Hi makasih udah baca. enjoy guys-!
Aku menikah dengan seseorang pemuda sukses, demi membayarkan hutang perusahaan keluarga ku yang kini di pegang olih oleh kakakku.
Sebelumnya perkenalkan nama ku Samantha Selline Xiao, aku gadis keturunan Rusia dan kini aku sedang berkuliah di salah satu Universitas terbaik di New York.
Aku anak Yatim-Piatu dan hanya tinggal di sebuah apart tak jauh dari kantor perusahaan dan Tempatku berkuliah.
Kakakku yang bernama Luhan Xiao, Ayah ku bermarga Xiao dan Ibuku bernama Selline. Mereka sudah meninggal saat aku berusia 7 tahun dan Yang ku dengar, kedua orang tua ku memiliki masalah dan ingin bercerai.
Namun ibuku tak ingin bercerai dan malah berantem hebat oleh Ayahku dan keduanya mati di hadapanku juga Kakakku.
Aku hanya berbeda 5 tahun oleh kakakku.
Oh ya aku lupa untuk memberi tahu umurku, 23 tahun, iya umur ku 23 tahun sedangkan kakak ku 28 tahun.
...•••...
Aku baru saja keluar dari Bus dekat Universitasku. Aku mengadahkan tangan saat merasa air turun dari langit.
Ah~ sial sekali, lagi lagi pagi ini hujan. Dengan cepat berlari aku sampai di lobby kampusku.
buk
"Ah maaf kan saya Nona, apa Nona tidak apa apa?" tanya Wanita tersebut yang tidak sengaja menubrukku.
"Tidak apa-apa, maaf kan saya juga, diluar tiba-tiba saja hujan" jelasku memunguti buku-buku psikologi, sama halnya wanita di hadapanku.
"Sekali lagi saya minta maaf" ucapnya sebelum meninggalkanku.
Aku menatap kepergian nya yang hilang saat memasuki mobil hitam yang terdapat 2 laki-laki berjas hitam yang duduk didepan.
Sesudah itu aku kembali melangkahkan kaki ku masuk kedalam kampus dan memasuki kelas.
...•••...
Setelah pelajaran selesai aku kembali untuk kerja part time, ya... aku tidak meminta uang kakakku 3 bulan ini, aku tahu kalau masalah keuangan kakakku sedang tidak baik.
Dengan begitu aku akan mulai part time untuk kebutuhanku sendiri, bahkan kakak suda menjual rumah -orang tua- untuk mencicil hutang.
Perusahaan ku terdapat orang-orang korupsi, sedangkan orang-orang tersebut tidak mengganti rugi dan malah masuk penjara.
kring~
"Selamat datang" ucap pegawai caffe tersebut.
"Hai kak" sapa ku sambil memasuki ruang karyawan, di ikuti kakak yang baru saja ku sapa.
"Bagaimana kuliah mu?" tanya nya.
"uhm- cukup baik, apa disini ada masalah?"
"Iya ada. Apa kau ingat laki-laki yang sering datang mencarimu?" Aku mengangguk.
"Iya laki-laki tua bangka itu, kenapa?"
"Tadi pagi ia mencarimu tapi Pak Manager memberitahunya bahwa kau sudah dipecat, mungkin supaya tua bangka itu pergi" jelasnya.
"Mungkin saja. Aku akan berterima kasih dengan kepala manager"
"Ya harus seperti, ya sudah ayo kita bekerja"
Kita pun lanjut bekerja sesudah berbincang sebentar.
•••
Setelah bekerja Part Time lebih tepatnya pukul 22.30 malam, memang jam segini aku baru keluar setelah beres-beres caffe.
"Duluan Kak!" sahut ku melambaikan tangan.
Bus terakhir sudah terlewat, entahlah hari ini pengunjung caffe sangat banyak dari sebelumnya belum lagi aku harus menyanyi di panggung caffe, huft~
srek srek srek
Aku berhenti saat ada suara seseorang dari belakang tubuhku, aku memberanikan diri untuk membalikkan badan.
Kosong. Tidak ada siapa-pun apakah ini hanya perasaan ku saja?
Kembali berjalan dengan langkah cepat aku tiba di sebuah sebuah gang kecil apart ku, lebih jelasnya apart ku masuk kedalam gang-gang kecil, jika mobil masuk lewat belakang.
Perasaan ku tambah tidak enak, aku memberanikan diri untuk membalikkan badan sekali lagi dan--
Sial!
