Dave Seth Arkana adalah anak pertama dari pemilik kampus swasta terkenal di kotanya. Namun Dave tidak memiliki niat untuk menjalankan bisnis Pendidikan milik orangtuanya. Dave lebih memilih untuk menjalankan bisnisnya sendiri di bidang properti dan konstruksi.
Dave lahir dari keluarga yang sangat kaya raya, selain bisnis Pendidikan, orangtua Dave juga memiliki bisnis impor dan ekspor.
Sejak kecil Dave tumbuh dan besar di luar negeri, karena orangtuanya ingin Dave mendapatkan Pendidikan yang layak untuk bekalnya di masa depan.
Tidak hanya Dave, Hendra dan Lisa juga memiliki anak perempuan Bernama Dara Breeze Azura.
Dave berusia 30th sedangkan Dara saat ini masih berusia 19th, mereka memiliki rentan usia yang cukup jauh di karenakan Lisa baru bisa mengandung lagi setelah ia sembuh dari sakitnya.
Berbeda dengan Dave, Hendra dan Lisa memutuskan jika Dara tidak akan tinggal di luar negeri seperti kakaknya, karena Dara adalah seorang perempuan. Lisa begitu hawatir jika Dara harus tinggal jauh darinya.
“Ma, Pa” Panggil Dara
“Pada kemana sih, sepi banget”
Karena rumah terlihat begitu sepi, Dara memutuskan untuk langsung berangkat ke kampus tanpa berpamitan dengan kedua orangtuanya.
“Pak Edi kita berangkat sekarang” Ucap Dara sedikit berteriak.
“Siap Non”
Sepanjang jalan, Dara hanya diam saja tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dara tidak pernah mencari keberadaan orangtuanya sekalipun mereka tidak terlihat beberapa hari, karena Dara sudah terbiasa dengan bisnis orangtuanya, yang mengharuskan mereka berada di luar rumah.
“Pak Edi, nanti gak usah jemput ya. Aku pulang sama Luna”
“Siap Non”
Dara turun dari mobil mewahnya, dan berjalan menuju kelas. Di pertengahan jalan, Dara melihat mobil dosen favoritnya.
“Pagi Bu Rachel” Sapa Dara.
“Pagi Dara, kelas saya kan?”
“Benar Bu”
“Ya sudah, ayo jalan”
Rachel Glory Aurora, dosen fakultas ekonomi di kampus milik keluarga Dara. Gadis tersebut begitu mengidolakan Rachel karena diusianya yang masih 25th Rachel sudah berhasil menjadi Dosen di kampusnya.
Menurut Dara, Rachel adalah perempuan yang memiliki kesempurnaan yang tinggi, selain cantik Rachel juga begitu cerdas.
Di kelas, Dara duduk di bangku paling depan untuk memperhatikan materi dari Rachel, dan mata kuliah pagi ini adalah tentang statistika ekonomi atau lebih tepatnya Dara akan belajar tentang inferensi statistik.
Jam mengajar Rachel telah selesai, dia pun meninggalkan kelas dan menuju keruangan dosen. Dalam perjalanannya banyak sekali mahasiswa dan mahasiswi yang menyapa Rachel, mereka semua begitu kagum dengan kecantikan dosen tersebut.
“Permisi Pak” Ucap Rachel ketika dia akan masuk keruangan namun terhalangi oleh sosok pria berbadan besar dan tinggi.
“Silahkan” Ucapnya.
Rachel masuk kedalam ruangan tanpa memperhatikan pria tersebut, namun berbeda dengan Rachel, pria tersebut justru memperhatikannya dengan lekat meski hanya sekilas.
Aroma parfum dari tubuh Rachel tercium sangat tajam di hidungnya, dia adalah Dave Seth Arkana.
