"Kamu kan tahu kalau aku ngga mandul Mas!" Sashy menatap suaminya dengan tajam.
"Ya kalau kamu ngga mandul lalu kenapa sampai sekarang kita ngga punya anak!" Fatur menatap Sashy tak kalah tajam.
Napas Sashy memburu, di luar sedang ada acara empat bulan adik Fatur. Dan Sashy yang sudah panas telinganya selalu menjadi bahan gunjingan membuatnya tak betah dan memilih masuk kamar.
Tak lama suaminya Fatur ikut masuk dan mereka justru terlihat adu mulut. Inilah yang selalu membuat seorang Sashy seperti wanita hina, di keluarga suaminya ia tak pernah di pandang baik bukanya mendapat pembelaan atau penenang dari suami, Sashy justru mendapat kemarahan dari Fatur yang terus menyudutkannya.
"Terus dengan begitu kamu bisa seenaknya menyalahkan ku!" Sashy balik melayangkan suara keras. "Jika kamu tahu aku tidak mandul, seharunya kamu berpikir bagaimana untuk memperbaiki semuanya, bukan malah menyalahkan aku! Jika seperti ini aku ragu dengan kesehatan mu, jangan-jangan kamu yang mandul!"
"Sashy!"
Plak
"Lancang sekali kamu menghina putraku mandul!" Pekik seorang wanita dengan wajah marah.
Sashy tersenyum getir, merasakan panas dipipinya akibat tamparan dari ibu mertuanya.
"Kamu yang mandul, jangan mencari kambing hitam untuk menutupi kekurangan mu itu, sadar wanita mandul!"
"Fatur, kamu butikkan jika kamu sehat jasmani dan rohani agar wanita mandul seperti dia tidak semena-mena menuduh mu sembarangan!" Ketus wanita berwajah judes itu.
"Maksud Mama apa?" Tanya Fatur tak mengerti.
Dengan istrinya saja selama menikah dua tahun Sashy tak kunjung hamil, lalu bagaimana caranya ia membuktikan.
Wanita yang dipanggil ibu mertua itu tersenyum miring, memikirkan megambil kesempatan dalam kesempitan.
"Menikahlan lagi dengan Celine."
Deg
*
*
Sashy wanita 25 tahun yang bekerja sebagai staf salah satu perusahaan penerbangan. Wanita cantik yang memiliki senyum manis itu menikah sejak dua tahun lalu dengan pria yang ia cintai. Namun ternyata cinta saja tak cukup, buktinya Sashy lebih banyak makan garam dari pada gula dari hasil pernikahannya itu. Dari ibu mertua yang tak menyukainya, hingga membuat Sashy sering di pojokkan dan berakhir membuat Sashy sakit hati dengan pembahasan seorang anak, yang baginya sangat sensitif, karena selama dua tahun menikah Sashy belum di karuniai seorang anak.
Namun bukan berarti dirinya di anggap semena-mena dan di hina habis-habisan, hingga kesabaran Sashy yang setipis tisu dibelah menjadi sepuluh bagian terkuras habis.
Pagi-pagi sekali Sashy sudah rapi dengan pakaian kerjanya, meskipun semalaman tak bisa tidur nyenyak dan hanya menangis seorang diri, tapi Sashy tak akan lalai dalam pekerjaan. Wanita itu bersiap untuk berangkat bekerja.
Ceklek
Sashy menoleh pada pintu utama yang terbuka, dan munculah sosok pria yang dua tahun ini menjabat sebagai suaminya. Sashy memilih untuk tetap memakai sepatunya tanpa berniat menyapa Fatur yang baru pulang setelah semalam tak pulang dan memilih menginap dirumah ibunya. Sungguh suami yang sangat mulia bukan? Memilih menomor satukan ibunya dan menduakan istrinya!
Fatur berjalan mendekati Sashy, tanpa rasa bersalah pria itu langsung memeluk Sashy dari belakang. Aroma wangi tubuh Sashy selalu membuatnya candu, hingga mampu membangkitkan gairahnya.