Laki-laki bangka itu berani mengikuti ku sampai gang rumah ku, aku pun berlari ke arah gang apart ku, aku tidak peduli yang aku takutkan dia bermacam-macam denganku.
Aku ceritakan sedikit, Namanya adalah Johnny, umurnya yang kutahu sekitar 48 tahun, mempunyai 2 istri, dan memiliki 8 anak dari 2 istrinya itu, bahkan anak Tuan Johnny teman kampusku, gila tidak?
Duk!
"Auch! s-ss" desis ku memegang area lutut dan sikut tangan kaki ku. Aku segera berdiri untuk menghindari Tuan Johnny.
Tapi karena langkahku, aku sudah berada dalam genggamannya.
"Mau kemana, Nona Samantha?" ucapnya dengan suara anehnya.
Tolong! siapa pun tolong aku!!
Entah kenapa suaraku hilang begitu saja saat aku ingin berteriak meminta tolong, jujur aku takut, air mata dan keringatku entah kenapa membanjiri wajah dan pakaian ku.
"Jangan nangis baby aku tak akan menyakiti mu, kamu mau kan bekerja di perusahaan ku?" ucapnya mengajak tawaran kerja.
Oh ayolah itu sudah 1 bulan lalu aku melamar kerja, orang konyol ini kenapa bau sekali, seperti bau yang sangat menyengat, apakah ini...
"Tuan J-johnny apakah anda baru saja minum?" tanya ku pelan ada rasa takut.
"Benar! aku baru saja berminum dengan wanita ****** di bar, sekarang giliran mu memuaskan ku!" ucapnya maksa.
Aku menahan tangan besar Tuan Johnny supaya tak berani berliaran.
"T-tidak!" ucapku teriak karena Tuan Johnny berani menyentuh tubuhku, lebih tepatnya bagian atas.
"Hiks~ jangan Tuan, kumohon!" tapi permohonan ku tak di gubris oleh nya, Tuan Johnny semakin liar ia bahkan sudah merobek kemeja atasku membuat 3 kancing atas terlepas.
"Akh!" pekik ku karena ia meremas bagian atas ku.
Aku memberontak namun sialnya aku sedang lelah dan kekuatannya pun juga lebih kuat, kalau dibandingkan aku hanya seperti kayu kering yang kecil dan jika dipotek saja sudah patah.
bugh
"Argghhh" teriak ku ketika seseorang menendang tubuh Tuan Johnny, aku melemas sambil memegang baju atasanku, dan...setelah itu aku tak tahu.
•••
Saat ku bangun hanya sinar cahaya ruangan yang sangat terang, tidak! sedikit redup.
Aku memegangi kepalaku sambil terduduk pelan, "akh" sakit sekali kepala ku, perban? Aku tersadar bahwa aku berada didalam sebuah kamar nuansa nya simple saja biru laut.
Melihat diriku di kaca lemari baju sungguh menyedihkan, bercak merah ada di sekitar leherku, bahkan tangan ku memar, sungguh menyedihkan bukan? dan juga tubuh atasku merasa sakit.
kriet~
"Kamu sudah sadar?" ucap wanita aku tebak umurnya lebih tua dengan ku 2 tahun.
"Ya seperti kau lihat" balas ku sambil tersenyum.
"Oh ya makasih sudah menolongku semalam" jelasku berterima kasih.
"Tidak apa, kami kebetulan ada disana"
Apa kami? berarti kemarin banyak orang? memalukan sekali, aku pastikan jika seorang laki-laki sudah melihat tubuh atasku, bukannya merasa percaya diri hanya saja aku malu.
"Kami?"
"Iya Kami, aku dan kedua kakak-ku" jelasnya.
...TBC...
Vote.Comment.Like.Follow ig : @hana.jaem
Makasih udah mau baca enjoy guys-!
"Oh ya perkenalkan namaku Revalina, siapa namamu?" tanya Reva sambil mengulurkan tangan.
Aku pun menyambutnya dan menjabat tangan tersebut, "Samantha Selline Xiao" Reva terkekeh dan aku pun menyadari kebiasaan ku.
"Ah maaf, sudah kebiasaan" Aku pun malu sendiri.
"Tak apa kau wanita menarik yang pertama kali ku temui, hihi..." entah kenapa aku memiliki felling baik kepada Reva.
"Ah begitu" ucapku sambil menggaruk tengkuk leherku yang sama sekali tak gatal.
