0o0__0o0
tema musik romantis me-ngalung di seluruh ruangan berpadu dengan suara tamu yang saling berbisik tentang betapa serasinya pasangan yang baru saja mengikuti Janji Suci di altar.
Lora duduk di deretan kursi paling depan mengenakan gaun berwarna krem yang dipilihkan langsung oleh mamahnya.
Seharusnya ini adalah hari yang membahagiakan tapi di dalam hatinya ada sesuatu yang mengganjal. Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Pandangan mata Lora sedari tadi terpaku menuju ke depan dia melihat pada sosok pria yang kini menggenggam tangan mamanya dengan erat.
"Rico Fernando Surya" di balik namanya mengandung makna yang tersembunyi, dia kuat berwibawa namun menyembunyikan watak yang buruk.
Pria itu tampan bahkan jauh lebih tampan di usianya yang sudah menginjak 40 tahun. Usia Rico memang lebih tua dari usia mamanya "Maya Lestari" ibu kandung dari Lora yang usianya masih menginjak 35 tahun.
Aura maskulin dan pembawaannya yang tenang membuat Riko terlihat begitu berwibawa. Dengan jas hitam yang pas melekat di tubuh tegapnya, Papa tiri Lora tampak seperti pria sempurna yang di idamkan oleh banyak wanita.
Lora menelan ludah kasar saat Rico menoleh dan tersenyum ke arahnya sebuah senyum Rama, hangat namun....tidak bisa dia Jelaskan oleh kata-kata mungkin karena senyum itu nampak terlalu hangat di matanya.
Acara yang digelar termasuk cukup mewah banyak tamu undangan yang bersorak bahagia memenuhi gedung pernikahan itu. "Apalagi saat menyaksikan kedua mempelai memulai sesi Kissing".
Suara sorak dan tepuk tangan para tamu undangan menggema di digedung itu, seolah mereka ikut hanyut dan bahagia merayakan ciuman pengantin itu.
Lora memandang pemandangan di depan itu dengan Tatapan yang sulit dijelaskan, dia ikut bahagia melihat Mama'nya menikah. Tapi perasaan di dalam hatinya tidak bisa dibohongi.
"Kenapa perasaan aku seperti ini ?" Guman'nya pelan bertanya-tanya sendiri. Lora merasa resa dan juga ketakutan tidak mendasar.
Mulai hari ini Maya dan Rico sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Semua tamu undangan ikut tersenyum bahagia beberapa bahkan ada yang meneteskan air matanya, mereka semua menjadi saksi atas kebahagian kedua mempelai di atas Altar.
Lora hanya diam di tempat sambil memainkan jari-jarinya Sambil meremas gaun krim yang membungkus tubuh seksinya.
"Kenapa aku merasa sangat gelisah ?" Guman'nya Lirih. Entah kenapa dia merasa dadanya begitu sesak seolah ada sesuatu yang mengganjal di sana.
Dia ingin tersenyum dan dia ingin bertepuk tangan seperti para tamu undangan, Tapi hatinya menolak.
Lora bertanya-tanya dalam hati, "apa ini rasa cemburu ?".
"Tentu saja jawaban nya bukan". itu konyol, kenapa dia harus cemburu ?
Ini pernikahan mama'nya seharusnya dia bahagia karena mamanya akhirnya menemukan seseorang yang bisa membuatnya merasa dicintai lagi dan menemani kesepian yang selama ini mamanya rasakan.
Tapi entah mengapa setiap kali Lora melihat Papa Tirinya, Seperti ada sesuatu yang mengusik pikirannya.
"Aku terlalu banyak berfikir", Guman'nya pelan sambil geleng-geleng kepala.
Ketika mama dan Papanya berjalan menelusuri lorong setelah upacara selesai. Lora menahan nafas ketika Rico kembali melirik ke arahnya. Tidak lama hanya satu detik tapi itu cukup untuk membuat jantungnya berdegup lebih cepat.
"Kenapa Dia menatap Ku begitu" Guman'nya membatin.
Lora bisa merasakan tatapan itu terasa berbeda, seharusnya Rico hanya melihatnya sebagai anak dari istrinya. Seorang remaja biasa, tapi entah kenapa ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuat Lora tidak nyaman.
Tatapan itu seperti menelusuri, seakan-akan ingin membaca sesuatu yang tersembunyi dalam dirinya.
Lora buru-buru mengalihkan pandangannya berusaha mengusir pikiran aneh yang mulai memenuhi kepalanya.
HAHHH..!
Lora mendesah kasar, "Ada apa dengan otak ku hari ini ?" Guman'nya bertanya-tanya frustasi.
0o0__0o0
Beberapa jam kemudian, setelah acara resepsi yang di gelar dengan sangat megah. Saat ini Rico dan Maya berdiri di pelaminan, Menerima ucapan selamat dari para tamu undangan satu persatu yang naik ke atas pelaminan secara bergiliran.
Lora duduk di pojok stan makanan sambil memainkan Garpu di atas piring berisi makanan yang hampir tak tersentuh.
"Kamu kenapa Ra?" suara seorang wanita menyadarkan'nya dari lamunan'nya. Tante Anggi sahabat mamanya duduk di seberangnya.
