NovelToon NovelToon

[DISCONTINUE]If You Hate Me So

Chapter - 1

Kedua mata itu akhirnya terbuka. Mengerjap pelan guna menyesuaikan dengan cahaya lampu yang terang. Setelah nyawanya terkumpul semua, wanita itu perlahan bangkit dari acara tidurnya.

Ia menggaruk rambut panjangnya yang terurai acak-acakan, khas orang baru bangun tidur. Gadis itu menoleh untuk sekedar melihat benda bulat di dinding yang menunjukkan waktu pukul 7 pagi.

Ia menghela nafas panjang sebelum akhirnya memaksakan senyumnya. Senyum yang begitu manis namun menyimpan banyak makna.

"Ok Grisha! Hari ini pun harus semangat! Jangan sedih!" Seru nya menyemangati diri sendiri.

Gadis yang bernama Grisha itu lantas tersenyum sebelum melesat ke kamar mandi. Banyak hal yang harus ia lakukan dipagi hari. Walaupun setiap yang ia lakukan akan berakhir sia-sia dimata orang itu.

Namun ia tetap harus melakukannya karena mau bagaimanapun, itu memanglah tugasnya.

_____________________0o0_____________________

Grisha melangkahkan kakinya menuju sebuah kamar yang masih tertutup rapat. Ia menyentuh permukaan pintu itu, wajahnya menyiratkan banyak hal yang tak dapat disampaikan. Meski berat dan tau pasti apa yang akan terjadi kedepannya, ia tetap mengetuk pintu itu.

"Xeno...apa kau sudah bangun?" Serunya dibalik pintu. Namun hening, tak ada balasan apapun dari dalam sana. Mengetahui hal itu, ia pun kembali mengetuk pintu dan sedikit mengeraskan suaranya.

"Xeno, bangunlah. Kau harus bekerja, nanti bisa terlambat." Seru nya, namun lagi-lagi hanya keheningan yang ia dapat. Tak ada balasan ataupun suara lain di balik kamar itu.

Karena cemas, ia pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam. Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah gundukan selimut yang bergelung di atas ranjang. Ah, orang itu masih tidur rupanya.

Grisha tersenyum kecil, merasa gemas melihat gundukan besar itu. Ya, walaupun seseorang dibalik gundukan itu tidak se-menggemaskan itu nyatanya.

Grisha berjalan mendekat lalu sedikit menggoyangkan bahu orang itu untuk membangunkannya. "Xeno...ayo bangun, kau harus bekerja." Lirih Grisha pada pria yang masih bergelung dibalik selimut tebalnya yang hangat.

Pria yang dipanggil Xeno itu menggeliat kecil dan bergumam dengan ketus, "Jangan ganggu aku! Pergilah!"

Grisha masih setia berdiri ditempatnya, sudah terbiasa dengan segala sikap sinis dari pria itu. Bahkan saat dalam keadaan masih mengantuk pun lelaki itu tetap berteriak padanya.

Grisha tersenyum, "Nanti kau bisa terlambat, sudah tugasku sebagai istrimu untuk membantumu. Ayo bangun, aku akan buatkan kopi--"

"DIAM!!"

Grisha tersentak saat Xeno tiba-tiba membentaknya. Wajah tegas sang suami membuatnya menelan ludah.

Suaminya itu masih terbaring dengan badan telungkup. Kepalanya menoleh kearahnya dengan tatapan tajam dan alis yang menukik, tanda bahwa pria itu mulai marah.

"Aku tak peduli jika kau istriku atau bukan, yang pasti aku tidak minta di urus olehmu! Pergilah! Jangan ganggu urusanku!"

Buk!

Grisha mundur beberapa langkah kebalakang saat Xeno tiba-tiba melempar bantal ke arahnya, yang sangat disayangkan mengenai tepat ke wajahnya.

Grisha hanya bisa menunduk, wajahnya memerah antara menahan tangis dan sakit. Tapi rasa sakit itu tak sebanding dengan rasa sakit dihatinya.

Bibirnya bergetar, mencoba menahan rasa sakit yang mulai menjalar dihatinya. Kemudian ia menunduk, guna mengambil bantal yang dilempar suaminya tadi, menepuknya sebentar untuk membersihkan debu yang menempel sebelum akhirnya menyimpannya dengan pelan di ujung ranjang besar itu.

