NovelToon NovelToon

RISA Si Manis Penjual Seblak

Episode 1. Pengenalan Tokoh

Risa Saraswati, usianya baru 21 tahun dan duduk di bangku kuliah semester 6 di salah satu perguruan tinggi negeri di kota kelahirannya. Risa selain memiliki wajah yang manis, dia juga seorang gadis yang ramah, enerjik, mudah bergaul dan otaknya cerdas, sehingga dia disukai oleh dosen dan teman-teman kampusnya.

Aditya Novendra Angkasa Putra, usianya baru 25 tahun tapi sudah menjabat sebagai CEO perusahaan yang bergerak di bidang mesin, konstruksi dan properti. Perusahaan Adit banyak berperan dalam pembangunan banyak konstruksi di Indonesia. Selain berwajah tampan, Adit memiliki otak yang cerdas, kemampuan dalam bidang konstruksi, salah satu arsitek terbaik yang ada di Indonesia bahkan Asia. Banyak prestasi yang sudah dia miliki dan mampu membuat kedua orang tuanya bangga padanya.

Budi Santosa, pria berusia 50 tahun merupakan ayah Risa yang masih aktif mengajar sebagai guru di Sekolah Menengah Atas Negeri di kota C. Beliau adalah seorang ayah yang penyabar dan sayang pada anak gadis semata wayangnya, namun dia selalu mengajarkan disiplin pada Risa dalam hal apapun.

Yana Mulyanah, ibu kandung Risa berusia 45 tahun yang pandai memasak dan aktifitas sehari-harinya adalah penjual nasi di kantin sekolah tempat suaminya bekerja. Beliau adalah seorang ibu yang berhati lembut namun sangat enerjik saat beraktifitas.

Rendra Angkasawan, beliau adalah ayah Adit sekaligus pemilik perusahaan Wana Arta Group yang memiliki banyak anak perusahaan yang telah tersebar hampir di seluruh pulau di Indonesia. Beliau sangat keras dan disiplin dalam mendidik anak-anaknya dan tidak ada yang berani membantah setiap kata-katanya. Beliau keras pada keluarganya karena beliau sayang pada keluarganya dan supaya anak-anaknya jangan sampai salah dalam memilih jalan atau tujuan hidup.

Lina Indrawati, wanita yang selalu mendampingi pak Rendra dengan sabar dan menyayangi kedua anaknya, Adit dan Anin.

Sally Anastasia, sahabat Risa dari bangku SMA hingga kuliah selalu bersama-sama. Memiliki pribadi yang sabar, mudah bergaul dan menyukai travelling.

Bara Nugraha, pria berusia 27 tahun yang merupakan asisten pribadi Adit di perusahaan. Dia adalah kepercayaan Adit dalam mengurus hal-hal penting yang berhubungan dengan perusahaan maupun keluarga Adit. Memiliki wajah tampan namun belum memiliki pasangan sehingga sering jadi bahan candaan Adit.

Maya Saphira, model cantik berusia 24 tahun yang merupakan kekasih Adit, memiliki sifat manja dan terkadang egois. Adit dan Maya telah berpacaran selama 3 tahun namun belum ada tanda-tanda meneruskan ke jenjang lebih serius, karena Maya belum mau menikah dan masih ingin mewujudkan keinginannya menjadi model terkenal dunia.

Anindya Pertiwi, gadis cantik berusia 20 tahun, tercatat sebagai mahasiswi semester 4 fakultas kedokteran. Dia gadis yang rajin belajar, lebih suka membaca buku dan pergi ke perpustakaan daripada jalan-jalan ke mall. Anin paling tidak suka jika digoda oleh kakaknya saat belajar tapi dia sangat sayang dengan Adit, kakaknya itu.

 

 @@@@@@@ 

Readers, sementara itu dulu yang bisa author gambarkan tentang tokoh-tokoh dalam cerita ini ya.

Bila kalian berkenan silahkan like, komentar dan vote ya teman-teman … :-)

Episode 2. Semangat Pagi Hari

Kampus fakultas ekonomi tempat Risa menuntut ilmu pagi ini sudah terlihat ramai para mahasiswa berdatangan. Seperti biasa Risa jam tujuh pagi sudah berada di dalam kelasnya sambil membawa dua puluh lima bungkus seblak yang dikemas dalam mangkuk plastik tertutup.

