Neina, seorang gadis desa yang ceria. Ia sering membantu ibunya mengantarkan kue pesanan ibunya. Suatu hari saat ia pulang dari mengantarkan kue dari langganan ibunya, tanpa sengaja ia hampir saja menabrak seorang gadis kecil.
Untuk menghindari gadis kecil itu Neina menabrakkan sepedanya ke sebuah pohon. Hingga ia terjatuh dan sikunya berdarah. Ia langsung bangkit karena mendengar suara tangisan anak kecil.
Neina kemudian menghampiri gadis kecil yang sedang menangis itu. "Jangan menangis" ucap Neina sambil mengusap kepala anak kecil itu.
"Dimana rumahmu? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya" Neina menatap gadis kecil itu dengan seksama. "Ayo kakak antar pulang" Neina membantu gadis kecil itu berdiri.
"Itu rumahku " tunjuk gadis kecil itu.
"Kau tinggal di Villa itu? pantas saja aku tidak pernah melihatmu"ucap Neina. "Namamu siapa gadis cantik?"
"Alisya"
"Namamu cantik sekali"
Saat tiba di depan pintu Villa Neina segera mengucap salam. "Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam" jawab seorang wanita paruh baya.
"Neina, Nona Alis?"
"Bik Minah" Neina tersenyum.
"Ayo masuk, kenapa sikumu berdarah?"tanya Bik Minah.
"Tadi aku hampir menabrak gadis kecil ini" jawab Neina.
"Siapa Bi" Sapa seseorang dari arah dalam.
"Ini Tuan, Namanya Neina ia hampir menabrak Nona Alis. Dia kesini untuk mengantar Nona Alis" jelas Bik Minah.
Rayyan mengerutkan dahinya. "Kenapa sikumu berdarah?" tanya Rayyan.
"Tidak apa-apa, ini hanya luka kecil" jawab Neina.
"Dia tampan sekali" batin Neina.
"Jika di biarkan bisa jadi besar, ayo masuklah biar aku mengobatimu"
"Tidak usah Tuan, tidak apa-apa, saya pulang saja"
Tanpa basa basi Rayyan menarik sebelah tangan Neina yang tidak terluka. "jangan membantah"
Neina pun terpaksa menurut. Rayyan kemudian masuk ke dalam kamarnya mencari kotak obat.
Ia kemudian keluar sambil membawa kotak obat. Lalu mengobati luka Neina.
Selesai mengobati Neina ia menatap putrinya. "Ceritakan pada Daddy"
"Aku mengejar kucing Daddy, Alis tidak melihat Kakak" ucapnya.
"Sudah tidak apa-apa" potong Neina.
"Aku Rayyan Ayahnya Alis" ucap Rayyan.
Neina mengangguk, "Dimana Ibunya, aku ingin berpamitan pulang" tanya Neina.
"Mommy sudah di surga" jawab Alis.
"Maaf" Neina mengatupkan kedua tangannya di dada.
"Tidak apa-apa, ayo aku antar pulang"
"Saya pulang sendiri saja"
"Jangan membantah, Ayo"
Rayyan sedikit memaksa, akhirnya Neina mau dia antarkan pulang.
Sampai di Rumah, Neina turun dari mobil Rayyan dan menurunkan sepedanya dari bagasi mobil.
"Tuan silahkan mampir," Neina menawarkan pada Rayyan. "Tidak perlu lain kali saja ya aku sedang ada urusan" tolak Rayyan.
"Tapi aku mau Daddy" ucap Alisya .
Rayyan menghembuskan nafas kasarnya, rupanya sang putri sangat bersemangat. "Tapi kita bisa merepotkan keluarga Bibi Neina"
"Maaf tuan saya masih kelas dua SMA belum pantas rasanya di panggil Bibi " sela Neina yang tidak terima sebutan Bibi untuknya.
"Oh .. astaga kau ini," Rayyan menggelengkan kepalanya. Rasanya seperti bersama dua orang Alisya. "Baiklah , Kakak Neina"
"Ayo Daddy jangan bertengkar dengan kak Neina," Alisya menengahi dia orang dewasa di hadapannya saat ini. "Nanti dia tidak mau berteman dengan ku dan aku akan sangat kesal padamu Daddy"bisik Alisya.
"Baiklah Nona" Rayyan balas berbisik.