"Maafkan aku..."lirih Grisha seraya menunduk.

"Ck, mengganggu saja!" Xeno hanya berdecak sebal lalu kembali bergelung dibalik selimut, melanjutkan acara tidurnya yang sempat terganggu.

Grisha beranjak keluar, kembali masuk ke kamarnya. Ia duduk ditepian ranjang, menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Berharap tarikan nafas itu dapat sedikit menenangkan hatinya yang terus berdenyut nyeri sejak tadi, ah tidak. Mungkin sejak pertama kali mereka bertemu, rasa sakit itu mulai bersarang dihatinya.

Ia menarik laci kecil disamping tempat tidurnya lalu mengambil sebuah buku note kecil. Ia membuka halaman tengah, dimana ada sebuah foto berukuran kecil yang sengaja ia selipkan disana. Disembunyikan dan tak ada siapapun yang tau.

Ia tersenyum kecil melihat foto itu, yang mana adalah foto pernikahannya sendiri dua bulan yang lalu. Foto yang penuh kepalsuan dibaliknya.

Ia mengusap wajah lelaki yang tak lain adalah Xeno yang sedang merangkul pinggangnya dengan mesra. Bahkan senyumannya sangat cerah dan menyiratkan kebahagiaan. Tak ada akan ada yang curiga bahwa senyum itu adalah palsu.

Ia masih ingat jelas saat Xeno menciumnya, bahkan hanya ditepi bibir dan itupun tidak sepenuhnya menyentuh kulitnya alias hanya mengambang. Bahkan kata-katanya masih teringat jelas dikepalanya.

"Jangan anggap dengan ini aku sudah menerimamu sepenuhnya, ini hanya pencitraan saja. Jangan terlalu percaya diri."

Meskipun begitu Grisha tetap menganggapnya bahwa lelaki itu benar-benar suaminya. Pria yang bahkan tak pernah menganggap keberadaaanya, dan mengabaikan segala bentuk perhatiannya.

Bodohnya, Grisha jatuh cinta pada lelaki itu. Ya, Grisha mencintainya. Sangat...

Gadis itu tersenyum, namun ada bulir air mata yang ikut serta membingkai wajahnya. "Ya, aku memang bodoh. Bisa-bisanya mencintai pria yang bahkan tak pernah menganggapku ada dan membenci keberadaanku. Hah~ mungkin aku sudah gila."

Grisha segera menyimpan foto itu kembali dan menghapus air matanya. Ia tak boleh bermalas-masalan. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus ia kerjakan sendiri di rumah yang cukup besar ini.

Ia kembali tersenyum, lalu beranjak keluar dan menuruni tangga untuk sampai ke dapur.

Memang, kamarnya berada di lantai atas untuk sebuah alasan, dan kamar Xeno berada dibawah tepat di dekat dapur. Namun ia tak keberatan meski harus naik-turun tangga, apapun ia lakukan demi membuat Xeno nyaman. Ya, dia memang sudah gila.

Ia mengikat rambutnya lalu mulai memakai apron berwarna peach kesukaannya. Ia membuka kulkas yang berukuran besar dihadapannya. Ia terkejut karena ternyata isi kulkas itu hampir habis. Hanya tersisa beberapa butir telur dan sayuran serta susu kotak yang sepertinya sudah basi.

"Astaga, aku lupa belanja mingguan. Sepertinya aku harus belanja..."

Karena hanya ada telur dan beberapa sayuran seperti kol dan wortel, ia memutuskan untuk membuat nasi goreng.

Ia mulai berkutat dengan dapurnya, sesekali bersenandung ringan dengan lembut. Ah, manisnya suasana pagi hari di rumah itu. Andai jika adanya cinta dihubungan mereka...

Ia menyimpan dua piring nasi goreng dimeja, tak lupa dengan kopi hitam kesukaan suaminya. Setelah memastikan semuanya siap, ia duduk di meja makan, menunggu suaminya itu keluar dari kamarnya.

