Dear pembaca.. 💌
Kalau ini pertama kalinya kamu baca karya author, bisa di tengok karya author sebelumnya ya.. Terima kasih banyak.. Selamat membaca... 😁
💥Lets go... Kita kembali ke ceritanya.. 💬
Pada sebuah kampus di Jakarta Barat, terdapat sebuah Fakultas yang memiliki mahasiswa dan mahasiswi dengan perekonomian menengah ke atas. Gaya hidup mereka berbeda dengan mahasiswa kebanyakan. Gaya hidup mereka yang berkelas membuat mereka jauh dari kasih sayang keluarga.
Disana terdapat geng yang beranggotakan 4 orang. Mereka menamai dirinya, “Angel Fire”. Mereka menjadi salah satu geng yang polular di Kampus itu, selain mereka adalah anak orang yang kaya, mereka juga memiliki paras yang begitu memikat hati para gadis. Mereka bersahabat sedari SMP hingga saat ini. Mereka adalah Kenzo, Aliansyah, Bisma dan Rezky.
Kenzo adalah anak keturunan Korea Selatan yang lahir di Indonesia. Ayah dan ibunya memiliki usaha Fashion style yang mengharuskan mereka bolak-balik Indonesia - Korea Selatan.
Kenzo merasa sudah nyaman berada di Indonesia, sehingga membuatnya tidak ingin kembali ke Negara ibunya. Kenzo memiliki sifat pendiam tetapi kepeduliannya dengan sekitar tidak dapat diragukan lagi. Kenzo memiliki julukan “Prince Healty” dari para pengemarnya. Karena Kenzo dapat menjadi obat untuk para gadis yang sedang gundah gulana.
Aliansyah memiliki postur fisik yang berbeda, hanya dia yang terlihat pendek diantara temannya yang lain. Dia biasanya di panggil dengan sebuttan Ali. Ali memiliki kharisma yang begitu besar, tetapi dia sama sekali tidak mengetahui potensi yang ada di dalam dirinya. Karena dia selalu mengasihani dirinya sendiri dan dia merasa kesepian, itu membuat dirinya menjadi playboy. Teman-teman memberikan julukan “Kelinci kecil” untuknya.
Bisma cowok yang aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Dance. Selain itu Bisma juga masuk ke dalam Team Basket Kampus. Soal Pelajaran Akademik dari semua hanya Kenzo yang paling berprestasi tetapi jika untuk Dance dan Basket, Bisma jagonya. Saat ini Bisma sedang berusaha menjadi seorang bisnisman kecil-kecilan. Berkat dukungan dari orang tuanya, dia membuka sebuah Café yang berada tak jauh dari Kampus.
Rezky adalah anggota “Angel Fire” yang paling polos. Karena kepolosannya yang dimiliki Rezky, teman-teman suka membully dia. Tetapi Rezky sama sekali tidak merasa kesal atau sakit hati dengan sikap Bisma dan Ali kepadanya. Rezky lebih dekat dengan Bisma, mereka seperti pasangan kembar siam. Dimana ada Rezky pasti selalu ada Bisma disampingnya.
Begitulah sepintas perkenalan anggota “Angel Fire”. Mereka sebenarnya hanya seorang anak yang memiliki potensi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tetapi kekuasaan uang membuat mereka menganggap semua akan mudah dengan kekuatan uang tersebut.
Kelinci Kesepian
Sinar matahari mulai tenggelam, senja menghiasi langit kota Jakarta. Seorang cowok maskulin keluar dari mobil sport hitam miliknya.
Cowok itu terlihat banyak gaya, tengil dan sok kecakepan banget. Maklum namanya juga anak orang kaya, hal apapun akan dia buat mudah dan sesuai dengan keinginannya.
Cowok itu menghampiri sekumpulan temannya di lapangan basket kampus.
Salah satu temannya memanggil dia, “Jagoan dateng nih.”
“Lu manggil dia dengan sebutan jagoan? Emang dia jagoan apaan?” Teman yang lain ikut meledek.
“Dia kan playboy kelas kakap. Sangking playboynya buat dapetin Nadia aja dia gak mampu. Ali itu cuma bisa pencitraan doang, hasilnya mah nol besar.” Ucap Bisma semakin asik mem-bully temannya itu.
Ali mulai kesal dengan ejekan teman-temannya, “Apaan sih? Lu diem deh, jangan banyak ngomong. Nadia itu bukan masalah yang berarti buat gw. Cuma tinggal membalikan telapak tangan doang tau gak sih kalian.”
