NovelToon NovelToon

You'Re My Sundown

Visual tokoh dan prolog

Visual tokoh...

Ikmal Fauzi, dia adalah anak dari keluarga yang cukup mampu, tapi dia berpura-pura jatuh miskin untuk menguji orang-orang disekitarnya.

Fajar Muharom, laki-laki pekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhan ibu dan ketiga adinya. Fajar orang yang dewasa dan bijaksana, dia akan berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu.

Peira Almahira, seorang perempuan sederhana yang bekerja sebagai kurir pengantar paket. Dia adalah kekasih dari Fajar, kesetiaannya diuji ketika ikmal menyatakan cinta padanya, tapi Peira memilih tetap bersama Fajar karena dia sangat mencintai Fajar.

Ini adalah novel kedua yang saya posting di Novel toon, saya mohon bantuan likenya kalau pembaca suka dengan karya ini, di usahakan posting dua hari sekali kalau lagi ada halangan bisa lebih tapi kalau lagi ada waktu bisa posting saya posting.

kritik dan saran sangat diperlukan, supaya likers sama viewersnya meningkat.

Mohon dukungannya supaya bisa menyelesaikan novell ini...

Salam manis dari author...

***

Prolog...

Ikmal tidak tahu dirinya sedang ada dimana sekarang, sejauh mata memandang, hanya warna putih yang dia lihat.

Ditengah kebingungannya, tiba-tiba muncul sosok Fajar yang mengenakan pakaian serba putih, wajahnyapun terlihat putih pucat.

Ikmal menelan salivanya kasar melihat kemunculan Fajar.

'Bukankan Fajar sudah tiada' Batin Ikmal.

"Tega loe Mal!" Ucap Fajar dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak. Ada sebuah kecemasan, kemarahan, kesedihan, kekecewaan dan harapan diwajahnya bercampur aduk menjadi satu.

"Gue salah apa Jar?" Ikmal memberanikan diri bertanya meskipun dengan bibir gemetar.

"Loe tega Mal, apa loe nggak lihat, Peira terus-terusan menangis disana. Mana janji loe buat selalu menjaga dia? Gue pikir loe bisa dipercaya!" Ucap Fajar dengan kemarahannya, seperti bukan Fajar yang Ikmal kenal, Fajar yang Ikmal ketahui tidak pernah marah meskipun saat dirinya menyatakan cinta kepada Peira, kekasih Fajar sendiri.

"Gue selalu berusaha menghiburnya Jar, tapi Peira terus menutup hatinya buat gue, dia selalu menghindari gue." Jawab Ikmal menegaskan.

"Gue nggak mau tau Mal, loe harus selalu ada buat dia, jangan buat dia nangis lagi, bahagiakanlah dia. Gue bakalan kejar loe sampai keujung dunia sekalipun kalau loe tinggalin Peira." Ucap Fajar dengan emosinya.

Ikmal semakin ketakutan, apa dia akan terus digentayangi oleh hantunya Fajar yang masih penasaran?

"Guepun maunya seperti itu Jar, tapi Peiranya yang seperti nggak nyaman gue ada dihadapannya." Ucap Ikmal.

"Berusahalah Mal, gue yakin loe masih sangat mencintai Peira, suatu saat hati Peira pasti bisa luluh dan membalas cinta loe." Ucap Fajar.

"Gue nggak janji Jar, gue nggak yakin Peira mau terima gue." Ucap Ikmal sambil menunduk, dia tidak sanggup jika harus melihat lagi kemarahan diwajah pucat Fajar.

Tanpa diduga, Fajar malah menangis dihadapan Ikmal.

"Loe beneran tega Mal, loe bilang kalau gue sahabat loe, tapi loe nggak mau mengabulkan permintaan tetakhir sahabat loe ini, atau loe seneng melihat gue nggak tenang dialam sana?" Tanya Fajar, Ikmal yang melihat Fajar menangis jadi sangat tidak tega, bagaimana mungkin Fajar yang tangguh bisa menangis seperti itu?

Apa mungkin dia benar-benar merasa tidak tenang setelah kematiannya?

"Okelah Jar, gue akan berusaha. Loe nggak usah khawatirin Peira lagi, dia aman bersama gue. Gue akan terus berusaha sampai dia mau buka hatinya buat gue." Ucap Ikmal akhirnya.

