NovelToon NovelToon

BUKAN IBLIS

BI BAB 1 - Teman ganjen.

Aku berjalan riang sembari menenteng plastik hitam berisikan aneka jajanan yang tadi aku beli. Hari ini hari kamis, kemarin aku dan temanku janjian untuk pergi ke pasar bersama, dan yap! tadi kami sudah puas bersenang-senang dan sekarang kami berdua sedang dalam perjalanan pulang.

"Kamu liat kakak yang jualan pentol tadi gak?"

Netraku bergulir malas pada gadis yang berjalan di sampingku. Ia teman janjianku.

"Enggak, kenapa?" Aku menyahut datar sembari terus merajut langkah. Wajahku lempeng, nadaku datar, sudah jelas sekali bahwa aku sama sekali tidak tertarik dengan topik si kampret ganjen yang berjalan tepat di sampingku ini.

Sebenarnya sih aku agak malas meladeni si temanku ini karena aku hafal betul dengan kepribadiannya yang pede mampus itu, namun yeah.. karena aku sedang dalam suasana hati baik, maka aku akan meladeninya kali ini.

...(( Missthor : suasana hati Kaunnie bisa baik karena jajanan ditangan. ))...

"Gak ada, aku cuma ngerasa dia kayak ngeliatin aku banget gitu."

'kan!'

batinku kesal dengan raut nge-judge abis. Namun tentu raut menyebalkan pada wajah imutku ini tidak bisa di lihat temanku karena posisi kami yang tepat bersebelahan, dan sepertinya kedua netra temanku pun mungkin sedang tidak berfungsi karena ia yang pasti sedang asyik berkhayal.

Mengkhayalkan abang-abang penjual pentol yang baru saja jadi topik pembahasannya itu tentu. Dasar.

...(( komentator L : ini yang dari tadi ngebatin busyuk serius tokoh utamanya? ))...

...(( komentator W : mau dibilang bukan tapi ceritanya dari POV dia, heum.. ))...

"Dia punya mata. Hadehh!" sahutku sembari mendengus. Aku mengangkat plastik hitam ---- mengarahkannya pada kedua lubang hidung, heummmm~ mood ku kembali baik ketika aroma sedap itu menyapa.

"Tau, tapi dia kayak ngeliatin aku banget gitu loh, temen-temennya yang dibelakang gerobak juga, huh! Bingung aku tuh, padahal kan cewe yang beli pentol sama dia bukan cuma aku ajaaa!!"

Hadeh.

Respon yang bisa kutunjukan pada ocehan pede mampus bin najis teman di sebelahku ini hanya anggukan saja. Memangnya aku bisa bereaksi apalagi coba?

'iyain aja deh, biar gak ribet..'

Aku dan temanku terus berjalan beriringan sambil sesekali temanku tersenyum pada orang-orang yang berjalan berpapasan dengan kami. Jangan tanya kenapa aku tidak memberi senyum atau apalah itu, karena memang begitulah aku.

"Oh iya! Kamu juga sadar gak sih? Pas dari awal kita masuk area pasar, kita emang udah jadi sorotan, atau cuma aku aja ya yang jadi sorotan? Eh, sorry.. maksud aku tuh kayak se- ######"

Masih diiringi dengan celotehan temanku yang unfaedah, netraku berlayar ke sekeliling untuk mengamati jalan setapak didepan lalu pindah pada teras rumah warga yang disana terdapat kucing putih abu sedang berjemur.

Aku terkekeh, kendati merasa geli ketika kucing itu mengamati kami yang lewat dengan lidah menjulur keluar.

'Kayak anjing, ihihii~'

"By the way, kamu tadi beli Bakaran apa aja?" Temanku akhirnya berbicara sesuatu yang bukan tentang cowo, sontak saja aku sedikit bersemangat.

Tidak langsung menyahut, dengan wajah cengengesan aku mulai memarkirkan tangan ke dagu. "Eumm... Kalau enggak salah lima tusuk deh," ujarku sembari mengangkat kelima jari.