Kedatangan Dave pagi ini bukan kali pertamanya, namun sudah ke tiga kali. Hanya saja Dave tidak pernah bertemu dengan Rachel. Dave memperhatikan Rachel dari jauh, kemudian dia meninggalkan ruangan dosen tersebut dan menemui dekan dari Fakultas Ekonomi.
“Coba cari tahu tentang dosen tadi”
“Oke” Ucap Arga
Arga adalah asisten Dave, mereka sudah mengenal satu sama lain sejak mereka masih di luar negeri. Arga juga merupakan teman yang paling setia dengan Dave diantara teman yang lain.
Dan saat ini Arga adalah orang kepercayaan Dave untuk membantunya mengelola bisnisnya dan bisnis orangtuanya.
Seperti hari ini, Hendra sedang berada diluar negeri untuk melakukan pengobatannya. Hendra memiliki penyakit jantung bawaan yang sangat mengancam jiwanya jika dia lalai dalam menjaga dirinya.
“Pak Dave, silahkan duduk” Ucap Dekan dari Fakultas Ekonomi tersebut.
“Bagaimana tentang branding kampus ini?”
“Citra publik kampus sangat baik Pak, kami kemarin baru saja membangun kerja sama dengan beberapa lembaga luar negeri Pak”
“Dunia industri?”
“Untuk sementara kerjasama kampus hanya stuck dengan industri yang sudah ada Pak”
“Diperluas lagi Pak, jangan hanya fokus dengan lembaga luar negeri”
“Baik Pak”
“Segera update dan kirimkan kepada saya filenya”
“Baik Pak”
Dave meninggalkan ruangan Dekan, dia segera turun untuk kembali ke kantornya. Saat Dave hendak membuka pintu mobilnya, Dara menarik jas milik Dave.
“Kak”
“Hmm”
“Ikut”
“Aku mau ke kantor. Jangan nyusahin”
“Dih. Gak jadi deh”
Dave segera masuk dan meninggalkan kampus tersebut. Sedangkan Dara masih terdiam di tempat dan tidak beranjak sama sekali.
Karena mata kuliah berikutnya kosong, Dara memutuskan untuk pergi ke coffee shop yang terletak sedikit jauh dari kampusnya.
Sementara di ruangannya, Rachel sedang membuat materi untuk mata kuliahnya. Meskipun pikirannya sedang kacau, tapi Rachel berusaha bersikap profesional.
“Bu Rachel, gak istirahat?”
“Duluan saja Bu, saya masih selesaikan materi”
“Saya duluan Bu”
“Silahkan Bu”
Berita tentang perceraian Rachel sudah menyeruak, bahkan dosen dari Fakultas lain pun sudah mendengar berita tersebut. Tidak sedikit yang mencibir tentang perceraian Rachel, bahkan sesama dosen yang mengajar di Fakultas Ekonomi pun mengatakan jika Rachel pasti berulah diluar sana, sehingga dia di ceraikan oleh suaminya.
Berita itupun simpang siur di luaran, tapi Rachel enggan meluruskannya. Karena menurut Rachel, berita itu tidak begitu penting baginya, karena berita itu hanya sebatas permasalahan pribadinya yang tidak ada hubungannya dengan instansi tempat dia mengajar.
Ting! Ponsel Rachel berdering.
“Siang Bu Rachel, bisa meeting untuk membahas branding kampus?” – Dekan
“Baik Pak, saya segera menuju ruangan Pak Tio” – Rachel
Mendapat pesan singkat tersebut, Rachel segera menutup laptopnya dan membawanya keruangan Dekan untuk kembali membahas tentang reputasi kampus, karena Rachel terlibat dalam strategi pemasaran kampus.
“Selamat siang Pak”
“Bu Rachel, silahkan. Kita tunggu Pak Rendi dulu Bu”
“Baik Pak”
Tio merupakan Dekan termuda di kampus milik keluarga Dave. Tidak hanya mahasiswa saja, bahkan Tio yang sudah beristri pun begitu mengagumi Rachel. Saat Rachel sedang sibuk mengerjakan profil institusinya, Tio menatap Rachel dengan tatapan seolah ingin menerkam, apalagi dengan status baru Rachel yang sebentar lagi akan sah menjadi janda.
