NovelToon NovelToon

Sebatas Angan

03.13

Aku terbangun di malam yang dingin.

Entah kenapa, air mataku menetes membasahi pipiku.

Yang ku ingat, mimpi itu.

"Hai, Ayu... sini.." panggil seseorang yang aku sendiri tidak tau siapa dia.

Entah kenapa, aku mau saja dipanggil mengikuti jalan, sampai aku di atas jembatan, sendiri dan matahari langsung menyengat kulitku.

Aku terdiam, membisu, entah apa yang harus aku lakukan. Yang aku tau, aku sedang sedih dan menyendiri, ketika aku dipanggil orang itu.

Di atas jembatan itu, aku melihat ke arah bawah, seorang keluar dari mobilnya. Hatiku berdetak. Sosok itu sangat aku kenal. Aku hafal setiap gerakannya, aku hafal bentuk tubuhnya, aku hafal lonjong mukanya walau ia menutupinya dengan topi.

Semakin dekat, langkahnya semakin aku deg-degan.

"Bang" panggilku.

Laki-laki itu hanya tersenyum kepadaku, dan memakaikan topi berwarna pink, menepuk pundak ku, dan berlalu tanpa berkata apa-apa.

Aku melihat langkahnya yang semakin jauh, dan aku hanya memegang topi yang ada di kepalaku.

Uhuk. uhuk.

Rasa dadaku menahan sakit, dan aku terbatuk.

Ku lihat jam yang ada di ponselku.

03.13 wib.

Masih terlalu pagi.

Aku terduduk di atas kasurku.

Menunduk.

Menangis.

Hingga akhirnya aku tertidur dalam tangisku.

**Pagi yang cerah, matahari bersinar dengan cantiknya. Aku keluar dari kamarku.

"Kenapa semalem? Tidur kok nangis." ucap Aca, teman sekamarku.

"Oh, aku menangis?" tanyaku yang tidak percaya, kalau aku benar-benar menangis.

"Iya. Kenapa? Mimpi dia lagi?" tanya Aca.

Aku hanya tersenyum dan mengangguk.

"Kalian ini, soulmate banget sih. Tau kan, kalau kamu mimpiin dia, artinya, dia sedang merindukanmu. Tapi, kenapa sering banget sih" Aca berkata tanpa memandang mataku.

Aku hanya menarik nafas panjang.

Dan segera memakai topi, menyandang tas ransel, dan sepatu kets.

Entah kenapa, setiap aku memimpikan dia, seharian aku bisa menjadi orang yang sangat murung.

Flash back

"Ayu.. Kalau sudah selesai, mau kerja dimana?" tanya Romi, teman sebrang kos. Ia bekerja di sebuah perusahaan percetakan.

"Ayu belum tau, bang. Ayu ingin pulang dulu ke kampung"

"Sayang sekali, kan bisa langsung kerja"

"Apa ada lowongan untuk Ayu, bang?" tanya Ayu.

"Kau selesaikan saja kuliahmu, nanti Abang bantu." ucapnya memastikan.

"Ehem.."

"Hai, Ca. Baru pulang?" tanya Romi.

"Ya lah bang. Abang kok udah pulang kerja."

"Kebetulan tidak ada kerjaan lagi, ya aku pulang aja"

"Gak ada kerjaan lagi, atau mau ngapelin Ayu?" Aca bercanda kemudian ia berlari masuk karena dia tau kalau aku akan mencubitnya.

"Hahaha, ada-ada aja si Aca" ucapnya sambil menggaruk kepalanya.

Aku bukan perempuan yang GR, tapi aku tau, kalau bang Romi punya perasaan kepadaku.

Tapi, karena aku menganggapnya sebagai abangku, aku tidak pernah menghiraukan perasaannya itu. Hubungan kami berjalan seperti air, mengalir.

Setiap ia pulang dari kerjanya, ia selalu menyempatkan untuk melihatku. Terkadang ia menanyakan kondisiku, mengingatkanku untuk sholat awal waktu, dan mengingatkanku untuk makan. Ia sangat khawatir, kalau sudah melihat aku kelelahan.

"Makan ini, Abang tadi beli di warung depan. Tapi, bersih kok warungnya, terus dimakan obatnya. Katanya mau cepat-cepat selesai kuliah. Jangan sakit-sakitan."

ucapnya sambil melirik ke arahku.

"Ya kan?" tanyanya lagi.

Dan aku hanya tersenyum.

Ini adalah tahun ketiga aku kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta. Dan perjalanan masa kuliah aku habiskan dengan belajar, dan belajar. Targetku, paling lama 4 tahun sudah wisuda.

**Hai hai.. Jangan lupa buat kasih like, komen dan vote ya, terima kasih readers tersayang

Jangan lupa untuk mampir ke novelku lainnya.

* Soulmate

*Status Palsu

* Cinta di atas kontrak

*Mengejar Cinta Rania

Pegangan

Beda umurku dan bang Romi hanya terpaut 3 tahun. Tapi pemikirannya sangat dewasa.