Grisha menelungkupkan kepalanya diatas meja makan dengan posisi menghadap ke arah kamar Xeno. Pintu kamar yang berwarna hitam itu masih setia tertutup, seakan tak ada tanda-tanda sang penghuni akan keluar dari kamarnya.

"Apakah Xeno masih tidur? Apa perlu kubangunkan lagi?" Gumamnya khawatir.

Tak lama kemudian pintu itu terbuka, menampilkan Xeno dengan penampilan sudah rapi namun tampak terburu-buru langsung melesat ke pintu utama.

"Xeno! Kau sudah ingin pergi? Makan dulu sarapanmu." Seru Grisha seraya berjalan mendekati suaminya yang tengah memakai sepatu dengan terburu-buru.

"Tak usah pedulikan aku!" Serunyu tanpa menoleh sedikitpun. Kini ia tengah sibuk memakai jas kerjanya.

"Setidaknya minum dulu kopi--"

"Berhentilah pura-pura perhatian padaku! Sudah kubilang aku tidak butuh diurus olehmu! Kenapa kau tidak mengerti juga?!"

Grisha kembali mundur saat Xeno membentaknya. Ia hanya diam saat lelaki itu mulai membuka pintu dan meleos pergi.

Grisha segera pergi menuju jendela, mengintip kecil guna melihat kepergian suaminya.

Xeno berjalan dengan terburu-buru menuju mobil hitamnya. Ia menatap rumahnya sebentar sebelum akhirnya masuk kedalam mobil dan melenggang pergi.

Grisha tersenyum sendu, "Kapan aku bisa mengantarmu sampai kedepan rumah...Xeno."

Impiannya sangat mudah. Ia hanya ingin diakui sebagai istrinya, tapi kenapa sangat sulit diraih?

Chapter - 2

Xeno memakirkan mobil sportnya di lobi khusus petinggi perusahaan. Namun sebelum keluar, ia memastikan penampilannya terlebih dahulu. Rambut hitamnya sedikit berantakan karena disisir dengan terburu-buru. Kemeja bagian atasnya juga lupa dikancingkan.

Padahal ia seorang pimpinan alias CEO, akan jatuh harga dirinya jika para karyawannya melihat keadaannya yang berantakan.

"Wanita itu benar-benar merepotkan..."gumamnya seraya menyisir rambutnya kebelakang menggunakan sela jari-jarinya. Ia melihat pantulan wajahnya di kaca spion, kantung matanya tambah menghitam, bukti nyata bahwa ia kurang tidur belakangan ini.

Banyak sekali pikiran akhir-akhir ini, hal itu membuatnya stres sampai-sampai sulit tidur.

Ia menghela nafas panjang sebelum akhirnya keluar dari mobilnya. Seberapa keras pun ia mengeluh tentang hidupnya saat ini, kenyataan tidak bisa berubah bahwa kini ia resmi menjadi seorang suami dari seorang wanita yang sangat dibencinya.

....

Xeno memijit pelipisnya perlahan, pening mulai menyerang kepalanya. Ia melirik jam di meja kerjanya, masih menunjukkan pukul 6 sore. Ya, waktu terasa berjalan begitu cepat, lebih tepatnya ia yang terlalu memaksakan diri untuk bekerja.

Ia bukan seorang workaholic, hanya saja sekarang ia lebih suka menghabiskan waktunya untuk berkerja untuk sekedar pengalih perhatiannya. Karena jika ia bengong sedikit saja, ia akan teringat wanita itu yang tak lain adalah Grisha.

"Ck, hidupku yang nyaman seketika berubah karena gadis sialan itu. Lagipula siapa juga yang ingin menikah? Sialan, aku tak punya pilihan saat itu..."gumamnya seraya menggigit pelan kuku ibu jarinya.

Pekerjaannya sudah rampung semua. Sekarang ia bingung ingin melakukan apa. Mau pulang, tapi malas. Akhirnya ia memutuskan untuk bermain game.

Ceklek

Pintu ruangannya terbuka, menampilkan sosok pria dengan tinggi standar tengah membawa beberapa berkas ditangannya.

"Oi Xeno, tolong tanda tangani ini." Ujarnya seraya meletakkan tumpukan berkas itu diatas meja sang atasan.