Toktoktok!
“Permisi Pak Tio” Ucap Rendi
“Silahkan Pak”
“Terimakasih Pak”
“Jadi singkat saja, tadi owner datang meminta kita memperbanyak relasi di dunia industri. Menurut Pak rendi dan Bu Rachel bagaimana?”
“Saya setuju Pak, namun akan sedikit sulit karena peminat Fakultas Ekonomi menurun tahun ini” Sahut Rendi.
“Kalau begitu kita rubah strategi pemasaran untuk Fakultas Ekonomi Pak” Ucap Rachel
“Total?” Tanya Tio.
“Total Pak, saya akan bantu siapkan filenya”
“Oke Bu Rachel, saya tunggu”
“Baik Pak, kalau begitu saya permisi dulu karena saya ad akelas 15 menit lagi Pak”
“Iya Bu silahkan”
Rachel meninggalkan ruangandekan dan segera menuju kelas dimana dia harus mengisi mata kuliah.
“Hmm makin banyak pekerjaan” Gumam Rachel.
“Rachel Glory Aurora”
“Siapa?” Tanya Dave.
“Kemarin katanya minta di carikan informasi tentang Dosen cantik itu”
“Oke, mana?”
“Ini. Aku keluar dulu, kalau kurang detail info saja”
“Thanks”
Dave membaca informasi tentang Rachel, dia sedikit terkejut ketika mengetahui jika Rachel sedang dalam proses perceraian, mengingat usianya yang masih 25th tapi dia sudah dalam fase tersebut.
“Menarik” Batin Dave.
Rachel Glory Aurora, merupakan anak tunggal dari pasangan Anton dan Nia. Orangtuanya memiliki bisnis pabrik rokok dan juga pabrik pupuk yang berada di luar kota. Rachel tinggal seorang diri karena orangtuanya berada di luar kota.
Awalnya Rachel tinggal bersama dengan suaminya, yaitu Bara Christian yang merupakan seorang CEO dari perusahaan yang bergerak di bidang akomodasi.
Menurut informasi, Bara beberapa kali menghianati Rachel hingga akhirnya Bara tertangkap basah oleh Rachel, dan disaat itu juga Rachel memilih untuk berpisah darinya meskipun Bara tidak menyetujuinya.
Tidak hanya bermain dengan wanita, Bara juga sering melakukan kekerasan fisik dan mental kepada Rachel. Mereka menikah sejak Rachel masih mengejar pendidikannya, lebih tepatnya saat Rachel masih berusia 22 tahun.
Rachel dan Bara hanya menjalani pernikahan yang singkat. Bara memang tidak mencintai istrinya, dia hanya terobsesi dengan kemolekan tubuh Rachel.
Dengan bersusah payah mengumpulkan bukti perselingkuhan Bara, akhirnya permintaan Rachel untuk bercerai dari suaminya di kabulkan oleh pengadilan meskipun sampai saat ini proses tersebut belum juga selesai.
Setelah Dave membaca informasi tentang Rachel yang dikumpulkan oleh Arga, dia baru menyadari jika program pemasaran kampus atau lebih khususnya untuk Fakultas Ekonomi adalah hasil dari usaha Rachel.
“Semakin menarik” Ucap Dave.
Ceklek!
Dave membuka pintu ruangannya, lalu meminta Arga untuk bersiap mendatangi kampus milik orangtuanya.
“Tumben semangat”
“Demi Ibu Dosen” Jawab Arga singkat dan padat.
Dave sudah tidak sabar untuk menemui Rachel, dia akan menggunakan pemasaran kampus sebagai alasannya untuk bertemu dengan dosen cantik tersebut.