"Oowh," mulut temanku membentuk huruf 'O' lalu setelahnya ia mengantup mulut begitu saja. Mungkin sudah terlalu lelah berceloteh.

Kami terus berjalan sampai kami berdua berada didekat area masjid.

Aku memperlambat tempo langkah ketika menangkap siluet diriku yang masyaallah tabarakalah dari kaca masjid.

Aku berpose, mulutku monyong dengan mata sebelah ditutup.

Huwek.

...(( komentator gang : huwek ))...

Woy! Semenjijikan itukah wajahku sampai-sampai ketujuh pembawa juga ikut memberi 'huwek' ? T-T

BI BAB 2 - Adik merajuk.

Singkat waktu, akhirnya aku tiba di rumah. Ngomong-ngomong aku dan temanku telah berpisah di persimpangan jalan tadi.

Berbicara tentang teman, sebenarnya aku dan temanku itu tidak terlalu dekat. Pertemanan kami bukannya yang sedekat itu namun karena kebetulan ia dan aku sama-sama tidak mempunyai banyak kenalan di kampung, jadi kami berdua seperti saling memanfaatkan.

Yahh.. semacam itulah.

Aku melempar sepasang sendal jepit sepuluh ribuanku asal. "Yuhuu sister! Aku pulaangg~" teriakku begitu heboh ketika memasuki rumah.

Tap..

Tap..

Tap..

Langkah ku bawa untuk menyusuri rumah yang hanya ditempati olehku beserta kedua kingkong-kingkong galak itu, berjalan menuju kamar yang tentu saja PASTI ada adik perempuan siluman kingkong galak yang baru saja ku maksud di dalamnya. Entahlah, dia suka sekali nangkring di kamarku pada siang hari, tapi kalau malam hari, huh! Jangankan masuk kedalam kamarku, lewat didepan pintu kamarku pun dia tidak sudi entah karena apa.

Ceklek~

Pintu kamar ku buka dan wajah datar adik yang sedang duduk santai diatas tempat tidurlah yang menyambutku.

'Alamak!' batinku ketika mulai merasakan sinyal-sinyal bahaya.

Kulirik takut-takut dia yang menghunuskan tatapan tajam, adikku bangkit dari kasur lalu berujar dengan nada sarkas yang aduhai itu. "Uh, asiknya yang punya duit jadi bisa kepasaarr!"

Aku meringis lalu mengukir senyum terong. Kedua tanganku terangkat disamping telinga dan aku merubah senyum terong itu menjadi senyum bisnis.

"Kita damai yuk boss!!" Ujarku dengan nada yang luar biasa ramah sekali.

Aku tahu betul bahwa adikku itu sangat ingin ikut ke pasar namun aku begitu sadar diri bahwa aku ini tidak memiliki cukup uang sehingga bisa mentraktirnya, kalau jajan dia sedikit sih masih bisa dipertimbangkan, namun adikku itu terbiasa jajan seabrek, makanya duitnya cepet abis. Huh! Padahal bukan cuma aku yang bakal punya duit tapi dia juga kalau semisalnya dia bisa menghemat sedikit.

'Eh, malah curhat..'

Aku berdehem ketika ujaran ramahku sama sekali tak digubris, baik, si kingkong kampret yang asyunya satu golongan darah yang sama denganku itu sepertinya benar-benar marah.

"Aku bawa jajanan banyak nih! Siapa maoooo!!" Girangku sembari berjongkok kelantai. Kutaruh plastik hitam yang berisi hartaku yang berharga itu lalu aku mulai duduk bersila, aku sudah siap untuk mukbang.

Aku menyingkap lengan baju sampai keatas siku, sweater dan celana jeans yang tadi kupakai sudah terlempar entah kemana, sekarang yang ku pakai hanyalah kaus putih rombeng dan celana hijau kebesaran bergambarkan kodok.

Btw gambar kodok pada bagian wajahnya itu agak luntur sehingga wajah kodok tersebut SEDIKIT terlihat mirip dengan Popo Barbie.

