NovelToon NovelToon

Istri Kampung Tuan Muda

1. Perjodohan

Di sebuah ballroom hotel terbesar di ibu kota terlihat pancar kebahagiaan dari pasangan suami istri, mereka adalah tuan Edgar Bagaskara dan nyonya, Aura Adeline. Keduanya lagi megadakan aniversary pernikahan yang sekarang berjalan 20 tahun. Di sampingnya ada putra putri dari mereka yaitu tuan muda Angkasa Zen Bagaskara dan nona muda Freya Zie Bagaskara, dari raut wajahnya menunjukan betapa bahagianya mereka malam ini. Pesta yang mereka adakan begitu mewah dan megah banyak tamu undangan yang ikut merasakan kebahagiaan keluarga tuan Edgar dan nyonya Aura.

Terlihat sepasang suami istri dan juga seorang perempuan yang terlihat begitu cantik dan juga anggun berjalan menghampiri tuan Edgar. Siapa lagi kalau bukan keluarga tuan Himawan dan sang istri nyonya Ratu, tak ketinggalan si cantik Maudi, perempuan yang selalu mencari perhatian sama Angkasa tapi tidak pernah di respon sama laki-laki itu. Angkasa selalu acuh terhadapnya.

"Hallo, tuan Edgar, nyonya Aura, happy aniversary semoga kalian selalu bahagia." ujar tuan Himawan memberi selamat untuk keduanya.

"Terimakasih, pak Himawan." sahut tuan Edgar menjabat tangan tuan Himawan.

Sedangkan kan nyonya Aura dan nyonya Ratu saling berpelukan keduanya terlihat begitu dekat, nyonya Aura melepaskan pelukannya beliau melihat Maudi yang lagi memperhatikannya, beliau bergantian memeluk putri bungsu dari nyonya Ratu.

"Sayang, kamu cantik sekali, gimana kuliah kamu lancar kan?" tanya nyonya Aura.

"Terimakasih, tante. Tante juga cantik ko, kuliah aku lancar tante," sahut Maudi malu-malu.

Freya memutar bola matanya malas melihat perempuan itu sok akrab sama mamahnya. Freya jelas tau bagaimana kelakuan Maudi di kampus, ratu bulliying yang suka merendahkan mahasiswa yang menurutnya enggak selevel dengannya, itu sebanya Freya senang karena sang kaka tidak pernah menanggapi perempuan ganjen itu, bahkan Maudi sering sekali mengganggu dirinya di kampus kalau dia tidak sengaja berpapasan dengannya.

Maudi tersenyum manis saat melihat Freya lagi memperhatikan dirinya yang lagi ngobrol sama mamahnya, dia berpamitan sama nyonya Aura mau menghampiri Freya yang mendapat anggukan dari sang calon mertua. Ya.. Maudi sudah mengklaim nyonya Aura sebagai calon mertuanya sendiri karena sebentar lagi dirinya akan menjadi istri dari tuan muda Angkasa Zen Bagaskara.

"Hallo, Freya, calon adik iparku yang cantik, gimana kamu seneng enggak punya kaka ipar kaya aku? Kamu tau sebentar lagi aku dan kak Angkasa bakalan menikah loh," ucap Audi mengembangkan senyumnya melihat Freya.

"Jangan mimpi! Bangun woy bangun. Kak Angkasa mana mau menikah sama perempuan modelan spg kaya kamu. Perempuan yang suka menebar lekuk tubuh kesemua laki-laki cuma buat dapetin duit!" sahut Freya menohok dengan senyum mengejek.

Maudi yang tadinya tersenyum begitu lebarnya expresinya langsung berubah mendengar perkataan Freya yang menyentak telinganya! Dia mengepalkan tangannya wajahnya memerah menahan amarah sunggu tidak terima adik dari laki-laki yang di cintainya sudah berani menghinanya. Rasanya ingin sekali Maudi memberi tamparan di pipi Freya, tapi rasanya itu tidak mungkin dirinya lakukan mengingat banyak tamu yang menghadiri acara aniversary kedua orang tua Angkasa, dan dirinya tidak mau bikin keributan di depan umum. Maudi tidak mau semua orang berfikir jelek tentangnya. Dia tersenyum kecil tidak mau kalau emosinya sampai terpancing.