"Tidak apa-apa kok Tan" Saut'nya pelan dengan raut wajah lesu.
Tante Anggi tersenyum kecil, "kamu pasti merasa canggung ya, sekarang ada Om Rico yang jadi Papa baru kamu". Tebak-nya seakan tau apa yang lagi Lora pikikan.
Lora hanya mengangkat bahunya sejenak, Lora tidak tahu harus menjawab apa. Canggung ? ada lebih dari itu sesuatu yang Bahkan tidak bisa dia jelaskan.
"Kamu beruntung loh", lanjut Tante Anggi. Tangannya mengelus lembut rambut Lora.
"Papa Riko itu pria baik dan Mama kamu berhak mendapatkan pasangan yang jauh lebih baik dari sebelumnya". Sambung'nya mencoba memberi pengertian kepada Lora.
Mendengar itu Lora menelan ludahnya kasar, dia tahu semua orang menyukai Papa Tirinya. Pria itu sopan, penuh perhatian dan memiliki pesona yang sulit diabaikan, tapi justru itu yang membuat Lora semakin gelisah.
Lora diam tak menjawab, Dia hanya memberikan senyuman tipis pada Tante Anggi.
Anggi yang paham bahwa Lora butuh waktu untuk menerima semua itu "Kamu makan yang bener, jangan terlalu banyak berpikir. Ucapnya sambil menepuk pelan pundaknya.
Anggi berdiri dari duduknya "Tante ke depan dulu, mau memberi selamat sama Mama dan Papa baru kamu" Pamitnya sambil tersenyum tipis.
Lora hanya mengangguk singkat, setelah Tante Anggi pergi. Lora kembali tenggelam ke dalam lamunan'nya, Sampai dia mendengar suara Lelaki memanggil-nya.
Lora..!
Suara berat seorang laki-laki memanggil namanya, Laura mendongak dan menemukan Papa Rico berdiri di samping'nya.
Dia tidak tahu Sejak kapan Papa tirinya itu berdiri di sana dengan jarak yang begitu dekat. Lora bisa mencium aroma parfum maskulin yang lembut menguap dari tubuhnya.
"Kenapa duduk sendirian di sini ?" tanya'nya Lembut. Rico duduk di samping samping Lora dengan senyuman lembut.
Lora menelan ludah Kasar, dia mencoba menata nafasnya yang tiba-tiba terasa tak beraturan. "Aku hanya merasa sedikit capek aja Om", jawabnya.
Rico hanya tersenyum, senyum itu begitu lembut begitu hangat tapi ada sesuatu di dalamnya yang sulit dipahami oleh Lora.
"Kenapa masih panggil OM Hem ? Panggil Papa dong Ora". Ucapnya lembut namun mengandung kata tak ingin di banta.
Lora melirik singkat ke arah Papanya dengan kedua alis terangkat tinggi. "Ora ?" Guman'nya bertanya-tanya dengan wajah bingung.
Rico tersenyum singkat sambil menatap Lora, "Ya, itu nama panggilan kesayangan dari Papa untuk kamu. Yang sekarang menjadi Putri satu-satunya Papa yang akan selalu Papa sayangi". Jelasnya Lembut.
Mendengar itu Lora hanya mengangguk kaku "Terimah kasih Papa" Balasnya sambil tersenyum tipis.
"Sama-sama sayang" Sautnya tersenyum lembut.
"Kalau kamu merasa capek, kamu bisa naik dulu ke atas, Papa tidak mau Putri kecil Papa ini merasa tidak nyaman". Sambung'nya Lagi.
"Putri kecil..?" Ulang'nya dalam hati. Kata itu terasa aneh di telinga Lora bukan karena dia tidak pernah mendengar orang menyebutnya begitu.
Tapi karena cara Rico mengatakan'nya terlewat lembut nyaris berbisik seolah ada makna tersembunyi di baliknya.
Rico diam-diam mengamati ekspresi Lora "Dia sangat cantik, mengemas-kan seperti boneka hidup" Guman'nya membatin.
"Aku masih mau di sini" Kata Lora pada akhirnya saat tersadar dari pikiran Buruknya.
Papa Riko mengganggu pelan "Baiklah, tapi kalau kamu butuh sesuatu bilang ke Papa". Katanya dengan nada lembut.
Lalu sebelum bangun dari duduknya Rico menepuk pelan punggung tangannya, Di sertai usapan lembut. Hanya sekilas tidak Samapi satu detik.
Sampai akhirnya Rico pergi meninggalkan Lora yang tenggelam dalam lamunan'nya dan pikiran sendiri.
Bukan sentuhan yang aneh, biasa saja seperti seorang Papa yang menunjukkan perhatian pada anak tirinya.
"Kenapa aku merasa aneh dengan sentuhan Papa ?" Guman'nya bertanya-tanya dalam hati.
Tapi entah kenapa sentuhan itu terasa berbeda bagi Lora, seperti ada sensasi hangat yang menjalar dari kulitnya dan Entah kenapa tubuhnya jadi menegang seketika.
Lora menggigit bibirnya gelisah, Dia menatap punggung Papa'nya yang berjalan menjauh. "Apa-apa ini ?" Guman'nya Lora bingung sendiri.
0o0__0o0
"Mansion Surya jam 11 malam".
