Di halaman dalam kediaman keluarga Xiao, di depan monumen batu hitam, semua generasi muda keluarga Xiao telah memenuhi Halaman, tidak terlalu luas, tetapi mampu menampung hingga lima ratus generasi muda sekaligus.
Di samping monumen batu hitam, seorang laki-laki paruh baya berteriak, "Xiao Chen!"
Di tengah kerumunan, seorang laki-laki berusia 15 tahun berdiri dengan lemah, tubuhnya kurus namun ia mempunyai postur tubuh yang cukup tinggi, rambut hitamnya yang panjang berantakan tertiup angin. Walaupun ia nampak lemah, namun di balik keangkuhan jubah hitamnya, tersembunyi kepalan tangan yang jelas menahan segala rasa emosinya.
"Cih, untuk apa memanggil orang tak berguna itu, sudah pasti hasilnya akan sama seperti tahun-tahun yang lalu, dasar sampah!" cetus seorang gadis muda di tengah lapangan dengan kedua tangan yang menyilang di dada.
Lima belas tahun yang lalu, Xiao Chen terlahir sebagai anak dari kepala keluarga Xiao, Xiao Hua, dan ibunya bernama Ling Chen. Tetapi, takdir langit begitu kejam. Walaupun menyandang gelar Tuan Muda keluarga Xiao, ia harus menerima takdir pahit yang di mana ia terlahir tanpa memiliki akar spiritual di dalam tubuhnya.
Akar spiritual adalah inti kehidupan bagi setiap manusia yang mendalami seni kultivasi. Mengembangkan energi spiritual di dalam tubuhnya untuk menjadi semakin kuat. Namun tanpa akar spiritual, seorang manusia ataupun mahluk hidup lainnya tidak akan bisa menyerap energi spiritual di sekitar untuk di jadikan energi spiritual miliknya sendiri.
Di tengah kerumunan di lapangan, Xiao Chen masih berdiri dalam diam. Ia terus bertanya-tanya kenapa ia di lahirkan dengan keadaan cacat seperti itu. Namun itu tidak membuatnya kehilangan semangat hidup, ia masih percaya akan adanya keajaiban dan keadilan dunia.
Dengan penuh tekad yang terpatri dalam raut wajahnya, ia pun berjalan di tengah lapangan, dan segera menghadap pada laki-laki paruh baya di samping monumen batu hitam.
Sesampainya di depan pria paruh baya itu, Xiao Chen pun membungkuk memberi hormat sembari berkata, "Aku siap, Tetua!" katanya dengan penuh keyakinan.
Namun pria paruh baya itu menjawabnya dengan sangat acuh, "Mulailah, jangan membuang-buang waktuku!"
Di campakkan, di abaikan, di rendahkan, di hina, dan di acuhkan. Pukulan itu telah beribu-ribu kali di terima oleh Xiao Chen. Namun ia masih berdiri hingga hari ini, dengan tubuh yang sama, dengan kondisi yang sama, tetapi dengan tekad yang semakin kuat.
Xiao Chen pun berjalan menuju depan monumen batu hitam, dan ia pun segera meletakkan sebelah telapak tangannya pada dinding batu hitam. Di mana batu hitam itu adalah batu yang dapat melihat tingkatan energi spiritual dan juga elemen yang di miliki setiap generasi muda di dalam tubuh mereka masing-masing.
Kedua mata Xiao Chen terpejam. Dia mencoba merasakan aliran energi spiritual di dalam tubuhnya. Tetapi perasaanya masih sama, ia sama sekali tidak dapat merasakan akan adanya energi spiritual di dalam tubuhnya. Bahkan monumen batu hitam itupun tidak menunjukan suatu reaksi apapun.
"Xiao Chen, tingkat spiritual tidak ada, elemen tidak ada!" ucap pria paruh baya itu mengumumkan dengan sangat acuh tak acuh.
"Ha! Ha! Ha!"
"Ha! Ha! Ha!"
Hampir semua orang tertawa, bahkan suara tertawa itu pecah di tengah lapangan. Menertawakan Xiao Chen yang sangat begitu menyedihkan.
"Lihat, sudah aku bilang, Tuan Muda itu benar-benar sampah!"
"Tidak aku sangka kepala keluarga bisa melahirkan sampah yang sangat menyedihkan seperti itu!"