"Gue pegang janji loe. Tapi jangan harap loe bisa lepas dari gue kalau loe sampai ingkar janji dan meninggalkan Peira." Ucap Fajar.

Ikmal membuka matanya yang terasa berat, dia menatap kesekililing, ternyata dia ketiduran disofa saat sedang menonton televisi. Untung saja Fajar menemuinya tadi hanyalah mimpi.

Tapi, mimpi itu terasa nyata. Fajar berkata seolah dirinya masih hidup, belum mati.

Ikmal berpikir kalau Fajar memberinya amanat melalui mimpi itu untuk menjaga Peira.

Dia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, berusaha menjernihkan fikirannya setelah didatangi arwah Fajar didalam mimpinya.

***

Kritik dan saran sangat dibutuhkan...

Berhenti kuliah

"Baiklah kalau itu memang keputusanmu, aku akan selalu mendukungnya." Akhirnya kalimat itu keluar juga dari mulut Fajar setelah beberapa lama dirinya meyakinkan sang kekasih untuk memperimbangkan kembali apa yang telah menjadi keputusannya.

Fajar nenyentuh pucuk kepala Peira sambil tersenyum.

"Terimakasih ya yang, kamu memang selalu mengerti aku." Ucap Peira membalas senyum Fajar.

Peira merasa sangat lega karena mendapat dukungan penuh dari Fajar, keputusannya untuk berhenti kuliah bukan dia ambil secara mendadak, perempuan itu harus berpikir panjang dengan tempo waktu yang sangat lama tentunya.

Sebenarnya, berat bagi Peira memutuskan untuk berhenti kuliah, cita-citanya menjadi seorang wanita karir dan bekerja dikantoran harus kandas.

Tapi dalam keadaan seperti ini, mungkin berhenti kuliah adalah keputusan terbaik yang harus diambilnya. Selama dua bulan terakhir, perempuan itu harus menjalankan berbagai peran didalam kesehariannya. Pertama, pagi harinya dia akan pergi kekampus sebagai peran utamanya dalam menempuh pendidikan, otak yang pas-pasan membuat Peira sulit berkonsentrasi karena hampir setiap malam dirinya harus membantu sang ibu untuk menyetrika pakaian para pelanggannya.

Peira bukanlah mahasiswi yang pintar untuk sekedar mendapat tanggungan beasiswa hingga dirinya harus bekerja paruh waktu untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya.

Setelah jam kuliah berakhir, dia akan pergi ketempat biasanya dia bekerja sebagai kurir pengantar paket. Dan setelah matahari terbenam, dia juga harus membantu ibunya menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakannya besok untuk berjualan bubur ayam.

Dan terkadang disepertiga malamnya dia akan membantu lagi ibunya mengolah beras menjadi bubur.

Sungguh hari-hari yang sangat melelahkan untuk Peira, bahkan dirinya hanya bisa istirahat beberapa jam saja. Kali ini Peira menyerah, otak dan tubuhnya tidak akan sanggup lagi kalau harus dipaksakan melakukan semuanya, dia tidak ingin kembali sakit seperti beberapa hari yang lalu hingga membuat ibu dan kekasihnya khawatir.

"Ya sudah, aku antar kamu pulang sekarang!" Seru Fajar, dia beranjak dari bangku taman yang sedari tadi mereka duduki, Peirapun mengikuti langkah kekasihnya itu.

Fajar dan Peira menyusuri jalanan kota Bandung, tanpa terasa mereka sudah menghabiskan banyak waktu ditaman itu, momen seperti ini sangat langka terjadi, biasanya keduanya hanya akan sibuk mencari rupiah, tapi kali ini Peira sengaja meminta Fajar untuk menghabiskan waktu bersamanya, dia merasa sangat rindu dan ingin menyampaikan sesuatu yang penting tadi kepada Fajar, dengan senang hari Fajar mengabulkan keinginan Peira.

Hari sudah mulai gelap, tapi masih terlihat banyak orang yang wara-wiri diatas trotoar sana, Fajar menggenggam tangan Peira ditengah keramaian itu. Merasakan pawana yang menerpa tubuh mereka. Menurut Peira, Fajar bagaikan matahari terbenam, yang membuatnya merasakan kedamaian saat melihat wajah teduhnya, apalagi mulai sekarang mereka akan sering mencuri-curi waktu untuk bertemu disaat matahari akan terbenam.

"Semoga kamu nggak kepincut perempuan lain ya setelah aku berhenti kuliah." Ucap Peira sambil cekikikan.