Freya tersenyum sinis dia tau kalau saat ini pasti Maudi lagi mengumpatinya tapi perempuan itu berusaha terlihat baik-baik saja, seorang Maudi mana mau di pandang jelek sama semua orang. Dia adalah perempuan bermuka dua pikirnya.

"Kita lihat saja nanti, sebentar lagi kamu akan mengetahui semuanya kalau aku dan kak Angkasa sebentar lagi bakalan menikah!" ujar Maudi menekankan suaranya.

"Terserahhhhhh." sahut Freya menekankan ucapannya dia meninggalkan Maudi sendirian.

"Brengsek, gadis itu bener-bener membuatku muak! Lihat saja nanti kalau aku sudah menikah sama kak Angkasa, akan ku buat dia mencium kakiku!" ujar Maudi mengepalkan tangannya.

*****

Terlihat perempuan berkerudung merah dan temen-temen satu kerjaannya lagi pada sibuk melayani para tamu undangan tuan Edgar dan Nyonya Aura. Dia bekerja di sebua catering yang sekarang jasanya lagi di sewa di acara ulang pernikahan tuan Edgar Bagaskara. Perempuan itu mondar-mandir kesana kemari memberi minuman untuk para tamu undangan sampai tidak sengaja dia menabrak seorang perempuan yang sedang membawa minuman di tangannya dan air yang dia bawa tumpah mengenai gaun mewahnya.

Plak!

Orang yang di tabrak menatap tajam pelayan di depannya dan memberinya tamparan keras di pipinya membuat perempuan itu meringis merasakan nyeri, dia memegangi pipinya yang baru saja di tampar dia tidak melawan mengakui kalau dirinya memang salah sudah menumpahkan air di gaunnya.

"Apa matamu buta? Lihat ini gara-gara kamu gaun saya jadi kotor seperti ini, asal kamu tau gaji kamu selama 1tahun enggak bakalan bisa buat ganti gaun saya yang sudah rusak!" teriaknya menggelegar.

"Maafkan saya, Nona. Saya enggak sengaja sekali lagi saya minta maaf." ujar perempuan itu mengatupkan kedua tangannya.

"Maaf, maaf. Kamu pikir maaf kamu bisa bikin gaunku kembali seperti semula!" serunya mengangkat tangannya mau kembali menampar pelayan yang menabraknya.

"Maudi!" seseorang dari belakang memanggil namanya.

Pelayan itu langsung memejamkan matanya saat perempuan yang dia tabrak ingin kembali menamparnya, dia sedikit membuka matanya dan melihat perempuan itu sudah menurunkan tangannya dia bernafas lega saat ada wanita paru baya menghampirinya.

"Tante Aura, ko tante ada di sini?" tanya Maudi tersenyum manis.

Nyonya Aura melihat Maudi dan perempuan berkerudung merah beliau melihat perempuan itu lagi meremas kedua tangannya, nyonya Aura mengalihkan pandangannya ke arah baju Maudi yang basah sepertinya beliau mulai tau apa yang terjadi sama kedua perempuan di hadapannya.

"Tante habis nemuin tamu tante sayang, kamu sedang apa disini kenapa bajunya basah? Ayo pergilah dan ganti gaunmu sebentar lagi acara akan segera di mulai," ucap nyonya Aura menyuruh Audi ganti gaunya.

"Baiklah tan, Maudi permisi dulu!" Audi berpamitan sama nyonya Aura mau mengganti gaunya yang basah dengan gaun yang baru.

"Siapa namamu?" tanya nyonya Aura mengusap kecil kerudung perempuan itu.

"Saya Indira nyonya, maafkan saya karena tidak berhati-hati saat bekerja dan membuat baju nona itu basah," ucap Indira menundukan kepalanya.

