Pukul 5 pagi, Kayla bangun dari tidurnya dan mulai mengucek matanya yang masih mengantuk.
Ia mencuci wajahnya agar tidak mengantuk lagi, kemudian menuju ke dapur untuk memasak.
"Masak apa ya hari ini? ayo kita lihat ada apa saja di kulkas"
Kayla membuka pintu kulkas dan mulai memikirkan sarapan apa yang akan dibuatnya pagi ini.
"Oke, mari buat sandwich. Semangat Kayla"
Ia tampak menyemangati dirinya sendiri dan mulai memasak.
"Yes akhirnya selesai juga"
Diliriknya ke arah jam dinding, waktu telah menunjukan pukul 6 pagi.
"Udah waktunya bangunin mereka nih"
Tok tok tok
"Om, tante, waktunya bangun. Sarapannya udah siap"
Ceklek
Pintu kamar terbuka dan keluarlah pria tinggi dari balik pintu, dengan mata yang masih setengah mengantuk.
"Oh Kayla, makasih udah bangunin ya"
"Sama-sama om"
Pria itu ternyata adalah om nya Kayla yang bernama Aldo. Ya, semenjak ditinggal oleh orang tuanya akibat kecelakaan, Kayla terpaksa harus tinggal bersama adik dari papanya itu untuk melanjutkan perkuliahannya.
Jadi, untuk membalas kebaikan om nya yang telah menampungnya di rumah dan juga membiayai kuliahnya, Kayla dengan sukarela membantu memasak dan beres-beres.
Kayla membuka pintu kamar lainnya dengan berjalan mengendap-endap, agar tidak membangunkan pemilik kamar.
Ditatapnya wajah mungil yang tertidur sangat pulas, kemudian ia pun tersenyum.
"Revan sayang, bangun yuk" ucap Kayla dengan mengusap lembut wajah anak itu.
"Eungg.."
Revan hanya merespon dengan erangan kecil.
"Kakak udah buatin sandwich kesukaan Revan loh. Yakin nih nggak mau bangun?"
Setelah mendengar kata sandwich, dengan sekejap Revan langsung bangun dari tidurnya.
"Revan mau sandwich"
"Nah gitu dong anak pintar. Mandi ya, habis itu sarapan"
"Siap kak"
Revan adalah anak dari om nya yang baru berusia 7 tahun. Ia sangat dekat dengan Kayla sejak kecil, karena Kayla selalu mengurusnya dan mengajaknya bermain.
Setelah selesai membangunkan semuanya, Kayla masuk ke dalam kamarnya dan mulai bersiap untuk ke kampus.
Tidak lama kemudian Aldo, Revan, dan Tasya menuju ke meja makan untuk sarapan.
"Yeayy sandwich" teriak Revan kegirangan, melihat sandwich kesukaannya.
"Kayla mana ya? kenapa dia belum turun untuk sarapan?"
"Paling dia lagi siap-siap di kamarnya mau ke kampus, mas" ucap Tasya, istri Aldo.
Pagi-pagi dia udah bikin sarapan ternyata. Sedangkan Tasya, mana pernah dia mau bikin kayak gini. Batin Aldo, di dalam hati.
"Lain kali kamu yang masak dong sayang. Masa tiap hari harus selalu Kayla yang masak"
"Kamu kan tahu aku nggak bisa masak"
"Belajar aja dari Kayla. Masa dia terus sih yang masak, kamu kan istri aku"
"Iya nanti aja mas" kata Tasya dengan nada malas.
"Oh iya mas, hari ini aku ada arisan. Jadi, kamu yang jemput Revan di sekolah ya" lanjutnya.
"Loh bukannya kemarin kamu juga pergi ke arisan ya? kenapa sekarang arisan lagi?" tanya Aldo heran.
"Yang kemarin itu arisan 30 juta mas, yang sekarang arisan tas branded" jawab Tasya.
"Ya terserahlah, tapi aku nggak bisa jemput Revan karena mau rapat. Jadi kamu yang jemput"
"Nggak bisa gitu dong mas, aku kan mau arisan nanti siang. Kamu lah yang jemput dia"
"Kamu itu cuma arisan nggak jelas harusnya bisa dong jemput Revan. Sedangkan aku ini rapat penting, semua pemegang saham akan muncul besok" kata Aldo, mulai kesal.
