"Tolong...! tolong...! copet...! copet..!" suara wanita terdengar meminta tolong.
Dipinggir jalan ada mobil yang sedang berhenti, didalamnya ada sosok pria tampan bertubuh kekar kedua telinganya telah mendengar ada seseorang yang meminta tolong. Pria tersebut bergegas untuk keluar dan segera menolong korban pencopetan.
Pria tampan tersebut langsung berlari dan mengejar preman tersebut, dan dengan sigap Pria tampan dapat menangkap preman yang telah menjambret tas.
"Buuuuugg!! Buuuug!!" berulang kali saling meninju,preman tersebut terkapar kesakitan dan pergi tertatih tatih karena tinjuan dari Pria tampan. Meski dengan memegangi pipinya yang memar akibat tinjuan dari preman.
Pria tampan tersebut langsung menghampiri Wanita cantik yang berpenampilan biasa, dan lelaki itu segera mengembalikan tasnya.
"Lain kali berhati hati lah jika dijalan, karena banyak preman yang mengincarnya." Ucap Pria tampan sambil melemparkan tas tersebut ke wanita tersebut.
"Terimakasih Pak, sudah menolong saya," jawab Wanita itu.
"Muka Bapak kenapa memar, bagaimana kalau saya antar Bapak ke klinik terdekat agar luka Bapak dapat diobati. " Ucap wanita itu kembali tanpa mencoba mengenali sosok lelaki yang tengah menolongnya.
"Aku tidak butuh diobati, aku hanya minta imbalan dari kamu, sekarang ikutlah denganku," ucapnya tegas.
"Tapi Pak... " tiba tiba ucapan wanita tersebut langsung terpotong.
"Tidak ada tapi tapian," ayo jalan dan masuk lah ke mobilku. " Titah pria itu.
Tanpa mencari aba aba wanita itu langsung lari kabur, namun sayang sekali justru tangannya sudah diraih oleh Pria tersebut dengan sigapnya dan membuat Wanita itu jatuh dipelukan lelaki tampan, dan keduanya saling menatap satu sama lain.
Oooooh Tuhan... tampan sekali.. sepertinya aku tidak asing dengan laki laki ini. gumam Wanita itu dengan menelan Saliva
Sepertinya dia ini adiknya Edwin. Tepat pada sasaran ku. Gumam Pria asing langsung melepaskan pelukannya.
"Kamu tidak akan bisa kabur dariku, karena kamu sudah terikat denganku. " Ucapnya dengan senyum sinis.
"Tapi aku sedang butuh pekerjaan dan aku akan mencari pekerjaan Pak, kalau aku tidak mendapatkan pekerjaan maka aku mau makan apa Pak?" ucap Wanita itu.
"Aku yang akan memberi pekerjaan untukmu, maka diam lah dan ikutlah dengan ku. " Jawabnya tegas.
"Tidak mau! nanti aku dijual lagi sama Bapak." Ucap Wanita itu sambil menerka nerkanya, karena dirinya merasa pernah mengenalinya.
"Aku tidak sudi menjualmu, karena kamu bukan type orang berduit. " Jawabnya ketus.
"Siapa tahu saja sama orang yang tidak berduit. " Jawab wanita itu asal.
"Kamu mau merugikanku," ciiiih. " sekarang ayo ikut denganku, karena aku tidak suka berdebat." Ucapnya kesal dan menarik tangan Wanita itu kuat dan masuk kedalam mobil.
"Pak... mau dibawa kemana aku, jangan jual aku Pak.. aku mohon.. karena aku belum menikah." Jawab Wanita itu ketakutan.
"Bagus kalau kamu belum menikah, jadi aku bebas melakukan apa yang akan aku lakukan." Ucap Pria itu dengan senyum menggoda.
Gila ini orang, menolong saja minta imbalan, bukankah dia mempunyai segalanya, ckckckck hidupnya kurang bahagia mungkin. Gumam wanita itu.
"Jangan mikir yang aneh aneh tentangku, karena kamu belum mengetahuinya." Ucapnya sambil fokus menyetir.
