Aku Sabrina Velicia. Aku bersahabat dengan dia. Dari kecil aku bersahabat dengan Fikri Gutama. Dia baik, lucu, ceria, tapi kadang kaku saat serius.
Aku dan Fikri sudah lama bersahabat, bahkan saat aku belum sekolah, aku sudah bersahabat dengan dia. Semua aktivitasku selalu bersama dia, mulai dari belajar, bermain bersama, berangkat sekolah dan aktivitas lainnya seperti yang di lakukan anak kebanyakan.
Saat sekolah, aku sering berangkat bersama. Bedanya kita sering bergandengan tangan. Orang-orang atau teman-temanku suka menganggap itu serius.
Iiih pacaran
Ih masih kecil pacaran
Cie cie pacaran ya..
Kira kira seperti itu cibiran mereka.
Aku dan Fikri seperti itu karena kita bersahabat. Aku rasa orang-orang saja yang aneh.
Saat SD, Aku dan Fikri juga satu sekolah, sering berangkat bersama dan sebagainya. Perlakuannya memang sangat manis terhadapku. Contohnya seperti saat ini.
"Veli! Veli!" teriak seseorang yang tidak asing lagi bagiku.
Aku menoleh ke belakang. "Eh Fikri, kenapa?" sahutku.
Dia tersenyum. "Hmm, ini nih kamu mau gak kita samaan gelangnya?" dia menyodorkan sesuatu di tangannya.
Aku menatap benda itu. "Wah bagus, mau mau." senyumku merekah.
"Ok sini aku pakein, ada nama kamu-nya juga lho." dia mengambil satu dan memakaikannya padaku.
"Wah iya nih," sahutku senang.
Dia melepaskan tangannya. Gelang itu bagai lingkaran nadi merah di pergelanganku. "Hehehe bagus kan jadinya," ujarnya.
"Iya," jawabku tersenyum. "yeeey!! Oh iya nanti pulang sekolah kita main yuk!"
Dia mengangguk. "Ayo kita main lanjutin yang kemarin"
"Ayo ayo," tukasku sambil gembira. Dia membalasnya dengan senyuman.
Kira kira seperti itu perlakuan manisnya kepadaku. Dia benar benar baik. Dia bagaikan malaikat yang selalu menjagaku. Aku senang dia ada disampingku dan bahkan aku dapat menjadi sahabatnya. Aku sangat beruntung.
...'''...
"Waaaaah awaaas!" ujar seorang anak menaiki sepeda dengan seragam SMP, dia hampir menabrak ibu-ibu yang tengah mengantarkan anaknya. "Eh dek hati hati..!!" "Iya buuu maaaf," sahut anak itu dengan keras agar dapat didengar.
Remaja laki-laki itu memberhentikan sepedanya tepat didepanku. "Yaaa ampuuun Fikri kamu baru pertama masuk SMP udah bikin ulah!" omelku. Ku lihat orang orang menatapku.
Fikri pun malah cengengesan. "Hehehe maaf Vel," balasnya.
Aku menatap sepeda yang dipakainya. Aku lihat dia tersentak, aku menatapnya curiga. "E-eh tunggu ini sepeda siapa?"
Dia mengangkat alisnya. "Ah hehe, ini aku minjem sama tetangga supaya gak telat. Terus dia yang jadi jalan kaki," jelasnya tanpa rasa bersalah.
Aku mengangkat ujung bibirku dan menghela napas. "Yaudah, yuk kita masuk ke dalam," ajakku sambil jalan menelusuri sekolah baruku, dan Fikri mengikutiku dari belakang.
Ku lihat ada ramai-ramai didepan sana. Saat ku dekati, ternyata disana ada mading berisi catatan murid baru beserta kelasnya dan kita berdua menghampirinya. Fikri berlari mendahuluiku dan menerobos siswa lain yang ada di sana.
"Vel vel ada nama kita nih," katanya antusias. "kita sekelas!" ujar Fikri dengan semangat yang buat aku langsung menoleh ke arah dia.
"Mana mana?..waah iya.." kataku tersenyum lebar.
"Yey yey yey yey," sorak kita kompak.