"Tidak papa, sekarang kembalilah bekerja dan hati-hati ya." nyonya Aura mempersilakan Indira pergi untuk kembali melanjutkan pekerjaannya.

****

Kini keluarga tuan Edgar sudah ada di atas panggung, tuan Edgar menyuruh keluarga pak Himawan untuk naik ke atas panggung membuat Angkasa dan Freya saling berpandangan keduanya tidak tau untuk apa ayahnya menyuruh keluarga pak Himawan naik ke atas panggung.

Tuan Himawan beserta istri dan putrinya dengan senang hati langsung naik ke atas panggung bergabung bersama keluarga pak Edgar, raut wajah Maudi terlihat berseri-seri karena sebentar lagi seluru masarakat akan tau tentang hubungannya dengan Angkasa. Dia melirik sekilas ke arah Freya dengan senyum manisnya.

"Buat para tamu undangan sebelumnya saya ucapkan terimakasih, karena kalian sudah hadir dan ikut meramaikan acara aniversary pernikahan kami, bukan cuma itu saja saya juga akan memberi kabar bahagia yaitu tentang perjodohan putra saya, Angkasa Zen Bagaskara dengan putri tuan Himawan dan nyonya Ratu dia adalah Maudi Alexa Himawan. Dan malam ini petunangan mereka akan segera di langsungkan!" tuan Edgar langsung mengumumkan pertunangan putranya.

Deg...

Angkasa mengeraskan rahangnya tidak terima sama keputusan sepihak ayahnya. Dia melihat sang ibu yang juga lagi menatap dirinya sendu. Angkasa tidak terima sama keputusan ayahnya yang berniat menjodohkan dirinya bersama Maudi, bahkan sang ayah tidak memberi taunya lebih dulu tentang perjodohannya ini pikirnya.

"Saya menolak perjodohan ini!" seru Angkasa lantang membuat semua orang terdiam.

Deg....

   *****

Bersambung ...

2. Malam Kelam

Semua para tamu undangan saling berbisik-bisik mendengar ucapan, Angkasa yang secara langsung menolak perjodohan ayahnya dengan putrinya pak Himawan. Tamu undangan yang tadinya terlihat tenang mendengar pengumuman yang di sampaikan tuan Edgar, kini jadi saling mengeluarkan ucapan-ucapan membuat tuan Edgar merasa malu akibat ulah putranya karena terang-terangan menolak perjodohan darinya.

Nyonya Aura bisa melihat kobaran api di mata sang suami, rahangnya mengeras pun tangannya yang terkepal kuat beliau tau kalau sang suami pasti lagi menahan amarah. Nyonya Aura mengusap lengan suaminya berharap suaminya tidak terpancing emosi di depan para tamu, beliau sangat menyayangkan sikap putranya yang berani menolak perjodohan ayahnya di depan semua orang. Nyonya Aura juga tidak membenarkan keputusan sepihak suaminya, tidak seharusnya sang suami ngomongin masalah perjodohan tanpa sepengetahuan putranya karena bagaimanapun Angkasa berhak tau soal ini pikir nyonya Aura.

Angkasa. Dia melihat ayah dan juga ibunya, dia juga melihat tuan Himawan beserta istrinya dan juga putrinya Maudi, perempuan yang mau di jodohkan dengannya. Angkasa melihat wajah-wajah kedua belah pihak dan melihat respon berdeda dari meraka setelah mendengar penolakan darinya, ya inilah keputusan yang harus di ambil karena dirinya memang tidak mempunyai perasaan apapun sama perempuan itu. Jadi terpaksa dirinya harus menolak rencana ayahnya dan juga tuan Himawan.

Maudi meremas kedua tangannya yang berkeringat, dia menundukan pandangannya ke bawa tidak menyangka Angkasa, bakalan menolak dirinya secara terang-terangan di depan umum. Sunggu perempuan itu sangat malu dan tidak terima penolakan dari Angkasa.