"Bapak kan orang kaya, lalu kenapa menculik ku? " tanyanya penasaran.
"Karena kamu sangat menggodaku." Ucapnya asal.
"Apa....? aku menggoda Bapak, aaah mana ada aku menggoda, yang jelas aku butuh pertolongan, naaah justru Bapaklah yang meminta imbalan denganku. " Ucap wanita itu kesal.
Sedangkan Pria tersebut hanya senyum senyum melihat wanita itu yang sedang kesal dan terlihat sangat lucu bahkan menggemaskan.
Mimpi apa aku semalam, harus menghadapi masalah seperti ini, begitu rumit dan menakutkan. Gumam wanita itu dengan geli.
"Turun," titahnya.
"Dimana ini, Pak? " tanya Wanita itu heran.
"Di hotel," jawabnya asal.
"Apa? Hotel? tidak mungkin. Aku tidak percaya," ucap Wanita itu bengong.
"Iya bukanlah, ini rumahku, ayo turun, dan masuklah. " Titahnya sambil menggeretak.
Sebenarnya aku mau diapain sih? apa mau dijadikan pembantu? aku kan maunya kerja kantoran, gajih nya besar dan juga ada libur. Gumam Wanita itu.
"Duduk lah, jangan heran melihat rumah sebesar ini dan semegah ini, Ucap Pria tersebut dengan senyum sinis.
Ciiiih rumah sebesar ini saja sudah sombong, apalagi kalau tambah megah, mungkin tidak hanya sombong bahkan tidak terlihat wujud aslinya. Gumam Wanita itu geram.
" Duduk," titah nya.
"Siapa namamu, dan berapa usiamu kamu," tanya Pria itu.
"Namaku Sevita Bra.... ucapannya terhenti tatkala akan melanjutkannya.
"Kalau mau menyebutkan nama itu yang benar, jang berhenti ditengah jalan." Ucap nya kesal.
"Maaf Pak, namaku Sevita, usiaku 24 tahun Pak," ucap Sevi dengan gesit .
"Panggil aku sesukamu, Davin Wangrama.
Deeeeeeg!!!! jantung Sevi seakan mau copot mendengar ucapan Pria tersebut.
" Kenapa? kamu kaget, aku tahu kamu pasti terkejut mendengar nama Wangrama, bukan?" tanya Davin senyum sinis.
Tidak hanya terkejut bahkan aku sangat shok. Gumam Sevi kesal.
"Maaf, aku tidak kaget Pak, karena aku tidak familiar dengan nama Bapak," ucapnya bohong.
"Kamu dari desa, pantas," jawab Davin datar.
"Benar Pak, kalau aku dari desa, wajar kan Pak, kalau aku tidak begitu mengetahui tentang di kota ini." Ucap Sevita santai.
Davin hanya mengangguk dan mempercayai pengakuan dari Sevita. Padahal yang sebenarnya Davin menaruh curiga terhadap Sevita.
"Mulai sekarang kamu akan menjadi pelayan dirumahku, dan kamu harus melayani ku dengan baik. Sebentar lagi sekretaris ku akan datang membawa catatan yang harus kamu hafalkan akan tugas tugas kamu sebagai pelayan ku." Ucap Davin.
"Apa...! pelayan, tidak... tidak Pak.. aku tidak mau menjadi pelayan, aku ingin bekerja di kantor." Jawab Sevita tidak terima.
"Kamu datang dari desa ingin bekerja di Kantoran? apa aku tidak salah dengar? hah?" tanya Davin sambil geleng geleng kepala tidak percaya.
Aaah iya.. aku lupa dengan misiku. Gumam Sevi.
"Baik lah, terserah Bapak saja. " Ucapnya ketus.
"Heei... seharusnya kamu bersyukur bisa mendapatkan pekerjaan." Ucap Davin datar.
"Iya iya iya, Pak... " jawab Sevita jutek.
"Bagus, berarti kamu penurut, nanti Bibi Ina yang akan mengatarkanmu ke kamar. Jangan kemana mana, aku mau ganti baju dulu." Ucap Davin.