Bagaimana dia tidak ingin tertawa, dia hafal betul bagaimana sifat Fajar, dia bukanlah tipe laki-laki yang suka tebar pesona, bahkan selama satu tahun mereka saling mengenal, Peira hampir tidak pernah memergoki Fajar berbincang dengan seorang perempuan. Dia sangat yakin kalau hanya dirinyalah satu-satunya perempuan dihidup Fajar setelah ibu dan ketiga adiknya. Peira hanya ingin menggoda Fajar, tapi sepertinya Fajar tidak terpengaruh sedikitpun dengan perkastaan Peira.

"Dan semoga saja kamu juga nggak kepincut pelanggan-pelanggan kamu nantinya." Fajar berkata sambil menoel hidung Peira dengan telunjuknya.

Peira memajukan bibirnya merasa tidak puas dengan jawaban yang Fajar berikan, dia pikir Fajar akan berkata...

Nggak akan, hanya kamu perempuan yang aku cinta

Atau

Aku hanya mencintai kamu, aku nggak akan kepincut perempuan lain.

Fajar memang bukanlah tipe laki-laki yang romantis menurut Peira, tapi Fajar akan selalu ada disaat Peira membutuhkannya, Fajar akan memberi nasihat ketika Peira melakukan kesalahan dan akan memberi solusi terbaik saat Peira menghadapi masalah.

Fajar orangnya dewasa, dia akan berpikir panjang dalam mengambil tindakkan, bagi Peira Fajar adalah calon suami idamannya.

"Jangan cemberut begitu, ayo senyum!" Seru Fajar, Peirapun akhirnya mengembangkan bibirnya yang tadinya mengerut, sehingga sebuah senyuman terukir disana.

Ada kebahagiaan tersendiri bagi Fajar saat melihat senyum Peira, hanya dengan memandang wajah teduh milik Peira, seakan rasa lelahnya setelah seharian beraktivitaspun jadi hilang.

Fajar merasa sangat beruntung, setelah mengetahui semua tentang dirinya dan kekurangannya, Peira tidak pernah sedikitpun berpikir untuk mundur mencintainya.

Fajar bukanlah seorang anak orang kaya. Berbedanya dengan Peira, Fajar sedikit beruntung karena dikaruniai otak yang cerdas dan fisik yang kuat untuk kelangsungan hidupnya. Fajar mendapat tanggungan beasiswa dari yayasan kampus tempat mereka kuliah.

Sejak SMA Fajar memang selalu berprestasi dalam beberapa bidang, hingga sampai semester 3 ini dia masih bisa bertahan. Diapun memiliki beberapa kerja sambilan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Selepas pulang dari kampus, dia akan bergabung dengan komunitas ojek onlinenya dan menarik pelanggan-pelanggannya, terkadang dia akan mengantar beberapa pesanan makanan yang pelanggannya pesan secara daring.

Tidak hanya itu, malam harinya dia akan bekerja menjadi waiters di kafe Find A Food yang baru buka beberapa bulan lalu. Tentunya itu masih belum cukup untuk menghidupi ibunya yang akhir-akhir ini sering sakit-sakitan dan ketiga adiknya yang masih bersekolah.

Kadang Fajarpun harus memutar otak untuk mencari uang tambahan.

Langkah mereka terhenti saat memasuki sebuah gang yang tidak terlalu besar, gang menuju rumah kontrakan peira.

"Aku antar sampai sini aja ya!" Ucap Fajar.

"Kamu nggak mampir dulu yang?" Tanya Peira.

"Lain kali aja ya, aku harus kekafe sekarang." Jawab Fajar.

"Oh iya, ya udah. kamu kerjanya hati-hati ya!" Seru Peira.

Fajar melambaikan tangannya kearah Peira sebelum akhirnya dia benar-benar pergi, peirapun kembali melangkahkan kakinya sambil menghembuskan nafas berat.

'Pasti pekerjaan rumah sudah menunggu' Pikir Peira dalam hatinya.

***

Sekitar 22 orang terlihat sedang membentuk setengah lingkaran, menghadap kearah satu orang yang menjadi pusat perhatian mereka.

Mereka adalah divisi kurir dari sebuah perusahaan yang menyediakan jasa belanja online. Mereka sedang melakukan breaving pagi sebelum menjankan tugas masing-masing, ini adalah aktivitas rutin yang dipimpin langsung oleh kepala divisi kurir itu sendiri.