Pria itu langsung memeluk Sashy dari belakang. Aroma wangi tubuh Sashy selalu membuatnya candu, hingga mampu membangkitkan gairahnya.
"Lepas Mas! Aku mau kerja!" Sashy menghalau bibir Fatur yang bergerilya di tengkuknya. Sashy seperti jijik saat disentuh seperti ini. Berbeda diwaktu dulu dan semua berubah sejak semalam.
"Sebentar saja sayang, aku menginginkan mu." Lirih Fatur dengan suara berbisik sayu.
Sashy pun tak bisa menolak permintaan Fatur, meskipun dirinya sudah mati rasa, namun karena sebuah kewajiban Sashy pun melakukan tugasnya sebagai seorang istri.
Setelah mendapatkan apa yang di inginkan, Fatur justru tergeletak tak berdaya karena kelelahan, pria itu lebih mendominasi dan Sashy memilih diam seperti patung yang membiarkan tubuhnya di apakan saja. Sashy langsung bangkit menuju kamar mandi, namun sebelum itu ia menatap benci Fatur.
"Habis bercinta dengan siapa kamu Mas," Gumam Sashy dengan hati teriris. Mengingat nama Celine yang disebut sang mertua.
Bagaimana tidak sakit saat melihat tanda merah didada dan leher sang suami, bahkan tak biasanya Fatur keluar cepat kurang dari lima belas menit, paling lama mereka melakukan percintaan hampir satu jam selama ini dan paling cepat setengah jam. Sungguh Sashy sudah merasa sakit dengan semua ini. Pernikahan yang ia harapkan bisa bahagia membina rumah tangga, tapi justru menorehkan luka yang membuatnya tak bisa merasa baik-baik saja.
Sashy sampai di kantor cukup tepat waktu, wanita cantik yang terkenal ramah dan baik itu begitu disukai rekan kerjanya.
"Sashy, kamu di panggil pak Pak Setyo diruangannya." Ucap rekannya.
"Eh, kok tumben mbak pagi-pagi sekali." Sashy tampak bingung dan harap-harap cemas ada apa.
"Ngga tau Sas, tapi ada gosip kalau anak pemilik perusahaan ini akan menjabat disini tapi masih lama, heee."
Sashy hanya beroh ria saja, wanita itu melenggang pergi menuju ruangan pak Setyo.
Mengetuk pintu Sashy lakukan hingga terdengar seseorang yang mempersilahkan dirinya masuk.
"Bapak memanggil saya?" Tanya Sashy setelah sampai didalam dan berdiri di sebrang meja wakil direktur.
"Ya Sashy, duduklah."
Sashy pun duduk setelah dipersilahkan. Wanita itu tampak tenang dan menunjukan senyum ramah.
"Sashy dalam waktu satu bulan atau bisa lebih cepat, kursi direktur utama akan terisi," Terang pria paruh baya itu.
Sashy masih diam belum bisa menebak arah pembicaraan pak Setyo.
"Dan karena kursi itu akan diisi maka membutuhkan asisten yang sangat kompeten, karena beliau direktur utama tidak menerima asisten baru yang belum mengetahui seluk beluk perusahaan ini. Jadi saya ingin katakan jika kamu akan diangkat menjadi asisten direktur utama."
Sashy tampak terdiam dengan wajah tak tahu harus bereaksi apa, menjadi asisten direktur utama tentu saja tidak mudah seperti yang di bayangkan, waktunya akan habis hanya untuk bekerja belum lagi dirinya yang harus stanbay. Namun mengingat masalah rumah tangganya saat ini Sashy justru berpikir jika ini pekerjaan yang bagus, dia tak banyak waktu di rumah dan harus bertemu suaminya itu. Dengan kata lain Sashy bisa menghindar dari suaminya.
"Apa bapak yakin?" Sashy tak lantas menjawab setuju, meskipun dalam kepalanya sudah tersusun niat. Wanita itu masih bertanya untuk meyakinkan.