Setelah acara resepsi selesai, mereka bertiga memasuki mansion mewah milik Rico.
Mamanya tersenyum lebar, matanya berbinar penuh cinta saat menatap punggung suaminya yang lagi berjalan di depannya.
"Akhirnya", desah mamanya Lega. "Mama nggak sendirian lagi merawat kamu Dan sekarang kita punya keluarga baru yang lengkap". Sambung'nya senang sambil memegang erat tangan Lora.
Melihat mamanya penuh Binar kebahagiaan Lora mencoba menepis pikiran buruk yang ada di otaknya.
"Semoga Mama selalu bahagia" Bisiknya lirih. Lora harap dengan pernikahan ini bisa menjadi awal baru untuk hidup lebih baik ke depan'nya.
"Terimah kasih sayang" Jawab Mama Maya dengan senyum yang tidak luntur menghiasi bibirnya.
Rico menghentikan langkahnya di depan pintu kamar"Ora, ini kamar buat putri kecil Papa" Ucapan'nya sambil mengusap lembut kepala Lora.
"Kamu masuk, bersih-bersih dan istirahat. Di dalam Sana semua kebutuhan anak gadis Papa sudah terpenuhi dengan lengkap" Sambung'nya menjelaskan panjang lebar.
Maya menatap haru ke arah Rico, "Terimah kasih Mas, kamu sudah mau menerima Lora" Ucap'nya penuh binar haru bercampur bahagia.
"Di dalam keluarga tidak perlu ada rasa terima kasih, mulai sekarang Lora dan Kamu akan jadi tanggung jawab aku" Jawab'nya lembut sambil mengelus pundak Maya.
Rico beralih menatap Lora yang berdiri kaku di samping Mamanya, "Selamat istirahat Putri Kecil Papa". Ucapnya lalu memeluk tubuh Lora lembut namun terasa erat buat Lora.
Deg..!
Jantung Lora mulai berdetak tidak karuan, Rasa was-was mulai menghantui Otaknya lagi. "Terimah kasih Pa, Ora masuk dulu ya" Ucapnya buru-buru menarik diri, Lalu langsung memasuki kamarnya.
Maya dan Rico hanya terkekeh ringan melihat tingkah Lora yang seperti orang ketakutan itu.
"Maaf ya Mas, mungkin dia masih belum terbiasa". Ucap Maya merasa tidak enak hati.
"It's ok hon..! Mas mengerti kok" Jawab'nya Lembut. Maya hanya tersenyum sambil mengangguk mengerti.
"Sekarang kita harus ke kamar karena aku sudah tidak sabar mengambil jatahku". Bisiknya dengan suara rendah sambil mengecup singkat daun telinga Maya.
Seketika muka Maya langsung merah padam, Apalagi saat Rico menggendong tubuhnya menuju kamar pengantin Keduanya.
Jantung Maya berdetak kencang seperti gadis yang akan baru pertama kali melakukan malam pertama saja.
Maya terdiam syok dalam pelukan Suami barunya itu, Sampai akhirnya mereka memasuki kamar pengantin yang sudah di hias sedemikian rupa.
Rico mem-baringkan tubuh Maya di atas ranjang yang penuh dengan kelopak bunga mawar merah dan berbentuk Love. Yang ada di tengah-tengah ranjang.
"Jangan gugup, Mas Akan bermain Pelan, Tapi durasinya yang akan jadi panjang". Bisiknya serak sambil mengukung tubuh Maya yang tergeletak di atas ranjang.
Maya menahan Dada Rico kalah dia akan melahap Bibirnya. "Mas, Kita bersih-bersih dulu, Aku merasa sangat gerah dan lengket" Ucapnya gugup.
"Baiklah" Ucap Rico mengalah lalu bangkit dari atas tubuh Maya. Dia langsung meng-gendong kembali Maya ke dalam kamar mandi.
0o0__0o0
Di dalam kamarnya Lora berperang sama pikiran'nya sendiri, Sambil rebahan di atas ranjang king size-nya. Dia menatap ke atas langit-langit platform kamarnya yang nampak begitu indah. Namun pikiran nya berkeliaran kemana-mana.
Hati Lora masih Gelisah, Perasaan ini tidak bisa dijelaskan. Dia tidak ingin merasakannya tapi semakin ia berusaha mengabaikan semakin kuat rasa itu menghantuinya.
"Mungkin ini hanya masalah waktu" Guman'nya pelan sambil mengigit kuku jarinya.
"Aku harap besok akan berjalan Normal" Sambung'nya penuh harap. Dia mencoba menenangkan hati dan pikirannya sendiri.
"Seiring berjalan'nya Aku pasti akan terbiasa dengan kehadiran Papa Rico, Ya, semoga saja". Ucapnya sebelum menutup matanya menyelami alam mimpi.
0o0__0o0
NOTE : "Perubahan ini tidak akan mengubah Siapa kamu, Kamu masih sama cantik, Masih sama pintar dan masih sangat berharga.Tergantung bagaimana kamu menyikapinya".
0o0__0o0
Sudah sebulan sejak pernikahan Mama dan Papa barunya, Tapi Lora masih belum bisa sepenuhnya menyesuaikan diri dengan kehadiran Papa tirinya itu.
