NovelToon NovelToon

MY COOL HUSBAND

Awal pertemuan

Seorang gadis cantik berseragam perawat berjalan dengan langkah lebar sesekali ia berlari kecil menyusuri koridor rumah sakit yang sepi, sehingga gesekan sol sepatunya dengan lantai terdengar cukup nyaring.  Ia semakin mempercepat langkahnya agar tidak datang terlambat, rumah sakit tempatnya bekerja sangat disiplin dan tidak akan mentolerir pegawainya yang terlambat.  Sesekali ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya yang ramping. Sampai di persimpangan koridor ia terpaksa menghentikan langkahnya saat melihat segerombolan orang-orang berbadan besar dan berjas serba hitam lewat di depannya.

Setelah rombongan itu berlalu ia pun kembali melanjutkan langkahnya yang tertahan, sambil  melangkah ia memalingkan kepalanya ke belakang menatap rombongan itu melewati koridor rumah sakit yang hanya boleh dilewati oleh orang tertentu saja. Matanya menangkap punggung  sepasang suami istri jalan saling bergandengan dan ia tau kalau orang yang baru saja lewat di depannya adalah  pemilik rumah sakit tempatnya bekerja. Lorong yang mereka tempu adalah lorong menuju ruangan khusus yang menurut berita yang didengarnya  disana ada ruang khusus untuk yang ditepati oleh anaknya yang sedang sakit. Putra bungsunya koma setelah mengalami kecelakaan parah di sirkuit balap milik keluarganya.

Tidak ada yang tidak mengenal keluarga Hayet Abraham  yang merupakan salah satu orang terkaya di Republik Ceko, rumah sakit ini hanya salah satu dari sekian banyak bisnis yang mereka miliki.

“Anna, bisakah kau lebih cepat aku sudah menunggumu sejak tadi,” tegur seorang perawat senior yang sudah berdiri di belakangnya.

“Maafkan aku Sus,” Anna berkata  menundukan kepalanya hormat.

“Cepatlah, saya tidak ingin membuat mereka menunggu kita terlalu lama. Anna hanya mengangguk  lalu mengikuti langkah kepala perawat itu dari belakang. Anna terkejut ketika mereka melewati koridor yang baru saja dilewati oleh rombongan tadi, Anna meneguk ludahnya merasa gugup karena untuk pertama kali ia melewati ini setelah hampir dua tahun bekerja disini.

Ia kemarin dipanggil oleh kepala perawat kalau ia akan bekerja di ruangan khusus dan ia tidak tau ruang khusus apa yang dimaksud dan ia pun tak mau bertanya lebih lanjut karena ia tau watak atasannya itu, tapi ia tidak menyangkah inilah tempat khusus yang dimaksud,  tempat yang tidak boleh dimasuki oleh sembarangan orang. Banyak pertanyann yang menggantung dikepala Anna sambil terus mengikuti langkah suster di depannya.

*****

Sementara disebuah ruangan khusus terlihat beberapa orang berkumpul dan terlihat sekali  mereka berbincang sangat serius berdiskusi sesuatu hal yang sangat penting. Ada beberapa orang dokter disana dan sepasang

suami istri yang sudah berusia lebih dari setengah abad.

“Apakah anda yakin dengan perawat yang akan mengantikan suster Mery Dok?" tanya sang pria berusia lebih dari separuh baya itu.

“Tentu saja Tuan Abraham, kami sudah memilih sesuai dengan yang anda minta, dia lulusan terbaik saat menyelesaikan studinya, ia juga seorang perawat yang ramah, sopan, dan juga penuh kasih sayang karena saya sering mendengar pujian dari para pasien yang pernah berobat kesini dan mereka sering menanyakannya, dan terlebih lagi  ia seorang muslim sesuai dengan syarat pertama yang anda berikan.”

“Baiklah Dokter Albert, saya mempercayakan sepenuhnya  kepada anda karena anda tentu lebih tau apa yang dibutuhkan oleh putraku,” lanjut tuan  Hayet Abraham.

“Kami tentu tidak akan mengecewakan anda Tuan. Dia kandidat terbaik yang kami miliki saat ini sesuai dengan syarat yang anda berikan, dan ia juga tidak akan bekerja sendiri karena masih ada dua orang perawat yang lama membantunya untuk berjaga di malam hari.”