Sevita hanya mengangguk tanpa menjawab sepatah katapun.
Bibi Ina menghampiri Sevita, dan mengagetkan Sevita dengan pikirannya yang kacau.
"Nona... mari ikut dengan Bibi, akan Bibi tunjukan kamar Nona untuk beristirahat. " Ucap Bi Ina mengajak.
"Baik Bi... jangan panggil Sevi dengan sebutan Nona ya Bi.. karena Sevi sama seperti Bibi hanya sebatas pelayan dirumah ini Bi.... " jawab Sevita.
"Maaf Nona, saya tidak berani melanggar tugas dari Tuan Muda. Jika Tuan Muda tidak menyuruh kepada Bibi untuk memanggil sebutan nama, maka Bibi tidak berani melakukannya." Jawab Bi Ina.
Sevita pun mengangguk, dirinya mengikuti langkah Bi Ina dari belakang. dengan langkahnya yang pelan, Sevita menapaki anak tangga. Perasaan Sevita campur aduk tidak karuan. Setelah sampai didepan pintu, sevita semakin gugup, yang dimana kamar tidurnya diatas dan bersebelahan dengan kamar milik Davin.
"Nona silahkan istirahat, baju ganti sudah tersedia didalam lemari. Jika ada sesuatu yang Nona butuhkan tinggal takan tombol dan panggil nama Bibi, nanti Bibi langsung datang, Bibi permisi dulu Nona.." titah Bi Ina.
Sevita hanya bengong dan tidak merespon Bi Ina. Karena sungguh diluar dugaan Sevita setelah sampai dirumah Davin.
Sebenarnya pekerjaanku ini apa sih, kenapa mesti dibedakan begini tempat tidurku. Aaaah Semoga saja tidak ada hal buruk padaku. Gumam Sevita dalam perasaan bingung.
Sevita langsung merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur setelah membersihkan diri, kini tubuh Sevita terasa segar setelah berendam, Sevita sambil menerka nerka kejadian buruk apa yang telah menimpanya, yang diharapkanya ternyata tidak sesuai dengan harapannya. Bisa bekerja di Kantoran dan bisa kabur dari pernikahan yang tidak di inginkannya. Namun justru masuk dalam lubang buaya. Itulah yang ada didalam fikiran Sevita.
"Nona.." ucap Bi Ina memanggilnya.
Sevita masih serius menatap langit langit kamar dan tidak menghiraukan panggilan dari Bi Ina.
"Maaf Nona.." Tuan Muda memanggil Nona Untuk turun kebawah," titah Bi Ina.
"Baik Bi..." jawab Sevi malas.
Ada apa lagi sih... aku ingin istirahat Pak Bos.. gumam Sevita tidak bersemangat.
Meski terasa malas melakukan apapun meski itu hanya untuk sekedar makan sekalipun, Sevita terasa enggan dan rasanya ingin segera pergi dari rumah Davin.
Sevita menuruni anak tangga dengan langkah kakinya dengan pelan, karena terasa sangat berat. Namun tetap saja, Sevita tidak bisa membantah perintah Davin.
"Hei.. cepetan turun," titah Davin yang sudah tidak sabar menunggu dibawah.
Sevita masih diam tanpa bersuara saat melangkahkan kakinya. Sevita pun sudah berada didepan Davin sambil berdiri.
"Duduk dan makanlah, karena sebentar lagi Sekretarisku akan segera datang." Perintah Davin.
Sevita tidak menjawabnya , dirinya langsung duduk dan makan dengan lahapnya tanpa ada rasa malu sedikitpun dengan Davin.
Ini anak kelaparan atau emang rakus, mungkin saja kelaparan sampai sampai tidak bisa untuk bersuara, atau dia memang sedang kelaparan. Batin Davin menerka.
Emang enak aku kerjain dengan makan sebanyak ini, biar tahu rasa ini orang, melihat sikapku yang makan dengan rakus. Aku berharap caraku ini berhasil membuatnya kesal dan aku akan segera di usirnya. Batin Sevita sambil senyum senyum tidak jelas.
