NovelToon NovelToon

Budi Sang Penjaga

Budi CS

" hei cepat tarik, pelampung mu sudah tenggelam itu." teriak Anto yang melihat pelampung pancing

Budi telah timbul tenggelam .

dengan cepat Budi menarik joran pancingnya

drrrr

tali senar pancing mengencang , dan perlahan mulai terangkat naik

brush

ha ha ha ha

semua tertawa melihat apa yang ada di ujung kail Budi

ternyata sepatu bot butut yang terkait oleh mata kail Budi , dengan kesal Budi membanting sepatu bot itu.

" hei ngawur , kena gua " maki Ade yang sedang duduk di samping Budi.

" he he he , maaf " Budi nyengir karena bantingannya membuat air dalam sepatu bot itu muncrat kemana mana .

" eh apa itu?" gumam Budi melihat ada pergerakan di dalam sepatu bot itu.

dengan seksama ia melihat ke dalam sepatu bot .

" huaaaa"

" byuur"

Anto yang melihat Budi sangat serius melihat ke dalam sepatu bot sengaja mengagetkan Budi membuat Budi melompat kaget dan terjebur dalam kolam itu

" ha ha ha

Nurul , Ade dan Anto tertawa melihat Budi basah kuyup .

" ah kalian ,!" gerutu Budi . ia mengambil jaring yang biasa dia pakai untuk menyimpan ikan.

" brush"

" wah gabus " teriak Ade melihat ada tiga ekor ikan gabus ,

" wah untung loe bud " teriak Anto .

" Alhamdulillah , rejeki anak Soleh" ucap Budi bersyukur.

♣️♣️♣️♣️

Budi, Anto, Ade dan Nurul selalu bermain bersama walau bukan satu sekolahan. mereka tak mengenal handpone karena bagi mereka handpone adalah barang langka , lebih baik di belikan beras daripada untuk beli handpone belum lagi biaya pulsa atau kuota.

Anto dan Nurul kakak beradik, mereka sudah tak bersekolah, karena terbentur biaya, bapaknya hanya buruh tani , dan ibunya hanya buruh cuci harian.

hanya Nurul wanita di antara mereka berempat.

sedangkan Ade bisa di bilang lumayan karena orang tuanya sopir angkot milik sendiri, dan mempunyai toko kecil yang menjual sembako.

hanya Budi yang hidup sebatang kara, orang tuanya telah meninggal karena kecelakaan pas kelulusan SD , 5 tahun yang lalu, kemudian dia di ambil oleh sang nenek, dan di sekolah kan , hingga saat ini, namun setahun yang lalu , neneknya meninggal karena kena demam berdarah , mulai saat itulah Budi hidup sebatang kara, untung saja di sekolahnya dia mendapat bantuan dari sekolah, hingga bisa lanjut sekolah, untuk kebutuhan sehari hari Budi bekerja apa saja, yang bisa ia kerjakan ,

tapi seringnya dia menjadi kondektur mobil angkot di ajak oleh ayahnya Ade.

perawakan Budi kekar karena ia sering bekerja berat , wajahnya tampan , dengan garis wajah yang tegas . kali ini Budi tak bekerja , karena mobilnya di carter oleh tetangga Ade yang akan berjalan jalan ke Pantai Pasir Putih. untuk mengisi waktu luang Budi pergi memancing , ketiga sahabatnya yang melihat Budi akan pergi memancing jadi ingin mancing juga.

" udah mau magrib, balik yuk?" ajak Budi yang melihat hari telah hampir magrib .

" ayo aku juga mau pulang!" , sahut Ade, Anto dan Nurul pun mengangguk . hanya saja Nurul agak cemberut karena ia hanya dapat 1 ekor ikan itu pun ga terlalu besar.

" nich buat kamu?" Budi memberikan 2 ikan nila merah pada Nurul, ia mendapat hasil yang lumayan, tiga gabus lumayan besar , dan 5 nila .

" he he he , makasih yah" Nurul tersenyum senang , senyum manisnya mengembang. .

mereka berempat berjalan pulang sambil bersenda gurau .

" eh rambutan matang tuch " , ucap Anto melihat rambutan di kebun pak Sigit telah masak dan keluar dari pagar kebun .

" ya udah minta sana?" sahut Budi.

" minta ke siapa , ga ada siapa siapa Bu Nilam juga ga kelihatan biasanya Jan segini ada di kebun," kata Ade.

" dah yang penting izin aja," ucap Budi .