Lora masih merasa aneh dan tidak nyaman hidup satu rumah dengan Papa Rico dan kini dia memiliki sosok lain yang begitu dominan di dalam mansion ini.
Setiap Hari Lora harus terbiasa melihat Papanya duduk di meja makan, tangan memegang Tablet untuk ngecek pekerjaan'nya sambil menyeruput kopi.
Lora juga harus terbiasa dengan aroma parfum-nya yang memenuhi udara setiap kali dia melintas.
Tapi Bukan itu yang membuat Lora Gelisah, Melainkan tatapan mata Papanya yang terasa begitu mengganggu'nya. Tatapan mata yang berbeda setiap kali mengarah padanya.
Entahlah itu sangat membuat Lora Tidak nyaman dan merasa selalu was-was setiap harinya.
0o0__0o0
Hari Minggu Jam 7 pagi, Lora baru membuka kedua matanya sambil merentangkan kedua tangannya ke atas.
Hoooamm..!
Lora menguap lebar sambil duduk bersandar di ranjang, Mengumpulkan nyawanya yang belum pulih 100%. Dia mencepol asal rambut panjangnya lalu turun dari atas tempat tidur menuju kamar mandi.
10 menit kemudian, Lora keluar dari kamar mandi dengan wajah segar sehabis cuci muka dan gosok gigi.
Lora berganti pakaian hot pants pendek dan kaos oblong kebesaran yang menutupi celana pendeknya dan menampilkan paha putih mulusnya.
Di usia 17 tahun Lora nampak sangat cantik dan sexy, di dukung dengan kulit putih mulus dan body Goals yang membuat siapa saja menatapnya akan terpesona dan tergoda.
Di balik kecantikan-nya Lora hanyalah remaja polos, bahkan di saat usianya sudah 17 tahun.
Di sekolahnya Lora bahkan jadi Primadona, Banyak dari murid perempuan dan laki-laki yang mengagumi wajah cantik polosnya dan juga tubuh'nya yang menjadi banyak incaran kaum buaya.
0o0__0o0
Tap..! Tap..! Tap..!
Suara langkah kaki Lora menuruni anak tangga, Dia membawa langkahnya menuju ke arah dapur. Karena perut mungil'nya sudah keroncong Perlu diisi.
Saat sampai di dapur Lora terkejut, karena papanya sudah duduk tenang Ruang makan dengan berpakaian santai.
"Selamat pagi anak gadis Papa", Sapanya Lembut dengan tatapan tidak beralih dari tablet yang ada di tangan'nya.
"Eh, Pagi Juga Papa". Sautnya gugup karena dia merasa tidak enak dengan gaya pakaian yang terlalu minim.
Tadinya Lora berpikir bahwa Papanya sudah berangkat ke kantor, Namun yang dia dapati Papanya malah ngejogrok di ruang makan dengan santai.
Mata Lora bergerak liar mencari keberadaan sang Mama, Namun dia tidak menemukan keberadaannya.
"Mama ke mana ?" tanya Lora sambil berjalan menuju ke arah kulkas untuk mengambil air dingin.
"Ke supermarket, Katanya mau belanja bahan makanan untuk nanti malam". Jawaban'nya santai.
Lora hanya mengganggu Singkat, Lalu duduk ke ruang makan dan meminum segelas susu. Dia bisa merasakan tatapan sang Papa yang mengarah kepadanya tapi dia berusaha untuk abai.
Lora duduk gelisah dan mulai meminum susunya, Hingga akhirnya dia tidak tahan untuk melirik sekilas ke arah sang Papa yang sedang menatapnya.
Rico menatap Lora bukan seperti tatapan seorang Papa yang melihat anak tirinya, Tapi tatapan itu lebih dalam dan lebih Menelisik.
Bulu Kuduk Lora terasa berdiri semua, Tanpa sadar dia menggenggam erat gelas yang ada di tangannya seolah mencari kekuatan.
"Papa, Apa ada yang salah ? Kenapa sedari tadi papa melihat ke arahku ?" Tanya Lora memberanikan diri.
Rico hanya tersenyum tipis sambil menggeleng pelan "Enggak, Papa hanya berpikir kamu sekarang sudah Tumbuh besar ya".
Rico menatap Lora semakin dalam "Rasanya baru kemarin pertama kali ketemu kamu dan sekarang kamu sudah tumbuh jadi gadis yang sangat cantik". Sambung'nya lagi.
Lora terdiam membeku, Ada sesuatu yang Tersembunyi dalam cara Papanya memuji dirinya dan itu membuat nafasnya tercekat.
"Cantik..!"
Kata yang tidak asing terdengar di telinganya setiap hari, Namun ketika dia mendengar Papa Tirinya yang mengatakan. Rasanya begitu berbeda.
"Papa bisa aja, Aku masih sama aja kok Pa". Ucap'nya pada akhirnya, Lora mencoba mengabaikan debaran aneh di dadanya.
Papa Rico hanya tersenyum Tipis, lalu melanjutkan ngecek kerjaannya yang ada di tabletnya.
"Makan sarapan kamu dan habiskan" Ucapan'nya Lembut namun terdengar tegas di telinga Lora.
