Cantik adalah satu kata yang bisa menggambarkan visualisasi gadis ini. Gadis dengan tinggi 170 cm itu berjalan dengan langkah pasti menuju kelasnya, karena hari ini dia ada jadwal kuliah pagi. Gadis itu bernama Renata Putri Wardana. Saat ini Renata tercatat sebagai mahasiswi kebidanan semester 5 di salah satu Universitas Swasta di Kediri.
“Rena ... tungguin!” Renata menghentikan langkahnya setelah mendengar ada yang berteriak memanggil namanya. Gadis berambut panjang itu langsung membalikkan tubuhnya. Renata mengangkat satu alisnya ketika melihat sahabatnya sedang berjalan terburu- buru kearahnya.
“Ya ampun ... aku kok kamu tinggalin sih, tega banget sama sahabat kamu yang super cantik ini?" tanya seorang gadis manis berlesung pipi yang bernama Rara. Rara menghentikan langkahnya didepan Renata sambil mengatur nafasnya yang tidak beraturan setelah berlari.
“Siapa suruh bangun telat? Lagi pula dosen kita satu ini killer sis, aku sih ogah kalau nanti telat terus dapat hukuman. Lagi pula ya Ra, jarak kontrakan kita ke kampus kan enggak jauh juga,” jawab Renata cuek sambil membalik tubuh dan meneruskan langkahnya.
“enggak jauh kata kamu?” Jawab Rara dengan wajah merah padam karena emosi. “Kalau kamu lupa, jarak kontrakan kita ke kampus itu hampir 2 km Rena! Dan kamu bilang enggak jauh?”
"Enggak sampai 5 km itu berarti masih dekat Ra, aku biasanya kalau joging malah lebih dari 2 km larinya. Kamu baru jalan segini saja sudah uring-uringan."
"Kalau joging memang kamu niatnya mau olah raga Rena, kalau aku jatuhnya olah raga karena terpaksa," jawab Rara dengan nada jengkel yang tidak disembunyikan sama sekali pada Renata.
"Udahlah enggak usah ngambek begitu. Yah ... hitung-hitung kamu oleh raga pagi buat bakar lemak Ra, jadi nanti siang kamu bisa bebas makan tanpa memikirkan diet,” jawab Rena sambil cekikikan.
“Seneng bener kamu Ren liat temannya susah," cibir Rara sambil cemberut.
Renata tak menanggapi kata-kata Rara, dia hanya tersenyum dan melanjutkan langkahnya. Radeya Silviana Pratama atau yang biasa dipanggil Rara oleh orang terdekatnya adalah sahabat Renata dari SMP. Selain Rara, Renata juga masih memiliki dua sahabat lagi yang saat ini sedang berkuliah di kota yang berbeda dengan dirinya. Taramitha atau yang sering dipanggil dengan Mitha oleh orang terdekatnya saat ini sedang berkuliah di Malang, sedangkan Diandra saat ini sedang berkuliah di Surabaya. Tetapi walaupun mereka mengenyam pendidikan di tiga tempat yang berbeda bukan berarti persahabatan mereka berjarak. Mereka berempat tetap dekat layaknya saudara. Karena apabila ada libur kuliah mereka akan menyempatkan bertemu dan jalan-jalan bersama, entah itu Renata dan Rara yang berkunjung ke Malang atau Surabaya maupun sebaliknya.
...* * *...
“Ren ...." panggil Rara sambil berguling-guling di atas kasur milik Renata.
“Hmm," jawab Renata tanpa mengalihkan matanya dari layar laptop. Karena sekarang Renata sedang serius mengerjakan proposal miliknya.
“Rena ... kamu ditanyain lo, sama Kak Raka yang anak perawat kakak tingkat kita itu. Katanya dia titip salam sama kamu,” ucap Rara dengan semangat 45.
“Waalaikum salam,” jawab Renata dengan santai, masih tanpa menatap sahabatnya itu.
“Gitu doang tanggapan kamu? Lempeng banget neng?” tanya Rara bingung.
“Ya terus aku mesti gimana Ra, mesti jingkrak-jingkrak kayak anak TK yang dapat hadiah?” jawab Renata masih dengan sikap tenang yang tidak berubah sejak tadi.