"Wah, rupanya ada tamu.Ini siapa Nei?" Ibu Mia keluar dengan masih menggunakan apron masaknya.
"Assalamualaikum Bu ... saya Rayyan dan ini putri saya Alisya." Rayyan membungkuk hormat.
Ibu Mia menganggukkan kepalanya. "Mari masuk kita bicara di dalam "Ibu Mia mempersilahkan Ayah dan Anak itu masuk.
Neina berjalan menuju dapur membuat minuman untuk Rayyan, setelah selesai Neina membawanya menuju ruang tamu. Mereka asik bercengkrama di ruang tamu. Rona bahagia di tunjukkan Alisya.
Hingga pukul empat sore Neina masih asyik bercanda dengan Alisya.Sedangkan Rayyan hanya sebagai penonton yang membuat dirinya bosan dengan tingkah konyol dua orang bocah di depannya.
"Ayo kita pulang ini sudah sore" Rayyan menatap putrinya sedikit kesal. Pasalnya dari tadi ia mengajak pulang. Namun putrinya sama sekali tak mendengar.
"Baiklah Daddy tapi besok kita bermain lagi ke sini." Alisya mengerjapkan matanya pada sang Daddy.
"Baiklah"
"Terimakasih Daddy" .
Alisya kemudian bangkit dari duduknya. Kemudian Alisya mencium pipi Naina.
Neina hanya tersenyum dan balas mencium pipi Alisya.
"Besok aku akan datang lagi kak untuk bermain dan makan kue coklat"
"Ahhh baiklah gadis manis, biar besok Kakak buatkan khusus untukmu"mencubit gemas pipi Alisya.
Setelah berpamitan pada ibu Mia. Rayyan dan Alisya kembali menuju Villa.
******
Sampai di Villa Reyyan menuntun Alisya masuk.
"Dad besok kita pergi lagi ya ke Rumah kak Neina, Dady sudah janji lho" ucap Alisya sambil mengekori Daddynya." Iya, tapi setelah itu kita pulang, pasien Daddy sudah banyak menunggu"
"Baiklah"
Alisya berlalu ke kamarnya dengan wajah cemberut.Rayyan menggelengkan kepalanya melihat tingkah putri kecilnya.
Rayyan kemudian masuk ke dalam kamarnya. Ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai mandi, Rayyan berdiri di balkon kamarnya sambil termenung.
"Alea, putri kita sekarang sudah berusia lima tahun, apa kau tidak merindukannya, baru kali ini dia tertawa bersama wanita selain Mama dan Kania. Apakan ini pertanda aku harus membuka hati yang selama ini hanya ada dirimu?. Rasanya tidak mungkin,hanya ada dirimu .Aku selalu mencintaimu Alea. Mengapa kau meninggalkan aku, rasanya sakit sekali." Tak terasa cairan bening menggenang di pelupuk mata Rayyan.
Kepergian Alea meninggalkan dirinya dan Alisya yang saat itu berusia masih empat bulan, sempat membuat hidupnya hilang kendali.
Tapi hadirnya Alisya, bisa membangkitkan energi hidupnya. Membesarkan Alisya tanpa seorang Ibu, Rayyan beruntung memiliki orang tua dan adik perempuan yang selalu membantunya merawat Alisya.
Mencari ibu sambung untuk Alisya bukanlah perkara yang mudah, Alisya yang selalu menolak dan bertingkah . Membuat beberapa calon yang di tawarkan Mamanya mengundurkan diri. Rayyan pun belum bisa membuka hati untuk siapapun.
Rayyan menghembuskannafas kasarnya. Di tengah lamunannya, ponsel berdering. Rayyan mencari ponselnya yang berdering di atas tempat tidur.
Rayyan menatap ponselnya, kemudian ia menggeser ikon berwarna hijau.
"Assalamualaikum Pa"
"Waalaikumussalam Nak, bagaimana liburanmu bersama Alisya?"
"Sangat menyenangkan Pa,"jawab Rayyan.
"Kapan kau akan kembali?"
"InsyaAllah lusa Pa,"
"Datanglah ke Kantor, ada yang ingin Papa bicarakan. "
"Mengenai Rayhan?"tanya Rayyan
"Tidak sepenuhnya mengenai Rayhan ,banyak hal yang harus Papa sampaikan pada mu"
"Baiklah, tapi tidak untuk bertemu dengan putramu itu , " jawab Rayyan ketus.