"Samantha?" panggilnya.
"Terserah kau saja, oh ya? Kemana kedua kakak mu itu? aku ingin mengucapkan terima kasih karena telah menolongku semalam" jelasku antusias, entahlah rasanya aku sangat-sangat berterima kasih.
"Baiklah sebelum itu kau pakai ini" pintanya sambil menyodorkan foundation ke arahku.
"Untuk apa?"
"Hmm... itu kau harus menutupi bercak merah itu" sontak aku memegangi leherku.
Astaga... bagaimana bisa aku sampai lupa, aku sangat-sangat merutuki diriku saat ini. Aku pun dengan cepat menyambar Foundation itu dan mengaca di meja rias yang kutebak milik reva.
Ku oleskan bagian yang ada bercaknya saja dan...selesai.
"Makasih..kak? tidak Reva?" Aku bingung ingin menyebutnya apa.
"Aku angakatan 4 semester 6" ah!! lebih tua dariku toh.
"Ah aku angakatan 3 semester 2" Reva tersenyum senang.
"Baiklah aku memiliki banyak adik!" ucapnya senang. Wahhh ternyata saudara Kak reva sebanyak itu kah?
...•••...
"Apakah kita akan makan secanggung ini?" ucap Kak Reva memcahkan keheningan. Aku pun sama sarapan bersama 3 orang asing membuatku sangat amat canggung.
"Makan tidak boleh sambil berbicara!" tegas laki-laki yang kini dihadapanku.
"Ya! kau berani sekali meneriaki calon istri ku!" Kesal laki-laki lainnya.
Laki-laki tersebut kembar, aku pun memaklumi jika mereka memiliki sifat yang berbeda.
"Perkenalkan yang dihadapanku Vano dan disebalahnya itu Vian, yang lebih tua Vian" Jelas Reva kepadaku secara berbisik, Aku mengangguk mengerti.
Tapi entah kenapa aku lebih tertarik menatap Vian terus, jujur saja wajahnya lebih tampanan Vian daripada Vano dan matanya lebih terang dari pada Vano.
"Jangan menatapku!" aku pun terbelalak kaget saat kepergok menatapnya, aku menundukkan kepala dan merutuki kebodohan ku kali ini.
"Maaf, Vian memang seperti itu...dingin" Aku mengangguk memaklumi.
Kita semua melanjutkan sarapan yang sempat terhenti tadi, dan setelah itu kita sedikit bercerita lebih tepatnya Aku, Reva dan Vano, Vian dia lebih dulu untuk ke kantor.
Vian yang kutahui Ia dingin, dan tegas tapi sayangnya yang ku dengar dari Reva ia sudah memiliki banyak wanita, seperti itu.
Vano ia adalah tunangan Reva yang memang sejak kecil mereka besar, dan memiliki 2 adik.
...•••...
"Samantha!" panggil Reva sebelum masuk mobil.
"Iya kak!?" sedikit teriak.
"Kau kuliah di Universitas X bukan?" Aku mengangguk,
"Boleh meminta nomer ponsel?" Aku mengangguk da mendekati Reva.
"ini" Reva mengescan kode nomer ponselku, Setelah itu aku berterima kasih dan masuk kedalam rumah.
...•••...
Setelah pulang dari rumah wanita tersebut atau sebut saja yang sudah menolongku, aku bergegas ke apart, dan terkejutlah aku di dalam rumah.
"Astaga! kakak, apa yang kakak lakukan?" Ucapku sedikit berteriak dan membantu kakak berdiri dari lantai.
"Duduklah kak, akan aku ambilkan air hangat untuk kakak"
aish... kakak kebiasan jika memiliki masalah berakhir mabuk, hu-h~
Segeralah aku mengambilkan gelas di meja dan menuangkan air diteko yang sudah langsung panas, dan memberikan ke kakak.
"Minumlah kak"
Aku membantu kakak untuk meminum air hangat itu dan sedikit mengelus punggungnya supaya sedikit merasa enak.
"Kakak bisa ceritakan apa yang terjadi?" ucapku hati-hati.
Terakhir yang kutahu akhir-akhir ini kakak bertengkar hebat dengan seorang wanita yang kutahu adalah pacarnya, sudah hampir satu tahun mereka menjalin kasih.
"Kakak sudah putus"
Aku terkejut atas kejujuran kakak, bagaimana pacar kakak yang kutahu wanita yang sangat mencintai kakak bisa putus?