"Ayo Vel," ajak Fikri sambil menggandeng tanganku dan aku mengikutinya.
...'''...
Aku mencari dimana kelasku tapi belum ketemu karena sekolahku sangat luas dan kelasnya pun terlalu banyak jadi aku bingung letak kelasku dimana, sedangkan sekarang sepertinya bel masuk akan berbunyi.
Setelah lama berkeliling, akhirnya aku melihat seseorang, pria paruh baya yang tampaknya seperti satpam.
"Permisi pak saya mau nanya, kelas 7c di mana ya?" tanyaku sopan.
"Pak saya tersesat karena sekolahnya luas bangeeet," sahut Fikri yang terlihat antusias.
"Ssstt jangan terlalu semangat deh," bisik-ku pelan ditelinganya sambil sedikit berjinjit karena Fikri lebih tinggi dari-ku.
"Hehe," sahut dia.
"I-iya pak kita gak tau kelasnya dimana," lanjutku yang tadi.
"Ooh 7c di...." aku lihat bapak ini tampak berpikir. "Oh iya! Di belakang taman, 'kan taman sekolah diantara gedung tingkat itu, terus kelas 7c ada digedung belakangnya yang deket lapangan olahraga, kelasnya ada diatas paling ujung," jelas bapak itu panjang lebar.
"O-ohh hehe iya pak," sahutku tersenyum.
"Ngertikan kamu?" katanya memastikan.
Aku mengangguk "Iya pak makasih ya..," ucap-ku dan Fikri.
"Ya udah buruan keburu masuk, nanti kalian juga dibimbing sama osis."
"Iya pak," kataku dan Fikri serempak.
Aku berjalan mengikuti arah yang dikatakan bapak itu, sepertinya Fikri tidak mengerti apa yang di jelaskan bapak tadi. Dia hanya diam di sebelahku sambil melihat lingkungan baru ini.
"Kita mau kemana siih," rengek Fikri gusar.
"Mau ke kelas kita lah," balasku sambil mengedarkan pandangan-ku
"Tapi kamu ngerti?" tanya Fikri.
"Iya lah, nih dikit lagi," ucapku sambil menunjuk ke gedung itu.
"Hmm," sahut Fikri sambil mengangguk ngangguk.
Tanpa sadar kami bergandengan tangan. Aku tidak tahu apa yang akan di pikirkan orang jika aku dan Fikri seperti ini, aku pikir perlakuan kita normal dan tidak ada yang aneh.
Setelah sampai di gedung itu, aku menaiki tangga sambil melihat-lihat. Perlahan tampak saat aku berada di atas gedung. Aku menoleh ke arah kanan, terlihat pemandangan bumi yang besar dan luas dari atas gedung, terlihat juga seberapa besarnya sekolah-ku, aku rasa aku tidak akan menyesal saat sekolah disini, aku rasa hari hari-ku akan sangat menyenangkan apalagi jika selalu ada Fikri di dekatku.
Saat melewati koridor menuju kelas-ku yang paling ujung itu orang orang tampak melihat kearah ku dan Fikri. Mereka terlihat berbisik saat melihat kita bergandengan.
"Nah udah sampe 'kan, bener gak?" aku melihat ke papan nama kelas. "hmm naah bener," ucap-ku memastikan.
"Yaudah yuk dikit lagi kita masuk jam pelajaran," ajak orang di sampingku yang lebih tinggi sedikit dari-ku ini.
"Oke tapi kan kita Masa Pengenalan Sekolah dulu jadi gak belajar, hehe," jelasku seraya cengengesan.
"Yaudah kita duduk dulu yuk," ajak-ku sembari masuk ke kelas yang terasa asing ini.
"Ayo ayo," sahutnya senang.
"Kita sebangku yuk," ajakku pada awalnya. "yaah kursi yang kosong cuma ada di paling belakan, sisa dua juga, kayaknya kita terlambat," ujarku sambil menatapnya bingung. Padahal aku tidak suka duduk paling belakang.
"Hmm gimana?" Fikri menatapku, tampaknya dia ragu juga.
"Ya udah gak pa-pa deh," balasku lesu.