Dave berjalan menuju ruangan Dekan, banyak mahasiswi yang memuji ketampanan Dave, bahkan teman Dara pun begitu terkejut jika Dave adalah kakak kandung Dara.
“Serius Dar?”
“Hmm ini buktinya” Ucap Dara.
Toktoktok!
“Pak Dave, silahkan masuk. Ada yang bisa saya bantu?” Ucap Tio.
“Saya mau bertemu dengan Ibu Rachel Glory Aurora”
“Baik Pak, akan saya infokan kepada Bu Rachel.”
“Dimana beliau?”
“Masih mengajar Pak”
“Biar diselesaikan dulu Pak, saya tidak buru-buru”
“Baik Pak”
Tio memesankan kopi untuk Dave dan juga Arga. Kemudian Tio memberikkan ruang kepada Dave agar dia tidak merasa terganggu.
Rachel yang baru saja menyelesaikan kelasnya, segera membalas pesan singkat dari Dekan untuk menanyakan keberadaan Dave.
“Saya sudah selesai Pak, saya harus menemui Pak Dave dimana?” – Rachel
“Pak Dave ada diruangan saya Bu, tapi saya tanyakan dulu apakah Pak Dave mau bertemu Bu Rachel disini atau di tempat lain” – Tio
“Baik Pak” – Rachel
“Permisi Pak Dave, Bu Rachel sudah selesai”
“Dimana Bu Rachel Pak, biar saya kesana”
“Bu Rachel berada diruangan Dosen Pak, dibawah. Mari saya antar”
“Tidak usah Pak, biae saya sendiri. Kirimkan nomor Bu Rachel ke Pak Arga”
“Baik Pak”
Dave meninggalkan ruangan dekan, dia segera turun untuk menemui Rachel dibawah. Melihat ruangan Dosen, Dave segera membukanya dan masuk ke dalam ruangan tersebut.
Beberapa Dosen yang berada di dalam ruangan tersebut sontak berdiri menyapa Dave dengan sopan.
“Bu Rachel?”
“Saya Pak” Ucap Rachel berdiri kemudian menghampiri Dave di ambang pintu.
“Saya Dave”
“Saya Rachel Pak, ada yang bisa saya bantu?”
“Iya Bu. Saya tertarik dengan marketik yang Bu Rachel kerjakan. Bisa kita diskusi?”
“Bisa Pak”
“Kalau begitu Bu Rachel ikut dengan saya saja, nanti akan saya antar kembali ke kampus”
“Apa tidak merepotkan Pak? Saya juga membawa kendaraan sendiri supaya tidak merepotkan Pak Dave”
“Oh tidak Bu, santai saja. Mari Bu”
“Baik Pak”
“Bisa aja buaya” Batin Arga sambil mengikuti mereka dari belakang.
Dave bahkan tidak segan membukakan pintu untuk Rachel, sedangkan Rachel begitu terkejut dengan perlakuan Dave.
“Terimakasih Pak”
Setelah menutup pintu, Dave menuju pintu sampingnya dan ketika berpapasan dengan Arga, Dave menaikan alisnya sebagai kode untuk Arga.
Arga hanya merespon dengan memutar bola matanya, yang menandakan dia sudah lelah dengan sikap Dave.
Arga duduk di depan samping sopir, sedangkan Dave dan Rachel berada di kursi belakang. Dave masih membahas tentang pemasaran kampus dengan Rachel.
“Apa saja yang sudah Bu Rachel siapkan untuk reputasi dan branding kampus?” Tanya Dave
“Mohon maaf Pak, saya belum menyiapkan filenya karena baru tadi siang saya bertemu dengan Pak Tio selaku dekan fakultas ekonomi”
“Tapi planningnya sudah ready kan?”
“Sudah Pak”
“Good. Pak Arga tolong di bantu catat”
“Baik Pak” jawab Arga.