Papa Andre menghela nafasnya.
"Dia itu saudaramu, lebih tepatnya Kakakmu," Papa Andre sangat kesal pada kedua putranya yang sering membuat tensinya naik turun.
"Beda lima menit Pa. Ya sudah Pa kita bicara saat aku sudah kembali,Assalamualaikum" Tanpa menunggu jawaban , Rayyan langsung memutuskan panggilan Papanya.
Sangat menyebalkan bagi Rayyan jika membahas saudara kembarnya itu. Bagaimana tidak, hanya dengan melihat saudaranya itu sudah bisa membuat darahnya mendidih.
"Kenapa Alis menyukai Kak Neina?" Tanya Rayyan pada putrinya di sela sarapan.
Alisya menatap Daddynya. "Karena Kak Neina itu tidak sering marah-marah, Kak Neina tau kalau aku yang salah tapi kak Neina malah memelukku dan meminta maaf" jelas Alisya .
"Tidak seperti calon istri Daddy"cebik Alisya.
"Kau ini" mengacak Rambut Alisya.
" Ayo kita berangkat ".
Hari ini Rayyan menepati janjinya untuk mengajak Alisya bermain lagi di Rumah Neina. Sampai di Rumah Neina ,Alisya langsung berlari ke dalam Rumah Neina tanpa mengucap salam terlebih dahulu.
Ayah Ardi yang saat itu sedang membaca koran di dalam Rumah tekejut.
"Maaf Pak Anak saya masuk tanpa permisi"ucap Reyhan yang merasa tidak enak dengan tingkah putrinya.
"Tidak apa-apa , kalian mau pesan kue?"
Rayyan menggeleng.
"Dimana kak Neina ?"sela Alisya
"Hai...kalian sudah datang ya" Neina menuruni tangga, lalu mempersilahkan Rayyan dan Alisya duduk . Ia kemudian menceritakan awal pertemuannya dengan Alisya, kepada Ayah Ardi.
"Kak Neina, besok Alis akan kembali ke Kota" tiba-tiba Alisya memotong cerita Neina dengan wajah di tekuk seolah-olah enggan berpisah dengan Neina. Semua menatap ke arah Alisya
"Bolehkah kita pergi jalan-jalan seharian" Alisya menatap Neina dengan wajah sedih.
"Emmm " Neina melirik Ayahnya
"Ayah bolehkah aku _" tanya Neina menatap sang Ayah.
"Huh, kalian mau kemana?" Tanya Ayah Ardi ketus, karena tidak rela anak gadisnya di bawa pergi apalagi dengan seorang laki-laki.
Rayyan merasa tidak enak dengan situasinya. Ingin sekali ia membungkam mulut putrinya yang cerewet itu.
Bisa-bisanya Alisya mengatakan hal yang membuat Ayah Ardi melotot menatapnya
"Alis, Kak Neina mungkin sibuk lebih baik kita pulang saja ya" Rayyan mencoba membujuk putrinya.
"Jangan mengecewakan Anak kecil , bawalah Neina tapi jangan sampai malam. Segera kembali. Ingat putriku hanya akan menemani gadis kecil ini" Papa Ardi mengusap kepala Alisya.
"Dan kau Ayahnya hanya bertugas menjaga mereka berdua. Antarkan putriku sampai di Rumah dengan selamat jangan sampai lecet" Ardi melanjutkan ucapannya.
Rayyan menelan salivanya.
"Baik Om, terimakasih sudah mengijinkan ___" Belum selesai Rayyan berbicara Ardi sudah berlalu meninggalkan mereka.
"Ingat pesanku jangan mendekati Neina" Ayah Ardi berbalik melotot ke arah Rayyan.
"Ayah sudahlah,kau menakuti Alis" Neina sangat kesal pada Ayahnya.
"Nanti Ayah beritahu Ibu mu lekas kembali jangan dekat-dekat duda."
Ayah Ardi masuk ke dalam toko , saat ini ia yang menjaga toko karena istrinya pergi membeli bahan kue di temani Adam,adik Neina.
"Ayahku memang begitu,suka marah-marah" ucap Neina merasa tidak enak pada Rayyan yang sedari tadi memasang wajah masamnya.