"Angkasa! Stop. Apa yang kamu katakan? Jangan bikin papah malu di depan kolega bisnis papah dan di depan para tamu undangan papah!" ujar tuan Edgar menekankan suaranya.

"Maafkan Angkasa pah. Tapi Angkasa harus melakukan ini, Angkasa tidak mau di jodohkan sama Maudi." ujar Angkasa melihat ayahnya.

"Angkasa, Papah bilang stop!" seru tuan Edgar saat melihat putranya maju kedepan.

Angkasa tidak menghiraukan ucapan ayahnya dia tetep melangkah maju kedepan dan mengambil mikrofon dari tangan mc. Dia meminta perhatian para tamu undangan membut semua orang langsung berpusat ke arahnya. Angkasa melihat semua para tamu undangan dan mengembuskan nafanya pelan sebelum akhirnya dia memberi tau ke semua orang kalau dia menolak perjodohannya bersama Maudi, putri dari pasangan tuan Himawan.

"Sebelumnya saya minta maaf, saya minta waktunya sebentar karena ada sesuatu yang mau saya sampaikan sama kalian semua biar kalian tau yang sebenarnya. Saya.. Angkasa Zen Bagaskara! Menolak perjodohan saya bersama Maudi putri dari tuan Himawan!" ujar Angkasa memberi tau kesemua tamu undangan.

Plak!!!

"Papah!" seru Nyonya Aura.

"Papah!" panggil Frey putri bungsunya.

Pak Himawan, nyonya Ratu dan juga Maudi, tersentak kaget saat tiba-tiba tuan Edgar melayangkan tamparan keras di pipi putranya. Pak Himawan terlihat puas atas apa yang tuan Edgar lakukan ke putranya. Karena laki-laki itu suda berani menolak putrinya di depan umum dirinya merasa terhina karena perlakuan Angkasa terhadap keluarganya.

Tuan Edgar menatap putranya tajam! Beliau marah besar karena sang putra berani membantah ucapannya dan membuatnya malu di depan semua orang. Nyonya Aura sudah terisak melihat perselisihan antara putra dan juga suaminya dan inilah yang nyonya Aura takutkan soal rencana sepihak suaminya.

Angkasa melihat sang ayah dengan pandangan tidak percaya, bukan karena sakit karena tamparan yang di berikannya melainkan kaget baru pertama kali ayahnya menampar dirinya di depan umum. Tapi Angkasa terima itu karena dirinya memang salah sudah membuat orang tuanya malu di depan para kolega bisnisnya, tapi inilah keputusan yang tepat untuk dirinya pikir Angkasa seperti itu.

"Apa kamu sadar atas apa yang kamu lakukan barusan? Kamu sudah membuat papah malu di depan tamu undangan papah! Sadar tidak kamu hah!" teriak tuan Edgar memaki putranya.

"Maafkan aku pah. Tapi aku harus melakukan ini!" sahut Angkasa.

Plak!

Bugh!

"Pah stop. Apa yang papah lakukan? Papah menyakiti anak kita pah." ujar nyonya Ratu mendekati suaminya.

Pak Himawan mendekati keluarga tuan Edgar dan berdiri di hadapan mereka. Di sebelahnya ada sang putri yang sudah banjir air mata karena merasa malu gara-gara Angkasa.

"Tuan Edgar. Saya tidak terima keluarga anda sudah mempermalukan keluarga saya di depan semua orang dan saya enggak akan tinggal diam." Pak Himawan menunjuk-nunjuk tuan Edgar dan langsung pergi dari hadapan mereka.

******

Argh!!!

Argh!!!

Crang!

Crang!

Di dalam kamar hotel yang di tempatinya, Angkasa membanting semua minuman alkohol miliknya sampai berserakan di lantai. Dia menjambak rambutnya kasar! Angkasa marah besar dan kesal terhadap ayahnya karena tidak memberi taunya lebih dulu soal rencananya.