“Ck ... ya enggak gitu juga Rena anaknya Bapak Wardana! Maksudku kamu seharusnya lebih ekspresif Ren, terlihat lebih antusias lah! Ini yang titip salam salah satu mahasiswa terpopuler di Fakultas kita lo Ren.”
“Aku melihat Kak Raka sama seperti aku melihat cowok lain di kampus Ra. Jadi mau sepopuler apapun ya enggak ngaruh juga. Lagi pula selama ini aku cuma menaruh rasa hormat sama dia karena dia kakak tingkat kita, walaupun berbeda program study,” jawab Renata tenang.
“Ckck ... jangan bilang, kamu belum bisa move on dari mantan mu yang pengkhianat itu. Ini sudah lebih dari setahun kamu putus sama dia Rena. Mestinya kamu itu cari gandengan baru, biar otak kamu sedikit refreshing! Nggak cuma memikirkan anatomi panggul sama APN doang."
Renata langsung melirik sekilas sahabatnya itu, yang saat ini sedang duduk di atas ranjangnya sambil menghela nafas panjang.
“Yang bilang aku belum move on itu siapa Ra? Kenapa mesti bahas dia lagi, jadi males kan akunya. Asal kamu tahu ya Radeya anaknya Bapak Pratama, aku itu cuma mau fokus dulu sama kuliah aku. Kamu tahu kan kalau aku pengen cepat lulus dengan nilai yang bagus dan langsung bekerja biar bisa bahagiain orang tua. Jodoh mah bisa dipikir nanti, karena jodoh yang sebenarnya itu yang berani minta kamu ke ayah kamu Ra, bukan cuma yang bisa ngajak kamu haha-hihi ke sana kemari tapi kalau sudah bosan ditinggal lari.” Mendengar jawaban Renata yang panjang itu membuat Rara mendengus kesal.
“Omongan kamu neng! Susah ah ngomong sama kamu. Mending aku tidur.” Ucap Rara sambil meninggalkan kamar Renata. Melihat sahabatnya yang meninggalkan kamarnya dengan tampang kesal itu, membuat Renata terkekeh pelan.
Renata tidak memungkiri bahwa pengkhianatan yang dilakukan oleh sang mantan kekasih setahun yang lalu telah menorehkan luka yang dalam dan menghancurkan hatinya jadi berkeping-keping. Karena hal itu pula dirinya menjadi sangat selektif dan berhati-hati bila menyangkut urusan laki-laki yang mendekatinya. Renata belum siap memulai hubungan baru, ketika hatinya nya saja masih dalam tahap penyembuhan agar kepingan hatinya bisa menyatu lagi. Sehingga Renata memutuskan untuk tidak menjalin hubungan dengan siapapun sampai dia menyelesaikan pendidikannya dan mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.
...* * *...
"Ren tolongin aku ya, please ...." Pinta Mitha sambil menangkupkan kedua tangannya didepan dada. Renata mengernyitkan kening karena bingung melihat kelakuan sahabatnya yang lain ini. Hari ini Mitha—salah satu sahabat baiknya dari SMP—datang ke kontrakannya. Padahal Mitha hanya sedang mendapat libur satu hari saja.
"Minta tolong apa?" tanya Renata tanpa basa-basi sambil melirik Mitha sekilas.
"Tolong pinjemin akun Facebook kamu dong, soalnya Facebook aku lagi eror, please Ren ... bentar kok gak lama," ucap Mitha dengan nada memelas.
"Emang buat apa sih Mi?" tanya Renata sambil memutar tubuhnya menghadap sahabatnya itu.
"Ada deh, please Ren ... aku janji enggak bakal aneh-aneh," rayu Mitha lagi sambil tersenyum manis kearah Renata. Renata menatap sahabatnya itu dengan mata menyipit curiga.
"Kamu enggak sedang niat selingkuh dari pacar kamu pakai medsos aku kan?” tanya Renata dengan nada tajam. Mendapat pertanyaan tak terduga dari sahabatnya membuat Mitha sedikit salah tingkah.
