NovelToon NovelToon

CEO Wife

Awal

Hari ini, tepat hari pertama aku bekerja. Aku berhasil masuk ke sebuah perusahaan besar ternama, walaupun menjadi seorang karyawan biasa, itu sudah membuat hatiku gembira.

"Akhirnya, aku terbebas dari masa pengangguran!" seruku senang sembari duduk mantap di kursi kerja baru.

Semua mata saat itu melihatku yang tengah euforia dengan pekerjaan baruku. Karena aku tipe orang yang cuek bebek terhadap pandangan orang lain, tak masalah bagiku mau mereka menatapku sampai lelah.

"Hei, kau dipanggil menghadap Direktur." Tiba-tiba seseorang dari belakang muncul dan mengagetkanku.

"Ah, iya terima kasih sudah memberi tahu," ujarku padanya.

Aku segera bergegas ke ruangan Pak Direktur dengan jantung yang sedikit berdegup kencang karena takut pertama kali menghadap bos besar.

Ngapain ya, dia nyuruh aku ketemu? Aduh, Letta kamu enggak boleh jadi penakut. Ini peluangmu bekerja, gunakan sebaik mungkin! Fighting!, ungkapku menyemangati diri dalam hati. Dengan berani aku mengetuk pintu ruangan.

'TOK ... TOK ... TOK ...'

"Siapa?" saut seseorang dari dalam ruangan.

"Saya Letta, Pak. Karyawan baru yang barusan dipanggil."

"Oh, silakan masuk."

Aku pun masuk dengan percaya diri, menatap ke arah depan. Tak kusangka, aku melihat sesosok pria yang gentle, tampan dan mungkin bisa dibilang sempurna. Ialah CEO dari perusahaan yang baru saja aku tempati.

Waduh, kalau CEO-nya begini bisa jadi hobby nih lewat ruangan beliau, batinku.

"Kamu lagi mikirin apa?" ia bertanya membuyarkan lamunanku.

"Maafkan saya Pak, bagaimana ada yang bisa saya lakukan?"

"Duduk dulu," ujarnya mempersilakan aku untuk duduk di kursi yang berada tepat di hadapanya.

Ya, kalau perasaan grogi itu sudah pasti, lah. Siapa yang ngga akan grogi dengan seorang atasan ditambah lagi super ganteng.

"Kamu karyawan baru ya? Oiya, nama saya Eric Sultan. Saya yang bekerja keras mengurus perusahaan ini semaksimal mungkin," tuturnya sembari mengulurkan tangan kanannya padaku.

"Saya, Aletta Nanda Saraswati, " sautku dengan menjabat uluran tangan Eric.

"Salam kenal ya Aletta, semoga kamu betah kerja disini walaupun akan penuh tekanan pastinya." Dia tersenyum tipis.

"Iya Pak, saya akan berjuang!" sontakku begitu bersemangat hingga membuat Eric kaget.

Eric terlihat tengah terkekeh kecil melihat tingkah lakuku barusan.

Astaga, tak tau malu, sesalku dalam hati.

Setelah perkenalan itu, dan beberapa nasihat darinya. Aku kembali dan menjalani rutinitas sebagai seorang karyawan.

***

Sampai pada hari ke tujuh atau seminggu ini, aku mulai merasakan letih menjadi seorang karyawan. Kebiasaan tidur terlalu lama ketika menganggur, tentu saja membuatku amat rindu.

Dasar manusia kasur!, celetuk batinku.

"Hah, bagaimana ya caranya supaya semangat bekerja?" aku memikirkannya sembari melihat ruang kosong di atas komputer kerjaku.

Aku terus mengamati sembari berpikir keras, memikirkan bagaimana aku bisa kembali lagi bersemangat dalam pekerjaan.

"Ahh!" muncul ide liar dari otakku secara seketika.

"Mungkin, dengan menyelipkan foto Pak Eric di atas komputer ini nggak akan ada masalah." Itulah yang terlintas dalam pikiranku, Eric Sultan yang tampan dan memberiku degupan semangat setiap kali melihatnya.

Aku memperhatikan sekeliling yang semua sedang fokus pada pekerjaan mereka.

"Sekarang, cari dulu foto Pak Eric. Di internet pasti banyak deh." Entah apa yang aku pikirkan sampai aku benar-benar berani memasang foto CEO perusahaanku sendiri untuk menghiasi bilik kerjaku. Tanpa peduli akan terjadi masalah setelahnya.