Celoteh para generasi muda di tengah lapangan sangatlah tajam. Bahkan suara mereka terngiang-ngiang di telinga Xiao Chen. Membuat Xiao Chen menarik nafasnya begitu dalam.
"Eh, jangan bicara seperti itu, nanti kepala keluarga mendengarnya." kata seorang pria berbadan besar kepada rekan-rekannya yang terus mencemooh Xiao Chen.
Di atas panggung, Xiao Hua nampak menghela nafas panjangnya, bahkan istrinya yang bernama Ling Chen terlihat tengah menahan rasa sedihnya. Begitu juga dengan para Tetua keluarga Xiao di sampingnya, mereka nampak menyembunyikan rasa empatinya terhadap Xiao Chen yang sangat begitu menyedihkan.
Dengan hasil yang masih saja sama, Xiao Chen pun berlari dengan segala rasa kecewa di hatinya. Bahkan air mata itu tak dapat lagi terbendung.
Xiao Chen pun berlari melewati kerumunan di tengah lapangan, meninggalkan keramaian di kediaman keluarga Xiao saat itu.
"Kenapa, kenapa, kenapa ....!"
Xiao Chen berteriak penuh keputusasaan sambil berlari dan terus berlari lebih cepat lagi. Dia pergi meninggalkan kediaman keluarga Xiao, menuju bukit batu di sudut Utara desa Api. Air matanya tak lagi dapat terbendung dan terus menerus mengalir membasahi pipinya. Xiao Chen tanpa henti terus berlari lebih kencang lagi.
Hingga Xiao Chen pun tiba di bukit batu di belakang desa. Di mana di bukit itu terdapat satu air terjun dengan ketinggian lima ratus kaki. Di bawahnya, terdapat sungai panjang yang di sebut sungai suci. Tetapi yang terkenal bukanlah panjang dan lebar sungai suci, melainkan lokasi terjatuhnya air terjun yang di kenal sebagai kolam tanpa dasar.
Di atas tebing batu, di samping air terjun. Xiao Chen berdiri menatap langit. Air mata di sisi matanya mulai mengering, matanya sembab meninggalkan jejak kesedihan yang mendalam, kepalanya terangkat dalam mata yang terpejam. Sorot sinar matahari yang begitu panas seolah-olah membakar kulit. Angin berhembus kencang, mengibaskan rambut hitam panjangnya yang berantakan.
"Anakku, turunlah!" samar-samar suara seorang perempuan terdengar di telinga Xiao Chen. Membuat kedua matanya seketika terbuka lebar, perasaannya sangat begitu terkejut.
"Apa aku tidak salah dengar!" gumam Xiao Chen, bingung.
Xiao Chen terdiam sesaat, mencoba mengamati wilayah di sekitarnya, tetapi hanya ada suara kicauan burung, deru air, dan angin sepoi-sepoi yang bersiul merdu.
"Ternyata hanya perasaanku saja." kata Xiao Chen sembari menghela nafasnya. Ia pun segera membalikkan tubuhnya, hendak menjauh dari tebing air terjun.
Tetapi angin tiba-tiba berhembus kencang, bahkan membuat Xiao Chen terhempas beberapa langkah ke belakang di terpa angin.
"A— ada apa ini," kata Xiao Chen panik, ia pun meraih celah batu untuk pegangannya. "Haaaaa— aaaa, tolong ... siapapun, tolong aku!" teriak Xiao Chen sekencang-kencangnya. Angin itu sangat begitu dahsyat, bahkan pohon-pohon tumbang, beterbangan terbawa angin. Tetapi tidak ada seorang pun yang mendengarnya.
Mengandalkan celah batu, Xiao Chen terus bertahan. Tetapi tubuhnya tak lagi sanggup untuk menginjak bumi. Jika tidak ada celah batu yang kokoh di atas tebing, tentu Xiao Chen sudah di pastikan telah terhempas di terpa badai angin.
Namun dari kejauhan sebuah pohon besar yang tumbang terseret oleh badai angin, dan itu mengarah tepat kepada Xiao Chen.
"Apa, ahhh ... sepertinya ini adalah akhir dari hidupku!" ucap Xiao Chen lemah. Dia benar-benar sudah begitu pasrah akan nasibnya.
Bukk!
Pohon besar itu menghantam tubuh Xiao Chen dengan sangat keras. Membuat Xiao Chen tidak bisa untuk tidak bersuara, "Wha!" seteguk darah segar keluar dari mulutnya. Tetapi ia masih bertahan mencengkram celah batu, bahkan setiap ujung jarinya terluka, telapak tangannya robek, bahkan batang pohon masih menancap di bahu kanannya.