...(( komentator L : Popo Barbie 😭 ))...

Aku merobek tidak sabar plastik hitam tersebut. Bukannya kelaparan, aku hanya mendramatisir gerakanku agar si dia yang sedang ngambek dipojok kamar itu mau berbaikan denganku.

Adikku merajuk.

'Maafkan kakakmu yang cantik ini dik..'

Dia pasti marah karena kutinggal ke pasar, tadi pagi aku memang sengaja pergi diam-diam untuk menemui temanku yang menunggu di persimpangan jalan tanpa mengajak adikku yang masih pulas terlelap.

Aku tau adikku lagi kere, makanya aku tidak nekat mengajaknya karena pasti bila aku mengajaknya, dia akan berhutang uang lagi kepadaku.

Adikku suka ngutang, parahnya gak pernah mau bayar.

Kampret.

'Aihh~ gimana cara ngerayunya, ya..'

Aku membatin. Aku belum berniat menyantap jajananku yang masih anget ini. Entahlah, rasanya hampa saja kalau aku makan tapi adikku masih dalam kondisi panas dada dipojokan sana.

Aku terus bergeming sembari mengaduk-aduk es cendol yang telah mencair, heumm.. tanpa sadar tanganku parkir kedagu. Rautku tampak berpikir keras dengan dahi mengkerut, bahkan bibirku maju beberapa senti saking seriusnya aku berpikir saat ini.

'ahaa!'

Jari ku jentikan ketika ide brilian kw dari otak kosong ini muncul, aku berdiri dengan tangan mengangkat tinggi-tinggi kue molen ukuran jumbo yang kubeli setelah tiga puluh menit pertimbangan.

Aku meraup nafas dalam lalu berujar nyaring. "Aduhh Kue molennya bakal dingin nih kalau enggak dimakan!!" Fyi kue molen adalah jajanan favorit adikku, kalau dia kepasar, kue molen tidak pernah absen dari list yang akan ia beli.

Aku mengintip adikku dari ekor mata. 'Nah kan!' Aku bersorak ketika adikku dengan malu-malu kambing mulai mengesot menghampiri.

Ia merampas kue molen ditanganku lalu berbalik dan langsung melahapnya. Aku terkekeh, tidak mengapalah yang penting adikku senang.

"Sisain aku dikit, yaa!" ujarku sembari membuka bungkus saus kacang untuk cocolan bakaran.

...(( komentator L : kalau diliat-liat dia jadi lebih friendly gitu, yaaa? Apa karena dia udah sampe rumah? Atau mungkin ramahnya dia cuma buat adeknya? ))...

...(( komentator Z : Who knows? Masih awalan, ))...

Bakaran sendiri adalah jajanan berupa ayam, kulit, tahu, pentol, usus dan lain sebagainya. Setelah dipanggang, bakaran akan disajikan dengan saus kacang yang sedikit mirip dengan saus kacang pada sate.

Btw! Jajanan yang digandrungi sejuta umat itu adalah jajanan yang tidak akan kuhapus dalam daftar jajanan yang akan ku beli ketika aku pergi ke pasar.

Karena apa? Karena menurutku jajanan itu murah dan enak, variasinya juga banyak.

Pokoknya kalau kata bang Mursid, makanannya lezaaattt dan bergizii buangett welll~!!

Aku mengunyah ribut sembari nge-scroll di-aplikasi populer sejagat raya yang bernama Tikotok kotok kotok.

Setengah wajahku dihiasi saus. Aku sadar, namun aku gamau ngelap, yakali! Si kentangku belepotan nanti.

...(( komentator W : 'si kentang' kalau ga salah handphone, kan? Kan kakfi? ))...

...(( MissThor : iya. ))...

Situasi di kamarku terpantau terus begitu sampai beberapa puluh menit berlalu hingga tanpa terasa semua jajananku telah habis. Adik kampretku telah hilang entah kemana, mungkin males beberes, huh! Padahal yang paling banyak makan kan dia! Tapi gapapa deng. Saya ikhlas dan ridho kokss.