" Bu minta rambutannya yah??" ucap Ade

" oh iya silakan ambil aja" Nurul menirukan suara Bu Nilam .

mereka memetik rambutan yang di luar pagar , tak banyak hanya beberapa saja yang mereka ambil. setelah mengambil rambutan mereka kembali pulang , rumah mereka tak berjauhan apalagi rumah Ade dan Anto , berdampingan sedang rumah Budi ke halang oleh dua rumah

sambil menenteng ikan Budi berjalan pulang ,

" eh dek, itu ikan gabus bukan?" seorang pria dewasa bertanya

" iya pak, ini ikan gabus pak, kenapa pak?" tanya Budi

" kebetulan saya tadi nyari ikan gabus ga dapat di pasar, boleh saya beli ikan gabus nya??" tanya pria itu.

" maaf pak kalau boleh tahu untuk apa ya pak?" tanya Bima lagi

" istri saya baru operasi, kata dokter harus banyak mengkonsumsi ikan gabus agar bekas operasinya cepat sembuh " tutur pria itu.

" oh, silakan pak, ambil saja ga usah di beli , saya ikhlas. " Budi memberikan ketiga ikan yang di ikat menjadi satu dengan sebatang rumput ,

" terima kasih dek, ini buat kamu" pria itu memberikan amplop pada Budi, Budi menolak tapi pria itu memaksa hingga Budi akhirnya terpaksa menerima amplop itu.

setelah Budi menerima amplop yang ia berikan pria itu meneruskan langkahnya dan berpapasan dengan Nurul yang baru keluar rumah . terlihat Nurul menyapa pria itu, yang di angguki oleh pria itu , Nurul juga melihat pria itu membawa ikan yang di dapat budi

" lho belum pulang?" tanya Nurul melihat Budi berdiri sambil memegang amplop.

" bapak tadi siapa rul?" tanya Budi

" oh, bapak tadi pak Suryo , rumahnya di ujung jalan sana" jawab Nurul sambil menunjuk arah yang di tuju lelaki tadi

" kamu mau kemana?" tanya Budi

" mau kerumah kamu, kamu pasti belum di masak ikannya kan?" tanya Nurul .

"belum,kan belum sampai rumah ,dan ikan gabus nya malah di beli pak suryo" jawab budi sambil memperlihatkan amplop yang di pegangnya.

" ya sudah kita masak yang ada aja ayo!" Nurul berjalan kerumah Budi sambil menarik Budi yang masih berdiri saja.

" hei pelan pelan , nanti aku nyungsep" teriak Budi kaget

" aku mandi dulu yah , masaknya bareng aja" ucap Budi sambil menarik handuk dan masuk ke kamar mandi.

" dah mandi aja sana, biar aku yang masak, nanti juga Anto kesini bareng Ade " ucap Nurul , ia mengambil ikan hasil pancingan Budi , dan mulai membersihkannya.

" assalamualaikum " benar saja baru beres Nurul bicara Anto dan Ade sudah datang, tak lama aroma harum ikan goreng tercium , Budi mempercepat mandinya perutnya langsung merasa lapar mencium aroma ikan goreng buatan Nurul.

Nurul memang pintar memasak bahkan daun kunyit dan tepung bisa menjadi rempeyek yang enak bila di olah Nurul.

" lha , ikan gabusnya mana??" tanya Ade yang melihat hanya ikan nila saja yang di goreng Nurul .

" ikan gabusnya di beli pak suryo" sahut Budi.

" wah, di beli berapa??" ikan gabus mahal sekarang, sekitar 120 perkilo?" ujar Ade.

" ga tau, ini amplopnya belum di buka ,lagian paling ikan tadi cuma sekilo setengah, tadinya mau aku kasih saja karena buat istrinya yang baru operasi, tapi dia maksa " tutur Budi.

" coba di buka" saran Anto .

Budi memberikan amplop itu pada Nurul . karena tangannya masih memegang ikan

" bukain " pinta Budi, Nurul mengambil amplop itu dan membukanya

" wah, gopek bud!?" teriak Nurul kaget sambil memperlihatkan lima lembar uang seratus ribuan.

" kok banyak amat pak Suryo ngasih nya??" tanya Budi bingung

" dah santai saja pak Suryo udah biasa ngasih uang lebih pada orang yang berjasa padanya , mungkin kamu di anggap berjasa " ucap Anto yang jelas tahu akan kebaikan pak Suryo karena keluarganya sering di bantu oleh pak suryo.