Xeno meliriknya sesaat, "Oh Jean. Simpan saja disitu, nanti aku periksa." Ucapnya.

Sosok Jean, yang tak lain adalah Sekretarisnya menatap sang atasan dengan ekspresi datar. "Akhir-akhir ini kau bekerja sangat rajin, aku sampai kaget. Aku kira kau kerasukan."

Xeno tertawa, "Memang apa salahnya jika bos mu yang tampan ini jadi rajin bekerja? Harusnya kau senang karena pekerjaanmu sedikit ringan sekarang."

Jean memasang wajah horor, " Seperti bukan kau saja. Kemana perginya bos idiot tukang main game yang ku kenal?"

Xeno tertawa lagi, "Tidak kemana-mana, ini bos mu yang tercinta sedang main game! Bilang saja kau rindu padaku ya kan ya kan?"

Inilah sifat Xeno jika bersama orang terdekatnya. Ia sangat ceria dan suka tertawa. Berbeda jauh bila bersama sang istri. Dia akan berubah 180 derajat, menjadi pria kejam yang hobi membentak.

Cling

Ponsel Xeno berbunyi, tanda pesan masuk.

From : Kambing Hitam Gblk

Kau ingin makan malam dirumah atau diluar?

Xeno berdecih saat membaca pesan yang ternyata dari istrinya, Grisha. Ia menyimpan ponselnya lalu beralih merangkul Jean, sang sekretaris sekaligus sahabat karibnya.

"Jean! Ayo makan diluar! Aku yang teraktir." Serunya.

"Kenapa mengajakku? Kenapa tidak makan dengan Grisha saja? Istrimu pasti sudah memasak sesuatu untukmu."

Seketika Xeno berekspreri datar, membuat Jean bingung.

"Kenapa harus makan dengannya? Menyebalkan sekali."

Cling!

From : Kambing Hitam Gblk

Ayah dan ibu mertua mengajak kita makan diluar

Xeno menghembuskan nafas kasar, kesal sekali saat membaca pesan baru dari sang istri.

Dengan lesu, ia beranjak kembali menuju kursinya dan segera mengemasi barangnya. "Baiklah..."

"Kau ini, kenapa lesu begitu sih? Kau seperti tidak menyukai istrimu saja, padahal dia sangat cantik dan baik hati."

"Ya, aku memang tidak menyukainya, benci malahan."sahut Xeno dalam hati. Ia tak menjawab ujaran Jean, ia hanya tersenyum hingga matanya menyipit. Ia ingin menghentikan obrolan yang mulai tak menyenangkan ini.

Jean hanya mengedikkan bahu lalu memilih untuk pergi, "Sesekali luangkanlah waktu dengan istrimu. Kalian ini pasangan baru, tapi tidak lengket sama sekali. Aneh. Daah~ aku mau kencan dengan kekasih manisku dulu~"

"Sialan!!"

Xeno sudah bersiap akan melempar gelas sebelum pintu itu sudah tertutup sempurna. Ia mendengus, kesal. Jean selalu saja berhasil mengejeknya.

Ia kembali melanjutkan mengemasi barangnya seraya mengirim pesan balasan pada Grisha.

To : Kambing Hitam Gblk

Bersiaplah, aku akan menjemputmu.

....

"Kau memakai cincin pernikahan kita kan?" Tanya Grisha sesaat setelah mereka memasuki mobil.

"Hm." Sahut Xeno hanya dengan gumaman. Grisha memaklumi itu. Ia mengangguk kecil seraya memasang sabuk pengaman.

Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang. Senja berganti malam, menimbulkan warna keunguan dilangit. Penampakan itu menarik perhatian Grisha untuk menatap keluar jendela.

Senyum tipis membingkai wajah cantik itu. Langit yang berwarna keunguan itu membuatnya terpesona. Lalu tanpa sengaja matanya melirik ke arah jarinya, dan seketika ia membelakakan matanya.

"Xeno...cincin...cincinnya..."

"Apa?"

"A-aku lupa memakai cincinku.."

"WHAT?!"

Seketika itu juga Xeno segera menepikan mobilnya. Ia memukul setir mobilnya seraya menghadap Grisha disampingnya dengan penuh amarah.