Namun angin semakin kencang, membawakan suatu kesan yang sangat begitu mengerikan. Tetapi yang anehnya, angin itu seperti sebuah jalur yang di khususkan mengarah kepada Xiao Chen. Sedangkan di tempat lain, seolah-olah angin berhenti berhembus, dedaunan begitu tenang.
"Apakah aku sedang berhalusinasi!" gumam Xiao Chen. Ia jelas menyadari keanehan di tempat itu, tetapi ia yang sudah sangat begitu lemas, lemah, dan tak berdaya, tidak lagi memperdulikan dengan apa yang tengah di alaminya saat itu.
"Ayah, ibu, maafkan aku!" ucap Xiao Chen lemah. Kedua matanya pun terpejam, jari jemarinya tak lagi dapat mencengkram celah batu, dan ia pun berlalu terhempas badai angin.
Namun badai angin berhenti begitu saja, tetapi Xiao Chen telah berada di udara, dan di bawah dengan ketinggian lima ratus kaki, itu adalah kolam tanpa dasar, tempat di mana terjatuh nya air terjun.
Tetapi Xiao Chen sudah sangat tidak peduli dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Lalu ia pun terjatuh ke kolam tanpa dasar.
Byur!
Blukbuk! Blukbuk!
Tubuhnya yang kurus tenggelam dan lebih dalam lagi menuju dasar kolam. Tetapi matanya terbuka lebar, cahaya matahari mulai menghilang dari pandangannya.
'Mati dengan cara seperti ini ... cukup menyedihkan!' gumam Xiao Chen di dalam hatinya.
Sekelompok ikan monster datang mendekat. Bahkan tak segan-segan menyantap tubuh Xiao Chen. Tetapi, di saat tubuhnya terkoyak oleh gigi gergaji yang sangat tajam, Xiao Chen tetap terdiam, bahkan melawan pun sangat mustahil.
Kedua tangannya terputus, setengah wajahnya hancur, bahkan kulit yang melapisi bagian dadanya pun telah terkoyak, memperlihatkan tulang rusuknya yang putih. Noda darah membuat air berubah menjadi berwarna merah.
Namun, disaat-saat terakhirnya, di saat kesadarannya mulai menghilang. Suara perempuan itu kembali terdengar.
"Ini belum saatnya!"
Cahaya yang begitu cemerlang bersinar dari dasar kolam. Membuat sekelompok ikan monster itu seketika berhamburan melarikan diri.
"Ada apa ini?" ujar Xiao Hua, cemas.
Halaman depan kediaman keluarga Xiao penuh sesak. Semua generasi muda keluarga Xiao masih memenuhi halaman depan.
Di atas panggung, Xiao Hua— 45 tahun, seorang pria yang menjabat sebagai kepala keluarga Xiao saat ini. Xiao Hua bangkit dari tempat duduknya. Menatap langit cerah yang tiba-tiba saja mendung, menenggelamkan matahari di balik awan kelabu. Angin menjadi cukup kencang, membuat jubah merah Xiao Hua berkibar tertiup angin.
"Ada apa, suamiku?" tanya Ling Chen— 42 tahun. Seorang wanita dengan paras yang sangat cantik, dan walaupun ia pernah melahirkan seorang anak, tetapi berkat perawatan tubuhnya, ia mempunyai lekuk tubuh yang sangat anggun dan indah yang tersembunyi di balik gaun biru nya yang ketat.
Gemuruh guntur di langit mengeluarkan suara yang begitu memekakkan telinga. Semua pasang mata di kediaman keluarga Xiao tertuju ke langit. Menatap langit yang semakin gelap, bahkan membentuk pusaran awan kelabu.
"Aku rasa ada yang tidak beres!" ujar Xiao Hua. Kepalanya terangkat tinggi menatap langit.
Namun, sosok misterius hitam muncul di langit, seolah-olah dia keluar dari balik pusaran awan kelabu.
"Xiao Hua! Serahkan Giok Api Kuno kepadaku!" ucap sosok misterius yang tengah melayang di udara.
Xiao Hua tertegun sesaat. Kedua matanya membola bulat, ia sangat begitu terkejut atas apa yang telah di ucapkan sosok hitam misterius itu.