"karena kesalah pahaman?" Kakak menggeleng,
"Lalu?"
"Perusahaan bangkrut!" ucap kakak dengan nada kesal seperti menunjukkan kepada seseorang.
Aku pun sama halnya terkejut, Perusahaan Ayah bagaimana bisa?
"Ka-k?" panggil ku dengan nada kecewa.
"b-bagaimana bisa?"
"Karena Tuan Johnny memutuskan kerja sama, kau tahu kan? kalo Tuan Johnny sangat berpengaruh di perusahaan?" tanya Kakak, lalu aku mengangguk.
Benar Tuan Johnny sangat berpengaruh bahkan ia nomer ketiga dari 5 perusahaan terpengaruh.
Apa jangan-jangan kejadian semalam?
"Kamu menolaknya?" Entah kenapa pertanyaan itu seakan menyalahkan diriku.
"K-kak? apa kau tahu jika aku menolak atau menerimanya?" tanyaku parau tanpa melihat Kakak.
"Tidak. dan aku tak peduli!" tegasnya.
"Seharusnya kamu menerimanya bagaimana pun caranya!" Aku menoleh ke arah kakak, dan menatapnya tak percaya.
Apakah ini kakak ku? Luhan Xiao? apakah ini dirinya? dimana kakakku yang lembut itu? dimana pelukan dan tidak ada bentakan?
"Kakak! kau berbeda!" Pekik ku sambil berdiri menatap Kakak.
Aku meninggalkan kakak setelah itu ke kamar.
Brak!
Biarkan saja pintu yang tak salah ku banting kasar seperti itu, Aku takut, ini pertama kalinya Kak Luhan meneriaki ku, Terkejut? Pasti!
..._________________________...
...Felisa •|• Friend...
^^^Bisakah kita bertemu?^^^
Apa ada masalah?
^^^Ya. bisakan?^^^
Baik.
Dimana?
^^^Tempatku bekerja^^^
Baik Tunggu 10 menit lagi.
Read.
...________________________...
Setelah itu aku bersiap dan sekalian saja aku kerja setelah itu. Aku melangkahkan kaki ku melewati kakak yang masih bersender disofa.
"Mau kemana Kau?"
"Bukan urusan Kau, aku pergi dulu!" pamitku.
"Kau masih urusanku, dan jangan pergi tanpa izinku"
"Apa peduli kakak?" Kakak terdiam mungkin kali ini aku yang menang, huh! baik pergi ya pergi saja.
Dengan segera aku keluar dan keluar dari gang-gang kecil lalu mencegat taxi.
...•••...
"Hai!" sapa Felisa teman kuliahku, lebih tepatnya sahabatku.
"Hai, sedang senggang kan?" Felisa mengangguk, aku pun duduk di deoannya sambil membawakan 2 cangkir coffe, memang kebiasan kami berdua jika ke tempat kerjaku.
"Iya aku sangat senggang- oh ya apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Felisa membuatku menghela napas.
"Aku butuh bantuan mu kali ini" jedaku,
"Apakah Orang tua mu memiliki rekan kerja yang bisa membantu saham perusahaan keluarga ku?" tanya ku sendu.
Jujur saja aku sangat sedih mengingat saham Ayah sedang di dalam kurva kecil, dan apalagi kakak sampai meminum-minuman alkohol yang jarang sekali kakak minum.
"Orang tua ku? sepertinya ada tapi kau tahu sendiri, Ayah ku hanya pemegang saham tersebut bukan memiliki perusahaan tersebut"
Ah! aku baru ingat, benar Orang Tua Felisa hanya pemegang, bukan memiliki, juga dirinya yang tidak tahu menahu tentabg hal bisnis, dia saja kedokteran sama halnya diriku.
Bahkan kita masih di angkatan 3 yang artinya baru kuliah 3 tahun, masih ada 1 tahun lagi untuk magang(koas) dan memiliki biaya sendiri.
"Begitu...baiklah terima kasih" ucapku kecewa
"Maaf, aku sejak awal tak bisa bantu" ucapnya menyesal.
"Apa kau bilang? tidak membantu? ya! kau selalu membantuku! bahkan kau sahabatku sejak SMA dan kita berhasil bersama. Jangan pernah kau tak selalu membantuku!" ucapku kesal karena Felisa selalu saja tak enak hati.
...TBC...
^^^ig: @hana.jaem^^^
Makasih udah mau baca enjoy guys-!