"Kalau kamu masih kurang, bilang saja sama Bi Ina untuk memasaknya lagi, agar kamu tidak kelaparan." Ucap Davin, yang seakan bisa membaca fikiran Sevita untuk segera diusirnya atas sikap kekonyolan nya.
Apa....! kenapa Dia tidak marah sedikitpun atas sikapku yang sudah aku lakukan barusan. Padahal perutku sudah engap gara gara aku menghabisi makanan yang ada dimeja. Batin Sevita kesal.
Kamu kira aku tidak tahu hah!" kamu ingin diusirnya, bukan? tapi sayang, aku jauh lebih licik darimu. Batin Davin dengan senyum puas.
"Kenapa kamu diam, " apa mau makanan yang lain? " katakan," nanti biar aku belikan. " Ucap Davin pura pura tidak geram.
"Aaah bukan begitu Pak.." aku hanya tidak enak karena sudah menghabisi makanan tadi Pak, " jawab Sevita beralasan.
Davin hanya mangangguk dan sambil mengetuk ngetuk meja dengan jari jemarinya.
Tidak lama kemudian Sekretaris nya pun datang. Perasaan Sevita semakin kacau tatkala Sekretaris nya sudah datang.
"Ikut aku masuk ke ruangan kerjaku. " Titah Davin kepada Sevita dan Sekretarisnya.
Keduanya mengikuti langkah Davin. Rasa cemas pun sudah menghantui fikiran Sevita.
Davin segera duduk. Jantung Sevita tiba tiba berdegup kencang serasa mau copot,dan fikiran nya entah kemana.
"Cepat duduk," titah Davin. Keduanya langsung duduk, perasaan Sevita serasa sedang di sidang dalam pengadilan.
Menegangkan sekali tenyata,padahal dulu tidak seperti ini ,dan rasanya pun biasa saja menghadapi orang. Gumam Sevita.
Brak....!!!!" Davin sengaja menggebrak mejanya.
Sevita kaget seketika itu juga, seraya keputusan berat yang harus diterima mentah mentah, begitu juga dengan sekretarisnya seperti mau copot jantungnya.
"Ciko, kasihkan lembaran kertas itu ke gadis ini, suruh membacanya dan jangan sampai terlewatkan. Dan satu lagi harus menghafal tugas tugas yang sudah aku berikan. " Titahnya.
"Ini Nona, silahkan dibaca dengan teliti, jangan sampai Nona melewati sekata demi sekata kalau tidak ingin habis nasib Nona. " Ucap Ciko seraya menakut nakuti Sevita.
"Baik Pak.. " jawab Sevita pelan.
"Jangan panggil saya Pak, tapi panggil saja Sekretaris Ciko. " Titahnya.
"Baik.. " jawab Sevita.
Dengan seksama Sevita membaca dengan sangat teliti, dan tidak satu pun kosa kata yang terlewatkan. Kedua mata Sevita terbelalak saat membaca kalimat yang membuatnya bergidik ngeri. Syarat yang tertulis sebagai berikut, "Suatu saat Nanti jika aku memintamu untuk menjadi Istriku, kamu harus pandai ber pura pura."
Apa.... perjanjian macam apa ini. Main kontrak Nikah segala, emang aku ini siapa. Batin Sevita berdengus kesal.
Sevita langsung menaruh lembaran kertas tersebut diatas meja dengan perasaan kesal pastinya. Namun mau bagaimana lagi, sudah masuk di dalam kandang buaya. Fikir Sevita dengan perasaan kesal.
"Apakah sudah dapat kamu pahami semuanya? " tanya Davin sambil memicingkan alisnya.
"Sudah Pak.. " jawab Sevita.
"Jangan lupa tanda tangan kamu, " ucap Davin.
Apa... tanda tangan.. " Hanya jadi pelayan harus tanda tangan. Emang berapa sih gajihnya. Huh! gumam Sevita.
"Kamu jangan khawatir soal gajih, karena aku sudah menyiapkannya. " Ucap Davin.
Sevita hanya mengangguk.