Tak pernah terpikir, bahwa kami akan cocok dalam segala hal.

"Yu, nanti Abang ada pertandingan basket, mau nonton gak? Mumpung weekend, daripada bete sendiri." ajak Romi.

"Sana, yu. Siapa tau bang Romi menang loh, karena kehadiran seorang Ayu Amelia" Aca yang mendengar langsung nyamber.

"Gimana, yu. Nanti Abang kenalin sama temen-temen kantor Abang "

"Jam berapa, bang?" tanyaku

"Bentar lagi ya, Abang mau siap-siap, nanti Abang jemput ya"

Dan aku pun mengangguk.

"Yu, sepertinya bang Romi suka deh sama kamu. Ketara loh." Aca sambil membenahi buku-buku yang semalam belum sempat dirapikan.

"Gitu doang?" tanya Aca yang melihat penampilanku.

"Kenapa?"

"Hm.. Bentar" Aca bangun, dan mendekatiku,

"Kaosnya dimasukin. Sepertinya keren deh."

Aku bengong.

"Cepetan" pinta aca

Aku merapikan bajuku, dan memasukkan kaos ke dalam celana jeans, dan melipat lengan kaos yang ku pakai.

"Gak, ah. Biar gini aja" ku lepaskan lipatan bajuku.

"Kamu mah, gak tau modis loh" Aca bersedekap tangan dan melihat lagi penampilanku. Ia merapikan kaosku.

"Mana jaketmu?" tanyanya.

Tapi dia membuka lemariku,

"Coba pakai ini" Aca menyerahkan jaket yang dipilihnya.

"Hm.. lumayanlah." kemudian Aca kembali ke meja belajarnya.

"Yu, udah siap? Abang kesana ya" suara itu hilang.

Aku memakai sepatu kets andalan yang belum sempat aku cuci.

"Jagain Ayu, ya bang. Pegangan kalo di motor itu." lagi-lagi Aca menggodaku.

Bang Romi memakaikan helm ke kepalaku.

Aku melambaikan tanganku.

Aca memberi kode, "pegangan"

Kenapa hati ini berdegup kencang.

Ada apa gerangan.

Aku berusaha untuk mengatur detak jantungku. Untung saja, bunyi kendaraan itu mengalahkan detak jantung ini.

Parkiran lapangan basket terasa dekat, padahal perjalanan dari kosan ke lapangan memakan waktu 40 menit.

"Ayo," ajak bang Romi, yang tidak sadar menarik tanganku, aku terdiam dalam lariku mengikuti jejaknya.

"Ayu di sini ya, doain bang Romi, ya" ucapnya sambil memakaikan topi yang dipakainya ke kepalaku.

Aku tidak dapat mengartikan apa-apa dengan semuanya.

Sejak pertama, aku mengenalnya lebih dekat, aku tidak pernah menyesalinya, aku tak meragu, kalau dia orang yang baik, yang Tuhan kirim untukku.

Pertandingan basket itu sangat seru. Tapi hati yang bergejolak di hatiku, lebih seru dari pertandingan itu.

Ketika bola itu di tangan bang Romi, lirikannya mengarah kepadaku, dan..

"Yeay" sorak Sorai dan tepukan tangan yang ramai. Aku pun ikut bersorak dan bertepuk tangan. Poin bertambah. Sesekali, bang Romi melirik ke arahku, memastikan keberadaanku.

22-23

Angka terakhir di papan.

Pertandingan yang tidak mudah.

Aku tetap diam.

"Rom, kita langsung minum kopi ya" ajak teman-teman kantor bang Romi .

"Lanjut deh, gue gak sendiri" ucap bang Romi.

"Wah, siapa? Pacar lu?" olok mereka.

"Ya udah, gue duluan ya." Bang Romi menghampiriku.

"Abang ganti baju dulu ya. Gapapa sendiri sebentar ya." ucapnya.

Aku mengangguk, mengeluarkan ear phone, sambil mendengarkan lagu dari ponselku.

Aku menyandarkan kepalaku di bangku, menutup sebagian kepalaku dengan topi milik bang Romi.

Entah kapan dia sudah duduk di depanku. Lapangan itu sudah sepi.

Saat aku sadar, bang Romi hanya memandangku dan menutupi cahaya matahari yang menyapa diriku.

"Bang, udah selesai? Maaf Ayu ketiduran ya" aku duduk kembali.

Romi hanya tersenyum.

"Berapa buku yang dibaca semalam?"

Aku hanya mengeluarkan senyum lebarku, dan dia menekan topinya yang sedang aku pakai.

"Ayo, kita pergi" ia memegang tanganku, menuruni anak tangga. Dan lagi, jantungku berdegup kencang.

**Selamat datang di novel terbaruku. Setelah Soulmate, Status Palsu, dan Cinta di atas Kontrak. Kali ini, novel terbaruku memuat cerita yang tidak kalah romantisnya. Jangan lupa like, komentar, dan vote ya.. Terima kasih😍

Jalan Bareng

##Memilikimu itu mimpi, dan sebagian mimpi itu memang harus tetap menjadi bunga tidur, tidak dapat diwujudkan, hanya untuk dijadikan hiasan malam.