Bisma dan Rizky berbisik membicarakan kegagalan Ali untuk mendapatkan hati Nadia. Nadia adalah seorang gadis popular di kampus mereka, anak dance dengan body yang perfect abis dari jurusan Ilmu Komunikasi yang disukai Ali.
Kenzo melemparkan bola basket ke arah Ali berdiri, Ali dengan cepat menangkap bola basket itu. “Lu gak main?”
Ali melemparkan bola basket kembali ke tangan Kenzo, “Mood gw lagi jelek bro. Lu maen sama yang lain aja.”
Kenzo menghampiri Ali, menepuk punggung sahabatnya. Kenzo dan Ali telah berteman sejak SMP kelas 1. “Lu ada masalah apaan sih? Coba share ke gw deh, siapa tau gw punya jalan keluar buat masalah lu.”
Ali memperhatikan wajah Kenzo, “Gw sendiri gak ngerti apa yang sebenarnya terjadi sama gw. Gw cuma merasa ada sesuatu yang kosong di dalam hati gw aja. Mungkin ini karena gw kangen kali ya sama Bokap dan Nyokap gw, lu tahu sendiri kan kalau mereka selalu ada di Luar Negri.”
Rizky dan Bisma saling melirik dan menahan tawa yang akan pecah ke permukaan bibir mereka. Mereka dapat menggoda Ali karena orang tua mereka ada di Jakarta dan bukanlah seorang Ayah dan Ibu yang “gila” dalam bekerja. Ibu Rizky mempunyai beberapa restoran makanan khas Jawa, sedangkan Ayah Bisma memiliki beberapa outlet baju di beberapa kota di Indonesia. Jadi mereka berdua tidak merasakan bagaimana kesepiannya seorang anak tanpa keberadaan orang tua disamping mereka.
Ali melirik sinis ke arah Bisma dan Rizky. Kenzo, teman yang bijak memberikan Ali dukungan mental.
“Itu bukan sesuatu yang aneh kok, umur berapapun jika kita rindu akan keberadaan orang tua adalah hal yang wajar. Gw aja juga sering kangen sama Daddy and Mommy gw, mereka kan juga Stay dan bisnis di Korea. Mereka 4 sampai 5 bulan sekali baru pulang Indo seminggu buat ketemu gw.”
“Orang tua lu kan memang asli sana, lu doang yang aneh. Masa lebih suka tinggal di Negara orang daripada di Negara sendiri.”
“Gw asli orang Indonesia bro, gw lahir dan tinggal disini. Cuma memang gw keturunan Korea, gitu aja.” Ucap Kenzo menjelaskan hal yang telah diketahui teman-temannya itu.
“Menurut lu, gw harus gimana?”
Kenzo mengambil handuk biru kecil miliknya, “Telepon mereka, tanya kapan mereka akan pulang. Kalau perlu jika mereka pulang ke Indo, lu bicarain semua yang lu rasain ke mereka biar semuanya jelas dan mereka bisa mencari solusi yang terbaik buat semua pihak.”
Bisma mengambil bola yang telah tergeletak di tanah dekat Ali duduk, “Tuh si Oppa Korea kita udah kasih solusi terbaik buat lu. Gw jamin solusi dia pasti tepat sasaran. Tapi btw lu kenapa jadi melankolis begini sih Li? Gw rasa ada sesuatu yang salah sama lu deh.”
Rizky tiba-tiba memegang kepala Ali, “Lu kepentok apaan Li? Abis jatoh dimana emangnya?”
Ali menarik tangan Rezky, “Apaan sih Lu Ky?”
Kenzo menahan tawanya, “Udah.. Udah… Jangan berantem disini. Sekarang ayo maen basket saja, lawan gw.” Kenzo driblel bola dan masuk ke lapangan di ikuti teman-temannya.
Bisma mengajak teman-temannya untuk datang ke Café miliknya, Café Prince. Café ini baru saja selesai di renovasi ulang karena Bisma tidak menyukai tata letak dan dekorasi yang telah dibuat Ibunya. Bisma merasa dekorasinya kurang “Laki” jadi dia meminta bantuan Mico, saudara sepupunya yang telah menjadi Desain Grafis terkenal di Ibukota.
Dari jauh terlihat seorang wanita dengan pakaian kerja masuk ke dalam café itu, duduk di seberang tempat mereka duduk. Wanita itu terlihat sedang menunggu hari agak malam agar kemacetan di Jakarta agak terurai.