Ini orang mudah banget nebak fikiranKu saja. Menyeramkan. Batin Sevita.
"Sekarang keluar lah, dan masuk kamar istirahatlah, karena besok pagi kamu harus mulai untuk bekerja. Di ingat baik baik tugas tugas kamu dirumah ini, " titah Davin.
"Saya Permisi Pak.. " Sevita pamit keluar.
Diruang kerja tinggal Sekretaris Ciko dan Davin.
"Dav, kamu serius nih dengan semua nya. Lalu bagaimana dengan Sovia? " tanya Ciko.
"Aku tidak peduli terhadapnya, bukankah dia sendiri yang mengatakannya sendiri ingin berpisah denganku, dan ingin mengejar Arka yang kekayaannya jauh lebih dariku. " Jawab Davin dengan geram.
"Ada kabar apa lagi yang bisa kamu sampaikan untukku. " Tanya Davin kembali.
"Arka," jawab Ciko singkat.
"Arka? maksu kamu?" tanya Davin penasaran.
"Iya Arka, Dia telah gagal menikah dengan Putri Darmantyo, gadisnya telah kabur, tapi entah kabur dinegara mana," jawab Ciko.
"Waaaah kompetisi yang sangat panas ini, " ucap Davin.
"Maksudnya? " tanya Ciko dibuat penasaran.
"Siapa lagi kalau bukan keberhasilan Sovia mendapatkan Arka, " jawab Davin.
"Apakah kamu cemburu? " tanya Ciko.
"Cemburu dengan orang seperti Arka? bukan lawanku,karena aku yakin Arka tidak akan mencintai Sovia," jawab Davin dengan senyum puas.
"Apa aku bisa pegang omonganmu, secara Sovia gadis yang cantik, meski matre, tapi wajarlah kalau matre karena kehidupannya saja sudah glamor. Bukankah kamu juga tergoda dengannya? " goda Ciko.
"Sudah lah, cepat kamu pulang, karena aku ingin istirahat, hari ini aku lelah." Ucap Davin.
"Baik lah..." karena aku sudah tidak mengkhawatirkanmu lagi, sebab sudah ada gadis cantik yang akan merawatmu." Goda Ciko.
"Sial kamu Cik, sudah sana pulang. " Titah Davin.
Ciko pun langsung pulang, kemudian Davin langsung menuju kamarnya. Tapi tiba tiba teringat dengan ucapan Ciko. Davin kembali ke ruang kerjanya, ingin memastikan kabar angin yang telah disampaikan untuknya.
Ciko bilang Arka telah gagal untuk menikah, lantas kenapa wanita itu kabur. Apakah Sovia yang menyebabkan pernikahannya gagal? bukankah seharusnya senang dong, dipersunting oleh Arka. Gumam Davin sambil geleng geleng kepala.
Malam yang sangat melelahkan untuk Sevita, hingga membuatnya bangun tidur kesiangan.
"Bi... ada dimana Gadis itu? " tanya Davin.
"Nona Sevita sepertinya belum bangun, Tuan.. " jawab Bi Inah.
"Apa...!! " Dia belum bangun, " ucap Davin kesal.
"Jam segini belum juga bangun, apa dia tidak pernah diajarkan kedisiplinan. " Gerutu Davin dan langsung menemui Sevita.
Davin pun langsung segera menemui Sevita didalam kamar.
"Apa apaan ini, kamarnya saja dikunci, lantas siapa pemilik rumah ini. " Benar benar ini anak membuang kesabaranku.
Dor dor dor dor... suara gedoran pintu oleh Davin, membuat Sevita kaget dibuatnya.
"Aduh... jam berapa ini, pasti itu Pak Bos. Habislah nasibku ditangannya, mana pagi ini aku harus menyiapkan keperluannya berangkat kantor lagi.
Dor dor dor dor.. suara gedoran pintu masih saja terdengar membuat Sevita gugup dibuatnya.
" Maaf Pak... aku kesiangan. " Ucap Sevita gugup.
"Lihat, sekarang jam berapa, hah! bentak Davin.