Kayla yang baru saja keluar dari kamar, mendengar suara ribut dari arah dapur. Ia menuju ke dapur dan melihat om dan tantenya yang sedang berdebat.
"Pokoknya aku nggak mau tahu mas. Aku nggak bisa jemput Revan, jadi kamu harus jemput apapun yang terjadi"
"Kamu.." Aldo mulai berdiri ingin memarahi istrinya, namun dipotong oleh Kayla.
"Aku aja yang jemput Revan".
"Nah, untung aja ada kamu Kayla. Tolong ya jemput Revan" kata Tasya.
"Iya tante"
"Maaf ya Kayla, lagi-lagi om ngerepotin kamu" ucap Aldo, merasa bersalah.
"Hitung-hitung balas budi karena udah tinggal disini. Iya kan Kayla?" tanya Tasya dengan entengnya.
"Diam kamu!" bentak Revan.
"Nggak apa-apa kok om. Yang dibilang tante Tasya benar. Jadi om nggak usah merasa ngerepotin aku" bela Kayla.
"Itu kan, apa aku bilang mas"
"Ya sudah, makasih juga udah masakin ya. Sini duduk, kita sarapan sama-sama" panggil Aldo kepada Kayla.
"Iya om"
Kayla pun ikut sarapan bersama keluarga om nya itu.
Selesai sarapan, Aldo, Revan, dan Kayla bersiap untuk pergi.
Tasya mendekati suaminya dan mulai memperbaiki dasi yang dipakai suaminya itu.
"Hati-hati ya mas"
"Iya"
Ia mendekat, kemudian mengecup singkat bibir suaminya.
Kayla yang melihat hal itu, langsung membuang mukanya karena canggung.
"Anak mama juga hati-hati ya"
"Iya Ma"
"Kayla kamu ikut dengan om dan Revan aja ya? Kan sekalian jalan" tawar Aldo.
"Hmm..iya om"
Kayla duduk di kursi belakang, sedangkan Revan dan Aldo duduk di kursi depan.
Revan yang pertama kali diturunkan di sekolahnya karena jaraknya lebih dekat.
"Semangat belajarnya anak Papa"
"Siap, Pa"
Revan mencium kedua pipi Aldo sebelum turun dari mobil.
"Dadah papa, dadah kak Kayla" lambainya sebelum masuk ke dalam.
"Dadah" ucap Aldo dan Kayla kompak.
"Kayla kamu pindah ke depan ya"
"Oh iya om"
Kayla segera mengganti tempat duduknya menjadi di depan.
"Gimana kuliah kamu Kay? lancar?"
"Lancar kok om"
"Kalau ada yang perlu dibayar bilang aja ke om, jangan sungkan. Oh iya tentang omongan tante Tasya tadi, kamu jangan ambil hati ya"
"Nggak kok om, apa yang dibilang tante Tasya memang benar dan aku juga nggak merasa tersinggung sedikit pun"
"Syukurlah kalau begitu"
Beberapa menit kemudian, sampailah mereka di kampus Kayla.
"Udah sampai nih"
"Makasih ya om udah anterin. Aku pamit dulu"
"Iya sama-sama. Semangat kuliahnya"
"Iya, om juga semangat kerjanya" ucap Kayla sambil tersenyum.
Aldo membalas senyuman Kayla, lalu mengangguk.
Kayla pun keluar dari mobil dan mendapati sahabatnya Laura, sudah berdiri menatapnya tidak jauh dari tempatnya saat ini.
"Eh Ra, tumben banget nggak masuk duluan"
"Sengaja aja pengen nungguin kamu"
"Ohh gitu"
"Ngomong-ngomong om kamu tambah ganteng deh Kay. Kamu pernah sempat tertarik nggak?"
"Gila apa. Dia tuh udah berkeluarga, udah punya anak sama istri nggak mungkin lah aku suka"
"Ya siapa tau aja. Soalnya makin tua makin ganteng gitu aku liatnya"
"Dasar mata genit, sukanya sama-sama om lagi".
"Kalau om-om seganteng om kamu mah aku mau kali Kay" kata Laura, tertawa.
"Udah masuk aja yuk, jadi makin halu kamu kalau dibiarin sendiri" ucap Kayla, ikut tertawa.