"Ya, saya rasa kamu yang pantas menduduki tempat itu." Pak Setyo tersenyum. Membuat Sashy ikut tersenyum.
"Kalau begitu saya akan siap,"
Keduanya berjabat tangan, bagi Sashy selain atasan pak Setyo juga menjadi panutan untuknya, senior yang sangat baik banyak memberikan ilmu padanya.
Jika Sashy sedang bahagia dengan jabatan baru yang akan diterimanya, lain dengan Fatur yang baru membuka matanya. Pria itu seperti habis begadang dan sangat kelelahan hingga membuatnya tak bisa menghalau rasa kantuk dan lelah yang mendera.
"Fatur jam berapa ini! Memangnya ini kantor nenek moyangmu!" Semburan teguran itu Fatur dapatkan saat baru tiba di kantor.
Bagaimana tidak jika dia datang pukul sepuluh siang setelah lelap sekali tidurnya.
"M-maaf Bu, saya tadi ada kepentingan mendesak." Kilahnya mencari jawaban.
"Alasan! Gaji mu di potong sehari!"
Lemas saja tubuhnya mendengar pemotongan gaji, akhirnya Fatur pasrah, lebih baik dipotong gaji dari pada dipecat.
"Semua gara-gara Celine, wanita itu begitu bergairah tak kenal waktu." Gerutunya dalam hati mengingat tadi malam bersama Celine. Namun Fatur juga ingat tadi pagi dengan Sashy, istrinya yang ternyata masih begitu ia inginkan untuk bercinta.
"Tapi rasa Sashy lebih menggigit," Gumamnya lagi dengan senyum menyeringai.
Dasar buaya kadal!!!
****
Holaaa....jangan lupa mampir berikan semangat kalian gaess...🥰
Desas desus akan di angkatnya Sashy sebagai asisten direktur utama pun mulai terdengar di telinga para karyawan lain, ada yang iri ada juga yang senang. Bagi mereka Sashy adalah wanita yang cukup sempurna, cantik pintar dan juga ramah, dan ternyata nasibnya juga bagus.
"Sas, kalau beneran jadi tlaktir kita makan di restoran mahal ya." Ucap Denisa teman sedivisi dengan Sashy.
"Iya Sas, kira-kira ikut senang kamu dapat jabatan lebih baik." Sambung salah satunya.
"Terima kasih, kalian memang Tim yang solid." Sashy tersenyum haru.
"Doakan semoga semua diperlancar."
"Aminn..."
Setelah seharian berkutat dengan pekerjaan, waktu setengah lima sore Sashy dan karyawan yang lain keluar dari kantor.
Sashy menuju parkiran mobilnya berada, meskipun mobil sederhana tapi Sashy begitu menikmati karena membeli dari hasil kerja kerasnya sendiri.
Bukan seperti yang sedang viral dengan merk brio merah, hehehe
"Sas, nanti malam jangan lupa ya, ajak suami mu." Sashy yang hendak masuk mobil menatap rekannya itu.
"Kalau sendiri aja gimana Git?" Tanyanya sambil tersenyum.
Gita mengerutkan keningnya, "Terserah yang penting kamu datang,"
Sashy tersenyum lebar sambil mengacungkan jari jempolnya.
"Kalau sudah tak mengakui Fatur, mending di cerai Sas." Ucap Gita terkekeh.
Mobil mereka parkir berdampingan. Sehingga membuat keduanya sama-sama berdiri disisi pintu.
"Mau nya begitu Git, capek makan ati terus, enakkan makan jantung biar, kekk!" Sashy memperagakan tangannya menggores leher.
Melihat itu Gita tertawa, "Jangan sadis Sas, terlalu mudah buat orang seperti Fatur jika lansung di eksekusi, perlu di kasih ayok terapi dulu."
Gita adalah sahabat Sashy sejak kuliah. Dan kebetulan mereka di terima ditempat yang sama. Jadi Gita ini adalah teman curhat Sashy.
"Pengennya langsung pada intinya, biar ngga kelamaan bikin dosanya."