“Ya enggak lah Ren, emang aku gila apa? Kamu tahu sendiri kan gimana aku ngejar Calief dulu sampai dia mau jadi pacar aku? Ya walaupun sikapnya Calief agak nyebelin selama ini. Kadang aku itu suka sebel kalau cewek-cewek disekitar dia itu suka goda-goda dia. Walaupun dianya lempeng aja, enggak nerima tapi juga enggak nolak. Nyebelin kan Ren, aku sering makan hati sama dia," ucap Mitha yang bercerita dengan nada merajuk. Mendengar curhatan sang sahabat itu, Renata mengernyitkan dahinya.
“Ya kalau kayak gitu kenapa enggak kamu putusin aja? Setelah putus kamu enggak perlu makan hati lagi. Simple kan?” jawab Renata dengan enteng.
“Simple apanya Renata? Kamu tahukan butuh waktu 2 Tahun sampai akhirnya Calief mau menjadi pacar aku. Perjuangan aku itu panjang dan penuh air mata Rena. Masa sekarang setelah dapat mau aku lepas begitu saja?” jawab Mitha dengan cemberut.
Ckck ... miris sekali nasibmu Mi, punya pacar kok egois. La ... miris mana sama nasibmu Ren yang pacarnya selingkuh? Ucap Renata dalam hati.
“Oke. Tapi enggak pakai lama ya, dan cuma buat hari ini aja! Satu lagi punya aku, jangan berbuat aneh-aneh yang bisa bikin aku dalam masalah Mi! Apalagi kamu buat cari gebetan baru, soalnya aku nggak mau berurusan sama Mas Calief," ucap Renata sambil menatap sang sahabat dengan serius. Kali ini Renata berusaha bersikap tegas kepada sahabat nya, karena dirinya benar-benar tidak mau berurusan dengan pacar Mitha yang menurutnya seperti manusia kutub itu.
"Oke Ren, thanks ya ...." Senyum Mitha terkembang begitu sempurna ketika keinginannya dikabulkan Renata.
Renata tidak tahu bahwa niat baiknya membantu sahabatnya akan berubah menjadi mala petaka suatu hari nanti.
TBC
Hari minggu atau hari libur merupakan surga dunia bagi para siswa maupun mahasiswa. Karena pada saat itulah mereka bisa bebas dari beban pelajaran dan tugas-tugas yang menumpuk. Tak terkecuali untuk Renata juga. Hari minggu adalah hari yang paling ditunggu olehnya. Karena pada saat hari minggu dia benar-benar bisa bersantai tanpa tekanan apapun.
Untuk minggu yang cerah ini, Renata sudah memiliki agendanya sendiri. Dia akan berkencan dengan oppa-oppa Korea lewat laptopnya. Sambil guling-guling manja di atas kasur empuknya sampai siang. Tidak lupa dia sudah menyiapkan beberapa camilan untuk menemaninya menonton drama Korea kesukaannya. Tapi agenda itu sedikit terganggu ketika tiba-tiba Rara masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan bilang ada yang ingin bertemu dengannya.
"Siapa Ra?" tanya Renata sambil mengerutkan kening bingung. Pasalnya Renata yakin kalau hari ini dia tidak memiliki janji temu dengan siapapun.
"Si Kak Heppy, mantan nya Mitha," jawab Rara cuek.
"Mantan? Memang sejak kapan mereka putus? Perasaan Mitha enggak pernah cerita apa-apa sama aku?" tanya Renata bingung.
"Terus kenapa nyari aku, perasaan aku enggak ada urusan apa-apa sama kakak sepupu kamu itu. Dan yang jelas aku enggak pernah buat janji temu apapun sama dia," lanjut Renata lagi dengan kening yang berkerut semakin dalam. Gadis cantik berambut panjang itu benar-benar tidak bisa menebak, ada urusan apa sampai mantan kekasih sahabatnya itu jauh-jauh datang ke Kediri untuk mencarinya.
Dan jangan kaget kalau Rara memanggil Calief dengan Kak Heppy, karena mantan pacar Mitha itu adalah kakak sepupu Rara. Meskipun dari awal mereka menjalin hubungan, Rara sudah tidak menyetujui hubungan mereka berdua entah apa alasannya. Tapi untungnya Rara bukan cewek bar-bar yang menghalalkan segala cara untuk memisahkan kedua pasangan itu. Rara tetap membiarkan hubungan kakak sepupunya dan Mitha berjalan sebagaimana mestinya.