Bisma melirik ke Ali dengan tatapan penuh curiga, “Lu kenapa lagi? Tumben lu diam banget? Kenapa lu? Sakit gigi?”
Ali bangun dari lamunannya, “Hm.. Siapa? Lu lagi ngomong sama gw?”
“Ya iyalah. Masa gw ngomong sama nih tembok.” Ucap Bisma sambil menunjuk tembok yang ada tepat di belakang kursi Ali.
Ali tersenyum, membenarkan posisi rambutnya yang sedikit berantakan. “Sorry gw gak dengerin lu. Lu tadi ngomong apaan?”
Bisma menggelengkan kepalanya, “Lu kenapa sih lagi sih? Dari kemarin lu aneh banget tau? Gw rasa ini bukan karena lu kangen BoNyok lu doang. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Jangan-jangan lu udah nembak Nadia terus di tolak lagi..”
Rezky yang sedari tadi bermain games di smartphonenya akhirnya ikut dalam obrolan itu, “Lu di tolak Nadia? Playboy kita ini ditolak Nadia? Wau..”
Kenzo yang sedang membaca materi Ekonomi Bisnis mulai merasa terganggu dengan kebisingan yang mereka buat, “Kalian ngapain sih berisik banget? Kepo banget sih? Mungkin Ali lagi capek kali. Udah deh jangan usil jadi orang.”
“Kita bukannya Kepo, Bro Ken. Tapi ngeliat seorang Ali seperti ini itu seperti bukan dia gitu bro.” Ucap Bisma dengan senyuman mengembang di bibirnya.
Ali mengangkat kepalanya, melirik Rezky dan Bisma sinis. “Tuh dengerin Kenzo ngomong. Lagipula siapa bilang gw di tolak Nadia? Mana ada cewek yang bisa nolak gw!”
“Pertanyaannya bukannya mana ada cewek yang bisa nolak lu tapi siapa cewek yang mau pacaran sama model cowok seperti lu.” Bisma semakin menggoda.
“Udah deh ngaku aja lu. Kalau bukan karena ditolak Nadia, gak mungkin wajah lu kusut begitu.” Rizky membantu Bisma mem-bully Ali.
Ali memegang kepalanya, “Terserah kalian aja deh. Gw agak pusing aja. Bukan karena apapun itu.”
Kenzo menutup bukunya, “Udahlah man. Dia lagi sakit, biarrin dia istirahat dulu. Ntar kita kelas sampai sore lho. Kasian dia nanti gak konsen belajarnya, kita kan udah semester 4. Jangan menyia-nyiakan waktu.”
Bisma terlihat belum puas untuk melayangkan Bullynya kepada Ali, “Itu Cuma alesan dia doang kali bro. Kita ini udah kenal Ali lama, masa lu tetep bisa dikibulin Ali sih? Alesan doang lu. Cowok cemen.”
“Gw beneran kok, ngapain gw bohong? Apa untungnya buat gw kan.”
“Sekarang lu liat di depan sana ada cewek cantik. Dia mantan pacar Sepupu gw Si James, Kalau lu bener-bener playboy kelas kakap, dapetin dia jadi cewek lu.”
“Kak Mico bukannya sepupu lu paling tua Bis? Tuh cewek juga udah tua doang?” ucap Rizky dengan polosnya.
Bisma menganggukan kepalanya, “Cewek itu namanya Kak Nada, umurnya diatas kita 7 tahun. Gimana? Lu mampu gak nerima tantangan ini?”
Ali memandang gadis yang ditunjuk Bisma, “Waw.. But Okelah. Umur bukan masalah buat gw, gw untuk beberapa waktu doang kan. Sekarang apa taruhannya?”
Rezky dan Bisma saling melirik dan berbisik. Kenzo dengan tenang hanya memandang mereka tanpa respon apapun.
“Lu serius mampu? Dia bukan cewek sembarangan lho Li, Lu bakal mampus kalau ketahuan mainin dia. Tapi kalau memang mau terima tantangan gw, kalau lu menang, lu boleh pinjem motor moge gw dan mobil sport Rizky selama 1 minggu. Tapi kalau lu kalah, lu harus nembak Nadia di parkiran kampus sampai seluruh mahasiswa ngeliat ke lu. Gimana?”
Ali diam sejenak, mengerutkan keningnya, “Oke, deal.”