"Kau ini bodoh atau apa?! Kau sendiri yang bertanya padaku tapi kau juga yang tidak memakainya! Tolong ya! Jangan buat hariku makin runyam!"

Grisha hanya bisa menunduk, ia mengakui kesalahannya dan hanya bisa pasrah dimarahi.

"M-maaf...aku buru-buru tadi. Takut membuatmu menunggu lama..."lirih Grisha dengan terbata. Matanya hampir saja berair, ingin menangis namun ditahan.

Mata Xeno menangkap sesuatu, "Apa itu yang dilehermu? Kalung? Kalung dari siapa?." Xeno menarik kalung yang dikenakan Grisha hingga tubuh gadis itu tertarik ke depan.

"D-dari Arka...maaf," Cicitnya.

"Kau masih memakai barang dari mantan kekasihmu?! Kau---oh, bukankah ini cincin pernikahan sialan itu?" Umpatannya terpotong saat lelaki itu menemukan sesuatu terkait di kalung tersebut.

Seketika Grisha berbinar, "Oh iya! Aku sempat menyimpannya di kalung agar tidak hilang. Untunglah..."

Xeno kembali menarik diri, duduk tenang dibangkunya. Sedangkan Grisha sibuk memakai kembali cincin pernikahan itu.

"Kau ini, mengagetkan saja. Dasar." Gerutu Xeno dengan sinis, sedangkan Grisha hanya bisa bergumam maaf berulang kali. Mobil pun kembali melenggang ke jalanan.

"Lepaskan kalung itu saat acara makan malam." Celetuk Xeno tiba-tiba.

Grisha reflek menyentuh kalungnya, "Eh? Tapi kenapa?"

"Bodoh! Mama akan menyadarinya! Kalung itu jelek dan murahan. Nanti dia akan mengira bahwa aku yang memberikan itu padamu dan tidak bisa membelikan perhiasan mahal. Jangan membuatku repot!"

Grisha menunduk, raut wajahnya berubah sedih. Terpaksa, ia pun membuka kalung itu lalu menyimpannya di tas kecil yang ia bawa.

"Oh ya, saat makan malam nanti jangan tunjukkan raut sedih---"

"Ya, aku tau Xeno...aku akan bersikap baik-baik saja dan menjadi istri paling bahagia dihadapan orang tuamu. Aku mengerti..."potong Grisha seraya tersenyum.

Xeno tersenyum miring, "Bagus..." Ia memarkirkan mobilnya saat sudah sampai di restoran yang dituju.

Ia turun mobil duluan lalu membukakan pintu mobil untuk Grisha dari luar. Lelaki itu tersenyum seraya mengulurkan tangan.

Ah, Grisha mengerti. Lelaki itu sedang memulai aktingnya. Ia tahu kedua orang tuanya sudah melihat kehadiran mereka.

Bahkan senyum lelaki itu tampak terlihat natural seolah tak ada kepalsuan apapun dibaliknya. Xeno begitu tampan, dengan tubuh tinggi dan atletis. Rambut hitam yang tebal dan ditata memperlihatkan dahi mulusnya. Sungguh ketampanan yang membuat siapa saja bertekuk lutut.

Seharusnya Grisha bahagia bisa menjadi gadis yang menikah dengan pria sehebat itu. Namun, faktanya hanya status yang ia bisa dapatkan. Nyatanya ia tak bisa mendapatkan jiwa dan raga pria itu.

Grisha membalas senyum palsu itu dengan senyum tulus, murni dari hatinya. Ia menyambut uluran tangan itu dan keluar dari mobil.

Xeno lantas menggenggam tangannya yang mungil. Tangan kecil itu seolah tenggelam dalam genggaman tangan kekar sang suami. Genggaman itu begitu pas dan nyaman. Andai ia bisa menggenggam tangan itu lebih lama, setiap hari, tanpa ada ke pura-puraan didalamnya.

Untuk hari ini, biarkan ia menikmati acara kumpul keluarga yang penuh kepalsuan dari sang suami. Walaupun begitu, bolehkah Grisha berhalusinasi bahwa senyum itu, dan hubungan ini adalah nyata?