Hahahhaa
Keduanya tertawan bersama, dan berpisah meninggalkan parkiran kantor.
*
*
Hampir pukul enam sore Sashy sampai dirumah, saat mobilnya berhenti, rasanya Sashy begitu malas untuk turun. Apalagi bertemu dengan suaminya, entahlah rasanya dia benar-benar sudah membenci Fatur.
Namun saat melihat mobil Fatur belum ada, Sashy memilih turun. Memasuki rumah yang mereka beli bersama, rumah yang cukup nyaman untuk tempat tinggal, namun kenyamanan itu sudah tak terasa lagi sejak mereka sering berselisih dan berujung bertengkar.
Sashy masuk kedalam kamar lalu membersihkan diri. Seperti biasa, ia akan memasakkan sesuatu untuk makan malam. Meskipun sudah mati rasa tapi jika belum ada kata cerai, Sashy masih wajib melayani sang suami.
Hingga semua sudah beres, Sashy menatap jam dinding sudah hampir pukul sembilan malam, tapi suaminya itu belum juga pulang, biasanya juga tidak pernah larut.
Megambil ponselnya yang ada di kamar, Sashy mencoba menghubungi nomor sang suami.
Satu kali nada panggilan belum di angkat, hingga deringan ke tiga barulah tersambung.
"Halo.."
Deg
Suara wanita, kenapa menjadi suara wanita? Fatur kan laki-laki bukan wanita.
Sashy berdehem kecil, "Mas Fatur kemana!" Tanyanya sedikit ngegas.
"Oh, mas Fatur, dia lagi di kamar mandi."
Hah
Begitu sesak dadanya saat ini, ternyata rasa sakit itu terus ada, ia pikir sudah tak akan merasakan sakit meskipun di hantam kenyataan.
"Ya sudah!"
Tut
Sashy mendongakkan kepalanya, mengahalau air matanya agar tak tumpah. Tak sepantasnya ia menangisi seorang Fatur yang sudah berselingkuh.
"Aku tidak boleh lemah, jika dia bisa aku juga bisa!" Tekadnya menggebu-gebu.
"Mari kita tunjukan, siapa yang mandul!" Gumamnya dengan sebuah pancaran mata yang tajam.
"Siapa sayang?"
"Oh, istri kamu." Celine tersenyum dan segara turun dari ranjang dengan tubuhnya yang polos saat melihat Fatur yang tampak segar setelah mandi, terlihat semakin tampan.
"Sashy." Beo Fatur.
"Memang istri mu ada berapa?" Ucap Celine sedikit kesal.
"Di ngomong apa?" Tanyanya dengan wajah sedikit panik.
Melihat itu tentu saja membuat Celine cemberut.
"Katanya kamu tidak usah pulang, disini aja bersenang-senang sama akuh." Celine menempel pada tubuh Fatur, membelai dada polos Fatur dengan jarinya yang lentik.
"Yang bener kamu Cel, Sashy masa ngomong begitu?" Fatur tampak tak percaya.
Semakin ditekuk saja wajah Celine, "Ngga percaya ya udah, tapi memang aku masih ingin sama kamu."
Srekk
"Celine! Akh!" Pekik Fatur saat tiba-tiba Celine melempar handuk di pinggangnya dan wanita itu langsung berjongkok untuk mengulum jon nya.
"Akhh... Celine ughh.."
Pada akhirnya Fatur benar-benar tak pulang, tak rela meninggalkan lubang yang sudah nyaman ia masuki.
Sungguh jika ada orang seperti Fatur didepan mata, sudah saya tekuk tekuk dan saya tendang ke laut Amazon.
Sashy yang merasa suntuk dan galau memilih untuk keluar rumah menemui Gita. Awalnya Sashy tak ingin datang, tapi gara-gara jala*ng nya Fatur membuatnya berubah pikiran.
Menggunakan gaun pendek sebatas paha, Sashy berjalan dengan anggun memasuki sebuah club yang Gita beri tahu.
Suami Gita merayakan ulang tahunnya, dan Sashy sebagai sahabat Gita tentu saja di undang.