Malam sudah larut, saat kami keluar dari bioskop. Ya, setelah makan, kami iseng beli tiket untuk nonton.

"Terima kasih buat hari ini, ya Yu.." bang Romi melepaskan helm yang aku pakai.

"Aku yang terima kasih, bang. Udah bisa main sama-sama"

"Nanti kalau Abang sparing lagi, ikut ya."

"Gak enak bang, tadi aja teman-teman Abang liatin Ayu gitu, Ayu kan malu" ucapku menunduk.

Bang Romi mengucek kepalaku.

"Ya udah, masuk sana. Selamat malam" bang Romi segera memutar motornya ke arah kosannya.

"Cie.. yang bahagia. Kemana aja tadi?" tiba-tiba terdengar suara Aca.

Aku hanya senyum, dan segera mengambil handuk dan mencuci badanku.

"Ca, tadi bang Romi mainnya keren loh."

"Mainnya apa orangnya"

"Apaan sih. Dah ah" aku menarik selimutku sambil membayangkan kejadian hari ini.

Flash back.

"Hai, kamu. Kamu pacarnya Romi ya?" sapa seorang yang tidak aku kenal.

Aku diam.

"Romi itu orang yang setia. Banyak loh yang naksir dia di kantor. Tapi dia tidak pernah menggubrisnya. Sampai kami di kantor mengira kalau dia tidak suka dengan perempuan. Kamu adalah perempuan yang di bawa dia ke forum seperti ini"

Aku diam dan rasanya dada ini ingin meledak.

Pernyataan itu membuat aku tersenyum sendiri.

Angin yang lumayan kencang membuat aku ingin memejamkan mataku. Entah karena perasaan tenang atau apapun itu, aku memejamkan mataku, dan terbangun langsung melihat sosok lelaki yang menutupi cahaya yang akan mengganggu tidurku. Ia tersenyum melihatku membuka mata.

**Malam semakin kelam, rintikan hujan membuat hati makin sahdu. Ku pejamkan mataku. Berharap keesokan hari akan menjadi hari-hari yang indah.

"Yu, bunyi tuh ponselnya" Aca membangunkanku.

"Hallo" suaraku berat karena baru saja membuk mata, aku tidak tau siapa yang menelpon sepagi ini.

"Yu, bangun. Wudhu." aku terduduk, suara itu.

"Ya yah."

"Ya sudah."

Ayah yang membangunkan aku. Padahal aku sudah kesal dengan panggilan telepon pagi-pagi.

Setelah melaksanakan 2 rakaat di subuh, aku merebahkan kembali badanku. Ponselku berdering kembali, saat aku memejamkan mata.

"Ayu udah sholat" siapa lagi kalau bukan ayah yang mengingatkan untuk bangun subuh.

"Alhamdulillah. Selamat pagi, anak Sholehah"

Lagi-lagi aku terperanjat bangun kembali.

"Bang Romi?"

"Ya, Ayu. Udah bangun? Joging yok"

"Gak ah. Ayu masih mau tidur" ucapku

"Abang udah di depan kamar, loh"

Hah..

Udah di depan?

Aku bangun, dan mengintip dari jendela.

Seorang laki-laki, bertubuh tegap, sudah di depan pintu, sambil melambaikan tangannya.

Aku menutup kembali gorden itu, dan segera sikat gigi, dan berganti pakaian.

"Aw" teriakku karena kakiku menabrak buku yang ada di lantai.

"Kenapa, yu?"

Aku hanya tersenyum

"Aku joging dulu ya, Ca"

ucapku langsung keluar menemui Romi.

Sambil mengenakan sepatu kets, aku keluar dari kamar.

"Eh, pelan-pelan. Nanti jatuh" Romi menangkap tubuhku yang hampir kesandung lagi.

Romi memakaikan helm ke kepalaku., dan menempelkan ear phone ke sebelah telingaku. Motor itu membawa kami ke lapangan yang ramai, dengan orang yang ingin berolah raga di pagi hari.

Motor itu, dalam waktu yang belum 24 jam, menemani kami. Udara pagi setelah hujan rintik itu, sangat bersih sehingga kami bisa leluasa menghirup udara segar.

Sesekali, Romi mengganggu langkahku yang sedang fokus lari.

"Enak ya, bisa begini. Biasanya, Abang sendirian Mulu, gak ada temen ngobrol." tiba-tiba terdengar ucapan itu.

"Yu, mau gak, nemenin Abang seperti ini?"

Aku menghentikan langkahku.

"Maksudnya?" sambil mengelap keringatku, ia mengambil handuk kecil yang aku pegang, dan mengelap keringat yang mengucur dari dahiku.

"Ya kita jalan bareng terus"

"Ini kita jalan bareng kan." ucapku meluruskan kaki dan meneguk air putih yang ada di tangan Romi.

Kenapa jantung ini masih tidak bisa mengatur detakannya.😔

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!