Dan itulah kebodohanku yang mengawali ceritaku menjadi penggemar seorang Pak Eric. CEO perusahaan tempat kerjaku.

1. Dikenal Bos

"Huammmhhh ... Udah pagi aja. Apa!! Jam delapan!" sontakku kaget melihat jam yang tertera di layar handphone-ku. Aku segera bergegas menuju kamar mandi, karena aku sadar aku akan terlambat masuk kantor.

Sesampainya di kantor, aku melihat bilikku tengah ramai akan orang-orang yang menggerombol.

" Ekhem, permisi. Ini kan bilik saya, kenapa pada nggerombol di sini?" ungkapku berusaha menyingkirkan banyaknya manusia yang tengah bergerombol itu.

Tanpa basa-basi, seorang perempuan dengan rambut warna blonde mendorong tubuhku kencang sampai aku hampir menatap komputer di dalam bilikku.

"Heh! Maksud kamu apaan majang-majang foto Tuan Eric di situ! Kamu penguntit ya!" labrak perempuan berambut blonde itu.

Dengan sigap aku berdiri dan merapikan pakaianku. Aku pun membalas ucapan perempuan tadi, "Dengar, aku di sini hanya ingin bekerja bukan untuk mencari musuh. Dan untuk masalah foto Pak Eric, kenapa kalian sangat heboh sih... Dianya aja enggak masalah kok! Lagian suka-suka aku mau panjang foto siapa aja di bilik kerjaku. Kalau kalian enggak suka! Ya jangan dilihat! Sudah pergi kalian!"

Ungkapanku membuat perempuan blonde itu naik pitam, ia hampir saja menjambakku jika seseorang tidak mencegah tangannya. Aku hanya bisa begidik ngeri melihat tingkah perempuan itu.

Semua pegawai kantor akhirnya menatapku dengan wajah yang sama, seolah akulah yang bersalah akan semua kejadian ini. Aku pun segera merobek semua foto Pak Eric yang sengaja aku pasang. Tak kusangka, ternyata foto Pak Eric membawa musibah bagiku.

Aku pun keluar untuk membuang jauh foto Pak Eric. Ketika aku tengah bangkit dari kursi, seseorang menahanku dari belakang.

"Apa yang kau bawa itu?" tanya seseorang itu.

"Ini..." aku menoleh dan amat terkejut melihat penampakan seseorang yang bertanya itu.

Ya, dia adalah bos besar Eric Sultan. Saat itu hanya rasa takut akan dipecat yang menghantui benakku.

"I ... ini hanya foto penyemangat kerja saya saja Pak, " jawabku terbata-bata.

"Kenapa disobek kalau itu menyemangatimu?" pancing Eric.

"Em, karena saya hampir saja mati hanya karena saya memanjang foto ini. Permisi, Pak." Aku izin untuk membuang foto itu.

Eric Sultan membuatku semakin tak karuan, dan pandangan karyawan lain terlihat semakin bengis padaku. Saat aku tengah berjongkok di depan tempat sampah, tanpa aku sadari ternyata Eric mengikutiku.

" Eum, apa itu fotoku?" tanyanya.

Aku pun berusaha jujur dan bilang, "iya, Pak. Ini foto Anda. Saya minta maaf karena sudah memasang foto Anda di bilik saya. Saya tidak ada maksud apa-apa, itu saya lakukan pure karena saya sering sekali mengantuk ketika bekerja. Jadi, jika ada Bapak di situ membuat saya lebih rajin lagi. Sekali lagi, saya mohon maaf."

Mendengar ucapanku, bukannya merasa risih Eric justru tersenyum lembut padaku.

" Oh, jadi gitu. Jadi, kau selalu menganggap aku mengawasi pekerjaanmu ya, " celoteh Eric dengan gayanya yang sangat cool.

" Kalau Bapak sudah tidak ada kepentingan, bisa tinggalkan saya."

"Lhoh, kamu kira saya ngikutin kamu ya?"

Dengan tensi aku menyadari perkataanku yang over pede. Aku kemudian menutup wajahku rapat dengan kedua telapak tanganku.

"Iya, aku akan pergi. Salam kenal ya Aletta," tutur Eric lalu meninggalkan aku.

Dikata terakhir Eric membuat degupan jantungku menjadi lebih kencang seolah dunia ku terhenti. Yah, aku rasa Eric menyapaku karena perbuatan bodohku yang memajang foto dia secara blak-blakan.