Lora hanya mengangguk singkat tanpa ada niatan untuk menjawab langsung. Meskipun Papanya Itu sudah tidak menatap'nya lagi, Lora masih bisa merasakan bekas tatapan itu melekat di kulitnya.
Dan entah kenapa dia tidak bisa menghilangkan perasaan aneh yang tidak boleh tumbuh di dalam dirinya.
Lora memakan cepet sarapannya, Lalu segera kembali ke kamarnya tanpa sepatah kata seolah dia sedang dikejar hantu.
Papa Tirinya hanya menyeringai Tipis melihatnya dan dia membiarkan putrinya itu lepas dari tatapan mata'nya.
"Untuk saat ini Aku akan melepaskan Mu Lora, Namun aku tidak bisa menjamin untuk hari Esok". Guman'nya Datar dengan tatapan penuh tanda tanya.
0o0__0o0
Di dalam kamarnya, Lora berdiri di atas balkon kamarnya. Dia menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong, dada'nya masih terasa aneh sejak kejadian di ruang makan tadi.
Banyak pertanyaan yang bersarang di otaknya, Lora menggelengkan kepalanya cepat dia mencoba mengusir pikiran-pikiran aneh yang mulai muncul di otak kecilnya.
"Mungkin aku hanya terlalu sensitif", bagaimanapun juga dia adalah suami mama jadi tidak mungkin pria itu memandang ku berbeda". Guman'nya mencoba meyakinkan dirinya walaupun dia sendiri ragu.
"Tapi Kalau tidak ada yang aneh Kenapa sejak awal perasaan gelisah ini selalu menghantuiku". Ungkapnya kembali gelisah.
"Bodoh amat Lah, Aku Benar-benar pusing terus-menerus memikirkan hal yang sama" Guman'nya geram, lalu masuk kembali ke dalam kamarnya.
Lora pergi mandi untuk mendinginkan Pikirannya. Setelahnya dia tetap diam di kamar tidak mau turun sampai sang Mama pulang berbelanja.
0o0__0o0
Jam 1 siang, Lora baru turun dari kamarnya karena hari ini dia ada jadwal les. Lora menghampiri sang mama untuk mengantarnya pergi les seperti biasa, namun kali ini mamanya tidak bisa mengantar.
"Ma, Terus aku pergi Les'nya gimana dong ?" Rengeknya sambil mengekori sang Mama yang lagi sibuk memasak di dapur bersama pelayan.
"Kamu tidak usah khawatir Sayang, sementara biar Papa yang akan mengantar kamu. kebetulan Papa juga lagi free tuh". Balasnya santai sang Mama.
"Tapi Ma, Lora tidak pernah pergi berdua bareng Papa dan Lora merasa tidak nyaman" Ungkapnya mencoba menjelaskan.
Maya memutar tubuhnya menghadap ke arah Lora "Mulai sekarang kamu harus belajar terbiasa sayang, Karena Mama tidak selalu bisa mengantar kamu" Ucapan'nya mencoba memberi pengertian.
Sampai akhirnya Lora hanya bisa mendesah pasrah dan mengangguk singkat. "Baiklah Ma, Lora mengerti" Jawab'nya Lemas.
Karena waktunya sudah mepet akhirnya Lora terpaksa mau diantar oleh Papa tirinya. Perasaan tidak nyaman mulai menghantuinya, Namun Lora segerah menepisnya.
0o0__0o0
"Sudah Siap ?" Tanya sang Papa yang sudah standby di samping mobil mewahnya.
Lora hanya mengangguk singkat, Lalu langsung masuk ke dalam mobil tanpa sepatah kata.
Mobil mulai melaju dengan tenang tapi suasana di dalamnya terasa begitu sunyi, Lora hanya menatap keluar jendela berpura-pura sibuk memperhatikan jalanan.
Papa tirinya melirik sekilas ke arah Lora "Apa kamu selalu pendiam seperti ini ?" Tanya'nya tiba-tiba.
Karena Ini pertama kalinya Lora satu mobil berdua dengan papa tirinya. Biasanya dia kemana-mana akan diantar oleh mamanya.
Lora menoleh sekilas lalu mengangkat bahunya sekilas, "nggak juga", balasnya singkat.
"Kamu masih canggung ya, sama papa ?" Tanyanya dengan suara lembut.
Lora menggigit Bibir bawah'nya gelisah, "enggak..Aku cuma belum terbiasa aja" Cicitnya menjawab dengan suara pelan.
Papanya tertawa kecil mendengar itu, "wajar Ini baru pertama kali Kita pergi berdua".
"Maaf, ya Sayang ! Karena Papa sibuk kerja Jadi jarang punya waktu buat kamu" Sambung'nya Dengan raut wajah menyesal.
Lora mengangguk "Tidak masalah, Lora mengerti kesibukan Papa" Meskipun dalam hatinya dia tahu bukan itu alasan utamanya.
Mendadak Papa Tirinya menepikan mobil di sebuah lampu merah, Saat itulah Lora kembali merasakan tatapan itu.
Tatapan yang sama seperti sebelum-sebelumnya yang dia rasakan. Jantung Lora berdetak cepat ''Kenapa Pa ?" Tanya'nya gugup.
Papa tirinya hanya tersenyum tipis, "Nggak apa-apa Cuma...kamu benar-benar sudah besar sekarang".