Seorang laki-laki gagah tinggi dengan rahang kokoh hanya bisa memperhatikan tuan mudahnya marah-marah dia adalah Candra asisten pribadi Angkasa. Candra melihat semua yang terjadi antara tuan mudanya dan juga tuan besarnya tapi dia tidak bisa melakukan apapun karena itu masalah keluarga merek. Dirinya tidak berhak ikut campur yang akan membuat tuan Edgar semakin marah besar.

"Tuan muda, anda terlalu banyak minum," ucap Candra.

"Candra. Tinggalkan aku sendiri! Aku mau menenangkan diri," Angkasa melihat asisten pribadinya.

"Baiklah tuan muda, kalau ada apa-apa hubungi saya saja. Saya ada di bawa," sahut Candra keluar dari kamar meninggalkan Angkasa sendirian.

"Anda bukan menenangkan diri tuan muda, tapi anda malah seperti orang gila," batin Candra menggelengkan kepalanya.

Candra turun ke bawa dia melihat pelayan perempuan lagi beres-beres. Candra menjentikan jarinya menyuruh pelayan itu mendekat.

Pelayan itu mengangguk dan berlari kecil mendekati laki-laki yang memanggilnya, saat sudah di depannya pelayan itu menunduk dan menanyakan sesuatu padanya.

"Iya tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.

"Iya. Saya minta kamu antarkan teh tawar anget ke kamar 303, berikan sama orang yang ada di dalam kamar itu dan bilang saya yang menyuruh kamu," ucap Candra memberi tau.

"Baik tuan, kalau gitu saya pemisi," pelayan itu pergi meninggalkan Candra mau membuat teh tawar sesuai permintaannya.

  *****

"Sial ada apa denganku? Kenapa tubuhku panas sekali! Aku enggak kuat, aku sudah enggak bisa menahannya!" ujar Angkasa mengibaskan jasnya.

Angkasa. Laki-laki itu tiba-tiba merasakan panas di sekujur tubuhnya. Angkasa mondar-mandir di depan pintu kamarnya. Dia berniat menghubungi asisten pribadinya tapi lupa ponselnya ada dimana? Angkasa mengacak rambutnya frustasi dia enggak mungkin keluar kamar pasti banyak orang berkeliaran. Dirinya tidak mau kalau sampai membuat kesalahan besar. Angkasa menggigit bibir bawahnya kuat untuk menahan sesuatu yang bergejolak.

"Sial! Siapa yang sudah berani melakukan ini padaku!" seru Angkasa membuka jas dan juga kemejanya membuangnya ke sembarang arah hanya tersisa celana box*rnya saja.

Tok! Tok! Tok!

Ceklek!

Pintu terbuka Angkasa melihat perempuan berkerudung merah masuk kedalam kamarnya dia menelan ludahnya kasar melihat perempuan itu. Pelayan yang berpapasan dengan Candra adalah Indira, karena sudah tidak bisa menahan gejolaknya, Angkasa langsung menarik Indira dan memeluknya erat tidak membiarkan perempuan itu lepas dari dekapannya. Angkasa langsung mengunci pintunya membuang kuncinya ke sembarang arah.

"Astaghfirullah. Tuan apa yang anda lakukan? Lepaskan saya! Lepaskan saya!" teriak Indira berusaha melepaskan diri dari pelukan Angkasa.

Sret!

Sret!

Akh!

Indira berteriak histeris saat laki-laki yang tidak di kenalinya merobek bajunya hingga robek, Indira menggelengkan kepalanya dia menggigit tangan Angkasa, tapi tidak membuatnya lepas dari dekapannya. Tubuh Indira sudah bergetar hebat air matanya tumpah ruah mendapat perlakukan yang tidak menyenangkan.

"Jangan. Tolong jangan lakukan itu!" Indira menggeleng tidak percaya air matanya berhamburan membasahi wajahnya.

Bug!

"Tidak! Tidak! Lepaskan saya jangan lakukan ini! Jangan lakukan ini!" Indira semakin tergugu.