'Giok Api Kuno! Siapa orang ini, kenapa dia bisa mengetahui tentang Giok Api Kuno!' gumam Xiao Hua di dalam hatinya. Xiao Hua sangat begitu terkejut.
Lalu Xiao Hua pun maju selangkah, kepalanya terangkat menatap sosok misterius yang tengah melayang di langit.
"Siapa anda ini, Senior? Kenapa anda datang ke kediaman keluarga Xiao?" tanya Xiao Hua sembari membungkukkan tubuh sebagai tanda hormatnya.
Wush!
Orang itu menghempaskan tekanan udara yang sangat kuat, membuat semua orang di kediaman keluarga Xiao terkejut.
"Siapa orang itu?" kata seorang laki-laki muda keluarga Xiao.
"Hei— kau ... berani sekali bersikap lancang di kediaman keluarga Xiao, kau ingin mati!" teriak seorang bocah laki-laki sembari mengangkat telunjuknya, menunjuk sosok hitam misterius di langit.
Namun, salah satu tetua keluarga Xiao dengan cepat melompat dari atas panggung, kemudian segera membungkam mulut bocah laki-laki itu.
"Dasar bodoh, dia adalah seorang praktisi Kaisar Tempur, jangan gegabah! Kalau tidak ...." belum sempat ia menyelesaikan perkataannya, seketika sebuah serangan energi pedang berbentuk bulan sabit menyerangnya. Bahkan membuatnya seketika terbunuh dengan kepala yang terlepas dari tempatnya.
"Aaaa!"
"Haaaa!"
Teriakan kekacauan pecah di kediaman keluarga Xiao. Semua orang sangat begitu terkejut. Bahkan Xiao Hua dan juga Ling Chen pun seketika mengeluarkan sayap spiritualnya.
Semua anggota keluarga Xiao sangat begitu ketakutan. Mereka masih berteriak dan terus berteriak panik.
'Tetua Xiao Jin, segera bawa pergi semua anggota keluarga, biarkan aku dan istriku yang akan menghadapi orang itu.' kata Xiao Hua berbicara kepada Xiao Jin dengan teknik telepatinya.
'Tapi Ketua ....,' jawab Tetua Xiao Jin.
Namun Xiao Hua langsung memotong perkataannya, 'tidak ada kata tapi, cepat, bawa semua orang pergi! Orang ini sangat kuat, tidak ada seorang pun di keluarga Xiao yang mampu menandinginya.' tegas Xiao Hua masih berbicara menggunakan teknik telepatinya.
'Ba— baiklah tetua, tetapi anda harus berhati-hati, jangan sampai terjadi sesuatu kepada anda, Ketua!' ujar Xiao Jin.
Xiao Hua terdiam, ia segera memalingkan pandangannya, kembali menatap sosok hitam misterius di atas langit.
"Xiao Hua, kau hanyalah seorang praktisi Raja Tempur bintang satu, apakah kau ingin melawanku?" ucap sosok misterius hitam itu dengan nada yang sangat begitu mengejek.
"Ternyata dia adalah seorang praktisi Kaisar tempur bintang delapan! Apa yang harus kita lakukan, suamiku?" tanya Ling Chen.
Xiao Hua terdiam, nampak ia berpikir dalam segala rasa kekhawatirannya.
"Istriku, pergilah! Jaga Xiao Chen untukku, biarkan aku yang akan menahan orang ini di sini!" ucap Xiao Hua dengan tegas.
Tetapi Ling Chen menolak dengan tegas. "Tidak, aku tidak akan membiarkanmu berjuang sendiri, aku akan di sini untuk membantumu, hidup dan mati terus bersama!" ujar Ling Chen.
Walaupun merasa enggan, tetapi Xiao Hua tersenyum sembari menatap istri tercintanya. Lalu ia pun berkata, "Baiklah, hidup dan mati bersama."
"Ha! Ha! Ha!" sosok misterius hitam itu tertawa dengan begitu lantang.
"Xiao Hua! Untuk menghadapi kalian berdua ... cukup bagiku hanya dengan satu jurus saja!" sosok hitam misterius itu berbicara dengan sangat sombong.
Tetapi Xiao Hua berdiri dengan tegak, tanpa keraguan, tanpa rasa takut. Membusungkan dadanya, menantang kekuatan mutlak.
"Coba saja jika kau mampu!" ucap Xiao Hua dengan nadanya yang tinggi. Kedua bola matanya membola bulat, memelototi sosok hitam misterius di atasnya.