“Jadi, menurut Bu Rachel bagaimana Ibu akan membangun reputasi dan branding kampus agar lebih di kenal, karena menurut data fakultas ekonomi mengalami penurunan peminat tahun kemarin”
“Menurut saya reputasi dan branding kampus tidak akan cukup hanya dengan memasang iklan atau membuat akun media sosial. Karena tujuan kita untuk membentuk persepsi public yang kuat dan konsisten, bahwa kampus tersebut memang berkelas, kredibel dan layak untuk di jadikan pilihan utama. Kalau tentang strategi saya ada beberapa poin Pak”
“Apa saja Bu?”
“Menentukan positioning kampus dengan jelas, membangun identitas visual yang kuat, aktif di kanal digital secara strategis, membangun jejak akademik dan intelektual, melibatkan alumni dan mahasiswa yang masih aktif, membangun event dan program ikonik, membangun hubungan dengan media dan influencer, membangun citra sosial, memperhatikan kualitas pelayanan mahasiswa, menjaga integritas dan reputasi internal. Demikian Pak poin untuk strategi yang akan saya buat” Jelas Rachel.
Dave mengangguk pelan, dia benar-benar terpukau dengan pola pikir Rachel, menurutnya memang selain cantik dan menarik, Rachel juga begitu cerdas.
“Saya setuju Bu, siapa yang memegang pemasaran?”
“Saya sendiri Pak, tapi biasanya kalau terlalu bertabrakan dengan jadwal saya mengajar. Saya akan meminta bantuan rekan dosen yang lain”
“Tidak perlu Bu, project ini akan di handle oleh Bu Rachel dan saya pribadi”
Rachel terkejut, karena seharusnya tugas ini menjadi tanggung jawabnya dan tim untuk membuat kampusnya dikenal lebih luas lagi.
“Baik Pak, berarti untuk filenya saya langsung kirimkan ke asisten Bapak ya?”
“Tidak perlu Bu, tadi sudah di catat oleh Pak Arga, kalau ada kendala saya akan hubungi Bu Rachel untuk diskusi”
“Baik Pak”
“Bu Rachel tidak perlu mengirim file tersebut kepada Pak Tio, sampaikan saja saya sendiri yang akan membantu branding Fakultas Ekonomi”
“Baik Pak, akan saya sampaikan”
Begitu sampai di coffee shop, Dave dan Rachel memilih tempat yang nyaman. Mereka berdua duduk di kursi paling ujung, sedangkan Arga berada di meja lain.
Sesekali Dave menanyakan tentang pribadi Rachel, agar tidak terlalu kaku.
“Bu Rachel tinggal dimana?”
“Di komplek green view Pak”
“Tidak jauh dari rumah saya, saya tinggal di grand paragon”
“Wah, pasti ketat sekali keamanan disana Pak”
“Sangat Bu Rachel. Orangtua disini?” Tanya Dave berbasa-basi.
Sedangkan Arga yang mendengar basa-basi Dave begitu mual dan ingin memuntahkan isi perutnya. Arga benar-benar mengerjakan strategi Rachel, sedangkan Dave justru sedang sibuk mendekati Rachel.
Setelah hampir dua jam lamanya Dave dan Rachel meninggalkan coffee shop dan kembali ke kampus untuk mengantar Rachel.
“Pak Dave, Pak Arga terimakasih banyak untuk pertemuannya hari ini. Dan hati-hati dijalan”
“Sama-sama Bu Rachel, mari”
“Silahkan Pak”
Rachel segera berjalan melewati koridor lalu segera masuk ke dalam ruangan dosen. Sebagaian dosen sudah pulang karena jam mengajar mereka telah selesai, hanya tinggal beberapa orang saja yang berada dalam ruangan tersebut.
“Bu Rachel kenal dekat dengan Pak Dave? Tanya Lusi
“Tidak Bu, saya baru bertemu dua kali kemarin saat hendak masuk dan hari ini”
“Wah kok bisa langsung akrab ya, aneh sih ini”
Rachel tidak merespon ucapan rekan kerjanya, karena Rachel sudah mengetahui jika di respon topik mereka akan semakin melebar kemana-mana dan cenderung menyalahkan Rachel seperti biasanya.