Dokter Albert pun memberikan penjelasan yang cukup panjang kepada Tuan Hayet Abraham dan pembicaraan itu terputus ketika terdengar kentukan pintu dari luar ruangan, tak menunggu lama daun pintu pun terbuka memunculkan dua orang wanita yang berdiri disana, keduanya menunduk sopan sebelum melanjukan langkahnya kembali setelah  diperintah  untuk masuk. Anna tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya bertemu untuk pertama kalinya dengan salah satu kolongmerat di negaranya.

“Selamat siang Tuan dan Nyonya,  maaf kami membuat anda menunggu,” ucap suster Susan sopan.

”Apakah pasien khusus itu adalah putra tuan Abraham yang koma,” bathin Anna.

“Dokter Albert, ini suster Anna, saya mengantarkannya ke sini sesuai dengan permintaan anda Dok.”

Anna menundukan sedikit kepalanya memberi hormat  seulas tersenyum menghiasi bibirnya menatap orang-orang disekitarnya, ia sungguh merasa sangat gugup dan canggung apalagi saat melihat Tuan Hayet dan istrinya memperhatikan penampilannya dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Anna menelan ludahnya

menautkan kedua tangannya menutupi kegugupannya.

“Terima kasih suster Susan kalau begitu kau bisa keluar sekarang,” perintah dokter Alber. Setelah sedikit berbasa basi suster Susan pun pamit meninggalkan Anna yang hanya melongoh menatap kepergiannya.

“Suster jangan pergi…,”bisik hati Anna gusar.

“Suster Anna,” panggil dokter Albert menatap kearahnya.

“Iya Dok.”

“Perkenalkan ini Tuan Abrahan dan istrinya, dan kenapa kau dipanggil kesini karena mulai besok kau akan perawat putra beliau yang sedang koma menggantikan suster Mery karena beliau sudah pensiun. Kenapa kami memilihmu karena Tuan Abraham mengajukan beberapa kriteria untuk perawat yang akan menjadi perawat putranya, dan kebetulan kau pas dengan syarat itu, aku sudah menerima laporan kalau kau salah satu perawat terbaik yang dimiliki rumah sakit walaupun kau baru bekerja disini belum genap dua tahun. Dan salah satu syarat khusus adalah seorang muslim lagi dan kau

sudah mengerti kenapa kau akhirnya yang terpilih dari sekian banyak perawat

yang berprestasi lainnya, kenapa syaratnya harus muslim nanti kau akan tau saat

kami menjelaskan apa-apa saja yang harus kau lakukan saat bekerja nantinya.”

“Apakah kau ada pertanyaanpertanyaan?" tanya dokter Albert menatapnya dengan wajah tegas. Anna dengan cepat menggelengakn kepalanya.

“Tidak ada Dok.”

“Baikah jika memang tidak ada pertanyaan setelah ini kita akan langsung saja ke kamar  perawatan.”

Semua rombongan segera meninggalkan ruangan itu, mereka masuk ke ruangan disebelahnya, Anna mengikuti rombongan itu dari belakang sambil sesekali memperhatikan sekelilingnya. Pertama masuk ke dalamnya mewah itulah itu yang dilihatnya ruanganya sangat luas dan  tiga kali lipat lebih mewah dibandingakan dengan kamar vip rumah sakit perabotan yang ada disana semuanya barang mahal.

Ditengah ruangan yang melihat sebuah tempat tidur dengan bergitu banyak alat bantu medis disana, Anna berjinjit dan mengangkat sedikit kepalanya mencoba melihat tapi pandanganya terhalang oleh punggung tuan Abaraham dan istrinya yang sedang berdiri disisi tempat tidur, Anna hanya mendengarkan dari jauh ketika tuan Abraham berbicara dengan dokter. Tatapan Anna berpindah pada istrinya tuan Abraham yaitu Nyonya Mariam Abraham mengelus wajah putra dan sesekali ia melihat wanita paruh baya itu menciumnya, ia juga melihat Nyonya Mariam mengahapus air matanya.

Anna mendekat ketika dokter Albert memanggilnya, ia kemudian berdiri disampingnya, berdiri disebelah tempat tidur membuat Anna dapat melihat dengan jelas wajah pasien yang tengah berbaring disana. Anna menatap lekat wajah putra tuan Abraham tak ubahnya seperti orang tertidur tapi ia tidak bergerak karena ia sedang koma.

