NovelToon NovelToon

Benci, Dendam Dan Cinta

14 Tahun Lalu

"Orang tuamu tidak bisa diselamatkan, ada banyak luka yang fatal, maafkan kami!" ujar seorang Dokter yang baru saja keluar dari dalam kamar ibu dan ayah Haruka

"Maksud dokter?!" Tanya Haruka dengan mata berkaca-kaca, ia tak habis pikir dengan apa yang terjadi pada orangtuanya jika tak ada.

"Orang tuamu sudah meninggal," lirih Dokter itu menundukkan kepala. Tubuh Haruka langsung jatuh ke lantai terkulai lemas.

"Tidak ... tidak mungkin!" Teriak Haruka tak terima, air mata membasahi pipinya. Beberapa suster langsung mengangkat Haruka untuk duduk di kursi.

"Ini tidak benar kan?!" Tanya Haruka dengan nada tinggi pada seorang suster yang memegangi pundaknya.

"Kau harus tabah dan menerima keadaan, tuhan sudah merencanakan hal yang baik dan buruk pada manusia. Maka dari itu kau harus percaya dan yakin!" Tegas suster di samping Haruka, namun Haruka masih terlarut dalam kesedihan hingga tak terlalu menghiraukan ucapan suster tadi.

"Jika aku tidak membiarkan mereka untuk belikan aku sepeda ini tak akan terjadi! Ini salahku! Aku bersalah!" Teriak Haruka menyalahkan dirinya.

"Tidak! Tidak ada yang bersalah di sini, ini kehendak tuhan!" Jelas suster di samping Haruka lalu memeluknya.

"Aku tak punya pilihan lain!" Seru Haruka lalu berlalu.

***

Hembusan angin menerpa wajah Haruka, anak itu sedang berjalan di tengah kerumunan dengan tatapan kosong ke depan. Beberapa orang bahkan sempat menabraknya hingga ia terjatuh, namun hal itu tak ia hiraukan. Haruka merasa hidupnya sedang terombang-ambing di lautan api, kebahagiannya sudah di renggut tuhan dengan cara mengambil orang yang ia sayangi.

Ketika ia berjalan hendak menyebrang, lampu lalu-lintas menunjukan warna merah. Haruka yang sedang menunggu tiba-tiba kedatangan seorang Siswi dan Siswa di dekatnya, tatapan Siswi itu ramah serta bersahabat. Siswi itu lalu tersenyum pada Haruka, Haruka lalu membalasnya dengan senyum juga. Namun senyum itu mengandung arti pahit yang menyedihkan.

Sebelum tatapan Haruka mengarah pada sebuah mobil yang melaju kencang, saat seperti itu yang ia tunggu. Ia berlari ke tengah jalan raya, berharap mobil itu menabrak dan mengahancurkan tubuhnya.

"Jangan!" Teriak Siswi tadi.

Namun mobil sudah berada di depan, Haruka menutup mata. Tapi ... ia sadar tubuhnya masih utuh. Setelah dilihatnya tepat di hadapannya, seorang siswi sudah terbaring bersimbah darah.

"Apa yang kau lakukan?!" Teriak Haruka mendekati Siswi itu.

"Ha ... nya ingin ... menyelamatkan kau ...." tuturnya sebelum ia menghembuskan nafas terakhir.

"Kau membunuhnya!!" Teriak seorang Siswa yang berdiri di samping Siswi itu tadi.

"Kenapa dia harus menolongku!" Seru Haruka mendekati Siswi itu.

"Minggir kau pembunuh!" Teriak Siswa itu mendorong Haruka.

"Aku ... aku ...." lirih Haruka lalu berlari menjauh.

***

Haruka mengintip di balik pohon di pemakaman, rasa bersalah dan sesal muncul di benaknya, ia merasa bahwa dirinya lah penyebab semua kematian orang-orang itu.

Semua orang di pemakaman sudah pergi, hanya Siswa tadi yang masih setia di sana. Perlahan Haruka berjalan menuju ke sana.

"Kau datang?! Lihat hasil perbuatanmu!! Kau membunuhnya!! Pembunuh sialan!!" Teriak Siswa bernama Kenichi itu.