Selesai perkuliahan, Kayla hendak menuju ke sekolahan Revan untuk menjemputnya. Namun, baru saja sampai di pintu gerbang kampus, ia dicegat oleh Faris, laki-laki yang selalu mendekatinya sejak duduk di bangku SMA.
"Kayla"
"Eh Faris, ngapain kamu ada disini? nggak kerja?"
Faris memang memutuskan bekerja setelah lulus SMA dan tidak melanjutkan untuk kuliah.
"Ada kok, tapi aku mampir sebentar kesini mau ketemu kamu"
"Oh iya. Ada apa ya?"
"Kamu mau nggak makan siang bareng aku sekarang?"
"Maaf aku nggak bisa Faris. Aku harus jemput sepupu aku di sekolahnya. Lain kali aja ya" tolak Kayla.
"Oh iya nggak masalah kok. Nanti kalau kamu ada waktu, aku ajak lagi ya"
"Iya siap. Aku permisi dulu ya"
"Iya hati-hati Kay" kata Faris, tersenyum.
Tidak salah aku menyukainya sejak dulu. Gumam Faris.
Kayla menjemput Revan di sekolahannya. Ia mengedarkan pandangannya mencari-cari keberadaan Revan dan akhirnya menemukannya.
"Revan, sini sayang" panggil Kayla.
"Kak Kayla" teriak Revan, berlari kepelukan Kayla.
"Gimana sekolahnya? lancar?"
"Iya kak"
"Ya sudah, kita pulang yuk"
"Ayo, lets go" ucap Revan bersemangat.
Jadwal perkuliahan Kayla hanya satu yaitu saat pagi tadi, sehingga sepulangnya dari menjemput Revan, ia bisa menemani Revan di rumah.
Revan memang lebih banyak menghabiskan waktu bersama Kayla, karena orang tuanya selalu sibuk dengan urusan masing-masing.
"Revan, waktunya tidur siang"
"Yaah padahal Revan masih mau main, Kak"
"Nanti dilanjut lagi mainnya, sekarang tidur dulu ya"
"Baik kak"
Revan segera menuruti perkataan Kayla untuk tidur siang. Sedangkan Kayla, menghabiskan waktunya di kamar untuk membaca novel hingga tertidur.
Sore harinya, ia terbangun dari tidurnya karena mendengar keributan dari lantai bawah dan mendengar suara barang pecah.
Suara apa itu? apa om dan tante bertengkar lagi?
Ia memutuskan untuk keluar dan melihatnya sendiri. Benar saja, ia melihat Tasya dan Aldo sedang beradu mulut dan melihat Aldo menghancurkan segala macam barang di rumah itu.
"Kamu itu istri tidak tahu diri. Kenapa kamu selalu menghabiskan uang sebanyak itu untuk berfoya-foya?" teriak Aldo.
"Apa maksud kamu berfoya-foya mas? aku cuma beli barang sedikit doang. Kamu juga kan punya banyak uang, kenapa harus pelit sih sama istri sendiri" balas Tasya.
"Tapi uang aku bisa habis kalau tiap hari kamu pakai belanja ratusan juta. Kamu itu harusnya di rumah urus anak, bukan jalan-jalan nggak jelas sama teman-teman kamu"
"Berhenti menyuruh aku diam di rumah mas. Kamu sendiri yang bilang, kalau aku bisa berbuat sesuka aku, jadi jangan salahin aku dong"
"Arrgghhh kamu memang menyebalkan, tidak becus!" teriak Aldo lagi, kemudian pergi dari rumah.
"Cih, kamu yang nggak becus jadi suami!"
Kayla melihat pertengkaran keduanya, kemudian teringat akan Revan di kamarnya.
Ia perlahan membuka pintu kamar, dan dilihatnya pria kecil itu tengah meringkuk di sudut kasur, sambil menutupi badannya dengan selimut.
"Revan, ini kak Kayla"
Mendengar kalau yang masuk itu Kayla, Revan langsung membuka selimutnya.
"Kak Kayla, Revan takut dengerin Mama dan Papa bertengkar"
"Sini sayang. Kamu jangan takut lagi ya, kan ada Kakak".
Kayla segera memeluk Revan untuk menenangkannya.
Tiba-tiba masuklah Tasya ke dalam kamar Revan, membuat Kayla dan Revan terkejut kemudian melepas pelukannya.