Peira adalah salah satu diantara 22 orang itu, Peira memilih untuk bekerja full time dari pagi sampai sore mengingat dirinya yang sudah berhenti kuliah, dia akan lebih banyak mendapatkan pundi-pundi rupiah jika dibandingkan bekerja part time dari siang sampai sore. Semoga saja dengan ini tujuannya selama ini akan segera tercapai.

"Oke, karena kamu baru hari ini bekerja full time, maka daerah jangkauan kamu akan bertambah. Nanti akan otomatis muncul diaplikasi." Pak Willy, kepala divisi kurir itu menunjuk kearah Peira.

"Baik pak!" Jawab Peira sambil menunduk, karena dia dan semua rekannya tidak akan berani menatap wajah atasan mereka itu.

"Kalau sudah tidak ada yang dipertanyakan, silahkan ambil formasi.masing-masing!" Breaving pagipun berakhir saat kalimat itu diucapkan pak Willy. Semua anggota kurir itupun membubarkan diri termasuk Peira. Peira bukanlah satu-satunya kurir perempuan didivisinya, 4 diantaranya juga seorang perempuan.

Sama seperti dengan yang lain, Peira menyusun dengan rapi semua paketan yang akan diantarkannya pagi ini keatas motor scoopy miliknya, tentunya dengan menggunakan keranjang kain dikedua sisi motornya, tak lupa diapun mengikatnya supaya tidak ada paketan yang jatuh.

Ponselnya tiba-tiba bergetar, diapun merogoh tas selempang merah yang selalu dia kenakan ketika mengantar paker.

Semangat kerjanya ya yang... nanti jam makan siang aku kekantor kamu...

sepenggal pesan whatsapp yang membuat Peira senyum-senyum sendiri.

'Hmm, giliran di wa aja dia sweet panggil yang.' Batin Peira.

Iya, aku tunggu :* kamu juga semangat ya kuliahnya, love you :*

Setelah membalas pesan dari Fajar, Peira kembali memasukan ponselnya kedalam tas, seperti sudah menemukan tujuan hidupnya, Peira jadi lebih bersemangat setelah membaca pesan dari sang kekasih. Peirapun menyalakan mesin motornya kemudian menancap gas, membelah jalanan kota Bandung, kota kelahirannya.

Berbeda

Fajar merasa ada yang kurang, diliriknya kursi yang berada dipojok depan, kursi milik Peira, namun mulai hari ini dan seterusnya dia tidak akan pernah melihatnya lagi berada disana. Rasanya hampa ketika perempuan itu tidak ada dalam pengawasannya, tapi ini adalah keputusan Peira sendiri, Fajar harus bisa menghargai apa yang sudah menjadi keputusan kekasihnya itu.

Bahkan untuk saat ini Peira bekerja keras untuk mewujudkan keinginannya yang sebenarnya Fajarpun tidak tau apa yang menjadi keinginan kekasihnya itu, jika Fajar bertanya, maka Peira akan menjawab...

'Sampai waktunya nanti, kamu akan tau untuk apa aku mati-matian bekerja keras.'

Fajar bukan tipe orang yang kepo dan memaksa untuk mengetahui semua tentang Peira, mungkin perempuan itu mempunyai alasan yang kuat untuk tidak memberitahunya sekarang.

Selama setengah tahun berpacaran, Peira selalu terbuka tentang dirinya kecuali tentang hal itu, Fajar berpikir kalau Peira butuh privasi, Fajarpun memaklumi hal itu.

Tak sabar rasanya ingin segera meraih gelar sarjana s2, dia ingin cepat-cepat mendapatkan perkerjaan yang layak agar dapat membahagiakan perempuan-perempuan yang dia sayangi. Setelah menikah nanti, Fajar tidak akan membiarkan Peira bekerja lagi, Peira harus bahagia, Fajar akan memastikan hal itu.

"Bengong aja loe! Kesambet arwah gentayangan kampus ini baru tau rasa loe!" Lamunan Fajar tentang kekasihnya itupun harus berakhir ketika dengan sengaja Irfan menyenggol bahunya bersamaan dengan kalimat yang dia ucapkan.

Irfan memang jahil, hampir setiap hari dia akan menjahili siapapun yang dia rasa harus dijahili.

"Apaan sih loe, gue lagi fokus bukan bengong." Ucap Fajar, diapun kembali fokus kepada materi pembelajaran yang sedang dijelaskan oleh dosen.