“Suster Anna,” panggil Dokter Albert membauat lamunan Anna buyar seketika.

“Iya Dok.”

“Ini putra tuan Abraham. Namanya Kerem Abrahan yang mulai besok kau akan menjadi perawatnya menggantikan suster Mery, kami nanti akan menjelaskan apa pekerjaanmu selama bertugas diruangan ini. Selama bekerja kau hanya mendapat libur pada hari minggu karena keluarga akan menjaganya pada di hari itu.”

“Ada yang ingin kau tanyakan selain dari tugasmu nantinya.”

“Tidak Dok,” sahut Anna cepat.

“Baiklah aku akan menjelaskan apa saja tugasmu dan juga fungsi semua alat bantu disini jika ada yang tidak kau pahami.”

Anna menyimak semua perkataan dokter Albert dan ia juga mencatat beberapa poin penting untuk berjaga-jaga karena ia tau orang koma semua hidupnya bergantung pada alat yang melekat pada tubuh mereka.

.

.

.

.

.

Bersambung

ini visual Kerem dan Anna versi Author ya🤗🤗

Hari Pertama

Anna mengucapkan doa sebelum ia membuka pintu didepannya ini adalah hari pertama ia bekerja sebagai seorang perawat yang khusus merawat satu orang pasien saja. ia kembali menutup pintunya begitu ia masuk kedalam ruangan, dengan langkah pasti ia mendekat ke arah ranjang tempat pasien yang ia rawat tengah terbaring, ia memperhatikan detail setiap alat disana memastikan semuanya berfungsi dengan baik.

 Setelah memastikan semuanya aman ia mengalihkan perhatiannya pada objek di depannya, ia menatap lekat wajah pasienya yang ia tau bernama Kerem Abaraham, kulitnya yang putih terlihat pucat karena sudah lama tidak berjemur dibawah sinar matahari. Walaupun sudah lama terbaring koma Anna tidak memungkiri kalau pria yang

berbaring didepannya sangat tampan, hidungnya yang mancung dengan garis rahang yang tegas bulu-bulu halus terlihat mulai tumbuh disana.

Anna membungkukkan tubuhnya hormat dan mulai menyapa  untuk memperkenalkan dirinya tidak peduli Kerem mendengar atau tidak.

“Hai Tuan, selamat pagi perkenalkan namaku Zanna Kemal, kau bisa memanggilku Anna. Mulai hari ini aku yang akan merawatmu semoga kita bisa bekerja sama dengan baiknya. Dan aku berharap tidak akan lama merawatmu karena aku ingin kau dapat bangun kembali karena keluargamu pasti sangat menantikan hari itu tiba.”

“Baiklah aku akan memulai aktifitasku hari ini, ditangannku sudah ada daftar  apa saja yang harus aku lakukan sepanjang hari. “

Anna menarik napas panjang menatap beberapa daftar pekerjaan yang harus ia lakukan, ini pasti akan membosankan karena ia akan lebih banyak duduk berdiam diri saja, walaupun ia tidak dikurung terus menerus dalam ruangan yang sama tapi ia tetap tidak boleh terlalu sering keluar masuk karena ruangan itu harus tetap steril mengingat kondisi pasien di dalamnya.

“Pertama aku harus  mendengarkan bacaan ayat suci Alquran untukmu Tuan.”

“Ehhmm… itu kenapa tuan Abraham mengajukan syarat khusus seperti itu.”  Ucap Anna berbicara pada dirinya sendiri

Anna melangkah menuju meja kecil yang sudah terletak spiker kecil dan playdist yang sudah tergantung disana. Ketika ia hendak menekan tombol on ia menghentikan gerakannya, menatap terpana pada Kerem dan ia pun beranjak menjauh dari sana.

"Lebih baik aku bacakan saja ya Tuan, walaupun suaraku nanti tidak semerdu qari atau qariah yang biasa kau dengar, tapi aku juga pernah memang lomba lo walaupun sudah lama sih," ucap Anna tersenyum lebar.

Anna pun mengambil ponselnya dari dalam tasnya dan mulai mengetik surat yang ingin  dibacanya. Anna menarik sebuah bangku dan duduk disisi ranjang Karem dan ia pun mulai membacanya. Suaranya begitu merdu

melantukan ayat-ayat suci alquran karena ia memang sejak kecil sudah terbiasa

melakukannya, yang diajarkan oleh kakek dan neneknya yang memang berdarah Turki.