Dalam pencahayaan yang tamaran, Sashy mencari sahabatnya itu, hingga dari jarah yang tak jauh Sashy bisa melihat segerombolan orang dan diantaranya ada Gita.
"Git!" Panggilnya keras, karena harus berlawanan dengan musik yang karas.
"Hey, Sas! Kamu akhirnya datang!" Gita memeluk Sashy dan tertawa.
"Gue boring, si Fatur burung murahan itu lagi tebar pesona sama rumah barunya!" Garutu Sashy.
Gita ingin tertawa atau sedih ia menjadi bingung, "Sabar, orang sabar bakalan dapat jodoh besar!"
Sashy mendelikkan matanya, "Apanya yang besar!" Pekik Sashy.
Semakin malam ternyata bar itu semakin ramai, Sashy dan Gita memilih untuk bersenang-senang berdua, karena kebanyakan laki-laki teman suami Gita, membuat mereka memilih untuk memisah.
"Git, ini berapa?" Sashy menujukan jari telunjuknya di depan wajah Gita.
"T-tiga Sas, ini tiga." Gita menyentuh jari Sashy dan menghitungnya.
"Salah! Ini satu dodol, kamu mabuk, hehehe.." Sashy tampak tertawa.
"Kepalaku gliyengan Git, tapi aku kebelet piposy." Adunya sambil merapatkan kedua pahanya.
"Gue ngga tahan Git, mau keluar akhh!"
Sashy langsung berlari sempoyongan merasakan kantung kemihnya penuh, wanita itu tak peduli dengan kepalanya yang berdenyut, untuk melihat saja pandanganya sudah kabur-kabur.
Bruk
"Astaga, hey! Kamu salah masuk toilet!" Pekik seorang pria yang terkejut melihat seorang wanita menerobos masuk toilet pria.
"Kebelet, akhh aku kebelet keluar!" Sashy yang kesadarannya berkurang tak tahu bahaya apa yang mengintainya.
"Dasar wanita gila!"
Beruntung hanya ada dirinya sendiri, dan saat Sashy sedang mengeluarkan hajatnya, pria itu justru menunggu didepan pintu agar tidak ada orang lain masuk.
"Ah..leganya." Sashy tampak tersenyum lega setelah menuntaskan hajatnya.
Sambil sempoyongan, Sashy keluar, dan bertemu dengan pria yang berdiri menatapnya dengan tajam.
"Hey, inikan toilet wanita! Kenapa ada pria seperti mu disini!" Pekiknya dengan suara yang seperti orang mabuk.
"Astaga, dia mabuk." Pria itu mengusap wajahnya kasar.
"Kamu pria sama saja, sama-sama memelihara burung murahan!"
Pria itu membulatkan matanya sambil menatap bagian bawah perutnya, di mana ada burung elang yang sedang tidur.
"Kamu!" Sashy menujukan pria itu dengan mata menyorot tajam, namun karena mabuk justru tatapan Sashy terlihat menggemaskan.
"Kamu pikir aku mandul hah! Dengar! Aku tidak mandul, dan aku bisa punya anak!"
Srek
Cup
...
Apa woy...cup apa?????
Umm...ahh...
Bibir Sashy tak henti-hentinya meleguh saat merasakan ngilu dan nikmat sekaligus, hingga membuat pria yang sedang memegang kendali tak kuasa berhenti.
Kejadian yang spontan di dalam toilet membuat Sashy terseret ke kamar, wanita yang sedang mabuk itu begitu agresif dan membuatnya terjebak dengan seorang pria. Kemarahan dan kekecewaan yang Sashy alami membuat wanita itu hilang kendali, ia yakin jika dirinya bukan wanita mandul seperti yang dituduhkan sang suami dan mertuanya.
"Jika kau mandul, maka benih premium ku tak akan membuahkan hasil bukan, arghh!!"