"Ha! Ha! Ha!" sosok misterius hitam itu kembali tertawa sangat lantang. "Xiao Hua, kau yang memaksaku!" ucapnya dengan sangat geram.
Sosok hitam misterius yang tersembunyi di dalam jubah hitam itupun mulai bertindak. Luapan gas hitam yang begitu pekat keluar dari tubuhnya.
Melihat itu, jelas membuat Xiao Hua dan juga Ling Chen sangat begitu terkejut.
"Suamiku, apakah dia orang keluarga Wu?" tanya Ling Chen, serius.
Tetapi Xiao Hua menggelengkan kepalanya, lalu ia pun berkata, "Tidak, aku rasa dia bukan dari keluarga Wu, aku tahu betul bagaimana kemampuan dan juga keterampilan-keterampilan tempur yang dimiliki oleh mereka, keluarga Wu!" ujar Xiao Hao.
Namun, luapan gas hitam itu memenuhi langit di kediaman keluarga Xiao. Bahkan Xiao Hua dan juga Ling Chen belum sempat untuk bergerak. Tetapi tubuh mereka terpapar akibat menghirup gas hitam yang begitu mematikan. Di mana gas hitam itu sangat begitu beracun.
Bercak racun mulai menjalar dan terlihat berwarna ungu gelap di permukaan kulit Ling Chen dan juga Xiao Hua.
"Ra— racun! Kapan?" kata Xiao Hua sangat begitu terkejut. Penglihatannya mulai kabur, bahkan tubuhnya pun mulai melemah, lemas.
Namun, dalam sepersekian detik, Ling Chen tumbang, dan tubuhnya terjatuh dari ketinggian langit.
"Tidak, istriku!" teriak Xiao Hua. Ia pun segera turun untuk menyelamatkan istrinya. Tetapi racun di dalam tubuhnya telah memasuki jantung, bahkan membuatnya sangat sulit untuk mengambil satu tarikan nafas pun.
"Ke— kenapa ini bisa terjadi ...." Xiao Hua menggantung ucapannya. Ia benar-benar sudah tidak dapat untuk mempertahankan kesadarannya.
Hanya dengan gas beracun, Xiao Hua dan juga Ling Chen pun tewas begitu saja. Bahkan sosok misterius hitam itu tidak memberikan waktu untuk keluarga Xiao melarikan diri.
Semua anggota keluarga Xiao tewas akibat menghirup udara yang telah terpapar oleh gas beracun.
"Aku sudah bilang, membunuh kalian ... cukup dengan satu jurus!" ucap sosok hitam misterius sangat merasa puas.
Dia pun mengambil cincin ruang penyimpanan milik Xiao Hua dan juga Ling Chen. Tetapi ia tidak menemukan benda yang di carinya, Giok Api Kuno.
Sosok hitam itupun memasuki kediaman utama kepala keluarga Xiao, dan ia terus mencari dan terus mencari hingga keseluruhan ruangan. Tetapi ia tidak menemukan apa yang tengah ia cari, membuatnya sangat begitu kesal dan marah.
"Aahh! Bajingan! Di mana Giok Api Kuno itu!" teriaknya dengan sangat begitu kencang.
Merasa putus asa karena barang yang di carinya tidak juga ia temukan, sosok hitam itu kembali terbang melayang di udara.
Gumpalan gas hitam membentuk sebuah bola yang bergulir hebat berwarna hitam keunguan. Lalu ia pun membuat sebuah hujan racun, menghujani seluruh kediaman keluarga Xiao, dan juga mayat-mayat anggota keluarga Xiao yang berserakan di halaman.
"Karna aku tidak menemukan apa yang di inginkan oleh ketua, maka aku akan menghabisi keluarga Xiao sampai ke akarnya!" gumam sosok hitam itu dengan sangat merasa marah.
Di tengah-tengah udara yang telah terpapar gas beracun, ia pun mengeluarkan sebuah jurus kuat, jurus itu nampak seperti bola api yang turun dari langit. Di tambah lagi dengan gas beracun, ketika bola jatuh di tanah, ledakan supernova meluluh lantakkan kediaman keluarga Xiao, sehingga yang tersisa hanyalah puing-puing reruntuhan, dan mayat-mayat yang dalam keadaan tubuhnya tercerai berai.
Keluarga Xiao, telah berakhir.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!