Di kediaman Keluarga Barca, Nathan.
Semua keluarga berada dalam satu ruangan yang memang sering mereka jumpai, Meja makan.
Entahlah mungkin selain meja makan mereka tidak ada tempat untuk bertatap muka seperti ini, walaupun semuanya tinggal dalam satu rumah, namun itu tidak ada artinya kalau semua nya hanya gila kerja.
Asna menatap kedua anak kembarnya yang kini berumur 27 tahun atau biasa disebut sudah matang untuk menikah.
Keduanya sukses dan itu membuat Nathan dan Asna bangga, walaupun Vian dan Vano hanya meneruskan perusahaannya, mereka memiliki usaha sendiri, yaitu Kafe.
Asna tak terlalu memikirkan masa depan Vano, karena apa? karena Vano sudah jelas akan hidup bahagia bersama siapa, tentunya gadis kecil yang memiliki riwat kesehatan dan ia angkut menjadi menantu sejak kecil itu, Revalina.
Sedangkan Vian? kenal wanita banyak, suka bermain wanita, sayangnya itu hanya sekedar bersenang-senang bukan untuk menjalani hidup untuk kedepannya.
Asna dan Nathan tahu kalau Vian sudah melepas masa perjakanya saat kuliah dulu, tahu kejadian itu karena seorang suruhan Nathan mengatakan seperti itu.
Sebagai Orang Tua ia kini tidak ingin sang anak memiliki penyakit yang tidak-tidak akibat melakukan hubungan intim kepada banyak wanita, walaupun ia tahu Vian akan mencari yang masih sehat, walaupun bukan perawan.
Mereka juga tak bisa melarang karena mereka hidup di negara Bebas, yang artinya seperti itu sering terjadi, sebagai orang tua mereka hanya mewanti-wanti saja.
"Vano, kalian minggu depan akan diadakan pertunangan secara resmi!" ucap Nathan sang kepala keluarga.
Vano dan Reva memang tak bisa mengelak, umur mereka memang audah terlalu lama jika hanya stuck di pacaran, sebutannya.
"Baik,Yah... atur saja" pasrah Vano. Reva hanya mengangguk tersenyum disamping Asna.
Nathan, duduk di kursi kepala keluarga, Asna berada disebalah kanannya dan disamping kirinya Vian.
Asna-Reva-Zoey // Vian-Vano-Louis
Asna melirik Nathan, ia memberikan kode kepada suaminya untuk membicarakan masalah semalam.
...•••...
Flash back on
"Yah... apa sebaiknya kita carikan pasangan untuk Vian?" ucap Asna begitu khawatir.
"Haruskah?"
"Ihh! Ayah mah, harus dong... umur bunda udah 35 lebih tau gak-?"
"Ya...Yah? please bantu bunda ngomong"
"Tergantung Vian Bund... kalo dia gak mau Ayah gak bisa paksa-!"
"Ayah masih mau liat anak nya mainin wanita?" Nathan menggeleng.
"Yaudah cari-in jodoh buat Vian-!"
"Ayah gak bisa paksa--"
"Gak dapet jatah sebulan!" Ancam Asna.
"Ih mainnya ngancem-! iya oke besok sarapan kita bicara-in" Asna tersenyum.
Flash back off
...•••...
"ehem-! ..." dehem Nathan.
"Vian, Ayah mau ngomong" Vian menoleh dan bertanya,
"Ngomong apa Yah?" santai, tapi ada sedikit ketidak sukaan
Nathan menatap ke Asna, tapi istrinya itu malah tersenyum ke Reva, seolah menghindar dari tatapan Suaminya.
Durhaka kamu-!
"Jadi gini... kamu udah punya pasangan?" Vian tersentak.
Lagi-lagi ini yang dibahas, sebenarnya malas tapi jika seperti itu ia sendiri yang akan kena ganjarannya.
"..."
Merasa tak dibalas Nathan membernaikan diri bertanya kepada Anaknya itu "Belum kan? Ayah sama Bunda akan ngenalin kamu dengan Anak teman Bunda saja gimana?"
"Yah--"
"Vian umur kamu sudah pas nak, Adik kembaran mu saja sudah ingin menikah"
"Karena dia sudah ada masa depannya bund-!" sahut Vian kepada Asna.
"Vian akan mencari pasangan Vian sendiri, Vian selesai-!" ucap Vian dengan raut wajah kesal dan segera bangun dari kursi.