Rachel segera meninggalkan ruangan dosen lalu menuju parkiran untuk masuk ke dalam mobilnya sebelum hujan turun. Rachel sudah berada di dalam mobil, kemudian dia segera menyalakan mesin mobil tersebut lalu mengendarainya.
Ting! Ponsel Rachel berdering.
“Kita ketemu sore ini ada yang mau aku bahas” – Bara
“Aku masih ada kerjaan” – Rachel
“Kalau mau menggoda laki-laki masih banyak waktu, hari ini aku tunggu dirumah. Kalau kamu gak datang, kamu tahu apa akibatnya – Bara
Rachel hanya bisa menghela nafasnya dengan kasar, selama menikah tidak hanya ancaman yang Rachel dapat melainkan Bara membuat ancaman itu menjadi nyata.
Tapi kali ini Rachel benar-benar sudah lelah, dia mengemudikan mobilnya menyusuri jalanan kota untuk menghindari Bara. Dia benar-benar mengabaikan pesan dan telfon dari Bara, yang membuat mantan suaminya menjadi murka.
Prangg!
“Itu mantan suaminya?”
“Mungkin” Jawab Arga.
Hari ini memang sudah dalam rencana Dave untuk mencari rumah Rachel, Dave sengaja menunggu Rachel tiba untuk memastikan apakah itu benar-benar rumah Rachel atau bukan. Namun ketika menunggu Rachel yang tidak kunjung datang, Dave justru melihat pria masuk ke dalam halaman rumah tersebut dan memecahkan kacanya.
“Kalau menurut informasi mobil itu memang milik mantan suami Bu Rachel” Jelas Arga kepada Dave.
Dave tidak meninggalkan tempat tersebut, dia tetap menunggu hingga Rachel tiba. Karena dia hawatir jika Rachel kembali, dia akan menerima kekerasan fisik yang akan di lakukan oleh mantan suaminya.
Merasa Rachel tidak kunjung datang, Bara meninggalkan rumah Rachel dan mencari keberadaan mantan istrinya tersebut.
Sementara di tempat lain Rachel sejak tadi memantau kamera pengawas dirumahnya, setelah melihat kepergian Bara, Rachel segera pulang. Dia bahkan sejak tadi berada di gang lain yang berada tidak jauh dari rumahnya.
“Rachel” gumam Dave.
“Berarti benar ini rumah Bu Rachel” Ucap Arga.
Setelah memastikan Rachel masuk, Dave meninggalkan tempat tersebut dan segera pulang. Melihat sikap mantan suami Rachel, dia semakin tertarik untuk mendekati Rachel.
“Cari informasi tentang mantan suaminya” Ucap Dave kepada Arga.
Dirumah Dave segera mengistirahatkan tubuhnya, bayangan tentang Rachel masih memenuhi pikirannya. Dia memang tertarik dengan Rachel dari pertama dia melihat Rachel, namun kali ini ketertarikan tersebut semakin menjadi-jadi ketika dia melihat mantan suami Rachel begitu anarkis.
.
.
Pagi ini ketika Rachel hendak pergi ke kampus, dia mendengar ada suara teriakan Bara dari luar rumahnya. Rachel begitu panik karena terakhir kali Bara sampai mendobrak pintu rumahnya.
“Astaga gimana ini” ucap Rachel yang sudah mulai panik.
Rachel membuka ponselnya mencari daftar nomor telepon yang bisa dihubungi, namun beberapa nama yang terlihat olehnya memiliki jarak yang cukup jauh dari rumahnya. Rachel pun tidak memiliki nomor telepon satpam komplek rumahnya, hingga mata Rachel menemukan daftar nama yang kemungkinan bisa membantunya.
“Tapi apa mungkin bisa” Batin Rachel.