"A ... aku tahu aku seorang pembunuh! Yah, aku penyebab semua kematian ini! Korban kecelakaan kemarin. Ibu dan ayahku tewas kecelakaan! Itu karna aku menyuruh mereka untuk belikan sepeda hari itu! Dan sekarang. Aku penyebab kematian Siswi bernama Rikka! Aku sadar semuanya salahku!!" Tegas Haruka mencurahkan isi hatinya, hujan lalu mengguyur pemakaman. Air mata Haruka ikut meleleh ketika ia menumpahkan kekesalannya.

"Kau akhirnya sadar!!" Teriak Kenichi lalu memukul wajah Haruka begitu keras hingga Haruka jatuh terhuyung ke tanah.

"Ayo ... pukul aku! Puaskan dirimu! Jika kau bisa bunuhlah aku! tapi apapun itu suatu saat aku akan datang memenuhi apa yang ia inginkan!" Seru Haruka lalu bangkit, wajahnya mulai bercucuran air mata

"Berhenti sebut namanya! Kau tak pantas!!" Teriak Kenichi melempar tanah ketubuh Haruka.

Haruka lalu berlari menjauh, perlahan ia meninggalkan Kenichi di pemakaman sendirian. ia ingat kata-kata Siswi itu, dan ia yakin akan melakukannya.

***

14 Tahun Kemudian

"Apakah itu dia?" gumam seorang gadis yang berdiri di samping tiang lampu lalu-lintas, di amatinya dengan seksama seorang pria yang tengah menutup sebuah kedai kopi.

"Haruskah aku berjalan?" gumam pria yang sedang menutup kedai kopinya, perlahan ia mulai mengamati jalan. kepalanya menengok ke kanan dan kiri memastikan tidak ada kendaraan lagi yang melintas.

"Hey ... kenichi! selamat pagi!" seru seorang pria penjual roti di samping kedai kopi milik pria bernama Kenichi itu.

"Ooh ... hai Kazuo!" sapa balik Kenichi kepada pria itu.

Perlahan kaki Kenichi menapaki jalan, hingga ia hampir sampai di seberang jalan. sebuah sepeda motor melaju kencang hampir menabraknya, sebelum seseorang menarik lengannya.

"Huufft ... hampir saja! te-terima kasih!" ujar Kenichi membungkukkan badan pada seorang Gadis di depannya, sebelum gadis itu berlari pergi menjauh.

"He ... hey!" teriak Kenichi berlari kearah gadis itu, hingga ia kehilangan jejak.

***

"Huuh ... dia rupanya tidak bisa mengejarku!" seru gadis itu.

***

"Di mana orang itu?" tanya Kenichi yang terengah engah.

"Untuk apa juga aku mengejarnya!" umpat Kenichi lalu berbalik menuju sebuah toko.

***

"Kopi bubuk, kopi biji, dan ... yah! semuanya sudah lengkap sebaiknya aku pulang!" ujar Kenichi lalu berbalik pulang menuju kedainya.

langkah kakinya cukup cepat, di tatapnya jalan raya di depannya yang macet sebelum ia beralih menuju sebuah gang yang sepi.

tatapannya tak pernah berhenti menatap sekitar, mewaspadai apa saja yang bisa menerkamnya dari belakang, samping, dan bahkan depan.

langkah kakinya makin di percepat manakala ketika ia mendengar langkah kaki seseorang mengikutinya, dan benar saja. tepat beberapa meter di depan seorang pria gendut dengan kulit hitam berkepala botak menghadangnya.

"hehe ... kau kira semudah itu melewati gang ini?!" gertak pria itu.

'sialan! kenapa aku selalu tertimpa sial hari ini!' umpat Kenichi perlahan mundur, perlahan pria gendut itu ikut maju mendekati Kenichi. sebelum seseorang menarik kerah baju belakang pria gendut itu hingga terbaring jatuh ke tanah, seorang wanita muda langsung menghantamkan sikutnya ke kepala pria gendut itu, hingga si pria gendut memohon.

"Kau lagi?!" teriak Kenichi dengan mata terbelalak.