Chapter - 3

Mereka berdua melangkahkan kakinya memasuki restoran klasik itu dengan senyum bahagia yang terpatri diwajah masing-masing. Grisha yang tersenyum tulus, dan Xeno dengan senyum penuh kepalsuannya.

"Ah, itu Xeno dan Grisha. Kemarilah!" Seru sang ibu mertua. Wanita paruh baya itu melambaikan tangan ke arah mereka.

Sesaat setelah mereka tiba di meja yang sudah dipesan, ibu Xeno langsung mendekap Grisha dengan hangat. Rindu sekali pada menantu barunya.

"Apa kabarmu Grisha? Hari ini pun kau tetap cantik. Ah, beruntung sekali Xeno bisa memilikimu." Ujar sang ibu seraya mengusap rambut Grisha yang ditata dengan gaya rambut diikat setengah. Jangan lupakan jepitan bunga yang menambah kesan manis dan lembut pada dirinya.

"Ah Ibu terlalu berlebihan. Aku yang beruntung mendapatkan keluarga terindah seperti kalian. Terima kasih banyak." Sahut Grisha dengan tawa kecilnya yang manis.

Sedangkan Xeno hanya menyengir lebar hingga matanya menyipit, bertingkah seolah ia ikut merona atas pujian ibunya.

"Beruntung apanya? Dia pembawa sial! Aku bahkan tidak mencintainya, tidak sama sekali!" Gerutu Xeno dalam hati.

"Yoo putraku yang gagah! Apa kabarmu nak?"

Xeno menoleh saat sang Ayah menyapa dan mengusap pundak lebarnya. Xeno pun lantas memberikan senyum terbaiknya. "Yoo Papa! Kau tidak lihat sendiri bagaimana keadaanku? Aku sehat dan semakin tampan seperti Papa!" Sahut Xeno sedikit bercanda.

"Sehat apaan, aku stress gara-gara kalian!"

"Haha, sudah-sudah. Mari kita makan, makanannya sudah sampai dari tadi." Ujar sang ibu. Mereka pun akhirnya kembali duduk tenang.

Benar juga, meja itu sudah hampir penuh oleh makanan. Ada Appetizer, Main Course dan Dessert lainnya. Grisha yang tak pernah makan-makanan mahal seperti itu kebingungan sendiri.

"Sebelum ke makanan utama, biasanya makan makanan pembuka dulu. Anu...makanan pembuka itu yang mana ya? Aku tidak bisa membedakan mana makanan pembuka dan penutup. Aku harus ambil yang mana?" Grisha galau.

Karena bingung, akhirnya ia memilih Cupcake dengan cream berwarna galaksi untuk hidangan pembuka. Namun tangan Xeno mencekalnya.

Grisha menoleh pada pria disampingnya dengan gugup. Dilihatnya Xeno yang tersenyum lebar. Namun dibalik senyum itu, ia merasakan sesuatu yang buruk.

Senyum itu seolah berkata, "Itu hidangan penutup! Jangan mempermalukanku dengan sifat kampunganmu!". Dan Grisha hanya bisa meneguk ludahnya.

"Kau mau makan apa sayang? Aku ambilkan ya?" Ujar Xeno dengan nada lembut. Grisha sampai merinding, namun ia tak bisa berharap lebih. Ia tahu Xeno sedang berakting, ia tak boleh mengacaukannya.

Namun Grisha yang begitu polos, berkhayal bahwa Xeno tidaklah berakting dan sedang memanjakan istrinya. Ya, biarkan dia berhalusinasi dengan dunianya sendiri.

Grisha merona, "Apa saja..."

Xeno tersenyum lalu mengambilkan sebuah roti yang dipotong kecil dengan creamcheese dan potongan mentimun didalamnya.

Untuk sesaat Grisha terdiam, merasa aneh dengan bentuk makanan itu.

"Kecil sekali. Kalau hanya sebesar ini mana bisa kenyang." Walaupun begitu, ia tetap memasukan makanan yang menurutnya mini itu kedalam mulutnya.

"Rasanya tidak terlalu buruk juga. Jadi begini makanan orang kaya? Lebih baik makan Sari Roti. Lebih kenyang dan pastinya lebih murah." Ucapnya dalam hati.

