah ia siapkan.
"Bibi suapin ya Non"Bi Tuti melihat tangan Tisha gemetar saat memegang sendok"tenaga Tisha sudah terkuras habis
sekali lagi Tisha mengangguk setuju.perlahan Tisha memasukan makanan hingga akhirnya habis.
Masakan Bi Tuti selalu enak,Tisha akan merindukan Rasa masakan Bi Tuti kelak saat ia sudah tak lagi tinggal dirumah Ardan.
"Sekarang Non Tisha istirahat ya,Bibi mau membersihkan dapur dan menyiapkan Makan siang buat Tuan Ardan takut dia tiba-tiba pulang".
"Biar aku yang masak buat mas Ardan bi"Tisha mencoba berdiri dari tidurnya.
"Non Tisha masih lemah saat ini,bibi gak mau terjadi hal buruk pada Non Tisha.
"Untuk terakhir kali bi,aku ingin memasak untuknya,dan seperti biasa jangan sampai mas Ardan tau aku yang memasak nya,melihat ia lahap memakan masakan ku ada kebahagian tersendiri bi".Tisha selalu melayani suaminya dengan ikhlas
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!