" Sekarang cepat kamu mandi, dan temui aku dibawah. " Titah Davin.
"Baik Pak.. " jawab Sevita gemetar.
Sevita langsung menutup pintu kamarnya segera mengunci dan segera mandi sekilat mungkin, karena tidak ingin mendapatkan hukuman yang berat dari Davin.
Aku mau diapain setelah ini, jangan jangan aku mau dikembalikan ditempat waktu aku kejambret. Gumam Sevita bergidik ngeri.
Sevita akhirnya sudah selesai, dan segera cepat cepat turun kebawah menemui Davin.
Davin menatapnya dengan tatapan yang sangat buruk, membuat kedua matanya menjadi pedas.
"Ganti bajumu, kamu mau mempermalukanku di hadapan teman-teman ku. Hah! " Bentak Davin.
"Maksud Pak Bos apa? ada yang salah dengan penampilanku." Jawab Sevita.
"Tidak cuman salah, tapi mataku menjadi sakit melihat pakaian yang kamu kenakan. Seperti orang kampung saja, lihatlah wanita diluar sana, berpenampilan sangat lah anggun dan tidak membuat malu pasangannya. " Ucap Davin kesal.
"Pasangan? " jawab Sevita tidak mengerti.
"Iya pasangan, karena kamu akan aku perkenalkan di kantor sebagai pasanganku. " Ucapnya datar.
"Tapi bukankah saya dijadikan pelayan seperti Bi Ina dan yang lainnya?" tanya Sevita bingung.
"Jangan protes, sekarang cepat ganti pakaianmu. Nanti Maya yang akan membantumu. Cepat masuk lah ke kamar." Titahnya.
Tanpa menjawab ucapan Davin, Sevita langsung masuk kamar dan memilih pakaian yang cocok untuk nya. Tapi justru pilihannya tertolak, dan Maya sudah membawanya yang baru.
"Maaf Nona, sekarang Nona ganti pakaian ini untuk pergi bersama Tuan Muda. " ucap Maya.
"Apa... " ini juga bagus dan cocok untukku, "'jawab Sevita.
" Maaf Nona, tapi Tuan Muda menyuruh saya untuk membawakan pakaian ini untuk dikenakan Nona, sebaiknya Nona menurut saja sama Tuan Muda, jika Nona menolak mana saya akan dipecat. " Ucap Maya.
"Segitu kah kamu akan dipecat oleh Pak Davin. Menyebalkan, jawab Sevita, sedangkan Maya hanya tersenyum puas, karena Sevita akhirnya nurut dengannya.
" Apakah kamu tidak merasa terkekang bekerja disini, lihatlah, dengan mudahnya memecat pekerja hanya karena saya tidak menuruti perintah kamu. " Ucapnya kembali.
Maya hanya geleng geleng kepala dan senyum senyum puas. Karena sangat menggemaskan sikap Sevita.
"Lihatlah, Nona sangatlah terlihat cantik memakai pakaian ini, sepertinya sangat serasi dengan penampilan Tuan Muda. " Goda Maya.
"Apa... serasi, lihatlah Maya, aku ini juga pelayan seperti kamu, nanti setelah pulang ujungnya aku juga ditaruh didapur bareng kamu. " Jawab Sevita sambil memanyunkan bibirnya.
"Ditunggu saja Nona, " ucap Maya sambil tersenyum.
Semua tidak jauh dari Bos nya, ngelantur kalau diajak ngomong. Entah lah apa memang aku sendiri yang lagi ngelantur. Gumam Sevita.
Sevita dengan pelan menuruni anak tangga, Davin menatapnya dengan lekat, kedua mata Davin terpesona melihat nya.
"Cepetan turun, kamu bukan Nyonya dirumah ini," ucapnya dibuat kesal.
Sevita tiba tiba langsung berubah kesal dan diam tanpa merespon ucapan dari Davin, tatkala mendengar ucapan dari Davin.
"Kita tidak sarapan dirumah, kita akan sarapan dirumah Ibu, dan ingat, kamu mulai sekarang menjadi peran sebagai kekasihku, dan bersikaplah sebagaimana mestinya menjadi kekasihku. Ingat, jangan keluarkan jurus kampung mu, itu." Ucap Davin.