"Aah ... kau tidak mungkin kenal denganku!" seru wanita itu lalu berdiri hendak berlari, sebelum Kenichi dengan cepat meraih tangannya.

"Siapa sebenarnya kau? kenapa kau selalu datang menolongku? apa kau kenal denganku? atau ... apa?" Kenichi bertanya cukup lama sambil menatap heran gadis di depannya, sebelum mata mereka berbenturan, lalu Kenichi pun melepas tangannya.

"Ma ... maaf," ujar Kenichi menunduk lalu menggaruk kepalanya, suasana menegang sesaat. sebelum gadis itu mulai bicara.

"Jika kau mau tahu, namaku Haruka. Haruka Sakura!" tutur gadis bernama Haruka itu.

"Namaku Kenichi!" ujar Kenichi mengulurkan tangan, ketika Kenichi menyebut namanya, Haruka tersentak. sebuah bayang-bayang muncul di kepalanya, membuat ia berlari pergi.

"Tu ... tunggu! Haruka!!" teriak Kenichi mengejar Haruka yang sudah tidak tampak lagi di matanya.

"Ada apa dengannya?!" Kenichi kebingungan, perasaan resah muncul begitu saja karna belum sempat berterimakasih.

***

"Hey ... Kenichi! apa kabar kawan!" seru Sakamoto.

"Eeh ... tumben kau ke sini? biar kutebak! kau pasti ingin hutang kopi lagi!" seru Kenichi mencoba menebak pikiran pelanggannya.

"Ooh ... kau salah! aku ingin bayar hutangku kemarin lusa!" ujar Sakamoto mengulurkan beberapa lembar uang.

"Eeh ... tapi tunggu sebentar, aku tadi bertemu seorang gadis cantik di sana! kau tahu, dia sangat manis," bisik Sakamoto mencoba membuat Kenichi tertarik.

"Kau ini seperti baru pertama kali melihat perempuan cantik!" ejek Kenichi pada Sakamoto.

"Aku serius! dia juga bilang ingin pekerjaan, barangkali kau butuh satu tenaga pekerja wanita yang bisa membantumu! kujamin kedai sepi ini jadi ramai!!" teriak Sakamoto membuat orang yang lalu lalang di depan kedai kopi milik Kenichi menatapi Sakamoto.

"Memangnya siapa dia? jika cukup lihai dalam membuat kopi dan lincah melayani orang, sudah tentu akan kuterima!" tutur Kenichi tersenyum.

"Aku akan memanggilkannya untukmu! tunggulah sebentar!" seru Sakamoto bersemangat lalu menuju motornya yang ia parkir di pinggir jalan.

"Mau kemana kau? memangnya orang itu tidak bisa dihubungi?!" tanya Kenichi melerai Sakamoto.

"Dia tidak punya ponsel!" teriak Sakamoto lalu pergi.

***

"Di mana orang itu sekarang?!" gumam Kenichi yang sedang duduk menunggu di depan kedainya.

"Ooy!!" teriak seseorang membuat Kenichi tersadar dari lamunnya, Sakamoto dengan cepat melaju kearah Kenichi hingga mereka pun sampai.

"Ayo turunlah!" ujar Sakamoto menyuruh seorang gadis yang diboncengnya turun, perlahan gadis itu turun. dengan cepat di bukanya helm yang menutupi kepalanya.

sesaat Kenichi terbelalak tak percaya, ternyata gadis yang di maksud Sakamoto adalah Haruka sendiri.

"Haruka!" teriak Kenichi.

"Ke ... Kenichi!" teriak Haruka hampir bersamaan.

***

Haruka Yang Berbakat

"Kalian saling kenal?" tanya Sakamoto menatap aneh kearah Kenichi dan Haruka.

"Tidak ... aku hanya bertemu dengannya tadi," ujar Kenichi berbohong pada Sakamoto.

"Jadi bagaimana? apa dia boleh bekerja di sini?" tanya Sakamoto mendekati Kenichi.

"Aku akan menerimanya, jika dia lihai membuat kopi!" jawab Kenichi.

"Tapi ... tapi ...." racau Haruka tidak jelas, ia seperti ingin mengatakan sesuatu tapi malu.