Angkasa tidak menghiraukan teriakan Indira, dia menghemaskan Indira ke ranjang dan langsung menindih tubuhnya. Angkasa menarik kerudung Indira dan melepaskan pakai*nnya sekali tarikan semua langsung lepas dari tubu Indira. Melihat tubuh pol*s Indira semakin membuat hasrat Angkasa tidak bisa di kendalikan lagi.

Akh!!!!!!

Indira menjerit kesakitan saat laki-laki yang tidak di kenal memasukan sesuatu kedalam miliknya. Indria merasakan hidupnya seketika hancur kesucian yang selama ini di jaga dengan baik kini di renggut sama laki-laki itu. Indra tergugu melihat laki-laki yang sudah menodainya sudah terlentang di sebelahnya, dia menatap benci laki-laki di sebelahnya. Indira turun dari ranjang melihat bercak darah di seprei. Indira masuk kedalam kamar mandi dan menumpahkan tangisnya.

"Kenapa ini semua terjadi padaku! Kenapaaaa!!!" Indira menangis di bawah air yang mengalir dari shower.

"Aku sangat membencinya! Aku sangat membencinya!" Indira mencakar seluruh anggota tubuhnya sampai meninggalkan bekas kemerahan dan memukul-mukul dadanya.

"Aku perempuan kotor! Aku perempuan hina! Allah. Kenapa engkau tidak ambil nyawaku saja!" jerit Indira menangis meraung-raung.

****

Indira meninggalkan hotel dia berjalan dengan langkah gontai bahkan dia tidak menyadari kalau dirinya berjalan di tengah-tengah jalan yang banyak kendaraan melintas. Indira sama sekali tidak peduli sekalipun harus tertabrak mobil, dia seperti sudak tidak memperdulikan dengan nyawanya sendiri, air matanya terus membasahi kedua pipinya merasakan hidupnya sudah hancur karena perbuatan laki-laki biadab yang sudah memperko*a dirinya.

Tin! Tin! Tin.

Dari arah yang berlawanan terlihat mobil melintas dengan kecepatan begitu kencang, sopir beberapa kali membunyikan klakson tapi Indira tidak memperdulikannya.

"Woy! Minggir!" teriak orang-orang yang melihat Indira malah berhenti di tengah jalan dan merentangkan kedua tangannya.

Akh!

Brakkk!

"Astaghfirullah! Ya Allah," teriak semua orang melihat kejadian di depan matanya.

   *****

Bersambung ......

3. Menghapus Rekaman Cctv

Brak!!

Mobil itu menabrak pohon seseorang yang sedang mengemudi mobil mercedes berwarna hitam itu banting setir menghindari perempuan yang berusaha menabrakan dirinya. Laki-laki itu mengusap dahinya yang sudah mengeluarkan sedikit darah akibat insiden barusan, dia keluar dari mobil dan menghampiri perempuan yang lagi duduk di aspalan sambil menutup telinganya. Laki-laki itu berlari mendekatinya mau melihat kedaannya.

"Nona, anda baik-baik saja? Kenapa anda berdiri di tengah jalan seperti tadi?" tanyanya menyentuh pundaknya pelan.

"Lepaskan saya! Jauhkan tangan kotormu itu dari tubuhku!" teriak Indira membuat laki-laki itu menjauhinya.

"Baiklah, Nona, saya enggak akan menyentuhmu lagi. Tapi tolong izinkan saya menolong anda, sepertinya anda lagi tidak baik-baik saja," ucapnya lagi.

"Tidak! Pergilah! Pergi dari sini aku tidak mau di tolong sama kamu! Kenapa anda tidak menabrakku saja biar mati sekalian!" teriak Indira mengacak-acak hijabnya.

"Sepetinya dia baru mengalami kejadian buruk." batinnya.

Orang-orang yang melihat kejadian di depan matanya langsung menghampiri keduanya semua orang melihat Indira kasihan, ada juga yang mencibir perempuan itu karena sudah marah-mara sama laki-laki yang mau menolongnya, sebagian dari mereka juga menyalahkan Indira karena perempuan itu sendiri yang sudah menyebabkan laki-laki itu terluka karena harus banting setir untuk menghindarinya.