Pria itu ambruk di atas tubuh Sashy setelah memuntahkan lahar premium menurutnya, karena selama hidup ia menerapkan gaya hidup sehat, baginya menjaga kesehatan adalah nomor satu, dan saat ini ia pun pertama kali menanam benih pada tempat yang tepat, jika biasannya hanya didalam kamar mandi, tapi kini miliknya benar-benar menemukan tempat yang tepat.
Ahh
Sashy memejamkan matanya dengan napas yang menderu, keduanya bermandi keringat dan tertidur setelah aktifasi panas itu.
Mentari pagi belum nampak, udara sekitar mulai terasa dingin, Sashy yang merasakan dingin di bahunya beringsut untuk mencari kehangatan. Tanpa sadar Sashy meringkuk kedalam dekapan sosok pria yang semalam membuatnya tak berdaya.
"Umm, dingin." Gumam Sashy serak.
Hingga semakin lama, hidungnya mencium aroma tubuh yang asing, namun menenangkan.
"Um, Kamu ganti parfum Mas?" Tanyanya dengan mata yang masih terpejam, dan hidungnya yang lancip berada di permukaan dada pria di sampingnya.
"Wanginya aku suka." Katanya lagi.
"Aku tidak pernah ganti parfum."
Deg
Sashy yang masih memejamkan matanya tampak terkejut mendengar suara bariton yang asing di telinganya, jika suara Fatur tak seperti itu, Sashy begitu kenal suara suaminya.
Tapi ini.
Sashy membuka matanya dengan cepat, kepalanya yang sedikit pusing tak ia hiraukan.
Akhhh!
"Siapa kamu!" Pekiknya terkejut saat membuka matanya.
Dengan cepat tubuhnya beringsut duduk, memberi jarak pada pria asing yang masih rebahan itu.
"Kenapa ini? Kenapa?" Sashy panik, melihat tubuhnya yang hanya tertutup selimut, tentu saja membuatnya semakin panik.
Pria yang masih berada di atas ranjang itu hanya diam melihat bagaimana paniknya wanita di depannya itu. Padahal jika di ingat semalam dialah yang begitu menggebu-gebu, bahkan Sashy seperti sedang meluapkan kemarahannya saat tak sadar.
"Kamu pasti memanfaatkan keadaanku kan!" Pekiknya dengan tatapan nyalang.
Pria itu hanya menaikkan alisnya sebelah, "Atas dasar apa aku memanfaatkan mu," Ucapnya tanpa rasa bersalah.
Sashy semakin mendelikkan matanya, mencoba mengingat kejadian tadi malam yang bisa membuatnya berada di tempat ini.
Melihat wanita itu diam, pria itu beringsut duduk, bersandar di bahu ranjang dan menatap bagian dadanya.
"Lihatlah, apa ini yang di namakan memanfaatkan." Ucapnya sambil menunjukkan beberapa tanda merah di bagian dadanya hingga batas perut bawah.
Sashy melebarkan matanya, wajahnya memerah antara malu dan kesal.
Melihat wajah Sashy membuat pria itu tersenyum miring, memajukan tubuhnya pria itu meraih tengkuk Sashy lalu menciumnya.
Emphh
Pupil mata Sashy melebar, tangannya mencekram selimut yang menutupi dadanya. Merasakan ciuman lembut dan dalam membuat Sashy ikut hanyut dalam cumbuan pria yang sama sekali tak ia kenal.
Emphh..
Hah
Sashy menghirup napas banyak-banyak dadanya naik turun dengan cepat. Pagi-pagi sudah diajak olah raga jantung. Karena saat ini jantungnya berdebar dengan cepat.
"Lihat, kamu bahkan menikmati ciuman ku." Ucapnya dengan tatapan menggoda.
Bugh
Sashy memukul dada pria menyebalkan itu sekuat tenaga, wajahnya memerah menahan malu.
"Hey, lihat aku." Pria itu menyentuh dagu Sashy dan mengangkatnya.
Keduanya saling tatap, Sashy bisa melihat paras tampan mempesona pria didepannya ini. Alis tebal, hidung mancung dan bola mata hitam pekatnya. Rahangnya yang tegas serta bibir yang terlihat cerah alami.