----

Setelah pulang dari kantor, aku masuk ke rumah dan langsung ambruk di sofa depan TV.

"Hari yang melelahkan," keluhku sambil memijat kening yang terasa sedikit nyeri.

'DRAPP ... DRAPP ... DRAPP ...' suara langkah kaki tergesa-gesa terdengar dari arah dapur. Ya, itu Ibu yang tengah menghampiri aku.

"Nak, Ibu punya kabar baik untukmu."

"Kabar baik apa bu?" feeling-ku merasa aneh.

"Kau, akan dijodohkan dengan rekan kerja Ayahmu nak." Ibu terlihat begitu antusias.

"Hah? Jodoh? Baru juga kerja udah mau dinikahin aja," keluhku.

"Setelah kalian menikah, kan kamu masih bisa bekerja. Karena, sepertinya kalian akan bertemu setiap hari di tempat kerja," ucapan Ibu kali ini membuatku penasaran.

"Dia, kerja di kantor Aletta juga?"

"Iya."

"Ohh, yaudah kalau itu keputusan Ibu dan Ayah. Aku oke aja," jawabku singkat. Aku memang tak perlu ambil pusing dengan perjodohan ini. Sebenarnya, memang sudah lama aku ini ingin menikah. Tapi semua tak semanis itu, sudah berkali-kali aku mencoba untuk mencari cinta tapi aku tetap gagal dalam hubungan percintaan.

"Syukurlah, besok kita akan bertemu di restoran dengan calonmu. Kamu dandan yang cantik ya Aletta!"

"Iya iya, udah ah mau mandi." Aku langsung berdiri meninggalkan Ibuku.

Di kamar mandi,

"Kira-kira, siapa ya yang dijodohin sama aku? Cowok-cowok kantor biasa-biasa aja pula, cuma Eric Sultan yang luar biasa. Tapi, mana mungkin lah seonggok butiran debu ini berjodoh dengan emas dan bintang seperti Eric. Hahahaha mimpi," celotehku sembari sibuk menggosok kulitku dengan sabun mandi.

....

2. Bertemu Jodoh

Esok adalah hari di mana aku akan bertemu calon suamiku yang dijodohkan denganku. Bukannya merasa takut aku justru merasa enjoy karena yah, sejujurnya aku memang siap untuk menikah.

Tapi, di sela sikapku yang santai aku juga memikirkan perasaan pasanganku nanti. Apakah dia terpaksa? Atau merasa beruntung seperti yang tengah aku rasakan.

"Hemm, kira-kira calon pasanganku nanti. Apakah dia menerimaku dengan baik ya?" kutanya pada diriku sendiri sembari aku mencoreti kertas kosong di hadapanku.

Melihat tingkah ku yang aneh, adikku masuk ke dalam kamarku.

"Kak, lagi ngapain? Bisa bantuin aku ngerjain bahasa inggris enggak?" tanya adikku.

Aku berpikir, ketimbang melamun tak jelas lebih baik aku mengajari adikku. Adikku bernama Putri Amalia Saraswati ia sekarang duduk di kelas 2 SMA. Dia termasuk murid yang pandai, namun soal bahasa inggris dia selalu bertanya padaku.

Aku mempunyai dua adik, yang pertama yaitu, Putri dan yang kedua ialah, Alfarezza Hanjaya ia masih kelas 1 smp. Ya, aku ini anak pertama dari tiga bersaudara. Aku mengakui diantara kedua adikku visual yang ku punya terbilang kurang. Mereka sungguh beruntung memiliki wajah yang imut dan manis. Sementara, aku? Ya, aku mengucap cantik pada diriku hanya karena berusaha lebih mensyukuri hidup yang aku jalani. Oke intinya aku jelek.

Eits, tapi jangan bilang karena aku jelek makanya aku senang dijodohin oleh orangtuaku. No, aku senang karena mungkin inilah saatnya aku bertemu dengan jodohku. Aku telah sangat lama mencarinya diantara ribuan manusia di bumi ini.

*****

Aku sudah siap untuk pergi ke restoran memakai dress warna merah berpaduan dengan heels warna hitam.

"Wih, semangat kak! Semoga jadi beneran perjodohannya!" ledek Alfarezza.

"Berisik! Iya deh ... Aamiin." Aku bergegas mengikuti orangtuaku keluar rumah menuju mobil.

'TAK ... TAK ... TAK ...' suara heels-ku berdecak kencang, aku terburu-buru lari memasuki restoran.