"Akuu tidak mengerti mengapa ayah segarang itu memiliki seorang putri yang lembut dan selalu tersenyum, sedari tadi aku tidak melihat Ayahnya tersenyum dasar berwajah datar ! kalau bukan karena Alis aku tidak mau berurusan dengannya" gerutu Rayyan dalam hatinya.
"Hei" Neina melambaikan tangannya di depan wajah Rayyan.
"Ah iya ayokita berangkat" jawab Rayyan gugup.
"yeayyy, Alisya berlari masuk ke dalam mobil.
"Kita mau kemana?"tanya Neina.
"Aku tidak tahu"Rayyan menggedikkan bahunya. "Aku tidak tahu inikan desamu apa kau tidak tahu tempat yang tepat untuk Alis brmermain?. "
Rayyan balik bertanya menatap Neina. Dua manik hazel itu bertemu. Deg…
Seketika wajah Neina memerah. "Ak saya anu di sini tidak ada wahana permainan" jawab Neina gugup.
"Oh astaga kenapa wajahnya memerah. pantas saja Ayahnya memberi nama Khumaira. Wajahnya sangat menggetarkan jiwa" Rayyan berguman dalam hati sambil menenangkan detak jantungnya.
Sunyi,keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Kita mau kemana Daddy" Alisya memecah keheningan di dalam mobil
" Ehemm , bagaimana kalau kita ke Pantai". Neina mencoba mencairkan suasana.
"Ide bagus" Rayyan kemudian menatap Alisya
"Aku mau Daddy"jawab Alisya yang mengerti tatapan Daddynya.
Rayyan kemudian memutar mobilnya menuju pantai.Sesampainya di pantai , Neina menggendong Alisya keluar dari mobil. Kemudian mereka berjalan menuju bibir pantai.
Neina dan Alisya sibuk membuat istana pasir. Sedangkan Rayyan, hanya memandang keduanya dari jauh. Sesekali terdengar suara tawa keduanya yang membuat Rayyan tersenyum dan tenggelam dalam lamunannnya.
"Neina mirip Alea mereka sama-sama ceria pantas saja Alisya menyukainya. Mereka akrab sejak pertama kali bertemu,dengan freya saja tiap hari bertemu tapi tetap saja Alisya tidak menyukainya. Apa Neina di takdirkan menjadi ibu untuk Alisya, tidak mungkin Neina masih bocah ingusan,mana mungkin bisa jadi ibu" batin Rayyan berperang.
Di tengah lamunannya tiba-tiba tangannya di tarik,
"Daddy ayo kita mandi pantai" Alisya berusaha menyeret Daddy nya ke bibir pantai.
Di sana terlihat Neina sudah basah. Rayyan terpaksa mengikuti putrinya bermain air. Mereka bertiga berlarian tampak seperti keluarga kecil, orang-orang memandang seperti itu.
Setelah lelah bermain, Rayyan menggantikan baju Alisya.
"Kau tidak bawa baju ganti?"Rayyan menatap Neina. Neina menggelengkan kepalanya.
"Kau ini kenapa mandi kalau tidak bawa baju ganti? ini pakailah dulu, baru kita mencari toko pakaian " Rayyan menyodorkan jaket nya pada Neina.
Bukan tanpa alasan Rayyan memberikan jaketnya pada Neina. Lekuk tubuh Neina terlihat jelas saat baju yang di pakainya basah dan Neina terlihat kedinginan.
"Ayo" Rayyan menarik tangan Neina.
Deg.
"Rasanya seperti tersengat aliran listrik tegangan tinggi" batin Neina.
"Ah iya Tuan"
"Jangan memanggilku Tuan aku bukan majikanmu" ucap Rayyan . Ia menatap Neina dan tangannya menyelipkan rambut Neina yang berantakan.
"Lalu harus ku panggil apa?" Neina memberanikan dirinya menatap Rayyan.
"Panggil Mas saja " jawab Rayyan tersenyum membuat rona merah di wajah Neina .
""Cieee cieeeee" Alisya menyembulkan kepalanya dari balik kaca mobil sambil tertawa melihat tingkah dua insan di depannya. Dengan sigap Neina mendorong Rayyan menjauh kemudian masuk ke dalam mobil di ikuti Rayyan.
Rayyan kemudian mengemudukan mobilnya mencari toko pakaian. Ia lalu membeli pakaian untuk Neina dan dirinya.
Setelah berganti pakaian mereka bertiga menuju Restoran untuk mengisi perut yang sejak tadi menjerit minta di isi.