Sedangkan pria itu tampak menyisir lekuk wajah Sashy, mata bulat bulu mata lentik, hidung yang lancip dan bibir sedikit tebal namun terlihat begitu seksi, ibu jarinya mengusap bibir bawah Sashy yang berwarna alami.
"Kau mabuk, dan salah masuk kamar mandi. Beruntung hanya aku yang berada di dalam sana. Hanya saja kau yang mabuk amarah mu membawa kita sampai di atas ranjang." Terangnya.
Sashy kembali menunduk, dia mengingat itu. Karena rasa kecewa dan marah pada keadaan membuatnya hilang kendali dan justru terjerumus dalam ons.
"Kau mandul."
Sashy yang menunduk lansung menatap pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kau selalu bicara jika kau mandul,"
Sashy pun akhirnya mengangguk, "Aku sudah menikah." Katanya dengan lemah.
Pria itu menepuk kepala Sashy pelan, "Terkadang takdir yang kita kira jahat juga bisa memberikan kita kebahagiaan. Jadi jangan putus asa,"
Sashy terseyum tipis, entah kenapa ada rasa hangat yang menyusup dalam hatinya.
"Untuk yang terjadi aku minta maaf." Ucapnya dengan tatapan bersalah.
"Its Oke, kita sama-sama menikmati bukan."
Bluss
Mendadak pipi Sashy terasa hangat, Sashy pun masih bisa mengingat pertarungan semalam. Melirik dada pria didepanya semakin membuat Sashy malu hingga tanpa sadar menggigit bibir bawahnya sendiri.
Melihat wajah merona wanita didepanya membuatnya tiba-tiba merasakan sesuatu, apalagi Sashy mengigit bibirnya seperti itu, terlihat begitu seksi.
"Apa aku boleh melakukanya lagi."
Hah
Sashy langsung menatap wajah pria yang menatapnya ingin, membuatnya menelan ludah kasar.
"Joni ku-"
Pria itu menatap kebawah, di mana pusat tubuhnya kembali mengambang.
Sashy benar-benar menelan ludah, hingga dirinya tak bisa menolak sentuhan pria itu yang mulai memberikan reaksi ingin lebih pada tubuhnya.
Keduanya kembali melakukan hal yang sama, mengulang dan kembali menyatukan tubuh keduanya dengan gelora yang membara, hanya saja kali ini keduanya melakukanya dengan Sashy yang sadar sepenuhnya, tidak seperti semalam yang mabuk.
Setelah ritual kikuk kikuk dan dilanjut mandi bersama, kini keduanya sudah berada di lobby dengan tampilan rapi.
"Senang menghabiskan waktu bersama mu." Ucap pria itu dengan senyumnya yang ternyata sangat tampan.
Sashy membalas senyum itu, "Semoga kita tidak pernah bertemu lagi." Katanya dengan berharap.
Pria itu terkekeh kecil, menarik pinggang ramping Sashy sampai membuat Sashy tersentak.
Cup
"Jika bertemu lagi, kau akan menjadi milikku."
Hah
Sashy merasakan dadanya berdegup kencang, bisa-bisa pria asing itu menciumnya di tempat umum, beruntung lobby penginapan sepi Kalau tidak Sashy pasti sangat malu.
Dan apa tadi katanya, jadi miliknya.
"Memangnya siapa yang mau ketemu dia lagi." Kesal Sashy saat melihat mobil pria itu meninggalkan halaman lobby.
"Kenapa pula aku ini, bodoh kau Sashy. Kau itu punya suami kenapa harus tidur dengan orang lain." Gerutunya sambil menuju mobilnya yang baru sampai di depan lobby.
"Ah biarkan saja, anggap sama-sama impas." Pikirnya, mengingat suaminya melakukan hal yang sama, dan tentu mereka dengan sengaja berbeda dengannya yang bisa dibilang musibah.
***
Jangan lupa berikan bintang 🌟🌟🌟🌟🌟 kalian dan para hadiahnya...xixxixixxi😍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!