" apa kita pulangin separo?" tanya Budi pada Nurul .

" ga usah ,ga bakal di terima ," ucap Anto .

" udah lebih baik kamu gunakan untuk keperluan mu saja" saran Nurul.

" gini aja, kita kan dapetnya sama sama ,kita bagi rata saja uang ini" ucap Budi .

" ih ga bud, itu memang rejeki kamu , kami ga mau" tolak Nurul ,Ade dan Anto pun mengangguk .

" gini aja ,bagaimana kalau kamu teraktir aja dech?" saran Ade ,

" boleh dech, kalian ingin apa??" nanti malam saja kita mukbang mie Tek Tek , gmana?" ucap Anto .

" wah boleh itu juga, dah lama kita ga makan mie Tek Tek " seru Nurul

mie Tek Tek biasanya keluar berkeliling setiap malam , ada dua menu yang di jual, mie rebus dan juga mie goreng, di sebut mie Tek Tek karena penjual berkeliling dengan menabuh pantat kuali dengan satu alat yang menghasilkan suara Tek Tek Tek ,jadi di panggil mie Tek Tek oleh pelanggannya.

Minjam buku

Jam 10 malam baru terdengar suara nyaring Tek Tek Tek , dengan cepat mereka keluar dari rumah untuk mencegat pedagang mie Tek Tek .

" Bang kemari" Ade yang suaranya memang kencang memanggil pedagang mie Tek Tek itu .

Bang mie rebus  3 , mie gorengnya satu , " pesan Budi sambil menyerahkan mangkok dan piring, Nurul yang ingin mie goreng,

" Ok bang, di tunggu bentar, pake telur ga?" Tanya si Abang penjual

" Make bang" sahut Budi.

" Ok, " dengan cepat si Abang penjual membuat pesanan Budi dan teman temannya.

" 60 ribu bang," ucap pedagang itu sambil menyerahkan pesanan Budi.

" Ini bang, " Budi menyerahkan uang pas 60 rb.

" Makasih bang" ucap pedagang itu dan kembali berkeliling berjualan

Setelah makan , Ade , Anto dan Nurul berpamitan pulang.

Budi merebahkan dirinya di amben biasa tempat ia beristirahat

Besok pagi ia masuk sekolah, walau dekat ia tak ingin terlambat , ia bersekolah di SMA Kartini, hanya berjalan sebentar dan menyebrang jalan dari tempatnya tinggalnya

Budi , Ade , Anto dan Nurul  tinggal di belakang Universitas Muhammadiyah Lampung , mereka menyewa tanah pada Bu Herman.

Tak lama Budi terlelap angin malam yang dingin membuatnya cepat terbawa dalam mimpi.

" Wah , kesiangan !" Budi terlonjak kaget saat bangun waktu sudah menunjukkan jam 6:30 , sedangkan pelajaran di mulai jam 7: 15 ,  dengan cepat ia membersihkan diri.

" Hais, sepertinya aku harus membeli sepatu " gumam Budi melihat ujung jempolnya terlihat keluar sedikit di sepatu yang di pakainya. Bajunya pun walau bersih tapi sudah mulai memudar karena hanya itu yang Budi punya.

Dengan tergesa gesa Budi berangkat ke sekolah  , beruntung dia tak terlambat, kedatangannya pas dengan bell tanda masuk kelas.

" Woi , berhenti!" Satu suara menghentikan langkah Budi , Budi membalikan badannya.

" Eh, Anton ada apa?" Tanya Budi saat melihat Anton mencegatnya

" Sini tas loe?" Ucap Anton , meminta tas sekolah Budi.

" Mau apa emang loe ,!" Tanya Budi bingung .

" Gw pinjam buku tugas loe, punya gw ketinggalan " ucap Anton , Budi menggeleng,

" Udah ga keburu,udah bel masuk tuch!" Ucap Budi sambil berlari meninggalkan Anton ,

" Sial, awas loe yah?" Ancam Anton melihat Budi berlari ke kelas .

Budi masuk bersamaan dengan kedatangan guru mata pelajaran pertama.

" Pagi Bu," Budi mencium punggung tangan ibu guru nya , Bu Jenny , seorang guru muda lulusan sekolah di jakarta, orangnya cantik , dengan tubuh tinggi langsing , dan sering menjadi bahan khayalan para siswa lelaki di SMA Kartini .