Setelah lebih kurang lima belas menit Anna pun menutupnya, lalu menatap pada Kerem,” aku berharap kau dapat mendengarkannya, ingat selalu pada Tuhan karena dia yang akan menuntunmu pulang.”

Melihat Kerem yang terbaring tak berdaya membuatnya merasa lebih beruntung darinya, ia tak seharusnya mengeluh pada hidupnya yang sulit  karena banyak yang lebih sulit darinya. Dan pria didepannya itu sedang berjuang antara hidup dan mati, terbaring selama dua belas tahun bukanlah waktu yang sebentar.

Anna melirik jam yang tergantung di dinding yang baru menunjukan pukul Sembilan pagi, ia mulai bingung apa yang akan ia lakukan

sepanjang hari, pada hal kalau ia masih bertugas seperti biasa sekarang adalah

jam sibuknya menyambangi pasien dari satu bangsal kebangsa lain untuk mengecek

kondisi pasiennya. Kalau pun nanti ia terbangun kembali belum tentu kondisinya bisa seperti sediakala karena kebanyakan pasien yang sudah lama koma saat terbangun sering mengalami komplikasi dan harus berjuang lagi untuk kesembuhannya.

Anna menarik napas panjang untuk membuang rasa bosan yang mulai menyerangnya, ia pun teringat kalau didalam tasnya ada sebuah novel yang ia beli kemarin waktu singgah di toko buku, ia pun bergeges mengambilnya, setelahnya ia pun beranjak mencari posisi yang nyaman   membaca, dan pilihannya jatuh pada sebuah sofa berwarna coklat  yang terletak di depan jendela kaca, ia mendudukkan tubuhnya dan melipat kedua kakinya disana namun sebelumnya ia  membuka sedikit gorden membiarkan matahari masuk.

Baru saja ia membuka sampul buku matanya pun kembali beralih pada Kerem, entah kenapa tiba-tiba saja ia ingin mendengarkan juga cerita itu kepadanya, dan akhirnya ia pun bangkit kembali dari duduknya lalu memposisikan tubuhnya kembali di kursi tempat ia membaca ayat – ayat Alquran tadi.

“Kau pasti kesepian karena sendirian disana, aku akan menemanimu. Aku akan membacakan novel ini untukmu, kalau kau tidak menyukainya kau boleh menutup telingamu,” Anna berkata menyunggikan senyum tipis dibibirnya. Entah kenapa ia merasa terpanggil dan terhubung denganya entah karena rasa kasihan melihat kondisinya ia juga tak bisa menjelaskan, yang jelas ia hanya ingin bercakap-cakap dengannya mengganggap dia itu sama seperti manusia normal lainnya.  Dan ia pun mulai membacanya seperti seorang ibu yang tengah membacakan cerita sebelum tidur untuk anaknya.

Entah karena mengantuk atau karena mulutnya capek membaca novelnya ia pun akhirnya tertidur menyandar pada sanadaran kursinya, entah berapa lama ia tertidur ia tersadar ketika mendengar ketukan pintu, ia

menggucek-ngucek matanya yang buram sambil bangkit dan segera berjalan

membukakan pintu. Rupanya itu adalah panggilan untuk makan siang dan ia diberi

waktu selama satu jam untuk istirahat, padahal sedari tadi ia tidak melakakan

apa-apa untuk apa beristirahat tapi setidaknya ia menukar udara dalam tubuhnya dengan udara luar.

“Permisi Tuan, saya istirahat sebentar baik-baik disini ya, cepatlah bangun apa kau tidak ingin merasakan makanan diluar sana yang begitu enak dan menggiurkan, aku hanya tidak cukup uang saja makanya lebih memilih makanan rumah sakit,” kekeh Anna tersenyum lebar. Anna pun segera keluar

setelah mengambil tasnya, ia  memutusakan

untuk sholat zuhur dulu sebelum makan  siang.

****

Baru saja Anna menyelesaikan makan siangnya sebuah tepukan cukup keras di pundaknya membuat ia kaget,” Elif… kau mau membuat jantungku lepas, aku masih muda dan belum berminat untuk mengambil tiket kematian.”