Indira melihat orang-orang lagi memperhatikannya dia menutup kedua telinganya meminta mereka untuk pergi meninggalkannya. Indira mendorong laki-laki yang lagi berjongkok di depannya sampai terjengkang kebelakang.

"Pergi kalian semua! Pergi!" teriaknya histeris.

"Hu... Sudah di tolong bukannya berterimakasih malah mengusir orang yang mau menolongnya, kenapa enggak biarkan saja dia ketabrak," ujar salah satu ibu menyumpahi Indira ketabrak.

Indira mendongak matanya menatap tajam ibu tadi dia berdiri di hadapan orang itu membuat sih ibu bergidik ngeri melihat tatapan Indira, ibu itu bersingkut mundur sedikit menjauh dari Indira, beliau takut perempuan itu mengamuk.

"Saya tidak meminta dia untuk menolong saya! Saya lebih baik mati! Saya enggak minta dia untuk menolong saya! Kalian orang-orang yang hanya bisa bicara tanpa melihat dan tau apa yang terjadi!" seru Indira melihat semua orang.

"Bu, ibu ini bagaimana sih? Sudah tau ada orang lagi kesusahan malah bicara seperti itu," ujar yang lain menegur si ibu.

"Ya biarkan saja memang perempuan itu yang salah ko," sahutnya tidak mau di salahkan.

"Diammmm! Kalian diamm!" Indira berteriak dia lari meninggalkan semua orang.

"Nona, anda mau kemana!" seru laki-laki itu saat melihat Indira pergi meninggalkannya.

"Ibu, sebelumnya saya minta maaf, sebaiknya kalian bisa bubar. Biarkan ini menjadi urusan saya," ucapnya kemudian.

Laki-laki itu berlari mengejar Indira yang sudah pergi meniggalkannya. Dia terus mencari-cari keberadaan Indira yang sudah tidak telihat lagi, laki-laki itu tidak mau kalau terjadi sesuatu yang buruk sama perempuan itu.

Cetar!!!

Cetar!!!

Bunyi petir saling bersahutan hujan mulai turun membasahi kota jakarta, Indira terlihat lagi berjalan sendirian air mata terus membasahi pipinya dia terus memukul-mukul dadanya sendiri. Indira merasa hidupnya sudah bener-bener hancur dia tidak tau apa yang akan terjadi di dalam hidupnya setelah seseorang yang tidak dikenalinya sudah merenggut kesuciannya.

"Aku benci! Aku benci sama semua ini! Tuhan... Ambil saja nyawaku. Buat apa aku hidup di dunia ini lagi? Dunia ini terlalu kejam buat aku!" Indira menangis meraung-raung di atas jembatan sedangkan di bawanya sebuah sungai dengan air yang mengalir begitu deras.

Sekelebat bayangan kedua orang tuanya melintas di pikirannya tawa kedua orang tuanya yang selalu membuat hatinya menghangat. Ayahnya yang tidak pernah mengeluh setiap kali cape pulang kerja untuk mencukupi kebutuhannya dan sang Ibu yang selalu menyayanginya. Indira tidak bisa membayangkan akan sehancur apa hati mereka setelah mengetahui dirinya sudah tidak perawan lagi.

Indira merasa hidupnya sudah tidak ada artinya lagi. Dia tidak mau kalau orang tuanya menjadi bahan gunjingan para tetangganya setelah semua orang mengetahui dirinya tidak suci lagi, Indira memejamkan matanya dia siap melompat ke bawa.

"Ayah, Ibu, maafkan aku," ucapnya.

Akh!!!!

Bruk!!

satu detik, sepuluh detik sampai beberapa menit dia tidak merasakan apapun Indira mulai membuka matanya dan melihat laki-laki tadi lagi memeluknya. Indira melepaskan pelukannya mendorong agar menjauhinya.