***
Hari sudah mulai gelap, Rayyan telah sampai di halaman rumah Neina . Mereka di sambut Ayah Ardi yang sudah melotot ke arah Rayyan. Melihat baju yang di pakai Neina berbeda membuatnya menaikkan satu alisnya penuh selidik.
"Kemana bajumu?"tanya Ayah Ardi menatap putrinya.
" Tadi aku mandi di pantai Ayah jangan marah" Neina merangkul lengan Ayahnya.
"Ayo masuk dulu Nak Rayyan "sambut ibu Mia yang keluar dari arah toko.
"Tidak usah Bu ,saya dan Alisya besok akan kembali ke kota J****** Bu, " tolak Rayyan lembut.
"Kenapa cepat sekali? " Tanya Ibu Mia.
"Saya harus bekerja Bu, dan Alisya sekolah, liburan nanti kami kembali ke sini" Rayyan tersenyum menatap ibu Mia.
"Apa kakek tidak menyukaiku"Alisya memegang tangan Ayah Ardi .
"Tidak sayang kakek sangat menyukaimu " jawab Ayah Ardi gugup .Kemudian ia mensejajarkan tinggi badannya dengan Alisya sambil memeluknya. "
Kalau begitu Alis mau bermain sampai malam di sini" Alisya menatap Daddy nya sambil mengerjapkan matanya. Penuh harap.
"Ayolah tidak boleh menolak gadis kecil ini" Ayah Ardi membawa Alisya masuk. Rayyan hanya bisa menghembuskan nafas kasarnya"Aneh" batin Rayyan.
Selesai makan malam Alisya sibuk bermain dengan Adam dan Neina . Keberadaan Rayyan sungguh hanya seperti pajangan di ruang tamu.
"Ayo bermain catur" Tiba-tiba tepukan di pundaknya membuat jantungnya hampir melompat keluar.
"Kau mau ikut main boneka bersama mereka?" tanya Ayah Ardi.
Rayyan menoleh menatap Ayah Ardi dengan malas. Rayyan bangkit mengikuti Ayah Ardi dengan langkah gontai.
"Kau bisa main catur?"
"Tentu saja " jawab Rayyan cepat.
Hingga pukul sepuluh malam Rayyan pamit pulang dengan menggendong Alisya yang sudah tertidur.
"Jangan lupa, besok kalau liburan lagi kita bermain" Sedikit berteriak meledek Rayyan yang terlihat sangat kesal. Bagaiman tidak , selama bermain tak satu kemenangan di dapat.
"Aku akan membalasnya dengan kemenangan berturut-turut" teriak Rayyan.
"Hahhahahhaha aku akan menunggumu anak kota" Senyum Ardi belum menyurut hingga mobil Rayyan menghilang di kegelapan malam.
"Ayah kenapa dengan Mas Rayyan? Ayah tidak macam-macam kan" selidik Neina.
"Rayyan kalah bermain catur hahaha" Ayah Ardi masih dengan tawanya, masuk ke dalam kamar tanpa mempedulikan Neina yang melotot.
"Cie, jatuh cinta sama duda, beli satu gratis satu." Adam meledek kakaknya sambil berlari masuk kamar takut dengan tatapan sangar kakak nya.
Neina tersenyum sendiri di dalam kamarnya sambil mengingat kejadian di pantai membuatnya berguling guling di kasur sambil tertawa sesekali menghentakkan kakinya sambil menutup wajahnya yang merona."Apa Daddy menyukai Kak Neina?"
Rayyan mengerutkan keningnya , "kau ini masih kecil jangan sok tau. Tidurlah,nanti sampai di Bandara Daddy akan membangunkanmu". Rayan menepuk nepuk kepala putrinya.
Hari ini Rayyan kembali ke kota J***** untuk meneruskan aktivitasnya setelah lima hari berada di pulau L .
Sampai di kota J***** Rayyan memulai aktifitasnya seperti biasa ,mengantarkan Alisya ke sekolah dan rutinitasnya sebagai dokter dan dosen di sebuah kampus miliknya.
"Nak apa kau bisa ke kantor Papa sebentar?" suara Papanya terdengar dari sebrang.
"Ada apa pah? apa ada hal penting?"
"Sangat penting Nak"
"Baiklah tiga puluh menit aku sampai Pa"
Senyum sosok laki laki paruh baya itu mengembang saat dua anak kembarnya setuju untuk bertemu.