"Kamu tanya sama orang nya langsung aja Rena. Sekarang lebih baik kamu cepat keluar dan temuin dia. Tapi sebelum itu mending kamu ganti baju dulu deh, kalau nggak mau sedekah pagi buat Kak Heppy," jawab Rara sambil cekikikan dan meninggalkan kamar sang sahabat.
Renata langsung melihat pantulan dirinya di cermin. Saat ini dia hanya memakai tank top dan hot pant. Karena memang itu adalah baju wajib Renata ketika tidur. Dan karena pagi ini dia belum mandi, maka baju itu masih melekat pada tubuhnya.
Gila aja aku mau keluar pakai baju beginian. Ya jelas ogah banget aku sedekah pagi pakai body, dapat pahala enggak nambah dosa iya. Ucap Rena dalam hati.
Setelah berganti baju dengan yang lebih pantas, Renata memutuskan untuk langsung menemui Calief di ruang tamu. Renata kadang merasa geli ketika Rara memanggil kakak sepupunya itu dengan Kak Heppy.
Renata terkadang tersenyum sendiri ketika memikirkan nama kakak sepupu Rara itu. Entah alasan apa yang mendasari kedua orang tua laki-laki itu memberikan nama Heppy untuk nama depan anaknya. Mungkin kedua orang tuanya berharap anaknya selalu bahagia dalam situasi apapun. Bukannya kata orang dalam sebuah nama terdapat harapan dan doa yang terselip dari si pemberi nama itu sendiri.
"Sudah lama menunggu Mas?" tanya Renata untuk sekedar basa basi ketika dirinya bertatap muka langsung dengan tamunya.
"Lumayan," jawab Calief dengan tenang tanpa senyum sedikitpun. Calief ini tipikal cowok dingin dan irit bicara kalau memang tidak penting. Tapi yang membuat Renata heran adalah banyak wanita yang berusaha mendekatinya walaupun tahu kalau dia sudah punya kekasih. Wanita jaman sekarang mungkin merasa laki-laki yang sudah mempunyai pacar jauh lebih gurih dari pada laki-laki yang masih single.
Hal itulah yang sering membuat Mitha menjadi uring-uringan. Calief memang tidak menanggapi para wanita itu akan tetapi dia juga tidak menarik batas yang tegas supaya para wanita itu sadar diri dan menjauhinya. Dia lebih memilih membiarkan semuanya mengalir seperti air tanpa sadar bahwa pasangannya sering kebakaran jenggot karena memikirkannya.
Jangan heran kalau seorang Renata tahu akan watak dan sifat dari mantan kekasih Mitha ini, karena Renata adalah teman curhat nomor satu dari Mitha. Kalau Mitha sedang ada masalah atau bertengkar dengan kekasihnya, Renata lah yang akan bertugas menjadi penasehat cinta dadakan. Padahal saat itu Renata sendiri berstatus jomblo akut.
"Ada kepentingan apa ya Mas, sampai Mas Calief mau ketemu aku langsung?" tanya Renata to the point. Renata tidak mau berbicara berdua dengan kakak sepupu Rara ini terlalu lama. Karena hal itu bisa membuat agenda hari libur seorang Renata menjadi berantakan. Oppa ganteng di laptopnya sudah melambaikan tangan dari tadi minta untuk dilihat.
"Mas putus sama Mitha kemarin." Renata mengernyitkan dahinya dan melemparkan tatapan bingung pada lawan bicaranya itu.
Ya terus kalau situ putus sama Mitha, hubungannya sama aku apa? Ucap Renata namun hanya di dalam hati.
"Dan Mas kesini mau minta pertanggung jawaban dari kamu Rena," ucap Calief dengan nada datar dan wajah yang terlihat sangat serius. Renata semakin bingung mendengar kata-kata yang diucapkan Calief.
"Ini maksudnya gimana Mas, aku beneran enggak ngerti. Pertanggung jawaban apa yang Mas Calief maksud?" tanya Rena setelah terdiam beberapa saat.