"Scarlett-! El-! Ayo kakak antar-!" Scarlett atau Zoey Scarlett itu tersentak kaget, ia dengan cepat meneguk susu digelasnya dan pamit dengan menarik kerah baju sang kakak yang tua setahun darinya.
Setelah kepergian ketiganya Nathan, Asna, Vano beserta Reva hanya bisa menghela napas, Sifat Vian memang dingin tapi juga keras kepala.
...•••...
Di lain tempat, mahasiswa kedokteran cantik ini mondar mandir seperti model, siapa lagi jika bukan Aku? Samantha Selline.
Aku bergegas masuk kedalam kelas setelah berpisah dengan Felisa teman mahasiswa kedokteran yang kini sedang berjadwal bahasa.
Yah... jadwal kami berbeda, sudah 1 tahun lebih ia menambahkan kuliah bahasa di dalam perkuliahannya, dan juga sudah 7 tahun lebih kami berteman.
h-huh, gak kerasa memiliki sahabat terbaik di hidupku, perbedaan kasta atau keuangan tak memengaruhi kami, jika mereka baik, kami akan baik, dan sebaliknya.
Selesai sudah aku membereskan buku dan menjinjing tas kecil laptop yang sempat ku pinjam dari Felisa, Laptop ku rusak kawand.
Menuju kantin, langkah ku terhenti saat ponsel ku berdering di saku rok ku.
...Unknow •|• no list...
Aku mengernyit, nomer siapa yang belu ku save? aku pun mengangkatnya.
Halo?
^^^Halo, maaf dengan siapa?^^^
Revalina, mahasiswi kedokteran tingkat 6
ucap disebrang sana dengan kekehan, Astaga Reva-!
^^^Ah-! maaf kak, Samantha disini^^^
Sibuk tidak?
Aku melirik jam tangan ku, bertemu dengan Felisa masih ada satu jam lebih, kami sudah buat janji ingin ke mall untuk mengistirahatkan otak sebentar dengan cara berkeliling saja :)
^^^Tidak sama sekali^^^
^^^kalau boleh tau kenapa?^^^
Hanya ingin bertemu, dikantin saja-!
^^^Pas banget Samantha lagi di deket kantin^^^
Yaudah ketemuan ya... ada yang mau di omongin sih, hehehe
^^^Oke-!^^^
^^^Tunggu ya kak^^^
Tut.
Aku pun memasukkan kembali ponsel ku kedalam saku dan melangkahkan kaki kedalam kantin yang penuh dengan manusia berjalan yang kelaparan.
Dan satu objek yang membuatku mendekat adalah Reva mendadahkan tangan dan juga disampingnya ada satu wanita yang aku pun terkejut.
...•••...
"Menyebalkan-!" Felisa meringis, ia memang bersalah telah membohongiku. Dengan cepat ia memesankan ice green tea, ya itu kesukaanku.
"Maaf kan aku" ucapnya bersalah, aku meminum ice green tea setelah berterima kasih, segar~
"Baiklah, karena kau sudah membelikan ku minuman aku akan memaafkan mu!" Felisa tersenyum bahagia.
Kami bahkan melupakan keberadaan Reva disini yang menatapku sedikit aneh.
"Sebentar- bagaimana bisa kalian saling kenal?" tanya Reva, aku yang duduk disamping Felisa terkekeh kecil.
"Kita sahabatan" ucapku bersama dengan Felisa.
"Ck-" mata Kak Reva beralih menatap Felisa,
"Lisa, bagaimana kau punya teman secantik ini tapi tak pernah mengenaliku?" kesal Reva kepada Felisa.
Aku tak tahu hubungan mereka apa, tapi yang pernah ku dengar adalah Mamanya Felisa ini bermarga Barca yang kupastikan mereka saudara sepupu.
"Apakah aku harus melapor jika memiliki teman kepada mu, kak?" balas Felisa.
"Tidak sih-- tapi apakah kau tahu? Teman mu ini hampir di perkosa oleh Tuan Johnny-!" pekik Reva menjelaskan.
"Apa-!?" Felisa menatapku "Kenapa tidak memberitahu ku?" tanya nya kepadaku.
Aku hanya meringis, apakah itu perlu di ceritakan? aku hanya malu atau akan mendapatkan perkataan tak mengenakan nantinya.
"Haruskah?"
...TBC...
^^^ig: @hana.jaem^^^
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!