"Sekarang, aku akan jadi pelanggan bersama Sakamoto. kau harus layani kami sebaik mungkin!" ungkap Kenichi lalu duduk di kursi pelanggan bersama Sakamoto.

"Sekarang mulai!" teriak Kenichi, dengan cepat Haruka berlari menuju tempat pembuatan kopi.

"Selamat datang di kedai kopi kami, mau pesan apa?" tanya Haruka lembut membuat kedua lelaki itu terhenyak sebentar.

"Aku ingin Kopi susu saja!" ujar Sakamoto menelan ludah, Haruka nampak kebingungan tapi tak hilang akal. dengan cepat di seduhnya sebuah kopi hitam lalu di tambahkannya susu kental manis sedikit demi sedikit lalu di aduk kemudian di berikan pada Sakamoto.

"Sudah siap! kalau anda?" tanya Haruka pada Kenichi, ia menatap dalam-dalam Haruka sebelum menentukan apa yang ia inginkan.

"Aku ingin Caphuchino, tidak terlalu manis, tapi harus kental!" seru Kenichi dengan ucapan cepat.

"Segera Datang!" teriak Haruka dengan cepat mengerjakan Caphuchino milik Kenichi.

"Ini sedikit, ini banyak, dan ini ... apa yang harus aku tambahkan? coklat!!" gumam Haruka terus mengaduk kopi lalu memberikannya pada Kenichi.

kedua orang itu lalu menyeruput kopi buatan haruka, setelah meminumnya. keduanya saling bertatapan lalu berteriak ke arah Haruka.

"SEMPURNA!" keduanya bersamaan berteriak lalu berdiri.

"Tidak kuduga, Haruka sungguh berbakat!" seru Sakamoto dengan mata gemilang.

"Aku akan mempekerjakanmu!" cetus Kenichi lalu memberikan sebuah celemek kedai kopi.

"Ta ... tapi, aku mencari pekerjaan yang mau menyewakan rumah untukku!" seru Haruka menolak.

"Hah? kau ... kau tidak punya rumah?" tanya Kenichi dengan wajah heran. dengan wajah polos Haruka hanya mengangguk kecil.

"Ja ... jadi, bagaimana ini? kau adalah peluang yang bagus, tapi ...." Kenichi masih berpikir keras.

"Kenapa dia tidak tinggal di sini saja?" tanya Sakamoto asal bicara.

"Ka ... kau tidak sadar, dia itu ... aah!" tukas Kenichi gelisah.

"Yah ... aku tahu kau ini orang baik! pekerjakanlah dia!" pinta Sakamoto menatap Kenichi memelas, Kenichi hanya bisa menunduk ia merasa kurang enak jika harus menempatkan seorang wanita di rumahnya.

"Apa aku boleh pergi, kurasa aku bisa cari sendiri!" sahut Haruka lalu berjalan pergi.

"Di ... dia pergi! kau kehilangan emas!" teriak Sakamoto, sesekali di tengoknya Haruka yang sudah agak jauh di sana.

"Kau akan menyesal!" seru Sakamoto lalu kembali menyeruput kopinya.

"Kau tak pernah buat kopi seenak ini," ejek Sakamoto lalu tertawa kecil. tiba-tiba Kenichi berdiri lalu mengejar Haruka.

"Haruka!!" teriak Kenichi sambil berlari, Haruka masih terlihat di depannya meski sudah sangat jauh.

"Berhenti!!" teriak Kenichi, tidak lama Haruka benar-benar berhenti di depan sebuah toko pakaian. Kenichi lalu berlari sangat kencang hingga ia hampir mencapai Haruka, sebelum kakinya tersandung dan ia terjatuh tepat di hadapan Haruka.

"Aku akan membiarkanmu tinggal," lirih Kenichi mengangkat tangannya sebelum ia kembali menjatuhkannya.

***

"Maafkan aku, sebenarnya kau tidak perlu lakukan itu. itu hanya akan merepotkanmu!" tukas Haruka yang berjalan di belakang Kenichi.

"Tidak, kau sangat berbakat!" seru Kenichi berbalik lalu tersenyum.

"Hey ... Kalian berdua!" teriak Sakamoto di depan Kedai Kenichi, tangannya melambai.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!