Kedua anak kembarnnya yang bermusuhan dan itu semua karena dirinya. Seandainya dia tidak egois mungkin sekarang anaknya akan hidup damai.
Segala upaya telah di lakukan untuk meluruskan kesalah pahaman itu namun tidak membuahkan hasil.
Rayhan sosok yang sangat membenci Ibu kandungan dan saudaranya itu sangat sulit untuk berdamai,sedangkan Rayyan sosok yang sabar tapi karena Rayhan sangat menyebalkan, dan selalu mengungkit masa lalu yang menyudutkan Ibunya membuat Rayyan enggan bertemu dengan Rayhan. Setiap bertemu kata- kata pedas Rayhan untuk sang Ibu membuat darahnya mendidih. Rayhan si keras kepala dan egois.
Tiba di parkiran perusahaan Papanya Rayyan mengerenyitkan dahinya saat melihat mobil sport berwarna merah terpakir tepat di depannya. Dari mobil itu keluar sosok yang membuat mata Rayyan berapi api.
Ya itulah Sosok mennyebalkan, siapa lagi kalau bukan Rayhan. Dengan kacamata hitamnya Rayhan keluar dari mobilnya.
"Shitt" umpat Rayyan memukul kemudi mobilnya.
"Untuk apa baj*ngan itu di sini, pasti ini ulah Papa untuk mempertemukanku dengannya" Rayyan tak henti mengumpat. Sebenarnya Rayyan hendak kembali tapi urung di lakukan karena dia tidak ingin mengecewakan Papanya.
Para karyawan mulai berbisik melihat kedatangan calon penerus perusahaan tempat mereka bekerja. Tidak sedikit para wanita menjerit tertahan ketika melihat wajah tampan Rayhan apalagi setelah itu kemunculan Rayyan membuat mereka semakin histeris.
"Assalamualaikum" Rayyan menatap sosok yang sedang duduk menaikkan kakinya di atas meja. Sementara di meja kerja Papanya tersenyum menyambut.
" waalaikumussalam"
"Duduklah Nak"
Rayyan menatap Rayhan yang sedari tadi menggoyangkan sepatunya di atas meja.
"Tidak perlu Papa aku di sini saja. Ada apa memanggilku?"
"Rayhan turunkan kakimu bersikap sopanlah di depan Papa" Papa Andere menatap kesal putranya itu.
"Aku lebih tua darinya, Papa tidak perlu menatapku seperti itu hanya untuk membela anak kesayanganmu" Rayhan tersenyum sinis.
"Rayhan" Andre menaikan suaranya.
"Cihhhh , beda lima menit saja bangga" Rayyan bedecih. Ingin sekali memukul kepala saudara kembarnya itu.
Rayhan melotot ke arah Rayyan. Saat hendak menimpali perkataan saudaranya Papa Andre sudah memotong .
" Duduklah mari kita bicara baik baik" Papa Andre menstabilkan emosinya sambil menarik bahu Rayyan untuk duduk.
Papa Andre melotot ke arah Rayhan kemudian Rayhan mengerti tatapan Papanya, ia menurunkan kakinya.
"Begini Nak besok rapat direksi untuk menentukan siapa di antara kalian yang akan menjadi CEO, karena Papa sudah tua waktunya beristirahat" Papa Andre menatap kedua putranya.
"Serahkan saja semuanya pada Tuan sombong ini Pa, aku yakin dia sangat menginginkannya" Rayyan menimpali.
"Dengan senang hati, tapi apa kau yakin hanya dengan hotel dan Kampus yang kamu miliki saat ini mampu menghidupimu,?"Rayhan tersenyum mengejek.
"Aku rasa semua ini cukup untukku dan Alisya kau tidak perlu mencemaskan aku.Dan aku bukanlah dirimu yang egois hanya mengukur kekuasanmu yang tiada henti kau kejar. Aku sangat bahagia dengan profesiku saat ini " Rayyan menyunggingkan senyum mengejek.
"Haha walau tanpa perusahaan ini aku sangatlah kaya, kau tau aku adalah pengusaha muda dan sukses." ucap Rayhan menyombongkan diri.
"Apa kau bisa membeli cinta? apa kau bahagia?"
Rayhan menatap dengan berapi api ingin sekali dia mencekik saudaranya itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!