Aku menaruh si kentang lalu aku mulai membereskan bungkus-bungkus jajanan yang berserakan. Tak lupa pula aku membersihkan saus-saus yang belepotan sampai ke dahi.

Entahlah.

Aku pun tak mengerti.

Setelah semua beres, aku melesat kearah kasur lalu melemparkan tubuhku begitu saja kesana.

Pikiranku secara random tiba-tiba menerawang pada vidio hantu yang kutonton beberapa saat lalu, Vidio singkat yang tidak sengaja muncul di berandaku.

Sebenarnya aku tidak terlalu takut dengan hal-hal berbau mistis seperti itu, bagiku hal 'begituan' tidak perlu terlalu ditakuti karena mereka tidak akan mengusik kalau tidak diusik. Jadi sepintar-pintarnya manusia saja.

Aku bersandar pada bantal di belakangku dengan netra yang menatap langit-langit kamar.

'Mistis ya..'

Benakku menerawang semakin dalam, hingga tanpa sadar aku sudah terlempar pada peristiwa beberapa tahun lalu, peristiwa yang membuat kampungku gempar dibuatnya.

BI BAB 3 - Kerasukan.

Terpantau kampung yang seharusnya sudah sepi karena jam yang telah menunjukan pukul 2.00 itu tak longgar-longgar ributnya sedari tadi. Kondisi sekitar sedang kacau balau, para warga kelimpungan membuatkan apa yang sosok didalam tubuh pria itu minta. Pria itu kerasukan.

Matanya merah menyala, mulutnya menyeringai, kedua kaki dan tangannya diikat dengan tali.

Menyeramkan.

"Haduehh gimana nih pak, saya cuma mampu menyediakan kopi pahit dan kopi manis. Sedangkan apa yang 'ia' minta lainnya bahannya saya belum ada." Ujar wanita bongsor tampak gusar.

Beberapa saat yang lalu si pria yang kerasukan berteriak meminta di berikan sejen dan lain sebagainya, para warga tentu dibuat repot oleh permintaannya yang ini itu.

Udah minta, banyak mau lagi.

Seorang pria paruh baya yang di kenal sesepuh di kampung menghela nafas. "Kalau permintaannya gak dituruti dia gak bakal mau keluar." Ujarnya sembari memijat pelipis.

"AAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHRRR!!" Lagi dan lagi jeritan yang mengerikan itu terdengar, membuat keadaan yang sebenarnya sudah kacau menjadi jauh lebih chaos lagi.

Beberapa warga yang mendengar teriakan keras itu berhasil dibuat merinding sampai-sampai tubuh mereka bergetar hebat, ada yang memilih untuk menutupi telinga mereka, ada juga yang menutup telinga anak-anak yang bandel tetap ikut keluar.

Ngomong-ngomong aku adalah salah satu dari anak itu. Mama dan adikku mengurung diri dirumah, mereka ketakutan sampai melupakan aku.

Kampret.

"Pak, ini telur rebus ayam kampungnya sudah siap." Seorang ibuk-ibuk berdaster pink berlari menghampiri sembari membawakan tiga butir telur ayam kampung atau apalagi itu. Entah untuk apa, mungkin untuk 'dia' yang sedang mengamuk.

"Pak! Mba Sarah juga udah dateng," seorang bapak-bapak berteriak menimpali sembari menggiring seorang wanita yang masih terbilang muda dibelakangnya.

Mbak sarah adalah wanita yang 'paham' sehingga sesepuh kampung meminta mbak Sarah untuk ikut masuk bersamanya. Namun yang membuat bocah sesantai aku salah fokus seperti ini adalah..

Degh..

Aku melirik mbak Sarah yang entah kenapa menatapku begitu lekat. Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan, namun dari sorot yang begitu dalam dan berhati-hati tersebut..