"Kamu? Mau apa kamu disini? Kenapa kamu selalu saja menolong saya! Biarkan saja saya mati. Biarkan saya mati. Aku benci semua ini. Aku benci!" Indira tergugu berbalik badan membelakangi orang itu.

"Terus dengan kamu berusaha bunuh diri kamu pikir masalah akan cepat selesai? Gimana dengan orang tuamu? Apa mereka akan bahagia melihat anaknya meninggal karena bunuh diri? Enggak mereka akan semakin bertambah terluka karena harus kehilangan putrinya!" seru laki-laki itu berusaha membuat Indira mau mengerti.

Indira tidak merespon apa yang di katak lak-laki di belakangnya. Dia terus melangkahkan kakinya dengan air mata yang terus mengalir di wajahnya kalau seandainya hujan tidak turun semua orang pasti bisa melihat seberapa berantakan wajahnya? Hidung merah dan mata sembabnya, mungkin semua orang merasa kasihan padanya. Semakin lama pandangan Indira mulai mengabur kepalanya berputar-putar dia sudah tidak bisa menahan bobot tubuhnya dan langsung ambruk ke bawa, Indira jatuh pingsan di bawah guyuran air hujan yang begitu deras.

"Astaghfirullah, Nona!" teriaknya kaget melihat Indira jatuh tidak sadarkan diri.

******

"Tuan muda, anda sudah melakukan kesalahan besar." ujar Candra asisten pribadi Angkasa.

Candra memang sengaja mencari keberadaan Indira, pelayan yang diminta untuk mengantarkan teh hangat di kamar tuan mudanya tapi sampai saat ini dia belum melihat batang hidung perempuan itu. Candra mencoba untuk menanyakan sama pelayan lain soal keberadaan Indira, tapi mereka semua tidak tau dimana Indira berada, karena takut terjadi sesuatu Candra kembali mendatangi kamar tuan mudanya. Dan betapa terkejutnya dia melihat tuan mudanya tidur di ranjangnya tanpa sehelai benangpun. Candra mengusap wajahnya kasar karena sudah lalai menjaga tuan mudanya.

Candra meninggalkan kamar tuan mudanya dan mengunci pintunya dia mau ke ruang cctv untuk memastikan apa yang sudah terjadi? Candra meminta semua petugas keluar dari ruangan ccvt dan hanya ada dirinya saja yang ada di dalam. Dia tidak mau kalau sampai semua orang tau apa yang sudah terjadi sama tuan mudanya. Candra memfokuskan pandangannya matanya tidak berkedip sedikitpun. di rekaman cctv tersebut sedang berputar saat Indria masuk kedalam tapi anehnya perempuan itu tidak kunjung keluar! Candra mempercepat waktu dimana Indira keluar dengan penampilan yang sedikit berantakan sambil menangis, Candra mengopi rekaman itu dan mengirim ke ponselnya kemudian langsung menghapusnya.

"Perbuatan siapa ini? Siapa yang sudah bermain-main sama tuan muda? Kalau sampai aku tau siapa orang yang sudah menjebak tuan muda habis kau di tanganku." ucap Candra mengepalkan tangannya.

******

"Bodoh! Kenapa kamu melakukan itu di saat saya belum datang? Saya sudah bilang agar kamu menungguku kalau kaya gini semuanya jadi berantakan! Saya gagal untuk mendapatkan Angkasa!" teriak perempuan dengan pakaian kurang bahan.

"Maafkan saya, Nona," ucap orang suruhannya.

"Diam! Lebih baik sekarang kamu pergi dari sini dan jangan pernah datang kalau saya enggak menyuruhmu datang!" teriaknya marah menyuruh orang suruhannya pergi.

"Lalu siapa yang sudah, Angkasa tiduri? Aku harus mencari taunya." gumamnya pelan.

Akh!!!!

Dia mengacak-acak rambutnya sendiri semua yang sudah dia rencanakan gagal total karena orang suruhannya sama sekali tidak becus melakukan tugasnya.

*******

Bersambung......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!