"Kay, tolong jagain Revan ya. Tante pergi dulu, mungkin pulangnya besok atau lusa"
"Baik Tante"
"Mama pergi dulu ya Revan, nanti ada Kak Kayla yang jagain".
"Iya Mama"
Tasya berlalu pergi setelah mengatakan hal itu.
Tersisalah Kayla dan Revan di rumah itu. Para asisten rumah tangga hanya bertugas dari jam 8 pagi, hingga sore hari.
Malam hari, Kayla membuat makan malam untuknya dan Revan, lalu mengajarkan Revan tugas sekolahnya. Setelah itu, ia menyuruh Revan untuk tidur.
Ia melirik ke arah jam dinding, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Om Aldo pulang nggak ya, apa aku tungguin aja dulu?.
Kayla memutuskan untuk menunggu om nya pulang, dengan asyik menonton TV. Hingga ia pun tertidur di ruang TV karena tidak kuat menahan kantuknya.
Pukul 2 malam, terdengar suara bel pintu berbunyi. Kayla sontak terbangun dan membuka pintu rumah.
"Om udah pulang?"
"Tasya" racau Aldo.
"Om mabuk ya? sini saya antar ke kamar"
Kayla memapah tubuh Aldo sampai ke kamar dan membaringkan tubuh om nya ke atas kasur. Dilepasnya sepatu, serta jas om nya secara telaten.
Saat akan keluar dari kamar, tangannya ditahan oleh Aldo.
"Om, tolong lepasin tangan saya"
"Tasya"
"Om, ini Kayla om. Bukan tante Tasya"
Aldo tetap menahan tangan Kayla, hingga Kayla memekik kesakitan.
"Om lepasin tangan saya om, sakit"
Aldo tidak menggubris perkataan Kayla, dan malah menarik tangan ponakannya itu hingga jatuh ke atas tubuhnya.
Dibalikannya tubuh Kayla menjadi di bawah, sehingga posisi saat ini, Aldo berada di atas tubuh Kayla.
Aldo melihat sosok wanita di depannya saat ini adalah istrinya Tasya, sehingga ia mulai mencium bibirnya dengan kasar.
"Om tolong om, ini Kayla bukan tante Tasya. Tolong jangan seperti ini om" kata Kayla, terus menangis.
Ia mencoba memberontak namun tenaganya tidak cukup kuat untuk melawan, saat Aldo mulai menciumnya dan melepaskan bajunya.
Malam itu, terjadilah hal yang tidak diinginkan Kayla. Keperawanannya diambil oleh Aldo, om nya sendiri, yang menyetubuhi dirinya dengan sangat brutal dan kasar, bahkan dia menumpahkan cairannya ke dalam tubuh Kayla.
Setelah menyetubuhi Kayla, Aldo pun tertidur. Dengan terus terisak, Kayla perlahan turun dari kasur dengan rasa perih di area kewanitaannya. Ia memakai bajunya kembali dan berjalan ke luar, kembali ke dalam kamarnya.
Di dalam kamarnya, ia segera menuju ke dalam kamar mandi dan mulai membasahi tubuhnya di bawah shower.
Kayla meringkuk dan terus menangis di bawah guyuran shower yang membasahi tubuhnya. Ia merasa dirinya sangat kotor karena kejadian itu, ia juga merasa bersalah karena telah berbuat hal yang tidak senonoh dengan om nya sendiri yang bahkan sudah berkeluarga.
"Ya Tuhan, kenapa aku harus melalui hal seperti ini? kenapa keperawananku harus diambil om ku sendri? mama, papa, tolong bawa aku bersama kalian saat ini. Aku tidak sanggup harus tinggal sendiri disini. Aku takut aku hamil dan merusak rumah tangga mereka" lirihnya.
Air matanya tidak mau berhenti. Hatinya telah hancur saat ini. Keperawanan yang dijaganya baik-baik untuk suaminya kelak, diambil dalam satu malam oleh om nya sendiri.
...****************...
Hai guys
Author kembali dengan cerita baru nih 😊
Semoga kalian suka ya.
Jangan lupa like, vote dan rate agar author semakin semangat 🙏
Terima kasih ❤
Aldo terbangun dari tidurnya, akibat sinar matahari yang menembus jendela kamarnya. Ia mengerjapkan matanya mencoba bangun dari tempat tidur dengan kepala yang masih pusing, sehabis minum semalam.