Beberapa temannya sudah mulai mendekati Risa untuk mengambil pesanan seblak dan langsung membayar pada Risa, setelah semua seblak sudah diambil ole pemesan kemudian Risa mulai menghitung uang hasil jualannya dan dimaukkan ke dalam dompet.

“Alhamdulillah, seblakku sudah habis hari ini. Waktunya buka orderan lagi nih, semoga bisa bertambah yang pesan seblak buatanku, aamiin,” batin Risa sambil tersenyum senang dengan hasil penjualannya hari ini.

“Risa … !” teriak Sally yang baru saja datang dan duduk di bangku sebelah Risa.

“Kamu kenapa sih lari-lari, habis ngejar maling ?” tanya Risa pada sahabatnya itu saat melihat nafas Sally ngos-ngosan.

“Masih ada sisa seblak ngga Sa ? Aku beli dong …” jawab Sally sambil minum air mineral yang dia ambil dari dalam tas.

“Habis lah Sa, kan kamu belum pesan sebelumnya. Kalau kamu mau ya nunggu dua hari lagi aku bawakan,” ucap Risa.

“Iya sih Sa, tadinya memang aku baru mau pesan hari ini, tapi mamaku tadi di rumah tiba-tiba ingin nyoba seblak kamu. Terus aku disuruh beli,” Sally menjelaskan alasannya pada Risa.

“Oh, begitu ceritanya. Tapi maaf Sal, hari ini sudah habis sesuai jumlah pemesan saja. Insya Allah aku usahakan besok ya aku bawakan buat mamamu,” kata Risa meyakinkan temannya supaya tidak terlalu sedih.

“Beneran Sa? Makasih ya Sa … “ Sally tersenyum senang dan memeluk Risa erat sekali.

“Selamat Pagi semuanya …” terdengar suara Pak Guntur, dosen mata kuliah ekonomi bisnis masuk ke dalam ruangan Risa.

“Pagi Pak … “ jawab para mahasiswa serentak dan mereka duduk di kursi masing-masing untuk mendengarkan dosen mengajar.

“Baiklah silahkan simpan buku kalian, keluarkan alat tulis dan kita akan kuis hari ini !” seru Pak Guntur sambil menatap wajah para mahasiswanya.

Bagi mahasiswa yang tidak siap untuk kuis tampak menggerutu, tapi tidak berlaku untuk Risa, karena dia selalu siap kapan saja jika akan diadakan kuis. Risa semangat menjawab soal-soal yang diberikan oleh dosennya itu.

Setelah jam pertama selesai, Risa dan Sally pergi ke kantin kampus beli kentang dan sosis goreng, tidak lupa minumannya teh botol kesukaan mereka.

Baru saja Risa duduk di bangku setelah pesan makanan, ada beberapa temannya dari kelas lain yang mendekatinya. Rupanya mereka mau pesan seblak pada Risa, dan Risa segera mencatat jumlah seblak yang baru saja dipesan.

“Sa, apa kamu ngga capek pulang kuliah terus bikin seblak ? waktu belajarmu kapan Sa ?” tanya Sally penasaran sambil makan kentang goreng.

“Alhamdulillah ngga kok Sal, selama kita bisa bagi waktu saja sih,” jawab Risa bersemangat.

Memang selama ini sepulang kuliah Risa selalu mampir dulu ke pasar beli bahan-bahan untuk membuat seblak pesanan teman-temannya. Sesampai di rumah, Risa harus belajar dulu untuk persiapan kuliah esok harinya. Malam harinya barulah dia menyiapkan bahan-bahan untuk memasak seblak.

Risa juga selalu mengkonsumsi vitamin supaya tubunya tetap fit dan tidak mudah sakit karena jadwalnya yang padat antara kuliah dengan membuat seblak. Dia memang membuat seblak sendiri, karena ibunya harus menyiapkan bahan-baan menu makanan yang akan dijual di kantin sekolah tempat ayahnya bekerja selama ini.

Risa selalu bersyukur karena dengan hasil berjualan seblak, dia bisa membeli buku-buku untuk keperluan kuliahnya sendiri, uangnya selalu ditabung untuk masa depannya juga karena dia tidak mau merepotkan kedua orang tuanya terus.