" Hari ini , kumpulkan tugas kalian minggu lalu" ucap Bu Jenny , semua siswa menjadi sibuk ,ada beberapa siswa yang tak membawa buku tugasnya , dengan alasan ketinggalan, Bu Jenny , tak mau mengerti ,yang tidak membawa di setrap di depan kelas . Anton termasuk salah satu dari siswa yang di setrap, ia mempelototi Budi . Niatnya tadi ia akan meminjam buku , dan dengan mengganti nama Budi dengan namanya di buku itu maka ia akan bebas dari hukuman Bu Jenny.

"Awas loe pulang sekolah nanti " geram Anton pada budi.

Anton adalah murid pindahan dari sekolah lain ,karena sering bolos dan berkelahi, ayahnya yang seorang pengusaha memasukan Anton ke sekolah Kartini dengan menyogok kepala sekolah

Budi yang tak tahu dirinya di incar santai saja.

Budi sebenarnya  bisa masuk ke sekolah favorit di daerah itu, tapi kondisi sang nenek yang sendiri dan sakit sakitan membuat Budi memilih SMA terdekat, karena bila ada apa apa, ia bisa bergegas pulang.

Di sekolah Budi tak punya banyak teman , hanya ada beberapa saja,di salah satunya Tony dan Bambang, mereka berteman dari SMP , Tony dan Bambang walau tingkat ekonominya jauh di atas Budi mereka tak pernah mengejek apalagi menghina Budi seperti yang lainnya ,

Bel istirahat terdengar , Budi tak keluar kelas, hanya duduk dan membaca di kelasnya.

" Ke kantin yuk?" Satu suara merdu terdengar , Budi menengok.

" Eh, Indah kamu aja, aku masih kenyang" ucap Budi menolak dengan halus ajakan indah, Indah adalah kekasih Budi, walau agak pendek dia sangat cantik,

" Ya udah aku ke kantin dulu , kamu kalau mau susul aku ke kantin yah" ucap Indah  , Budi mengangguk.

" Ke perpustakaan saja lah?" Gumam Budi , buku yang di bacanya sudah tamat, Budi berniat menukar buku dengan buku yang lain .

Di perpustakaan tak ramai karena buku sekarang banyak di tinggalkan murid murid banyak yang memilih game online daripada membaca buku.

" Eh ini buku apa?" Mata Budi terpaku pada sebuah buku usang yang terdapat di pojok rak, buku itu di tutupi debu tebal pertanda sudah lama buku itu tak di buka.

" Waduh aksara Jawa?" Ucap Budi sambil menggaruk kepalanya karena tulisan di buku itu memakai aksara Jawa ,Budi membersihkan buku itu dengan mengibas ibaskan agar semua debu menghilang.

Budi meminjam 4 buku keseluruhannya.

" Kamu ngerti aksara jawa ini?" Tanya penjaga perpustakaan , Budi menggeleng ,ia memang keturunan Jawa ,tapi ia tak bisa menulis dan membaca aksara jawa karena belum pernah mempelajari nya.

" Ya udah itu untuk kamu aja, ini ada buku belajar aksara Jawa, mudah mudahan kamu bisa mempelajarinya" penjaga itu memberikan satu buku yang sudah usang pada Budi

" Terima kasih pak?" Ucap Budi senang, ia jadi hanya meminjam 3 buku karena di beri oleh penjaga perpus itu.

Sepulang sekolah , Budi langsung pulang, karena hari ini ia akan kembali bekerja mengeneki mobil Uda Buyung , ayah Ade  , di kejauhan Anton hanya mengepalkan tangannya geram, niatnya ia akan mencegat Budi sepulang sekolah, tapi ia lupa bila Budi rumahnya sangat dekat dengan sekolah.

" Awas nanti " ucap kesal Anton.

Budi  bergegas pulang , setelah makan ia menunggu Uda Buyung di halte depan kampus UBL pinggir jalan.

Tapi sudah beberapa jam Uda  Buyung belum juga kelihatan mobilnya, padahal trip satu kali bolak balik paling hanya 2 jam .

" Bud ,"  dari belakang terdengar suara memanggil ,Budi menengok .

" Ade, ada apa?" Tanya Budi heran melihat Ade menyusulnya kemari.

" Ayah mobilnya ke Lampung tengah, ke Bangun Rejo" ucap Ade memberitahukan

" Ooh, ada yang nyarter?" Tanya Budi .

" Bukan tapi nyoba ngambil trayek itu" jawab Ade .