Saat aku jalan ke kursi itu dan aku duduk, seseorang menyapa kita, dia teman sekelas kita yang duduk di depan kita.
"Hai..kenalin Nama ku......
...To be continue...
...See you ya...
Saat Veli jalan ke kursi itu dan duduk, tiba-tiba seseorang yang menyapa mereka, dia teman sekelas yang duduk di depannya.
"Hai, kenalin Nama-ku Mia Azzahrama, panggil aku Mia aja," ujar Mia dengan sangat berseri.
"Hai, kenalin aku Sabrina Velicia panggil aku Veli dan ini sahabatku Fikri Gutama panggil aja dia Fikri," jawab Veli dengan semangat.
"Ha-haii," sapa Fikri gugup sambil menatap Mia dan tidak sengaja Veli meliriknya.
"Hai!!" jawab Mia dengan sumbringah.
Saat ingin mengobrol lebih jauh, tiba-tiba datang sekelompok osis yang memasuki kelas mereka. Semua murid di sana langsung duduk dengan rapi.
"Selamat pagi adik adik-ku sekalian," sapa ketua osis dengan ramah.
"Pagi kaakk," balas mereka serempak.
"Kenalin saya ketua osis di sini, bagi yang belum tau 'osis' itu apa bisa di lihat di visi misi sekolah ini, di situ ada beberapa penjelasan juga tentang sekolah ini dan juga tata tertib yang harus dilaksanakan, ok baiklah dari pada berlama lama sebaiknya to the point aja ya," ucap ketua osis yang tiba tiba di potong.
"Buruan doong," ujar seorang murid yang terlihat badung.
Ketua osis itu terkekeh. "Eeh iya iya sabar ya.., oke sekarang kakak mau ngasih tau kalo kalian dari hari ini sampai hari sabtu besok akan melewati Masa Pengenalan Sekolah yang dilaksanakan di sekolah dan kalian harus ikut lalu akan di absen setiap harinya oleh pembimbing osis yang akan membimbing kalian, jadi selama seminggu ini kalian belum belajar dan hanya bermain, dan juga mungkin berkenalan pada teman baru kalian," jelas ketua dengan detail dan berhenti untuk mengambil napas.
"Yeey gak belajar yeeey," sorak sekelas dengan riang, suara khas anak kecil yang kegirangan itu membuat ketua osis itu merasa gemas.
"Hahaha, nah sebaiknya nanti saat kalian keluar lapangan untuk melihat beberapa penampilan dari ekskul ekskul, kalian harus serius dan tertib, dan sekarang kelas ini akan di dampingi oleh kak Keli dan kak Meri, baiklah sampai di sini saya menjelaskan nanti saya balik lagi untuk mengabarkan informasi kepada kalian, terima kasih dan selamat pagi," ucap ketua osis bernama Watiana itu mengakhiri lalu melenggang pergi untuk lanjut ke kelas lain.
"Oke adik-adik sebelum kita ke lapangan, kita absen dulu ya ke kak Meri, nanti kakak akan membagikan kertas untuk kalian masing-masing dua dan gak boleh hilang ya," jelas kak Keli lembut.
"Iya kak," ucap sekelas dengan serempak.
Saat pengabsenan berlangsung di bagikanlah kertas yang masing-masing murid mendapatkan dua kertas, kertas pertama berwarna kuning untuk nama dan biru untuk pilihan ekskul nanti.
Setelah selesai mengabsen dan membagikan kertas itu, siswa siswi pun langsung mengisi kolom nama dan kelas lalu memakainya.
"Eeh eh jangan di isi dulu kartu ekskulnya, nanti aja saat hari terakhir MPS, kalian akan melihat dulu ekskul yang ada disini baru deh kalian isi sesuai keinginan kalian, tapi ingat kartunya tidak boleh hilang ya~" ucap kak Keli saat melihat seorang adik kelas yang ingin mengisinya.
"Baik kak," ucap mereka serempak.
"Waaaaww kak Keli dan kak Meri cantik deeh," ujar seorang anak laki laki.
"Iya iih cantik ya, gak sia-sia gue sekolah di sini," sahut yang lain dan kakak kelas mereka yang tadinya tegas menjadi menunduk karena blushing.