"Kamu tahu alasannya kenapa Mas putus sama Mitha?" tanyanya datar dengan wajah tanpa senyum. Renata hanya menggelengkan kepala pelan sebagai jawaban. Dia benar-benar belum bisa menebak kemana arah pembicara laki-laki di depannya ini.
"Mitha selingkuh dibelakang Mas, dan setelah ketahuan dia lebih memilih selingkuhannya itu." Renata langsung melotot karena merasa sangat kaget mendengar informasi baru dari Calief. Renata tidak habis pikir bagaimana Mitha sampai berani selingkuh dari kekasihnya, sedangkan 3 bulan lalu dia masih ngotot tidak akan melepaskan Calief apapun yang terjadi. Karena selama ini sedingin apapun Calief kepada nya, Mitha tetap bertahan menjadi kekasih seorang Heppy Calief Pratama.
Dan sekarang Renata menjadi sangat penasaran dengan sosok laki-laki yang menjadi selingkuhan Mitha. Entah apa yang dimiliki laki-laki itu, sehingga Mitha mau meninggalkan zona nyamannya selama ini dan berpaling dari sang kekasih.
"Dan kamu tahu siapa selingkuhan Mitha?" tanya Calief lagi ketika hanya melihat Renata terdiam di tempatnya karena terlalu syok. Renata kembali menggeleng guna merespon pertanyaan dari Calief.
"Dia adalah Dery." Mata Renata semakin melebar ketika mendengar salah satu nama orang yang sangat dia kenal itu disebut Calief.
"DERY? DERY PRASAGI?" tanya Renata dengan nada yang naik 1 oktaf.
"Iya, Dery Prasagi. Teman kamu waktu SMP dulu," jawab Calief dengan ketenangan yang tidak berubah sama sekali dari tadi.
"Tapi bagaimana bisa Mas? Mereka berdua itu nggak saling kenal secara personal. Setau aku mereka cuma sekedar kenal sepintas kilas karena Dery adalah temanku." Renata benar-benar merasa bingung.
"Justru karena itu Mas mau minta pertanggung jawaban kamu. Mitha sudah menceritakan semua nya. Ini semua berawal dari kamu yang meminjamkan dia akun Facebook pribadi kamu. Waktu itu Dery mengirim sebuah pesan kepada kamu, tapi kebetulan yang membalas Mitha. Dari situ mereka dekat sampai akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan, walaupun Dery tahu kalau Mitha waktu itu belum putus dari Mas. Dan kemarin adalah puncaknya, karena Mitha lebih memilih memutuskan hubungan kami dan menjalin hubungan dengan Dery," jelas Calief panjang lebar.
"Terus maksudnya Mas minta pertanggung jawaban ke aku apa? Aku beneran enggak tahu apa-apa soal masalah ini Mas. Mitha juga nggak pernah cerita apa-apa. Lagi pula dia meminjam akun Facebook aku itu sudah 3 bulan yang lalu Mas," jelas Renata dengan nada panik. Renata benar-benar tidak ingin dinilai sengaja membantu Mitha untuk selingkuh sehingga menjadi penyebab kandasnya hubungan Mitha dan sang pacar.
"Tapi secara tidak langsung kamu yang menjadi jalan sampai akhirnya Mitha selingkuh dan minta putus sama Mas Renata!" kata Chalief tenang dengan tatapan penuh arti kepada Renata. Renata tidak bisa mengartikan tatapan dari laki-laki yang berada didepannya ini.
"Oke, aku minta maaf kalau menurut Mas Calief aku salah. Tapi beneran aku enggak ada niat jelek atau sengaja membuat Mas putus sama Mitha."
"Permintaan maaf kamu saja tidak cukup Rena."
"Oke ... Mas Calief maunya apa sekarang? Mas mau minta bantuan aku buat membujuk Mitha agar balik lagi sama mas Calief?"
Calief memandang Renata lekat sambil menyeringai sebelum berkata "Mas mau kamu menjadi kekasih baru Mas, Rena."