Tak terasa waktu kuliah sudah selesai, Risa dan Sally bersiap-siap utuk pulang.

“Sa, kamu nanti pulangnya bareng sama aku yuk,” ajak Sally pada Risa.

“Oke deh Sal, tapi aku turunkan di pasar aja ya Sal,” ucap Risa sambil melangkahkan kakinya menuju motor Sally.

“Siaaappp … “ jawab Sally semangat.

 

 

@@@@@@@@@@@@@@

Jangan lupa like, komentar dan vote untuk author ya readers kesayangan ... :-)

Episode 3. Bapak Sakit

Hari ini pesanan seblak Risa banyak sekali, Risa bersyukur karena selain teman-teman kampusnya yang pesan seblaknya, para dosen juga ada yang pesan. Terkadang Risa sampai membawa dua kantong kresek besar yang berisi seblak pesanan teman-teman dan dosennya, tapi dia selalu batasi paling banyak membawa 20 bungkus saja, supaya tidak terlalu berat saat dibawa ke kampus.

“Risa …. !” tampak Sally memanggil Risa yang berjalan ke arah kantin.

“Sal, ke kantin yuk !” ajak Risa pada Sally, sahabat setianya itu.

“Yuk, aku juga lapar nih,” ucap Sally.

“Sal, bagaimana menurut mama kamu setelah makan seblak aku ?” tanya Risa menuju meja kosong setelah memesan makanan dan minuman.

“Eh, kata mamaku seblak kamu enak sekali Sa. Rasa kencurnya terasa sekali dan kental, apalagi mamaku suka pedas jadi sudah pas di lidah,” kata Sally bersemangat menceritakan mamanya saat mencoba seblak Risa.

“Alhamdulillah kalau mama kamu suka Sal, nanti boleh kok pesan lagi. Tapi pesannya yang banyak ya Sal, kan anggota keluargamu juga banyak,” ucap Risa sambil terus mempromosikan seblaknya.

“Beres, jangan khawatir Sa, aku akan pesan lagi empat bungkus deh, biar aku promosiin juga ke saudara-saudara sepupuku … yang penting kalau laku banyak, jangan lupa imbalan untukku ya … hehehe,” kata Sally sambil bercanda.

“Siaaapp … “ balas Risa sambil mengacungan dua jempolnya ke arah Sally.

Setelah makanan dan minuman datang, mereka berdua segera menikmatinya sambil diselingi candaan-candaan keduanya.

Drrrrttt …. ddrrrttt … ddrrrttt ….

Ponsel Risa bergetar ada tanda panggilan masuk. Dilihat di layar ponselnya ada telpon dari ibunya, kemudian dia menggeser gambar telpon warna hijau.

“Hallo, assalamu’alaikum Bu,” ucap Risa mengangkat telpon dari ibunya.

“Sa, bapakmu sakit Nak. Tadi bapak pingsan di sekolah, sekarang di rumah sakit. Kamu cepat ke rumah sakit ya nak,” kata Bu Yana, ibunya Risa dengan nada cemas.

“Ya Allah … Iya bu, Risa akan ke rumah sakit sekarang, “ kata Risa sambil menitikkan air matanya yang tiba-tiba keluar karena rasa khawatir terhadap bapaknya.

“Sa, kamu kenapa menangis? Apa yang terjadi ?” tanya sally penu rasa penasaran melihat sahabatnya menangis.

“Sal, aku akan ke rumah sakit. Bapakku sakit Sal, tadi pingsan di sekolah hiks … hiks,“ jawab Risa sambil memeluk Sally erat.

“Aku ikut denganmu Sa, yuk kita berangkat !” kata Sally sambil menenangkan hati Risa.

Setelah sampai di rumah sakit yang disebutkan oleh ibunya Risa, mereka segera menuju ke kamar rawat pak Budi setelah bertanya pada resepsionis.

“Bu … bapak sakit apa ?” tanya Risa sambil memeluk ibunya.

“Dokter masih memeriksanya Nak,” jawab bu Yana sedih.

“Insya Allah penyakit bapak tidak parah, ibu tenang saja ya. Kita tunggu hasil pemeriksaan dokter,” kata Risa sambil menenangkan hati ibunya meskipun hatinya sendiri juga tidak tenang.