“Rachel keluar kamu ja-lang”
Braakkk!
Rachel semakin takut ketika Bara berusaha mendobrak kembali pintu rumahnya, tanpa berpikir panjang Rachel menghubungi nomor tersebut.
“Halo” – Dave
“P-pak, tolong saya Pak” – Rachel
Brakkk!
“Rachel keluar!” Triak Bara.
Tut! Telepon di matikan oleh Dave.
Rachel yang ketakutan segera berlari ke kamar tamu dan menguncinya, di dalam kamar tersebut Rachel bersembunyi di kamar mandi.
Bara berhasil masuk ke dalam rumah Rachel dengan mendobrak pintu, Bara naik menuju lantai atas untuk memeriksa kamar Rachel, bahkan Bara juga sampai masuk ke kamar mandi untuk memeriksanya.
Tidak menemukan mantan istrinya di kamar, Bara segera menuju kamar lain di samping kamar utama, bahkan hingga ke balkon untuk memastikan jika ada kemungkinan Rachel bersembunyi disana.
“Rachel keluar! Atau kamu akan tahu akibatnya”
Bara mencari Rachel di dapur, hingga ke dapur kotor dan memeriksa kamar mandi yang terletak tidak jauh dari dapur kotor tersebut. Lagi-lagi Bara tidak menemukannya, dia masuk ke dalam kamar ART tapi dia juga tidak menemukan keberadaan Rachel.
Rumah Rachel cukup luas, Bara terlihat kesulitan mencari Rachel hingga dia melempar beberapa barang milik Rachel.
Masih tersisa tiga kamar lagi yang belum Bara periksa, dia tersenyum lalu memilih kamar paling ujung, kamar tersebut begitu rapi, tidak ada jejak apapun disana. Kemudian bara keluar menuju kamar lainnya, dengan hasil yang sama membuat Bara tertawa keras.
“Rachel kamu gak akan bisa sembunyi lagi” Ucap Bara.
Bara membuka pintu kamar tamu tersebut dan benar saja, pintu tersebut terkunci. Bara berusaha mendobrak pintu tersebut, namun gagal. Dia berusaha menendang lagi dan nyaris terbuka.
Bara mundur beberapa langkah untuk berusaha mendobrak pintu kamar tersebut. Dengan senyum mengerikan dari bibirnya, kali ini Bara sudah siap untuk menyeret Rachel keluar.
Bbraaakkkk!
Bukan pintu yang berhasil terbuka, melainkan Bara yang menghantam pintu tersebut karena di ten-dang oleh seseorang.
“Bereng-sek! Siapa kamu!” Ucap Bara.
Tanpa berpikir panjang Bara segera menyerang, namun beberapa kali pukulannya meleset begitu saja, Bara berusaha memecahkan vas untuk dia gunakan, tapi kembali lagi Bara tetap saja tidak bisa menyerang, dan berakhir dengan Bara berhasil di lumpuhkan.
Toktoktok!
“Bu Rachel, ini saya Dave” Triaknya Dave namun tidak ada jawaban dari Rachel.
Dave merogoh sakunya dan mengambil ponsel, lalu mencari daftar nama Rachel di dalam ponselnya untuk menghubungi Rachel.
“Bu Rachel, sudah aman. Saya di depan pintu” – Dave
“P-pak” – Rachel
“Pak Bara sudah dibawa security Bu, hanya ada saya disini” – Dave
Rachel yang masih panik, berusaha menenagkan dirinya lalu dia keluar dari kamar mandi, dan keluar dari kamar tersebut.
“Pak” Ucap Rachel sambil mengusap air matanya.
Dave yang melihat Rachel keluar dengan wajah pucat dan panik segera menarik lengan Rachel dan memeluknya. Dave melakukan tanpa sadar, sedangkan Rachel yang sudah di selimuti rasa takut dia juga tidak menyadari jika saat ini dia menangis ketakutan dalam pelukan Dave.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!