Bentuk kasih sayang Xeno itu ternyata mengundang perhatian dari dua orang tua dihadapannya. Sang ibu memandang ke arah pasangan muda itu dengan penuh haru.

"Kalian manis sekali. Jadi kapan kami bisa mendapatkan cucu?"

Uhuk!!

Semua orang memandang Grisha yang tersedak. Gadis yang tengah mengunyah kue nya itu seketika tersedak saat mendengar ucapan blak-blakan dari sang ibu mertua.

Xeno yang berada disebelahnya segera menyodorkan segelas air. "Minumlah ini." Ucapnya dengan raut khawatir yang dibuat-buat.

"Ck, merepotkan saja."Cibirnya dalam hati.

"Ah, ahaha. Kami baru saja menikah. Mama jangan membuatnya kaget." Ujar Xeno dengan senyum malu-malunya. Tentu saja itu palsu.

"Loh, memangnya kenapa? Apa kalian belum membuatnya? Apa kalian perlu bulan madu? Biar lebih romantis."

Uhuk uhukkk!

Grisha tersedak lagi. Kali ini sampai terbatuk-batuk. Ia kaget, benar-benar kaget. Ia tak menyangka mertua nya begitu menginginkan cucu segera.

Bagaimana mau mendapatkan cucu jika Xeno tak pernah menyentuhnya sama sekali? Bahkan sejengkal pun tidak pernah.

Melihat Grisha yang terbatuk-batuk membuat Xeno sedikit iba. Dengan reflek ia mengusap-usap punggung kecil itu, yang mana membuat tubuh Grisha menegang sesaat.

"Hohoho, menantu manis kita belum terbiasa membicarakan hal sensitif seperti ini. Kau ini bagaimana sayang? Grisha pasti malu, kenapa kau tiba-tiba membahasnya?" Sang kepala keluarga akhirnya berujar.

"Habisnya aku sangat menantikan seorang cucu dari Grisha. Dia begitu cantik, manis, baik hati dan penyabar. Tak salah aku menjodohkanmu dengan Xeno yang bengal. Lihat, buktinya kau bahagia kan menikah dengan Grisha? Daripada dengan pacarmu yang tidak jelas itu..."

Xeno hanya tersenyum menanggapi celotehan sang ibu. Didalam hatinya, ia merasa kesal dan marah saat sang ibu kembali mengungkit perihal pacarnya.

Dia tak suka.

Xeno tiba-tiba merangkul pinggang Grisha dan menariknya mendekat. Hingga kepalanya menyentuh bahu pria itu.

"Mama benar, aku sangat beruntung menikahi Grisha. Dan aku benar-benar bahagia." Ucapnya dengan senyum lebar, namun banyak sekali penekanan disetiap katanya.

Grisha tau, sangat tau. Xeno mengatakan hal sebaliknya. Xeno tak beruntung karena menikahi gadis seperti dirinya, dan dia benar-benar tidak bahagia.

Entah kenapa, menyadari itu ia ingin sekali menangis. Namun ia menutupinya dengan senyuman. Seperti biasa...

"Ahaha, maaf Ibu. Aku belum siap untuk mempunyai anak. Aku rasa Xeno juga seperti itu, kami masih terlalu muda dan masih belum terlalu mengenal satu sama lain." Ujar Grisha dengan senyum manisnya.

"Ah baiklah kalau begitu. Tapi jangan terlalu lama, ok? Bisa-bisa kami keburu tua menunggu kalian punya anak huhu" sang ibu mulai dramatis.

Grisha tertawa kecil, "Ibu lucu sekali."

Makan malam pun kembali berlangsung dengan khikmad diiringi dengan tawa dan candaan kecil yang memperhangat suasana.

Xeno berakting dengan sangat baik tanpa menimbulkan kecurigaan apapun. Hingga mereka keluar dari restoran, barulah wajah dingin itu kembali terlihat.

Grisha tau, sandiwara sudah selesai. Kini ia harus menelan bulat-bulat kesenangan singkat itu dan kembali pada kenyataannya yang pahit.

_____________________0o0__________________

Keadaan mobil itu hening, tak ada satupun yang membuka suara. Xeno yang memang pada dasarnya tak sudi berbicara padanya, dan Grisha yang memilih menatap keluar jendela.