Ia melihat ke samping tempat tidur, sudah kosong. Hanya ada bercak darah di kasurnya saat itu.
"Tasya dimana? apa dia sudah pergi lagi pagi ini? lalu darah apa ini? perasaan tadi malam Tasya nggak datang bulan".
Aldo mencoba mengingat-ingat kejadian semalam, namun ia tidak bisa mengingatnya dengan jelas karena sangat mabuk.
Ia belum menyadari, bahwa yang tadi malam ditidurinya adalah ponakannya sendiri, bukanlah istrinya.
Dengan langkah gontai ia menuju ke kamar mandi untuk bersiap ke kantor. Setelah itu, ia menuju ke ruang makan untuk sarapan.
Saat menuruni tangga, ia bisa melihat punggung Kayla yang sedang memasak dan juga Revan yang sudah duduk di meja makan, lengkap dengan baju sekolahnya.
"Wah masak apa nih kak Kaylanya?" tanya Aldo, bergabung di meja makan.
Kayla tidak menjawab pertanyaan Aldo, sehingga Revan lah yang menjawabnya.
"Masak nasi goreng Pa"
"Ohh gitu"
Kenapa sikap Kayla aneh ya hari ini. Dia jadi banyak diam.
Kayla menyajikan nasi goreng buatannya di meja makan, serta menyajikan sup penghilang mabuk untuk Aldo.
"Wah ada sup. Makasih ya Kayla" ucap Aldo sambil tersenyum.
Kayla hanya mengangguk, kemudian lanjut membersihkan dapur.
"Nggak usah dibersihin Kay, nanti biar Mbak aja yang bersihin kalau udah datang nanti" ujar Aldo, namun lagi-lagi Kayla hanya mengagguk tanpa menjawab.
Semenjak kejadian semalam Kayla memang mencoba menjaga jarak kepada Aldo. Ia juga hanya menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan Aldo dengan sebuah anggukan. Tentu saja melihat hal itu, Aldo merasa ada yang aneh terjadi kepada ponakannya.
"Dimana tante Tasya, Kay?" tanya Aldo lagi.
Mendengar nama itu, seketika tubuh Kayla menegang. Lidahnya keluh, tidak bisa menjawab. Ia terbayang-bayang dengan kejadian semalam, karena saat menyetubuhinya Aldo meracau menyebut nama Tasya, istrinya.
"Mama nggak di rumah dari kemarin, Pa. Mama bilang mau pulang 2 atau 3 hari lagi" ucap Revan tiba-tiba.
"Apa? Terus yang tadi malam tidur..."
Aldo tidak meneruskan perkataannya. Ia melihat ke arah Kayla yang sudah tertunduk, dengan badan bergetar seperti sedang menahan tangis.
Kini ia paham apa yang sebenarnya terjadi. Orang yang ditidurinya semalam bukanlah istrinya melainkan ponakannya sendiri.
Alkohol bodoh. Apa yang sebenarnya telah aku perbuat semalam, kenapa aku tidak bisa membedakan istri dan ponakanku sendiri.
"Revan, sekarang kamu berangkat ke sekolah ya, nanti kamu terlambat. Kamu juga diantar sama supir dulu ya hari ini" ucap Aldo.
"Yahh, kenapa nggak Papa aja sih yang anterin?"
"Papa lagi mau ngurus sesuatu. Papa janji, nanti pulang sekolah papa yang akan jemput Revan"
"Janji ya?"
"Iya. Sekarang berangkat ya"
"Oke. Dadah Papa, Kak Kayla"
Kayla hanya tersenyum singkat kemudian kembali menundukkan kepalanya.
Kini hanya tinggal mereka berdua di ruangan makan itu. Aldo perlahan mencoba membuka suara.
"Maaf Kayla. Tapi om mau tanya, apa tadi malam om berbuat sesuatu sama kamu?"
Kayla tidak menjawab dan terus menundukkan kepalanya.
"Om mohon kamu bilang Kayla. Om akan tanggung jawab kalau benar Om berbuat sesuatu sama kamu"
"Tanggung jawab seperti apa?" kini Kayla mulai buka suara.