Elis hanya cengengesan melihat sahabatnya itu cemberut, ia malah mencubit pipi Anna membuatnya semakin melotot kesal,” marah aja secantik ini, tapi sayangnya jomblo.” Setelah berkata Elif cekikikan melihat mata bulatnya semakin terlihat lebar.

“Bagaimana pekerjaan barumu, eee.. ngomong-ngomong sang pangeran tidur itu benaran  tampan karena aku dengar dari beberapa suster, ia memiliki wajah yang  sangat tampan seperti pangeran karena itu

para suster disini menyebutnya pangeran tidur,” cercah Elif penuh semangat.

Anna mengetuk jidat temannya itu sambil mendengus kesal.

“Aku hanya beson karena tidak melakukan apa pun,” desis Anna dengan wajah memelas.

“Itu karena kau belum terbiasa saja, kau itu sangat beruntung duduk-duduk saj di gaji, senadainya aku diposisimu pasti senang sekali,” balas Elif mengerucutkan bibirnya.

“Ya sudah, kau gantikan saja aku,” tukas Anna meraih tas didepannya.

“Mana bisa, kan yang terpilih itu dirimu.”

“Ya sudah, aku harus kembali,” ucap Anna melirik jam tangan dipergelangan tangannya, tapi barau saja ia beranjak bangun Elif menahan tangannya.

“Kau belum menjawabku, apa benar sang pangeran itu sangat tampan,” tanyanya sambil mengangkat-angkat kedua alisnya.

Anna menatap Elif kesal,” otakmu selalu saja pria tampan, lagian kalau pun ia tampan belum tentu juga mau dengan dirimu.”

Elif tertawa keras mendengar ucapan sahabtanya itu yang selalu kesal kalau sudah bicara soal pria, makanya sampai sekarang ia tidak pernah dekat denagn pria mana pun, pada hal wajah cantiknya sudah modal besar

untuk mendapatkan pria tampan dan kaya.

“Jangan jutek begitu, aku akan mencoba kalau ia nanti sudah terbangun.mana tau aku bisa jadi tuan putrinya.”

Anna segera berlalu dari sana, membiarakan sahabatnya itu dengan khayalan gilanya pada al ia sudah punya kekasih tapi masih juga membahas masalah pria didepannya.

****

Anna sampai di apartemennya menjelang isya ia pun segera membersihkan tubuhnya, selesai mandi ia pun menyiapkn makanan untuk makan malamnya. Anna memang tinggal sendiri sejak ayahnya meninggal lima tahun lalu. Dan ibunya sekarang sudah menikah lagi itu terjadi satu tahun sebelum ayahnya meninggal, hal itulah yang membuat ayahnya sakit-sakitan dan akhirnya meninggal.

Dulu keluarganya tergolong orang berada karena ayahnya memiliki perusahaan pengiriman barang baik dalam maupun keluar negeri, tapi usaha itu bangkrut setelah ditipu oleh rekan bisinisnya, dan satu tahun setelah itu ibunya pun pergi, meninggalkan apartemen kecil yang ia tepati sekarang hanya itu satu-satunya peninggalan orang tuanya yang ia miliki.

.

.

.

.

.

.

Bersambung

Jebakan menyebalkan Elif

Pagi  begitu cerah di musim panas langit biru sedikit pun tidak tertutupi oleh gumpalan awan sehingga sinar matahari bersinar begitu terang. Anna baru saja memarkir sepedanya di tempat parkiran khusus sepeda. Baru saja ia melangkah di pekaranagn rumah sakit yang luas teriakan yang cukup keras membuatnya memalingkan wajahnya, ia melihat Elif dari kejauhan sedang berlari kearahnya dengan senyum lebar dibibirnya.

“Ada apa? tanyanya saat Elif sudah berdiri di depannya sambil mengatur napasnya.

“Kau ikut denganku nanti malam ya,” ajak Elif dengan napas masih tersengal.

“Kemana?”

Elif meraih tangan Anna danmenatap netra hitamnya,” sudah temani aku saja, aku akan mentraktirmu,” rayunya dengan mata berbinar saat menatap Anna membuatnya mengernyit heran.

“Nanti aku akan menghubungimu kalau aku tidak sibuk.” Selesai berkata ia pun melajutkan kembali langkahnya tapi Elif menahan tangannya sehingga langkahnya pun tertahan, ia melirik sekilas pada sahabatnya yang sudah memasang wajah memelas penuh harap agar Anna

bersedia mengabulakn keinginannya.