Lagi-lagi kalimat itu yang terlontar. Lora menggigit Bibir bawahnya kembali, "Papa sudah bilang itu tadi pagi". Ucapnya Lirih.
"Tapi Papa baru sadar, Kamu benar-benar bukan anak kecil lagi". Ucapnya Santai,
"Papa ingat pertama kali ketemu kamu dulu, Saat itu kamu masih pakai seragam SMP dengan rambut di kepang dua". Sambungnya sambil terkekeh ringan.
"Papa tau aku sejak SMP, Kenapa dulu aku tidak pernah mengetahui-nya ?" Guman'nya bertanya-tanya dalam hati.
Lora berdehem singkat, dia merasa dadanya semakin tidak karuan. "Sekarang aku sudah SMA" Ucap'nya cepat berharap percakapan ini segera berakhir.
"Tepat sekali" Ucap Papa tirinya yang masih menatap ke arahnya. Lalu tiba-tiba.. Dia mengulurkan tangannya dan menyelipkan rambut Lora ke belakang telinganya.
Gerakan itu begitu tiba-tiba, begitu sangat lembut. Tapi itu cukup membuat Lora terpaku di tempat dengan tubuh kaku.
Lora meng-genggam sabuk pengaman-nya dengan sangat erat, Seolah menyalurkan rasa tegang yang saat ini dia rasakan.
MeLihat ke terpakuan Lora Papa tirinya hanya menyeringai dalam hati, Dia segera menarik kembali tangan'nya. Lalu melajukan mobilnya kala rambu lalu lintas sudah berubah hijau.
Papa Tirinya mengendarai mobilnya dengan santai seolah tidak ada yang terjadi. Tapi Lora masih bisa merasakan kulitnya panas, di tempat pria itu menyentuh daun telinganya.
"Kenapa Rasanya seperti ini ? Kenapa Papa Tirinya bisa bersikap seperti ini ? dan yang paling menakutkan Kenapa dia hanya diam tidak bisa melawan". Guman Lora bertanya-tanya dalam hati.
0o0__0o0
Malam Hari Di Mansion sudah dipenuhi oleh beberapa orang dari kerabat dekat sang mama. Di sana juga ada para sepupu Lora yang ikut hadir untuk acara makan malam kecil yang di adakan oleh Mamanya.
Saat acara berlangsung Lora mencoba menghindari tatapan dari Papa'nya sebisa mungkin.
Lora menyibukkan dirinya dengan mengobrol bareng sepupunya, Dia pura-pura sibuk makan apa saja Asal tidak perlu Bertatapan dengan sang Papa.
kejadian siang tadi Masih Membekas di benak'nya, Lora merasa sangat tidak nyaman dengan itu semua.
Namun...Lora hanya bisa memendam'nya sendiri. Lora ingin cerita sama Mama'nya namun dia takut.
Lora masih bisa merasakan tatapan itu bahkan saat dia tidak melihatnya, Dia tetap tahu bahwa sedang diperhatikan oleh Papa Tirinya.
Setiap gerak-gerik Lora tidak pernah luput dari tatapan Elang Rico "Kelinci kecilku yang penakut" Guman'nya membatin.
Saat Lora berdiri untuk mengambil minuman, saat dia tertawa dengan lebar bareng sepupunya bahkan saat dia menunduk untuk mengambil sesuatu yang jatuh. Semua itu tidak lepas dari tatapan mata Elang Rico.
Saat Lora melirik ke arah Papa'nya, Bahkan Rico tidak mengalihkan pandangan'nya. Seolah dia tahu bahwa Lora menyadarinya.
Lora merasa sangat ketakutan, tubuhnya gemetar dan peluh membanjiri dahinya "Kenapa Dia selalu nampak menyeramkan di mata ku ?" Guman'nya membatin.
0o0__0o0
Jam 11 malam, akhirnya acara makan-makan dan kumpul-kumpul itu berakhir juga. Lora langsung lari ngibrit naik ke lantai atas menuju ke kamarnya. Dia merasa sangat tertekan tinggal dibawah terlalu lama.
Tatapan itu berhasil membuat sekujur tubuh Lora merinding dan bergetar ketakutan. Di tempat tidur Lora menatap langit-langit kamarnya dengan pikiran yang berkecamuk.
Apa yang sedang terjadi selama sebulan dia tinggal bersama Papa Tirinya ? Lora tahu, dia tidak seharusnya berpikir seperti ini. Tapi semakin dia mencoba mengabaikannya semakin kuat perasaan aneh itu menghantuinya.
Huft...!
Lora menghela nafas kasar, "Papa Rico adalah suami Mama, Aku terlalu berpikir berlebihan" Ungkapnya bingung sendiri.
"Papa Rico seharusnya hanya menganggap Lora sebagai anak tiri tidak lebih, Tapi kenapa tatapan itu terasa begitu..intim ?" Guman'nya bertanya-tanya.
Lora bergumam frustasi di atas tempat tidurnya, semakin di pikirkan maka semakin jelas terekam di otaknya.