JEEEEDEEEERRRRRR
Seperti ada petir yang menyambar disiang bolong. Mata Renata spontan melotot sempurna memandang Calief yang tengah menyeringai menatapnya juga.
Apa jangan-jangan gara-gara diputus Mitha otaknya jadi gesrek, atau selama tadi di perjalanan kepalanya terbentur sesuatu? batin Renata.
"M-mas Calief bilang apa tadi? to-long jangan bercanda Mas?" hanya kata itu yang keluar dari mulut Renata meskipun diucapkan sambil terbata.
"Apa Mas kelihatan bercanda? Mas serius Rena, Mas mau kamu menjadi kekasih Mas untuk menggantikan Mitha. Dan bila kamu tidak mau menerima Mas dengan alasan Mitha, tolong buang jauh-jauh pikiran kamu itu. Karena Mitha setuju apabila kamu yang menjadi kekasih Mas untuk menggantikannya," jawab Calief dengan santai. "Dan satu lagi Rena, kamu tidak akan bisa menolak. Karena jika kamu menolak, Mas akan melakukan segala cara agar kamu menerima Mas."
"Maaf Mas, tapi saya tidak bisa menerima permintaan Mas Calief yang sangat konyol ini. Pertama karena saya saat ini memang tidak berminat menjalin hubungan dengan siapapun. Kedua karena Mas Calief itu tidak masuk dalam salah satu kriteria calon imam yang saya inginkan. Ketiga saya rasa hubungan itu bisa terjadi kalau ada persetujuan dari kedua belah pihak yang saling cinta sedangkan kita, boro-boro ada cinta. Jadi tolong lah Mas jangan hanya karena ego, Mas menjadikan saya korban. Saya rasa pembicaraan kita selesai, saya permisi dulu! Dan tolong jangan menemui atau menghubungi saya kalau hanya untuk bicara hal yang tidak penting seperti ini. Permisi!" Renata berkata dengan tegas ketika kesadarannya sudah mulai kembali. Renata mencoba terlihat tenang, walaupun sebenarnya jantungnya sudah berdetak cepat dari tadi.
Setelah mengatakan kalimat penutup yang panjang itu, Renata langsung meninggalkan Calief sendirian di ruang tamu tanpa menunggu jawaban dari mulut Calief. Karena Renata yakin jawaban yang keluar dari mulut Calief akan membuatnya semakin emosi.
...* * *...
"Ren ... kamu kenapa jalan cepat banget? Kak Heppy sudah pulang?" tanya Rara dengan bingung ketika melihat sahabat nya itu berjalan cepat dengan muka yang ditekuk sempurna.
"Gak tau, lihat aja sendiri di ruang tamu. Tolong Ra kamu urusi kakak sepupu kamu yang gesrek itu. Aku rasa dia lagi depresi akut karena putus dari Mitha makanya suka berbicara hal yang tidak jelas."
"Emang dia ngomong apa Ren? " tanya Rara penasaran. Jiwa keponya sudah meronta-ronta ingin keluar.
"Tau ah, pusing aku," jawab Renata sambil menutup pintu kamarnya dengan setengah membanting.
Renata merasa ini benar-benar sebuah bencana untuk hidup tenangnya, karena dia tahu Heppy itu bukan orang yang gampang menyerah dengan keinginannya. Dia bisa menjadi orang nekat untuk bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Renata cuma bisa berdoa semoga Tuhan masih mau berbaik hati dengan melindunginya dari makhluk gesrek bernama Heppy Calief Pratama.
TBC
Hari ini benar-benar bencana bagi seorang Renata. Hari libur yang sudah dirancangnya hanyalah tinggal rencana karena kehadiran tamu tidak diundang di rumahnya. Belum lagi berita besar yang disampaikan oleh sang tamu berhasil mengusik ketenangan seorang Renata.
Renata mondar mandir di dalam kamarnya sambil memegang ponsel yang sejak tadi diletakkan di telinganya. Saat ini Renata sedang mencoba menghubungi Mitha. Namun sampai panggilan yang ke lima, teleponnya tidak ada yang diangkat sama sekali oleh sahabatnya itu. Hal itu membuat Renata semakin merasa gusar.