" Lho emang boleh?" Tanya Budi heran, seingat nya jalur itu ga boleh , karena preman Wates sering memalak mereka , dan juga kalau ketahuan polisi bisa kena tilang karena mengambil trayek lain.

" Ga boleh sih, tapi ini lewat tengah jadi ga lewat perempatan Wates ." Ucap Ade .

" Ya udah kalau begitu , aku mau ke pasar aja , mau beli sepatu " ucap Budi .

Ade mengangguk dan kembali pulang ke rumahnya .

Budi menyetop angkot yang ia kenal, karena telah sering ikut Uda Buyung menarik angkot Budi banyak mengenal sopir sopir angkot , jadi ia bisa gratis alias nebeng sampai Tanjung Karang.

kakek Sujiwo

Budi duduk di pinggir pintu, seperti biasa ia ngeneki mobil , ia memang selalu begitu bila nebeng mobil dia akan ngeneki mobil itu sampai Tanjung karang bila tujuannya ke Tanjung karang , dan akan ngeneki sampai Terminal Rajabasa bila tujuannya ke Rajabasa.

" Kenapa loe ga narik?" Tanya si sopir , sopir itu bernama Herman, tapi ia seringnya di panggil kyay( kakak bahasa Lampung), pak Herman tampangnya seram, badannya tinggi besar dan suaranya keras bila berbicara, namun sebenarnya ia sangat ramah .

" Mobilnya narik ke Bangun Rejo Yay" sahut Budi ,

" Wah nekat juga itu Buyung" ucap kyay , dia juga pernah mencoba narik kesana karena memang ongkosnya yang besar, namun dia di palak oleh preman Wates, dan hampir di pukuli oleh sopir angkot yang ada di sana, dari sana ia kapok ga mau lagi narik kesana.

"Mungkin lagi iseng Yay"  ucap Budi .

Sesampai di jalur dua penumpang banyak yang turun , menyisakan dua penumpang saja.

" Yay, berhenti di gang P U dulu, cari penumpang, itu ada pengajian bubar" saran Budi .  Menunggu sebentar mobil penuh kembali oleh penumpang, kyay tersenyum senang. Sambil berdendang kecil dia melajukan mobil angkotnya

" Yay , makasih yah, "  ucap Budi saat sampai terminal di pasar bawah.

" Ini buat loe" kyay memberikan uang dua puluh pada Budi , tentu saja Budi menolak

" Ga usah Yay, terima kasih"  ucap Budi dan meninggalkan kyay ,  Budi melangkah menuju pasar loak yang ada di bawah mall Ramayana. Ia ingin melihat lihat dulu bila ada sepatu yang masih bagus dan murah kalau tak ada baru ia akan membeli di toko sepatu yang berada di pasar tengah .

Braaak

Tiba tiba seorang kakek tua terjatuh di dekat Budi , Budi dengan cepat membantunya berdiri .

" Kakek ga apa apa?" Tanya Budi , melihat si kakek lemas tak bertenaga, si kakek menggeleng,

" Kakek ga apa apa , makasih yah nak" ucap kakek itu sambil berusaha berjalan lagi, langkahnya sempoyongan , Budi dengan cepat memegang si kakek .

" Kakek sudah makan?" Tanya Budi. Si kakek menggeleng.

" Ayo kek kita makan dulu" ajak Budi , Budi yakin kakek kehabisan tenaga karena belum makan .

" Budi mengajak si kakek ke rumah makan langganannya bila ia sedang menjadi kenek angkot.

" Mak nasi soto 2 yah ?" Pesan Budi. Pemilik warung melihat sejenak setelah melihat Budi ia mengangguk.

" Maaf Kakek siapa?, dan rumah Kakek di mana?" Tanya Budi, ia berniat mengantarkan si kakek, karena tak tega melihat kondisi si kakek.

"Nama Kakek Sujiwo,  dari Metro, kakek kehabisan ongkos  , mau menjual cincin ini tapi ga ada yang mau" keluh kakek itu sambil memperlihatkan cincin batu akik di jari manis tangan kirinya . Sebuah batu akik berwarna merah tua dengan ring perak berukir Naga berwarna keemasan .

"  Berapa emang ongkos kesana kek?" Tanya Budi

" Hanya lima puluh ribu." Ucap kakek Sujiwo .

Obrolan mereka terpotong karena pesanan makanan mereka datang, Budi mempersilahkan kakek makan , ia juga memesan teh hangat untuk kakek Sujiwo.

Setelah makan , Budi memberikan uang seratus ribu pada sang kakek.