Lora mencoba menutup rapat-rapat kedua matanya, Dia benci situasi ini dan Dia benci Perasaan Ini. Tapi jauh di dalam Lubuk hatinya. Dia tahu bahwa malam ini adalah pertama kalinya dia mulai melihat Papa tirinya dengan cara yang berbeda.
Dan itu berhasil membuat Lora Semakin Ketakutan sendiri. Dia terus tenggelam dalam pikiran buruknya.
0o0__0o0
Note : "Suara hatimu yang mengatakan bahwa ini tidak benar adalah suara hati kecil mu", Maka dengarkan itu".
0o0__0o0
Hari-hari berlalu dan bulan-bulan berlalu, kini Lora mulai terbiasa dengan kehadiran Papa Tirinya. Kedekatan mereka mulai terasa berbeda tidak seperti sebelum-sebelumnya.
"Di ruang keluarga..! Jam 9 Malam".
Malam itu Lora sedang duduk di sofa sambil memeluk bonekanya, Dia menonton acara serial drama Korea favoritnya.
Mamanya sudah masuk duluan ke dalam kamar karena merasa kelelahan setelah seharian mengurus Cafe Barunya.
Kini di ruangan itu hanya Tertinggal Lora dan Papa Tirinya yang duduk bersebelahan di atas sofa.
"Apa yang kamu tonton ?" Tanya sang papa tiba-tiba kalah melihat Raut wajah serius Lora.
Laura menoleh dan mendapati sang papa lagi menyesap kopi panasnya dengan santai. "Drama Korea" Sautnya singkat.
Papa Rico mengangkat alisnya ke atas penasaran "Drama Korea ? Memangnya kamu mengerti sama bahasanya ?" Tanya'nya penasaran.
Lora hanya terkekeh ringan mendengar pertanyaan dari Papanya. "kan ada terjemahan-nya Pa" Sautnya dengan tatapan tak lepas dari HP yang ada di tangannya.
"Oh, ya ? Papa baru tahu loh". Ucapnya, Yang hanya di balas deheman singkat oleh Lora karena dia fokus Menonton serial dramanya.
"Terus Kamu suka nonton drama yang seperti apa?" Sambung'nya bertanya namun dibalik pertanyaan itu terselip niat yang tersembunyi.
"Tentang serial drama romantis, seperti cinta beda usia". Jawaban Santai.
Mendengar itu sang Papa menyeringai licik , dia mulai menggeser tubuhnya hingga duduk berdempetan dengan Lora.
"Hem..Jadi Anak Gadis Papa ini suka Drama yang seperti itu" Bisiknya di samping telinga Lora.
Deg..!
Seketika tubuh Laura menegang kaku dia merasa sekujur tubuhnya mulai merinding mendengar bisikan dari Papa tirinya.
Nafas Rico menerpa hangat di telinganya dan itu membuat tubuhnya seketika memanas. Lora menoleh ragu-ragu ke arah Papa Tirinya.
Hingga kini jarak keduanya begitu dekat bahkan hidungnya nyaris bersentuhan.
Wajah Lora seketika memerah seperti tomat Dan Dia nampak sangat gugup saat ditatap begitu intens oleh Papa tirinya.
Rico seketika menyeringai dalam hati saat melihat raut wajah anak tirinya "Mau Lanjut Nonton apa mau lanjut natap Papa Hem ?" Tanya'nya lembut.
Lora seketika mengerjakan mata Bulatnya dengan wajah polosnya, Namun pikirannya berkecamuk liar. Menyimpan tanda tanya besar di otaknya.
"A_aku Ma_u Lan_jut No_nonton", jawabnya Gagap.
"Kalau begitu, lihat HP kamu jangan terus lihatin papa". Ucapnya sambil memutar ke depan kepala Lora pakai tangan lebar'nya.
Akibat Kejadian beberapa detik itu membuat suasana seketika jadi Canggung, Lora fokus menunduk ke arah layar HPnya sedangkan Rico sibuk memperhatikannya dari samping.
Hooaamm..!
1 jam kemudian, Lora menguap lebar, dia berusaha menahan kantuknya karena penasaran sama ending drama yang dia tonton. Hingga akhirnya rasa kantuk itu tidak bisa di tahan lagi.
Lora tertidur sambil duduk bersandar di sofa dengan tangan memeluk boneka dan tangan satunya lagi memegang Hpnya yang masih menampilkan serial drama.
Rico yang melihat Lora tertidur, mengambil hp yang ada di genggamannya lalu mematikan ponselnya. Dia menatap dekat wajah cantik Lora sambil menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinganya.
"Lora, Kamu sungguh sangat cantik sayang, Bahkan mengalahkan kecantikan Mama kamu" Ucapnya sambil menatap mulut Lora yang sedikit terbuka.
Rico memandang lekat bibir merah alami Lora dengan jakun naik turun. "Sial..! bibir itu rasanya memanggilku untuk mencicipinya" Umpatnya frustasi.
Tangan Riko terangkat menyentuh bibir Lora yang terasa sangat kenyal dan lembut di ibu jarinya. tanpa bisa ditahan dia mendekatkan wajahnya ke arah Lora hingga jaraknya setipis tisu.
Sedikit lagi Rico bisa merasakan bibir merah ranum yang menggoda itu, "namun....''
Mas..!