Segala pikiran negatif mulai bermunculan di otaknya. Bahwa berita yang dibawa Calief benar adanya sehingga sang sahabat berusaha menghindarinya. Pasalnya selama mereka menjalin hubungan persahabatan, Mitha tidak pernah seperti ini. Kalaupun Mitha sedang sibuk dan tidak bisa menjawab telepon darinya, dia pasti akan langsung mengirim pesan.
"Kamu telepon siapa Ren?" tanya Rara tiba-tiba setelah masuk ke kamar Renata tanpa permisi. Kebiasaan Rara yang sering diprotes oleh Renata selama ini, namun karena Rara orang yang keras kepala makanya dia tidak mengindahkan omongan Renata. Tapi untuk saat ini Renata tidak ada keinginan untuk mendebat sang sahabat yang selalu setia disampingnya itu, karena dia masih memiliki urusan yang jauh lebih penting dari pada adu mulut dengan Rara.
"Telepon Mitha. Aku perlu penjelasan dari dia Ra, tapi dari tadi telepon aku enggak diangkat sama Mitha. Jangan bilang ini anak sengaja menghindar dari aku!" Ucap Renata dengan emosi. Bagaimana tidak emosi kalau akhirnya dirinya menjadi korban kedzaliman dari mantan pacar Mitha karena kesalahan sang sahabat.
"Kak Heppy sudah cerita semua sama aku Ren," ucap Rara sambil menghela nafas panjang dan menatap sahabatnya itu lekat dengan pandangan penuh arti.
"Ck ... Kakak kamu mulai gesrek kan otaknya. Masak mereka yang putus aku yang dimintai pertanggung jawaban, kan enggak masuk akal. Kalau perkara Mitha dapat selingkuhan gara-gara medsos aku, itu kan aku enggak tahu Ra. Dan bukan aku juga yang nyuruh." Ucap Renata masih dengan emosi yang meledak-ledak.
"Ya Tuhan ... ini anak masih enggak diangkat juga." Teriak Renata karena gemas. "Satu kali lagi aku telepon masih enggak diangkat juga, beneran aku samperin kamu ke Malang Mitha," lanjutnya lagi.
"Beneran kamu mau nyamperin Mitha?" tanya Rara penasaran. Renata cuma melirik sang sahabat sekilas tanpa menjawabnya, karena dia masih berkonsentrasi menunggu Mitha mengangkat telponnya.
"Fix ... Ra kita ke Malang sekarang, cepat kamu siap-siap nanti—"
"Kita? Kamu ngajak aku Ren?" sela Rara karena kaget dan hal itu sukses menghentikan segala kata-kata Renata.
"Ya iyalah, kamu tega apa biarin aku berangkat sendiri? Anggap saja aku ngajakin kamu jalan-jalan akhir pekan. Tenang, nanti aku yang bawa motornya," ucap Renata sambil berjalan menuju lemarinya untuk mengambil baju ganti. Sementara itu kening Rara menjadi berkerut dalam.
"Kenapa mesti naik motor Ren, kita kan bisa—" kata-kata Rara tidak berlanjut karena disela oleh Renata langsung.
"Ya terus mau pakai apa Radeya? Disini adanya motor. Masak mesti pulang dulu ke Pacitan buat ambil mobil, baru berangkat ke Malang? Kejauhan Ra, jadinya kita muter-muter." Jawab Renata tanpa menatap sang sahabat, karena dia sibuk menyiapkan keperluannya.
"Tapi Ren maksud aku itu—"
"Udah Ra yang penting siap-siap dulu, perkara kendaraan nanti lah kita pikir sambil jalan. Kalau kamu memang enggak mau pakai motor, enggak apa-apa nanti kita pesan taksi online aja. Sekali-sekali mengeluarkan uang berlebih enggak apa-apa lah." Sela Renata cepat sambil masuk ke dalam kamar mandi, karena dia tidak ingin berdebat dengan Rara lagi. Hal itu benar-benar membuat Rara semakin kesal, karena sejak tadi dia tidak diberi kesempatan untuk bicara.
...* * *...