Kenzo menggelengkan kepalanya, dia sebenarnya tidak suka jika teman-temannya mulai melakukan taruhan terhadap wanita. Tetapi dia tidak mempunyai kuasa apapun terhadap teman-temannya. Ingatannya kembali saat dia harus kehilangan adik perempuan yang sangat dia sayangi karena kecelakaan lalu lintas 4 tahun yang lalu.
Mungkin dapat dikatakan semenjak kehilangan adiknya, Kenzo menjadi pribadi yang tertutup dan susah untuk melihat senyuman mengembang di bibirnya. Karena kebahagiaannya hanya berada saat dia berada bersama adik kecilnya.
Ali meluncurkan serangannya. Bisma dan Rezky memperhatikan setiap tingkah Ali. Ali berjalan ke meja Nada, duduk di depan Nada. “Sorry ganggu, gw mau tanya alamat ini lu tau gak dimana?”
Nada memperhatikan kertas yang di sodorkan Ali, “Sorry, Aku kurang tau jalan. Kamu tanya yang lain aja.”
“Oh gitu, ya udah. Sorry banget gw ganggu waktunya ya. Oiya boleh kenalan atau tukar nomer hp?”
Nada tersenyum dengan tak mengerti, "Ngapain ini bocah nanya nomer HP segala? Buat apaan coba? Iseng banget dah.."
"Maaf tapi buat apa ya?"
"Tolong gw dong.. Gw kalah main games, jadi hukumannya gini. Bantuin dong..."
Nada menghela nafanya, "Ya udah aku bantuin. Tapi awas kalo berani macem-macem ya... Awas kalau ganggu gak jelas."
"Iya tenang aja, gak bakalan kayak gitu kok. Mana berani gw ganggu cewek kayak gitu. Gw kan cowok gentle, jadi gak myngkin aneh-aneh dah. Percaya... "
Mereka akhirnya berkenalan dan tukar nomer HP. Tak butuh waktu lama Ali menggencarkan aksinya. Rizky dan Bisma hanya memberikan waktu kepada Ali mendekati Nada hanya 2 minggu.
2 minggu pun hampir berlalu, Ali semakin mendekati Nada. Nada merasa nyaman berada di dekat Ali, Nada sudah menganggap Ali seperti adiknya sendiri. Karena umur Ali hampir sama dengan umur adik lelakinya yang telah meninggal 3 tahun lalu.
Waktupun cepat berlalu, hari ini adalah deadline hidup dan mati penentuan nasib Ali. Ali telah mengatur semuanya, dia telah reservasi sebuah café dekat tempat kerja Nada. Dia ingin menyatakan cintanya di tempat tersebut.
Ali menunggu Nada untuk beberapa menit. Awalnya Ali ingin menjemput Nada di kantornya tetapi usulan itu ditolak mentah-mentah oleh Nada, Nada tidak ingin temannya berpikir macam-macam karena kemunculan Ali disana. Tak lama berselanh Nada terlihat masuk dan mencari keberadaan Ali.
“Sorry ya telat. Macet banget di luar terus dapet mikroletnya lama.” Ucap Nada sembarri membereskan rambutnya yang sedikit berantakan terkena angin.
Ali tersenyum, “Gapapa kok. Gak lama juga nunggunya. Kamu pasti udah laper banget ya?”
“Lumayan sih. Tapi kok kamu tumben banget ngajak aku makan di tempat seperti ini? Bukannya ini restorannya kalau pasangan dinner ya?”
Ali tidak menjawab pertanyaan Nada, “Aku udah pesenin menu istimewa buat kamu.”
Ali melambaikan tangan memanggil waiters, tak beberapa lama makanan pun datang.
Mereka makan sambil mengobrol, mereka saling bertukar cerita. Apa saja yang telah mereka lakukan hari ini, sekali-kali Ali membuat lelucon agar dapat membuat Nada tertawa. Makan malam pun . usai, Ali mengajak Nada ke taman kecil café.
Ali memegang jemari lentik Nada, duduk di bangku taman. Suasana taman yang telah diset membuat suasana makin romantis, terdengar alunan instrument kesukaan Nada diputar. Ali tersenyum memandang Nada.
“Kamu kenapa? Kok ngeliat aku seperti itu? Trus kenapa kok pegang tangan aku seperti ini?”
“Enggak. Aku cuma berpikir kamu itu cewek yang unik banget.”
“Maksudnya?”