"Fokus mikirin cewe maksud loe, haha." Irfan tertawa kecil takut terdengar oleh dosen mereka.

Fajar tidak menggubris lagi perkataan teman satu fakultasnya itu.

***

Peira yang pada dasarnya hobi jalan-jalan sangat menikmati pekerjaannya sebagai pengantar paket, pekerjaannya tidak terasa melelahkan, dia selalu berprinsip bekerja sambil berwisata.

Tidak terasa semua paketan sudah sampai kepada tuannya masing-masing, waktu menunjukkan pukul 12.16 ketika dia melihat dilayar ponselnya.

Dia harus segera sampai kekantor sebelum Fajar datang, sekaligus dia akan kembali memenuhi motornya dengan paket kloter 2 setelah jam makan siang berakhir.

"Yang, kamu sudah sampai dari tadi?" Tanya Peira saat sampai dikantor pusatnya dan melihat Fajar sudah ada didepan kantor itu.

Peira merasa malu karena didahului sampai oleh kekasihnya.

"Nggak kok Pei, aku baru aja sampai." Jawab Fajar dengan senyum yang mengembang dibibirnya.

'Hmm... Giliran di wa aja manggilnya yang, tapi kalau ketemu langsung cuma panggil nama.' Batin Peira.

"Ya udah, kita makan dikantin yuk!" Seru Peira.

"Nggak usah Pei, aku bawa bekal, gimana kalau kita makan ditaman aja?" Peirapun mengangguk pertanda setuju.

***

Sepasang kekasih itu terlihat sedang menikmati makan siang mereka.

"Mama kamu kan masih sakit, kok repot-repot masak sih yang?" Tanya Peira.

"Iya, katanya biar nggak beli makanan dari luar." Jawab Fajar.

"Nanti kalau aku libur aku mau jengukin mama kamu ya. udah lama banget aku nggak main kerumah kamu." Ucap Peira.

"Iya, mama sama adik-adik pasti seneng banget kalau kamu main kerumah." Balas Fajar.

Hubungan Peira dan Fajar sudah sangat dekat, keduanya sudah sama-sama mengenal keluarga masing-masing, enam bulan bukan waktu yang singkat untuk keduanya mengenal sifat dan karakter masing-masing.

Peira merasa sangat cocok dengan Fajar, berbeda dengan mantan pacarnya yang meninggalkan Peira ketika tau aib keluarganya, Fajarpun datang menyembuhkan hati Peira yang terluka.

Tapi, apa Fajar juga akan meninggalkan dirinya ketika tau aib keluarganya? Peira belum siap kehilangan Fajar sehingga menyembunyikan rahasia keluarganya yang selama ini dia berusaha kubur dalam-dalam.

Peira menatap laki-laki tampannya itu, Fajar adalah satu-satunya orang yang dia miliki setelah ibunya, Peira tidak bisa membayangkan kalau Fajar akan meninggalkannya.

"Kamu kenapa?" Tanya Fajar yang merasa ditatap dengan tatapan aneh oleh Peira.

"Nggak kenapa-napa kok yang." Jawab Peira sambil tersenyum untuk menutupi kegugupannya.

***

Ikmal dan teman-temannya terlihat sedang makan besar disebuah restoran seafood siang ini, bukan tanpa alasan Ikmal mengadakan acara itu, hari ini Airin sedang berulang tahun, jadi Ikmal meneraktir semua teman-temannya untuk makan disana, tentunya bersama dengan Airin juga, Airin adalah kekasih Ikmal.

"Loe ulang tahun setiap hari kek Rin, biar kita ada yang teraktir makan terus." Ucap Reza, teman Ikmal.

"Itu namanya bukan ulang tahun, tapi ulang hari dodol." Ucap Ikmal sambil menjitak kepala Reza.

"Pengennya makan gratisan aja loe! kerja dong makanya!" Seru Airin.

"Oh iya, aku ada hadiah buat kamu nih." Ucap Ikmal yang langsung merogoh saku jaketnya.

Ikmal memberikan Airin sebuah kotak kecil panjang berisikan kalung emas, Airin yang menerimanya tersenyum kegirangan.

"Makasih ya yang, aku suka banget kalungnya." Ucap Airin.