Ternyata benar apa yang orang bilang 'bila kamu sudah tertimpa kesialan di pagi hari, makan kamu bakalan sial terus sepanjang hari.' Dan itulah yang tengah dirasakan Renata saat ini, ketika melihat di halaman rumah ada seorang laki-laki yang tidak ingin dia temui lagi sedang bersandar dengan santai didepan mobilnya.
"Ck ... Ra itu kenapa heppy new year masih disitu?" tanya Renata sambil berbisik di samping telinga Rara. Rara mengerutkan keningnya sambil melihat sahabatnya itu dengan tatapan bingung.
"Kakak kamu maksud aku Ra." lanjut Renata dengan nada malas ketika menyadari bahwa Rara tidak paham dengan ucapannya.
"Oh ... Kamu itu kebiasaan Rena, kalau lagi kesal sama orang suka ganti nama orang itu sembarangan." Ucap Rara dengan sebal. "Kak Heppy masih disini karena dia memang sedang menunggu kita Rena," jawaban Rara santai dan berhasil membuat Renata menoleh kearahnya. Kali ini giliran Renata yang mengerutkan kening dan menatap Rara dengan tatapan bingung.
"Aku minta tolong Kak Heppy buat mengantar kita ke Malang Rena. Aku tadi mau bilang sama kamu pas di kamar tapi kamu menyela terus pas aku mau ngomong!" Ucap Rara sambil cemberut.
"WHAT?" Teriak Renata tanpa sadar. Gadis itu memandang Rara dengan tatapan horor. "Ra kamu kan tahu aku lagi males ketemu sama kakak kamu, terus sekarang kamu malah menyuruh dia mengantar kita? Aku beneran enggak ngerti sama jalan pikiran kamu. Mending aku enggak usah jadi pergi aja!" ucap Renata dengan ketus karena tersulut emosi. Setelah mengatakan itu Renata membalikkan badannya berniat untuk masuk rumah kembali, tapi Rara menahan pergelangan tangannya.
"Tunggu Ren ... kamu dengarkan dulu penjelasan ku, kenapa aku minta Kak Heppy buat mengantar kita!" Ucap Rara dengan serius sambil menatap lekat mata sang sahabat. Untuk beberapa saat mereka berdua hanya saling menatap dalam diam.
"Oke, apa alasan kamu?" tanya Renata sambil menghela nafas berat.
"Masalah yang kamu hadapi saat ini, bukan hanya menyangkut Mitha sama kamu saja, tapi Kak Heppy juga terlibat. Maksud aku akan lebih baik kalau kalian bertiga berbicara langsung, jadi nggak akan ada kebohongan lagi Rena. Masalah ini harus segera diselesaikan karena aku enggak mau persahabatan dan persaudaraan kita rusak Ren. Please," ucap Rara dengan nada memohon.
Renata diam di tempatnya masih memandang Rara lekat sambil berfikir, sepertinya apa yang diungkapkan Rara ada benarnya. Dalam masalah ini ada tiga orang yang terlibat, dan berbicara bertiga memang solusi terbaik bagi mereka. Renata juga tidak ingin persahabatannya hancur gara-gara masalah ini.
"Lagi pula lumayan Ren kamu enggak perlu keluar uang, jadi kita bisa hemat ongkos." Tambah Rara sambil berbisik di samping telinga sang sahabat.
"Oke, tapi aku duduk di belakang!" jawab Renata dengan pasrah. Renata langsung berjalan menuju mobil Calief tanpa mau repot menyapa atau melihat pada si pemilik mobil. Dia langsung membuka pintu mobil dan duduk di kursi belakang. Sebenarnya Renata tahu hal itu tidak sopan, tapi dia sudah tidak perduli lagi. Renata berpikir akan jauh lebih baik kalau Calief illfeel melihat sikapnya yang tidak sopan itu dan membatalkan niatnya untuk menjadikan dirinya pacar pengganti.
Sementara itu diluar dugaan melihat sikap Renata yang cenderung cuek dan tidak menganggapnya ada, kedua sudut bibir Calief terangkat sedikit. Kemudian Calief menatap sang adik sepupu dengan tatapan penuh arti. Karena memang ini semua merupakan rencana seorang Calief. Benar apa yang dipikirkan Renata, bahwa seorang Calief bisa melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang dia mau.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!