“Baiklah, aku  kan ikut denganmu,” ucap Anna akhirnya, Elif melonjak gembira saat sahabatnya itu menyetujui ajakannya.

“Gitu dong,” ucap Elif sambil merangkul pundak Anna yang hanya mendengus kecil lalu keduanya pun melangkah menuju loby rumah sakit yang luas.

****

Anna melakukan rutinitasnya seperti biasa  , membaca Alquran, terkadang

mendengarkannya musik clasik,dan juga membacakan cerita untuknya.  Sudah dua minggu ia melakukan pekerjaannya barunya ini terkadang ia merasa bosan kalau sudah selesai dengan semua aktivitasnya

dan ia hanya duduk – duduk saja sampai jadwal pulangnya.

Ketika ia melihat kondisi Kerem ia pun tersadar dan mencoba untuk menikmati semua pekerjaannya ini,  Kerem yang masih muda tapi hanya terbaring seperti orang meninggal  ia hanya hidup dengan

alat yang terpasang ditubuhnya, alat dektetor jantung yang masih berbunyi

menandakannya masih berada di dunia ini. Beruntung ia lahir dikeluarga kaya sehingga tidak ada maslah bagi orang tuanya untuk masalh biaya, kalau seandainya ia yang diposisi itu bukan saja ceritanya akan berbeda.

Setelah selesai mengganti  infuse ia menatap wajah Kerem yang tidur begitu lelapnya, entah keberanian dari mana ia menyentuh wajahnya danmengusap-usapnya dengan lembut. “ kenapa perawat diluar sana begitu penasaran denganmu, mereka memujamu karena rupamu yang rupawan ini, sungguh menyebalkan kenapa selalu saja fisik yang membuat mereka tertarik dengan seseorang bukankah hati yang lembut itu jauh lebih baik.”

“Oh ya, kemarin aku pergi ke makam ayahku, tak jauh disana ada sebuah toko menjual aksesoris yang unik-unik dan aku membelikannya  untukmu. Sebenarnya aku membelinya sepasang karena pemilik toko tidak mau menjulanya kalau satu saja, jadi yang satunya aku yang memakainya,”ucap Anna menunjukan gelang ditangan kirinya.

Anna pun beranjak mengambil tasnya dan mengambil gelang yang ia simpan disana, ia pun kembali beranjak ke tempat Kerem sambil menggenggam gelang ditangannya.

“Anggap saja ini gelang pertemanan kita,” ucapnya tersenyum manis.

“Kata pemilik tokonya ini adalah gelang keberuntungan tapi aku tidak percaya karena Tuhan yang menentukan jalan hidup seseorang, aku membelinya karena bentuknya yang unik.”

“Aku akan memasangnya untukmu. Ini jumlahnya bulatannya ada tiga puluh tiga mungkin setelah kau terbangun bisa kau gunakan untuk berzikir. ”

Anna memasangkan gelang itudengan sangat hati-hati, bibirnya tersenyum lebar saat melihat gelas itu begitu pas terpasang di pergelangan tangan Kerem, ia pun menujukan gelang yang ada dipergelangan tangannya.

“Sekarang kita sudah berteman,” ucapnya menatap wajah dan gelang ditangan Kerem bergantian.

“Baiklah sekarang sudah waktunya makan siangku, aku tinggal dulu ya, jika kau butuh sesuatu kau boleh menggosok gelangnya nanti aku akan muncul,” kekeh Anna. Ia pun mengusap tangan Kerem sebelum pergi meninggalkannya.

*****

Anna menatap kesal pada Elif yang duduk disebelahnya, melihat wajah kesal temannya Elif hanya tersenyum merasa tak bersalah sedikit pun, kesal melihat sikap Elif yang cuek Anna mencubit lengannya sehingga membuat wanita itu terpekik menahan sakit, kekasih Elif yang duduk di bangku depan mobil menolehkan wajahnya.

“Kau kenapa sayang,” tanyanya menautkan kedua alisnya.

“Tidak, aku baik-baik saya sayang, ini ada lebah kecil yang mencoba menggigitku tapi tenang saja aku sudah mengamankannya,” jelas Elif tersenyum manis. Sedangkan Anna memalingakn wajahnya menatap keluar jendela mobil, ia sengaja menurunkan kacanya mendinginkan hatinya yang panas ulah Elif.