Ali membelai rambut panjang Nada, “Iya kamu unik. Umur kamu tua tapi tingkah dan perilaku kamu kayak bocah. Awal aku ketemu kamu, aku gak sadar lho kalau umur kamu jauh lebih tua dari aku 7 tahun. Soalnya kamu masih imut banget, jangan-jangan kamu pake cream korea atau operasi plastik ya?.”
Nada mencubit Ali, “Ah.. Ali.. Tega ya.. Oke fine.. Ngambek aku.”
Ali tersenyum lebar, “Ngambek kok ngomong-ngomong sih? Udah tua juga pake acara ngambek.”
Nada bangkit dari tempat duduknya, “Ya udahlah, aku pulang aja. Kamu mah cuma pengen bully aku disini.”
Ali menahan tangan Nada, “Hei bentar dong, aku kan belum selesai ngomong. Ada yang mau aku bicarain. Sini duduk dulu.”
Nada kembali duduk di samping Ali, “Kamu mau ngomong apa lagi? Mau ledekin aku lagi?”
Ali memandang wajah Nada dengan serius, “Enggak, aku mau ngobrol serius sama kamu. Selama aku deket sama kamu, aku merasa nyaman. Kamu selalu bisa ngertiin aku, kamu selalu kasih nasehat yang baik buat hidup aku.”
Nada tersenyum kecil, “Apaan lagi ini? Kamu lagi mau ledekin aku lagi kan..”
Ali mengenggam jemari Nada, “Aku mau kita bukan sekedar teman aja. Aku mau kita saling sayang dan saling ada. Aku mau kamu jadi pacar aku.”
Nada terlihat menahan tawanya yang akan pecah begitu saja, “Lelucon macam apa lagi ini Ali? Kamu kalau becanda jangan berlebihan gini dong. Kalau orang lain yang gak tau sifat kamu, bisa dikira beneran lho ini. Gak lucu ah..”
Ali menatap Nada dengan penuh harap, “Aku beneran Nada. Ini sama sekali bukan bercanda. Coba tatap mata aku, gak ada kepura-puraan di dalamnya. Kamu mau ya jadi pacar aku?”
Nada tertawa terbahak, “Bentar deh, kamu salah minum obat tadi? Kamu kan tau sendiri perbedaan kita itu terlalu besar, kita seperti membangun cinta yang sia-sia.”
Ali mencoba menyakinkan Nada, “Aku gak perduli apapun yang terjadi. Aku gak peduli apa omongan orang tentang hubungan kita, yang terpenting kamu selalu bersama aku.”
Nada menepuk pipi Ali, “Hey, ini bukan masalah yang sesimple itu Ali. Apa yang kita hadapi di depan itu sangat berat. Dan aku rasa kita gak akan bisa mampu bertahan.”
“Tapi aku cinta kamu Nada. Aku bener-bener sayang kamu, aku butuh kamu. Hanya kamu yang bisa ngerti dan mengatur aku.” ucap Ali mengenggam jemari Nada dengan eratnya.
“Cinta kan gak harus memiliki Ali. Akupun memiliki perasaan yang sama dengan kamu. Aku merasa aman, nyaman berada didekat kamu, Kamu sebagai pengganti adik untukku. Tapi itu bukan alasan untuk kita dapat sama-sama kan.”
Ali berlutut di hadapan Nada, “Tolong kasih kesempatan aku untuk mencintai kamu. Aku janji aku gak akan pernah membuat kamu bersedih bahkan menangis.”
“Aku jamin kamu tidak akan mampu bertahan dan kamu akan mendustai janji yang telah kamu ucapkan. Aku sudah beberapa kali mendapatkan lelaki sepertimu yang sering mengucapkan janji palsu seperti itu. Kita seperti akan membangun istana pasir di tengah laut dengan ombak yang deras, sekuat apapun kita berusaha endingnnya pasti akan sia-sia.” Nada memberikan nasehat kepada Ali, lelaki yang sangat dia sayang.
“Biar ombak deras datang, angin pantai mengamuk tapi tolong tetap ijinkan aku untuk membuat istana pasir itu untukmu Nada. Aku yakin bisa melalui semuanya jika aku berjalan bersama dirimu.”
Nada tersenyum, memandang mata indah Ali lekat-lekat, “Jika itu sudah menjadi keputusanmu, tapi aku benar-benar tidak yakin kamu dapat bertahan.”
Ali bangun, memeluk Nada. “Makasih kamu sudah memberikan aku kesempatan. Aku janji aku gak akan mengecewakanmu.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!