" Kek maaf saya ga bisa mengantar tapi ini saya ada sedikit rejeki, tolong di terima " Budi menggenggam kan uang itu pada si kakek,

" Kenapa banyak sekali ,lima puluh saja nak" ucap kakek Sujiwo berusaha menolak.

" Kakek 50 ribu ga cukup buat ke metro, ambillah kebetulan saya dapat rejeki kemarin" ucap Budi sambil tersenyum .

Kakek Sujiwo melepas cincin yang di jari nya

" Kalau begitu tolong terima ini" kakek Sujiwo menyerahkan cincin itu pada Budi.

" Jangan kek, itu cincin kakek, aku ikhlas menolong" ucap Budi , ia memang ikhlas menolong kakek Sujiwo tanpa mengharapkan imbalan apapun.

" Kakek tahu, anggap saja ini kenang kenangan dari kakek "ucap kakek Sujiwo , Budi mau tak mau menerima cincin itu .

Budi mengantarkan kakek Sujiwo naik angkot dan memesan sopir agar mengantarkan pada bus yang menuju metro.

" Ah, aku lupa bayar sotonya!" Budi menepuk dahinya ,ia lupa membayar apa yang ia makan di warung nasi soto Mak Asih .

" Maaak, berapa semuanya?" Tanya Budi

" Lha kirain mau di tulis aja" ucap Mak Asih

" He he he tadi lupa mak, ke Kasikan ngobrol sama kakek Sujiwo" sahut Budi sambil tertawa kecil.

" Memang siapa kakek tadi?" Tanya Mak Asih penasaran dia juga melihat Budi memberikan uang seratus ribu pada kakek itu.

" Kakek Sujiwo, di kehabisan bekal, dan kelaparan " ucap Budi

" Kamu itu terlalu baik, banyak orang yang suka menipu Bud " nasehat Mak Asih .

" Terima kasih mak , tapi Kalau kita bisa berbuat baik kenapa ga Mak" ucap Budi

" Ya sih, tapi terkadang orang yang kita tolong terkadang berbuat sebaliknya dan memanfaatkan kebaikan orang " ucap Mak Asih.

" Kalau kita ikhlas, kita ga perlu mengharapkan imbalan apa apa Mak, mau dia jahat sesudah kita tolong itu urusan dia Mak, kalau kita menolongnya dan berharap ia berlaku begitu juga itu namanya mengharapkan pamrih" ucap Budi , Mak Asih menggeleng ia tak bisa lagi berkata apa apa, ia memang mengenal Budi , yang suka menolong tanpa pandang bulu, pernah dulu Budi menolong seorang tua tapi malah ia di copet oleh orang yang di tolongnya. Namun Budi tidak mempermasalahkan hanya menyalahkan dirinya yang teledor

Setelah membayar makanan yang tadi ia makan bersama kakek Sujiwo , Budi kembali mencari sepatu . Ia langsung ke toko sepatu yang ada di pasar tengah .

Ia membeli sepatu Earth yang menurutnya sesuai dengan kebutuhan sekolahnya.

"   Toloooong , sebuah teriakan terdengar dari kerumunan orang, Budi bergegas melihat apa yang terjadi.

Di tengah kerumunan seorang pemuda terbaring , kakinya berlumuran darah dan ada pisau panjang yang menancap di pahanya , orang orang yang berkerumun hanya menonton dan merekam tapi tak ada yang menolong .

" Slamet " gumam Budi, bergegas ia menerobos kerumunan

" Bud , tolongin gw, bawa gw kerumah sakit "  teriak Slamet melihat Budi mendekat

" Ya tunggu bentar," Budi mencegat angkot yang lewat untuk membawa Slamet ke rumah sakit Abdul Muluk .

"Tolong bantu saya membopong ke dalam angkot . " Pinta Budi pada beberapa orang yang ada di sana. Dengan di bantu beberapa orang Budi mengangkat Slamet ke dalam angkot.

Darah yang berceceran , membuat si sopir mempercepat laju kendaraannya, ia takut Slamet meninggal di angkotnya karena kehabisan darah.

Bagi para sopir , ada yang meninggal di angkotnya adalah hal yang paling sial, dan hal yang paling sering membawa untung jika ada yang melahirkan di dalam angkot, mereka percaya angkotnya akan sepi dan susah mendapat penumpang bila ada yang meninggal di dalam angkotnya , berbeda dengan yang melahirkan di dalam angkotnya, angkotnya akan ramai penumpang tak putus putus naik turun.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!