Tidak berapa lama dokter yang memeriksa pak Budi keluar dari kamar.

“Bagaimana kondisi suami saya Dok ?” tanya bu Yana penuh rasa cemas tentang suaminya.

“Pak Budi hanya kecapekan saja bu, tensi darahnya turun, sebentar lagi beliau siuman,“ kata Dokter Ramlan yang menangani pak Budi.

“Apakah kami boleh masuk ke dalam dok ?” tanya Risa.

“Iya, boleh. Silahkan jika ingin menemani beliau, “ kata Dokter mempersilahkan Risa dan Bu Yana untuk melihat kondisi pak Budi. Sally yang juga ikut Risa segera mengikuti langkah mereka masuk ke dalam kamar.

Bu Yana dan Risa duduk di kursi samping kanan dan kiri ranjang pak Budi, sedangkan Sally berdiri di dekat Risa.

Tampak tangan bu Yana memegangi punggung tangan suaminya dengan lembut, Risa memijit kaki bapaknya pelan-pelan.

“Pak, ayo bangun pak … Ibu dan Risa ada disini menemani bapak, bapak jangan lama-lama ya tidurnya… “ bisik Bu Yana ke telinga suaminya yang masih belum sadar dari pingsannya.

Tiba-tiba Risa merasakan pergerakan kaki bapaknya, kemudia diamengarahkan pandangannya ke wajah bapaknya.

“Alhamdulillah akhirnya bapak sudah siuman, “ pekik Risa setelah melihat bapaknya perlahan-lahan membuka kedua matanya.

Risa dan Bu Yana segera memeluk erat Pak Budi yang sudah terbangun dari pingsannya.

“Bapak ada dimana ini bu ?” tanya Pak Budi pada istrinya.

“Kita ada di rumah sakit Pak, tadi bapak pingsan di sekolah lalu ibu bawa ke rumah sakit. Bapak istirahat dulu ya,” jawab Bu Yana sambil merapikan selimut suaminya.

Pak Budi akhirnya ingat apa yang terjadi pada dirinya tadi di sekolah, ketika dirinya selesai mengajar tiba-tiba badannya lemas dan pandangannya kabur seolah-olah apa yang dilihatnya berputar semua. Kemudian badannya seperti melayang ke bawah dan tidak tahu lagi apa yang terjadi setelah itu, yang pada akhirnya setelah dia membuka matanya sudah berada di rumah sakit dan tangannya yang diinfus oleh perawat.

“Bapak makan dulu ya, yuk Risa suapi ya pak supaya bapak cepat sembuh,” ucap Risa sambil mengambil makanan pasien di atas meja. Risa kemudian menyuapi bapaknya dengan penuh kasih sayang.

“Pak, Bu, Alhamdulillah kondisi Pak Budi sudah lebih baik. Kalau begitu Saya ijin untuk pamit pulang, “ kata Sally pada keluarga Risa.

“Terima kasih ya nak Sally sudah mengunjungi bapak,” jawab pak Budi pada Sally.

“Tidak apa-apa Pak, kalau memerlukan sesuatu kabari Sally ya Bu, Pak,” kemudian Sally berpamitan pada kedua orang tua Risa dan keluar kamar diikuti oleh Risa.

“Sal, terima kasih ya sudah menemani kami disini,” ucap Risa berterima kasih pada Sally.

“Aku pulang dulu ya Sa, Assalamu’alaikum,” Sally mengucapkan salam pada Risa sebelum dia meninggalkan sahabatnya itu.

“Wa’alaikum salam …” jawab Risa.

Risa kemudian masuk ke dalam kamar rawat bapaknya kembali.

“Bu, ibu pulang dulu saja ya malam ini biarkan Risa yang menjaga bapak disini. Besok pagi bergantian ibu yang menjaga bapak, karena Risa harus kuliah,” pinta Risa pada ibunya supaya ibunya bisa beristirahat di rumah.

“Ya sudah kalau begitu, ibu pulang dulu ya Sa. Tolong jaga bapakmu, besok pagi ibu bawakan baju ganti untukmu ya,” kata Bu Yana. Kemudian Bu Yana berpamitan pada suami dan anaknya.

################

Hai teman-teman.... beri semangat aku ya, tulis komentarmu, beri like jika kau suka dan vote diriku ya ...

Happy reading :-)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!