Ikmal hanya tersenyum menanggapinya, ini yang membuat Airin semakin jatuh cinta kepada Ikmal, dia akan memberikannya hadiah yang mahal-mahal untuk Airin, Ikmal orangnya sangat royal bahkan hampir setiap akhir pekan Airin akan dibelanjakannya kebutuhan pribadinya.

"Wah, enak banget ya jadi pacarnya Ikmal, selalu dapat hadiah yang mahal. Kalau gitu gue juga mau jadi pacarnya Ikmal." Ucap Fery, teman Ikmal yang lain.

"Sialan, loe pikir gue maho!" Ucap Ikmal dengan sewot yang membuat semua orang tertawa terpingkal-pingkal.

***

Ikmal merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk yang menjadi alasnya tidur selama ini, dia merasa puas ketika melihat Airin senang dengan hadiah pemberian darinya.

'Semoga saja Airin akan selamanya bahagia bersama gue.' Batin Ikmal.

Tidak bisa dipungkiri, Ikmal mulai jatuh hati kepada Airin setelah melihat perjuangan perempuan itu untuk menaklukkan hatinya.

Perempuan itu pantang menyerah walaupun awalnya Ikmal tidak merespon Airin. Ikmal adalah tipe laki-laki yang selalu tidak tega melihat perempuan bersedih apalagi menangis.

Entah sejak kapan hatinya dia jatuhkan kepada Airin, yang jelas setiap melihat Airin bersedih karena Ikmal cueki, Ikmal menjadi tidak tega terhadap Airin. Akhirnya Ikmalpun mencoba membuka hatinya dan lama kelamaan Ikmal mulai memiliki perasaan terhadap Airin, Ikmal menganggap perasaannya itu adalah cinta.

Beruntungnya Ikmal memiliki kehidupan yang sempurna. Pacar yang cantik, keluarga yang kaya raya, serta teman-teman yang setia. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam hidupnya, semua berjalan sesuai dengan apa yang dia harapakan.

***

Peira menyamakan nomor rumah yang tertera didepan pagar rumah itu dengan alamat yang tercantum dipaket, setelah yakin alamatnya memang benar, Peira kemudian masuk kedalam karena pagarnya sedikit terbuka, tidak ada satpam yang berjaga disana, dia membiarkan motornya tetap diluar gerang sana.

Peira menekan bel yang berada disamping pintu utama rumah besar itu, tapi setelah beberapa lama menunggu, belum ada tanda-tanda orang yang akan membukakan pintu.

Peirapun kembali menekan bel, dengan sabar Peira menunggu si pemilik rumah keluar.

***

Ikmal merasa sangat terganggu dengan suara bel yang berbunyi, dia bisa mendengar dengan jelas karena kamarnya berada dilantai bawah. Ikmal hanya membiarkannya karena berpikir sang kaka atau penghuni rumah lain akan membukakan pintu.

Selang beberapa menit bel kembali berbunyi, Ikmal yang sedang asik dengan pikirannya tentang Airinpun terpaksa beranjak untuk melihat siapa yang datang.

'Orang dirumah ini pada nggak denger apa ada orang yang datang?' Ikmal bergeming didalam hati.

Dengan langkah malas Ikmal berjalan mendekati pintu dan membukanya.

Terdengar decitan pintu yang nyaring, Peira membuang nafas asal karena akhirnya ada orang yang membuka pintu itu setelah membuatnya menunggu lama.

Mata Peira menyipit manakala melihat orang yang baru saja membukakan pintu untuknya. Ikmal membulatkan matanya tanpa berkedip ketika melihat orang yang ada dihadapannya, matanya hampir saja keluar dari tempat seharusnya. Berbagai pertanyaan mulai muncul dipikirannya, tapi mulutnya seolah terkunci untuk menyampaikan isi di pikirannya.

"Ehh, elo..." Ucap Peira saat sudah bisa mengendalikan diri karena kaget.

Peira sedikit tidak percaya kalau Ikmal pelanggannya kali ini adalah Ikmal teman satu fakultasnya ketika masih kuliah dulu. Dia merasa gugup, pasalnya dia tidak cukup akrab dengan laki-laki itu dikampus, dia juga bingung harus bersikap seperti apa kepada Ikmal.

Ketika Peira berkata, Ikmal seperti mendapatkan kembali kekuatannya.

"Loe ngapain disini?" Tanya Ikmal kemudian.

______

Jangan lupa tinggalkan jejak anda setelah membaca, berupa like atau komen. Author akan sangat senang sekali...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!