Maya memanggil Rico dengan suara sedikit keras, Dia berjalan dengan mata setengah terpejam karena rasa kantuk masih menguasainya.
Panggilan dari sang istri membuatnya langsung menarik mundur kepalanya kembali. "Pengganggu" guman'nya dalam hati dengan geram.
"Mas di sini Sayang" Sautnya Lembut sambil duduk tenang di sofa. Setelah membetulkan posisi Tidur Lora di atas sofa dengan nyaman.
Maya langsung membawa langkahnya menuju ke arah Riko, Dia langsung duduk di atas pangkuan'nya dengan manja.
"Kenapa kamu belum tidur Mas?", Tanya'nya dengan suara terendam di ceruk lehernya dan tangan yang melingkar erat di sana.
Riko mengelus lembut punggung Maya, "Mas tadi masih menemani Putri kita yang lagi asik menonton drakor" Jawabnya Lembut.
"Kamu terlalu memanjakan nya hingga terkadang aku merasa cemburu" Ucap'nya serak sambil terkekeh ringan.
Hahaha..!
Rico tertawa pelan karena dia tidak mau sampai mengganggu tidur Lora.
"Kamu ini ada-ada saja sayang, masa kamu cemburu sama Putri kamu sendiri" Balasnya lembut.
"Bercanda Mas, Aku justru senang karena kamu mau menyayangi Lora dengan sepenuh hati". Ucapnya dengan tulus.
"Aku sudah bilang berkali-kali, kamu dan Lora itu dua perempuan yang paling aku sayangi di dunia ini. Jadi selagi Mas masih ada, aku akan memanjakan kalian semua dengan penuh kasih sayang" Ungkapnya lembut namun mengandung arti tersembunyi di balik kata-kata manisnya.
"Terima kasih Mas, Aku tidak salah memilih kamu sebagai suamiku. Aku sungguh sangat beruntung bisa memiliki kamu di hidup aku Dan Lora" Balasnya dengan mengelus lembut dada bidang Rico.
Rico memejamkan matanya menikmati usapan lembut dari tangan istrinya. "Sayang, kamu membuat Pusaka ku terbangun" Ucapnya serak.
Maya terkekeh geli mendengarnya "Pusaka kamu memang selalu Baperan Mas" Sautnya ringan.
"Sial..! Rico mengumpat dalam hati", pikiran dia jadi liar membayangkan jika yang ada di atas pangkuannya saat ini adalah Lora.
"Sayang..! Mas sungguh tidak bisa menahan lagi" Bisiknya serak di samping telinga Maya dengan tangan meremas pantatnya.
Aaahh..!
"Rico mendesah lirih" Saat Maya mulai bergerak pelan di atas pangkuannya. Pusaka'nya semakin membengkak di bawah sana.
Rico yang sudah di kuasai oleh Napsu Langsung menarik kepala Maya. Dia menyesap bibir'nya dengan intens, Lembut, lalu berubah menuntut.
Mmpt..! Mmpt..!
Maya membalas ciuman Rico tak kalah brutalnya, Mereka menikmati perang bibir dan lidah seolah tidak ada yang mau mengalah.
Suara decapan lidah ke-dua nya memenuhi ruang tengah itu. Maya meliuk-kan tubuhnya di atas pangkuan Rico dengan tekanan kuat sehingga mereka bisa merasakan inti tubuhnya bergesekan dari luar pakaian nya".
Aaaah..!
Maya mendongakkan kepalanya ke atas diiringi dengan suara desahan Manja. Rico menelusuri leher jenjangnya dengan sapuan Lidah Liarnya.
Rico menghisap bahkan mengigit kuat leher Maya hingga tertinggal jejak merah di seluruh lehernya.
Enggh..!
Maya semakin mengerang saat Rico mulai meremas payudara'nya dengan remasan kuat. Maya semakin blingsatan dl atas pangkuan'nya.
Api gairah membakar tubuh ke-dua nya. Rico berbisik di telinga Maya dengan suaran rendah seraknya. "Masukkan Dia ke dalam rumahnya sayang" Di akhiri dengan jilatan sensual pada daun telinga Maya.
Mendengar bisikan Sensual dari Riko tubuh Maya semakin meremang, dia menarik ke samping celana dalamnya sambil mengeluarkan Pusaka'nya Rico dari balik boxer mahalnya.
"Ah, Masukkan Sayang" Desak Rico kalah Maya mulai mengurut lembut Pusaka'nya.
"As you wish honey" Bisiknya sensual sambil menggesekkan kepala juniornya pada bagian intinya yang sudah basah. "Lalu..."
Jleb..!
Kedua inti tubuh ke-dua nya menyatu dengan sempurna dan Lora yang tertidur pulas menjadi saksi bisu kedua pasutri yang sedang di landa api gairah.
Engh..!
Ahhh..!
Ke-dua nya mengerang dan mendesah bersama, Mereka berdua menikmati penyatuannya yang begitu dalam.
"Ber___"Ucapan Rico terhenti seketika kalah tiba-tiba mendengar suara Lora.
"Mama, Papa kalian sedang apa ?" Tanya anak gadisnya yang masi berusia 17 tahun itu dengan wajah polosnya.
0o0__0o0
Note : " Ayah Tiri bisa saja jadi monster dalam bentuk manusia".
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!