"Tapi.... " jawab Sevita.
"Tidak ada Tapi tapian. Kamu mengerti, " Ucap Davin.
"Baiklah, " jawab Sevita singkat.
Ini orang kenapa lah, menyuruhku dengan mudah nya. Aku lebih baik kehilangan tas aku dari pada ditolong tetapi harus menerima permintaannya yang tidak masuk akal ini, aku kira bisa lari dari pernikahan, ternyata aku masuk dalam perangkap orang yang tidak aku kenal. Batin Sevita.
Diperjalanan tidak ada yang membuka suara, keduanya saling diam. Sedangkan Sevita hanya menatap luar dari kaca mobil dengan perasaan yang sangat kacau.
Sevita mencoba membuka ponselnya,sudah beberapa hari Sevita mematikan ponselnya sejak kabur dari pernikahannya. Tidak disangka begitu banyak pesan yang masuk, dengan seksama Sevita membaca pesan satu persatu dari seseorang.
Arka..... batin Sevita lalu melirik kearah Davin, begitu juga Davin menatap Sevita dengan tatapan heran.
"Kenapa.. " kamu ingin lepas dariku,mau berusaha kabur, hah?" lakukan saja kalau kamu berani. " Ucap Davin dengan senyum sinis.
"Siapa yang mau kabur, justru aku tidak akan menyia nyiakan kesempatan emas ini, jawabnya asal.
" Wah.. sudah mulai tertarik denganku rupanya kamu ini, " ucap Davin dengan senyum puas.
Sedangkan Sevita hanya senyum getir.
Tidak lama kemudian Davin dan Sevita telah sampai di kediaman orang tua Davin.
"Ingat, peran kamu disini, " ucap Davin mengingatkan.
"Peran apa ya Pak.. " tanya Sevita bingung.
"Kamu ini pura pura atau sedang mengetes kesabaranku. Hah! " ucapnya penuh kesal .
"Maaf Pak, sekarang aku baru ingat," jawabnya takut.
Anaknya saja galak begini, bahkan sangat keras kepala. Lalu bagaimana dengan sikap orang tuanya? anggap saja ini pemanasan menghadapi orang orang yang angkuh dan sombong. Gumam Sevita.
"Turun, " titah Davin.
"Baik lah.. " jawabnya singkat.
"Suasana nya adem ya... pasti didalam sangat nyaman dan ramah tamah. " Ucap Sevita tersenyum.
"Sudah, jangan suka main tebak tebakan, ayo masuk, " titahnya.
"Selamat pagi Tuan muda... Nona muda.. sapa para pelayan dirumah. Keduanya mengangguk dan tersenyum.
Lah ini orang bisa mengangguk dan tersenyum dengan para pelayan. Lantas kenapa diirumah saja sama pelayan seperti mau memangsa. Ada apa dengan sikapnya, sungguh seperti bunglon. Batin Sevita
"Ayah... Ibu.. apa kabarnya?" sapa Davin lalu mencium punggung tangan kedua orang tuanya, begitu juga dengan Sevita mencium punggung tangan kedua orang tua Davin.
"Siapa gadis ini, Davin? " tanya Ibunya.
"Calon istri Davin, Yah.. Bu..." jawab Davin dengan serius.
Apa... calon istri.. tidak.. tidak.. tidak boleh terjadi, apa perlu aku kabur lagi. Gumam Sevita terkejut.
"Oooh.. cantik sekali kamu Nak.. siapa nama kamu?" tanya Ibunya Davin.
"Saya Sevi tante, " jawab Sevita.
"Lalu Sovia?" tanya Ibunya, karena orang tua Davin menginginkan Sovia untuk menjadi menantunya, karena Sovia dari keluarga kalangan atas.
Deg... jantung Sevita tiba tiba kaget dibuatnya mendengar nama Sovia.
Sovia? siapa dia? bukan Sovia yang mengejar Arka , kan? " batin Sevita menerka nerka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!