Mereka sedang dalam perjalanan pulang. Mengingat rumah, ia jadi teringat tentang kulkasnya yang kosong. Ia lupa harus belanja.

Dengan takut-takut Grisha menoleh pada Xeno yang fokus menyetir. Ia ragu mengatakannya, tapi apa boleh buat.

"Uhm Xeno..."

"Apa?"

"B-bisakah kita mampir ke Supermarket dulu? Bahan masakan dirumah sudah habis..."

Xeno berdecak malas, "Cih!"

Walaupun begitu, Xeno tetap menjalankan mobilnya menuju swalayan terdekat. Grisha memalingkan wajahnya, menyembunyikan rona yang mampir tanpa diundang diwajahnya.

Entah bagaimana, tapi ia merasa senang karena Xeno mau menemaninya belanja. Setidaknya ia dapat menghayal bahwa mereka pasangan yang berbelanja bersama. Xeno yang mendorong troli dan dia yang memilih belanjaan. Ah, indah sekali khayalan ini.

Mobil itu berhenti didepan sebuah Supermarket. Grisha lantas membuka sabuk pengaman, namun merasa aneh karena Xeno tetap diam.

"Aku menunggu disini." Ujarnya tanpa menoleh.

Grisha reflek memasang raut kecewa, khayalannya tidak akan terlaksana. Namun tak mengapa, ia sangat mengerti. Ia merutuki dirinya sendiri yang selalu menghayal mendapat keluarga yang harmonis. Namun sekali-kali ia perlu ditampar kenyataan.

Gadis itu hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun. Ia hendak keluar dari mobil sebelum tangan Xeno menahan bahunya.

"Pakai ini." Ucapnya seraya menyodorkan sebuah Blackcard.

Grisha memandang kartu tersebut dengan tatapan bingung. "Apa maksudmu?"

"Belanjalah pakai kartu ini dan beli apapun yang kau mau. Yang mahal pun tak apa. Aku hanya tak mau orang mengira bahwa aku tidak mengurusmu dengan baik. Mulai sekarang pakailah pakaian yang mahal, jangan pakai yang murah lagi. Kau membuatku malu." Jawabnya.

Mendengar itu, Grisha bungkam. Ia hanya mengangguk dan mengambil kartu itu. "Aku tidak akan lama." Ucapnya sebelum keluar dari mobil dan memasuki Supermarket yang lebih seperti mall.

Grisha memandang kartu itu dengan tatapan sendu. "Hah~ sepertinya kali ini pun aku harus belanja sendiri." Lirihnya.

Lalu ia melirik pakaiannya sendiri. Hari ini ia menggunakan gaun sederhana selutut berwarna peach. Pakaian itu sangat sederhana namun terlihat manis.

"Apa penampilanku begitu memalukan?" Gumamnya sendu. Namun tak lama kemudian ia kembali tersenyum. Grisha sudah memantapkan diri kalau setiap ia sedih, ia harus tetap tersenyum.

Dengan cepat ia mengambil troli dan mulai belanja barang-barang yang ia butuhkan. Ia tak mau membuat Xeno menunggu lama dan membuat lelaki itu semakin membencinya.

....

Grisha keluar dari Mall tersebut dengan beberapa kantung plastik besar dihadapannya. Ia berjalan dengan sedikit kesusahan menuju parkiran. Andai saja Xeno menemaninya, ia tak akan kesulitan seperti ini.

Namun, saat ia tiba diparkiran, ia tak menemukan mobil Xeno dimanapun. Mobil itu tidak ada, yang berarti Xeno sudah pergi. Meninggalkannya...

Grisha reflek menjatuhkan kantung belanjaannya. Untungnya tak ada yang tumpah maupun rusak. Gadis itu terlalu kaget. Kakinya mulai gemetaran.

"Bagaimana caranya aku pulang?"

Seharusnya ini bukanlah masalah besar. Dia bisa saja naik kendaraan umum atau taxi. Tapi, ia orang baru dikota ini. Dia belum hafal nama-nama tempat bahkan lokasi rumah sendiri.

Lalu bagaimana caranya ia pulang?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!