Sesampainya di dalam ... Aku melihat seseorang lelaki yang sangat tak asing dipandangan mataku. Aku hanya terbengong dan tidak langsung duduk bersama keluargaku yang telah duduk bersama keluarga lelaki yang tak asing itu.

"Sayang, kenapa berhenti di situ! Sini nak!" sontak Ibu meleburkan lamunanku.

"Eh, iya ..." Aku segera duduk tepat di kursi yang berhadapan dengan lelaki calon jodohku itu. Dadaku sesak karena debaran jantungku yang amat kencang, aku berada di posisi yang sangat menegangkan. Di depan calon suamiku.

"Ini, anak saya ... Apa kamu sudah kenal dengannya nak Letta?" tanya pria tua yang pastinya adalah Ayah dari lelaki di hadapanku.

"Eh, i ... iya. Dia ..." ungkapanku terpotong karena jemari yang hangat menempel di punggung telapak tanganku. Aku melotot kebingungan dengan lelaki di hadapanku, Kenapa dia memegang tanganku? Batinku.

"Dia pegawai di kantor Eric, Pah," ungkapnya enteng.

"Kalian sudah kenal dekat?" tanyanya lagi.

"Eung..." "Iya kita kenal dekat." Eric dengan mudahnya tersenyum dan menjawab pertanyaan Ayahnya dengan kebohongan.

"Alhamdulillah, bagus dong. Tinggal kita atur acara pernikahannya, " timpal Ibuku.

Jujur saja aku hanya terdiam membisu, aku tidak berani bicara apapun. Karena aku merasa kenyataan ini terlalu ajaib untukku. Eric Sultan, CEO tampan dan kaya raya ini, yang aku panjang fotonya di bilik kerjaku. Ia sekarang menjadi calon suamiku. Dan sedari tadi ia masih menggenggam tanganku dengan lembut.

Malam berjalan dengan cepatnya, mereka berbicara banyak tentang acara pernikahanku dengan Eric. Aku tetap saja hanya diam dan semua pertanyaan yang diberikan padaku, aku jawab seadanya. Aku juga terfokus pada Eric yang selalu tersenyum, tertawa hangat pada orangtuanya dan orangtuaku. Dia seakan tak memiliki beban seperti yang aku rasakan.

Apa dia benar-benar, menerimaku? Kok santai banget sih. Apa dia suka juga sama aku? Ahhh Eric! Jangan buat aku baper dong!, tanyaku dalam hati.

"Kamu, kenapa ngelamun trus?" bisik Eric padaku dan tentu saja itu membuatku kaget.

"Eng, maaf Pak Eric, saya enggak ngelamun kok," ujarku sembari menunduk.

"Enggak usah malu, malam ini kamu cantik kok," ia berucap sembari tersenyum manis padaku.

Kini kita tengah bertatap muka, dan ia terus tersenyum padaku. Wajahku memanas dan memerah tak tertahankan. Aku balik tersenyum malu pada Eric.

Seusai berunding, kita pun beranjak menuju tempat parkir mobil untuk segera pulang.

Keluarga kami berpisah di depan restoran, namun ketika aku berjalan menuju mobil.

"Aletta!"

Aku menoleh mendengar seseorang memanggil namaku, "Pak Eric?" aku berhenti melangkah.

"Eng ..." Ia hanya berdiri di hadapanku seperti orang kebingungan.

"Ada apa Pak Eric?" tanyaku heran melihat tingkahnya.

"Besok, kamu kerja?"

Ha? Cuma nanya besok aku kerja? Maunya apa ni orang sih, keluhku di hati.

"Iya, Pak."

"Eung, boleh aku beri kamu sesuatu?"

"Boleh saja, aku menerima apa saja pemberian bapak," ungkapku santai.

"Kamu, cantik hari ini ... Cupp"

'DEG' jantungku seolah terhenti, orang ini terlalu jalang! Ia dengan seenaknya mengecup bibirku secara tiba-tiba.

"Aku balik ya, hati-hati di jalan. Besok kita ketemu di kantor! Bye calon istriku."

Setelah memberi kecupannya, ia dengan santai meninggalkan aku dengan senyum dan lambaian tangan. Kakiku gemetaran menerima situasi ini. Aku benar-benar kaget dengan kelakuan Eric. Aku terus memegang bibir dan menghapus bekas kecupannya walaupun tidak akan hilang.

Sesampainya di rumah, Aku terus kepikiran dengan ciuman dari Eric, sampai aku tidak bisa tidur dengan pulas malam ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!