"Om sudah merusak harta yang sangat berharga dan yang selalu aku jaga selama ini. Jadi tanggung jawab apa yang ingin Om lakukan?" teriak Kayla.
"Jadi benar kalau Om yang sudah meniduri kamu?"
"Iya"
Air mata mulai mengalir membasahi pipinya. Kayla tidak dapat menahannya lagi. Perasaan marah, kesal, hancur, semuanya telah menjadi satu.
"Om minta maaf Kay. Sumpah, om benar-benar tidak tahu kalau itu kamu. Om memang salah Kay, Om minta maaf" ucap Aldo, mulai bersujud di kaki Kayla.
"Bangun Om. Jangan bersujud seperti itu"
"Om janji akan tanggung jawab Kay, kalau kamu sampai hamil. Tapi untuk masalah keperawanan kamu, jujur Om sangat menyesal. Om tidak bisa berbuat apa-apa untuk hal itu"
"Om sudah menikah. Apa yang akan dikatakan tante Tasya kalau tahu suaminya meniduri ponakannya sendiri? Jadi berhenti membahas soal tanggung jawab. Doakan saja semoga aku tidak sampai hamil. Lalu masalah perawan aku, jujur aku kecewa Om, tapi semua sudah terjadi. Percuma menyesalinya sekarang" ujar Kayla.
"Terima kasih Kayla. Om benar-benar menyesalinya"
"Sudahlah Om. Sebaiknya om pergi ke kantor. Tidak baik, kalau hanya kita berdua disini"
"Baiklah kalau begitu. Om pamit ya, sekali lagi Om minta maaf"
"Iya"
Setelah dirasanya Aldo sudah pergi, Kayla kembali menangis. Ia sangat takut kalau memang ia hamil nantinya.
Kayla memutuskan untuk tidak masuk kuliah hari ini, karena ingin menenangkan dirinya.
Di Kantor
Aldo terlihat gusar di ruang kerjanya. Ia masih memikirkan kebodohannya semalam, yang membuat kejadian yang tidak diinginkannya terjadi.
Raffa asisten Aldo yang melihat bosnya terlihat stres, mulai bertanya.
"Maaf Tuan. Apa mau saya bawakan kopi?"
"Boleh. Bawakan kopi hitam tanpa gula"
"Tuan yakin? Biasanyakan Tuan minumnya kopi latte" ucap Raffa.
"Tapi sekarang saya maunya kopi hitam tanpa gula. Bawakan sekarang dan berhenti bertanya" kata Aldo, mulai emosi.
"Baik Tuan"
Asistennya pun keluar dari ruangan, untuk membawakan kopi pesanannya.
Disaat Aldo masih stres dengan kejadian tadi malam, hp nya berbunyi.
Ia mengambil hp nya dan melihat nama istrinya dilayar hp.
Gara-gara dia yang nggak pulang ke rumah, semuanya jadi berantakan seperti ini.
Aldo mengangkat panggilan itu dan terdengar suara dari seberang telepon.
"Halo sayang. Kamu di kantor ya?"
"Memangnya kenapa? Kamu kenapa nggak pulang kemarin? Aku dengar dari Revan, kalau kamu akan pulang dua atau tiga hari lagi. Itu benar?" tanya Aldo.
"Nggak kok mas. Aku bakal pulang nanti malam. Maaf soal yang kemarin ya, tapi aku boleh minta uang sekali ini aja? Mau bayar uang arisan"
"Arisan apalagi? Kamu itu terlalu banyak arisan. Aku tidak akan mengirim uang lagi. Aku sudah mengeluarkan sangat banyak uang untuk kamu"
"Kamu jahat banget, pelit lagi. Aku nggak jadi pulang kalau kamu nggak kirim uangnya mas" ancam Tasya.
"Terserah kalau kamu nggak mau pulang lagi. Aku nggak peduli".
Aldo mematikan sambungan teleponnya dan melemparkan hp nya ke arah pintu hingga pecah.
Raffa yang baru saja masuk ke dalam ruangan untuk membawa kopi pesanan bosnya, menjadi terkejut melihat hp yang dilemparkan hampir mengenai wajahnya. Untung saja dengan cepat ia segera menghindar.
"Maaf Tuan, ini kopinya. Hp nya ingin diganti yang baru lagi?"
"Iya. Ganti sekarang juga"
"Siap Tuan"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!