Elif selalu saja punya hobi yang aneh selalu saj mencarikan pasangan untuknya walaupun sudah berulang kali ia tolak mentah-mentah tapi ia masih saja tidak ada bosannya, dan kali ini ia menggunakan trik baru mengajaknya pergi tanpa memberi tahu kalau ia juga akan mengajak kekasihnya juga dan parahnya kekasih Elif juga membawa seorang teman, Anna sudah bisa membaca maksud terselubung Elif dan ia hanya tersenyum polos tak merasa bersalah sedikitpun.

“Kau tidak kedinginan An?” Tanya Josep menatap Anna yang masih membuang wajahnya, ia menggelengakn kepalanya tanpa menolehkan wajahnya sedikit pun.

“Apakah kau tidak enak badan?" tanya Josep lagi karena ia sedari tadi hanya melihat Anna diam.

“Tidak, aku baik-baik saja,” balas Anna melirik sekilas pada Josep.

“Syukurlah,” ucap Josep dan kembali menatap ke depan mobil, ia melirik temannya yang sedang konsentrasi mengemudikan mobil.

Setelah menempuh perjalan dua puluh menit mereka sampai disebuah restoran, setelah memarkirkan mobilnya mereka pun turun, dengan malas Anna menginjakan kakinya ke tanah, ia melirik Elif yang sudah bergelayut manja dilengan Josep sedangkan dirinya masih tak bergerak ditempat berdirinya.

“Kenapa masih berdiri disana,” panggil Elif melambaikan tangannya. Ia melirik malas padda Elif dan Josep lalu berpindah pada temannya yang sedang menatap ke arahnya, dengan  terpaksa Anna pun mendekat berdiri di depan mereka.

“Oh iya, aku sampai lupa, lucu rasanya kita pergi berempat tapi salah satu diantara kita belum saling kenal. Anna, perkenalkan ini Deniz temannya Josep,”ucap Elif menatap keduanya bergantian.

Deniz mengulurkan tangannya bibirnya melengkungkan senyum ramah, Anna pun menyambut uluran tangannya mencoba tersenyum walaupun terkesan dipaksakan, keduanya pun saling bergantian

menyebutkan nama masing-masing.

Setelah itu mereka masuk kedalam restoran, Anna mengikuti langkah ketiganya yang berjalan didepannya. Mereka memilih makan di rooftop karena cuacanya yang cerah dan juga ingin menikmati pemandangan malam di kota Praha.

Anna tak begitu menikmati makan makannya karena rasa kesal yang masih menyelimuti hatinya, ia melirik sekilas pada elif dan Josep yang bermesraan di depannya, ia melirik pada Deniz yang juga sedang menatapnya dengan senyum tersungging dibibirnya, Anna hanya membalas dengan senyuman tipis lalu kembali melanjutkan makannya .

“Kau sudah berteman lama dengan Elif?” tanya Deniz tiba-tiba yang membuat Anna sediki kaget.

“Tidak juga, sekitar dua tahun ini,” jawab Anna singkat.

“Kalian bekerja di rumah sakit yang sama? " tanyanya lagi tanpa melepaskan tatapannya dari Anna.

“Iya,” sahut Anna menganggukan kepalanya.

“Kau lebih cantik dilihat langsung seperti ini.” Puji Deniz.

 “Apa…!"

Anna cepat menutup mulutnya karena suaranya yang menarik perhatian beberapa orang disana, Deniz hanya tersenyum lebar menatap wajah keterkejutan Anna, mata hiitam bulatnya terlihat semakin indah, Elif dan Josep hanya mengetikan bahunya menatap Anna dan Deniz yang bersebrangan dengan mereka.

Anna menatap pada Elif ia berusahmenahan kobaran api yang hampir muncul dari netra hitam gelapnya, jika mereka sedang berdua saja mungkin Elif sudah habis dicabik-cabiknya lalu menjadikan

tubuhnya sebagai santapan ikan – ikan di sungai  dekat restoran.

Awas kau Elif …berani sekali kau menunjukan fotoku pada orang yang tidak aku kenal, lihat saja aku akan mogok bicara dengamu selama satu bulan.

Anna menyuapi makan didepannya dan mengisi mulutnya hingga penuh, ia sengaja melakukannya untuk melepaskan rasa kesalnya dan berharap pria disebelahnya itu merasa ilfeel melihatnya.

.

.

.

.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!