Wuisshh~

Setelah sesepuh kampung dan mbak Sarah berbincang singkat dengan para warga, aku kurang ingat apa yang mereka bicarakan namun setelahnya mereka pun masuk kedalam rumah tempat pria yang kerasukan diikat.

Mbak sarah dan sesepuh kampung mendorong pintu dan mulai masuk kedalam rumah. Tampak beberapa warga sedang berjaga di depan pintu kamar tempat pria kerasukan berada.

"Assalamualaikum," sesepuh dan mbak Sarah memberi salam.

Berpindah padaku yang planga-plongo, kuamati para warga sekitar yang tampak gusar.

Bagaimana pun ini adalah kerasukan terparah yang pernah terjadi di kampung, tentu saja seisi kampung dibuat gempar.

"Hey, kamu kok masih diluar? Kan bocil lagi gak boleh keluar."

Pemuda jangkung tiba-tiba sok akrab dengan mengapit kepala ku pada ketiaknya yang untungnya tidak bau. Aku mendelik, kutatap ia setajam mungkin yang bukannya membuatku terlihat seram malah membuat wajahku terlihat lawak. Kenapa aku bisa tahu? Karena aku merasa cringe sendiri, hehe.

"Hahahaa! Galak banget sih!" tak kuat menahan gemas, pemuda jangkung kampret lantas tergelak disaat warga sekitar lagi hening-heningnya.

Aku yang khawatir menjadi pusat perhatian langsung kelabakan berusaha menyadarkan pemuda jangkung dengan cara memukul-mukul tulang keringnya itu.

'kan!'

Namun sepertinya telah percuma karena semua pasang mata telah tertuju pada kami dan si pemuda bangke di sebelahku itu belum sadar akan situasi juga.

"Dek, mending kamu bawa bocil itu pulang deh! Daripada kalian kerikikan disini." mbak-mbak berwajah galak menegur. Ia mempelototiku tajam lalu memberi anggukan pada pemuda jangkung di sebelahku.

Si kampret di sebelahku menghentikan tawanya lalu dengan kampret lagi memarkirkan tangan ke depan mulut dengan gerakan anggun.

"Kamu kok gak bilang.." bisiknya malu sendiri, sebelah tangan nganggur pemuda jangkung tersebut terangkat lalu mengibas-ngibas angin, salah tingkahnya seperti bencong taman lawang.

...(( komentator X : pftt,, kayak laki author ))...

...(( MissThor : komentator Dajjal. ))...

"OI! BAWA DIA PULANG!" Tiba-tiba suara khodam si mbak berwajah galak menyambar kami berdua bak petir. Entah ia keturunan samson betawi, mantan polwan, pemandu senam ibu-ibu depan Indomart, wanita punya belalai, atau apalah!

Intinya suara yang secara mengagetkan berubah menjadi maskulin itu langsung membuat pemuda jangkung di sebelahku ketakutan dan menyeretku sampai aku melayang untuk kembali kerumah.

Wuss~

Aku mengukir senyum konyol karena merasakan sensasi melayang diudara yang membagongkan.

Ting!

Notifikasi tersebut langsung menarik aku untuk kembali ke masa sekarang. Aku bangkit dari rebahan lalu turun dari tempat tidur untuk mengambil si kentang yang tergeletak diatas meja belajar.

Kuamati layar handphone yang menampilkan notifikasi chat dari Rama. Si pemuda jangkung menyebalkan yang kini telah menjelma menjadi pria dewasa yang sialnya berstatus guruku.

Rama pjok

Oy!

P

P

P

Pr tugas vidio senam yang aku suruh udah dibuat belom? Kalau belum cepet buat!!

^^^Anda^^^

^^^Aku lagi sakit pak.^^^

^^^Dari kemaren malem badan aku meriang(⁠╯⁠︵⁠╰⁠,⁠)^^^

Rama pjok

??

Terus yang aku liat tadi pagi dipasar siapa:)?

Kamu bohong(⁠θ⁠‿⁠θ⁠)??

Aku meringis. Cepat-cepat aku menjauhkan diri dari si kentang.

Mampus aku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!