"Udah ah kalian mah bikin kakak baper aja," kata kak Meri dengan nada manja dan mengedipkan matanya yang membuat anak laki-laki di sana tercengang.
"Yaah ahahaha pada baper nih yee di kedipin," ucap kak Meri dan kak Keli menertawakan mereka yang tiba-tiba memandanginya dengan tatapan itu.
"Yaaah kirain beneran," ujar seorang adik kelas yang sedari tadi menggodanya.
"Tau tuh ahh, biarin deh enak juga di kerjain bidadari hehehe," sahut yang lain yang membuat orang terkekeh mendengarnya.
Yang lain hanya menertawakan para anak lelaki yang sedari tadi menggoda kakak kelasnya itu, dan hanya satu orang yang tidak menggodanya yaitu Fikri. Kakak kelas dan yang lainnya tidak memperdulikannya, mengapa hanya dia yang tidak ikut ikutan dengan yang lain, mereka menyadari dan menatap Fikri dan menoleh ke arah Veli sebangkunya lalu semua mengangguk mengerti.
"Hai kamu kenapa diem aja gak kayak yang lain? Kalem amat," sapa kak Keli yang membuat Fikri terdiam dan cengengesan.
"Gak pa-pa kok Kak hehehe," ucap Fikri dengan agak sedikit gugup.
"Hmm kakak tau niiih, pasti kamu takut ya sama pacar kamu itu," ucap kak Keli sambil melirik ke Veli yang membuat Veli terkekeh.
What!?.
"Iih nggak kak dia mah sahabat aku," ucap Veli membela diri dan di barengi anggukan Fikri.
"Iihh bener gaaakk??" tanya kak Keli dengan nada meledek.
"I-iya kak sumpah dah, emangnya bisa dapet hukuman ya?" sahut Fikri gagap.
"Hahaha muka kalian hahaha lucu banget haahhaha," suara kakak kelas yang jahil itu pun pecah dan di ikuti tawaan kawan-kawan sekelas.
Veli dan Fikri bernafas lega dan ikutan ketawa hambar. Kakak kelas itu masih tertawa membuat mereka berdua terkekeh, lebih tepatnya jengah, bagaimana tidak mereka yang awalnya tegas menjadi sangat humor dan benjingkrakan sampai sampai ngedeprok di lantai karena tidak tahan ketawa.
"Ya ampuun Keli! Meri! Bukannya ngebimbing malah buat adik kelas jadi gila," pekik seseorang di ambang pintu yang membuat seluruh siswa siswi menatapnya.
"Wati? Eh ketua osis yang paling cakep, imut, ndehooy..ada apa ya..Watiana syantiik," jawab Keli dengan nada lebay yang membuat orang di seluruh ruangan bergidik geli.
"Ada apa, ada apa! Ayo kita kelapangan masa nggak denger pengumumannya!?" ucap Watiana sewot.
"Iya kaak dari tadi kita bercanda sama ketawa-ketawa terus sama bidadari ini," ujar seorang anak laki laki dengan lantang, yang membuat sekelas menahan ketawa saat bocah ini di pelototi oleh ketua osis itu.
"Eh? Kok mel..hehehe iya kak iya aku duduk deh." wajah yang tadinya ceria, menjadi cemberut karena lawakan recehnya yang tidak membuat orang ketawa.
"Ayo deh adek-adek, kita ke lapangan buat ngeliat tampilan ekskulnya, jangan lupa pake kartu namanya ya," jelas kak Meli untuk mengajak adek kelas-nya itu.
"Ayo kakak bimbing deh," ucap kak keli yang mulai tegas dan kak Watiana masih melihat mereka dengan mata menyipit.
Saat ingin ke sana Fikri pun menggandeng tangan Veli dengan erat dan pergi meninggalkan kelasnya itu, tiba-tiba di sampingnya terdapat Mia yang terlihat melirik sinis saat melihat tangan Fikri dan Veli bergandengan, tiba-tiba Mia...
Saat ingin ke sana Fikri pun menggandeng tangan Veli dengan erat dan pergi meninggalkan kelasnya itu, tiba-tiba di sampingnya terdapat Mia yang terlihat melirik sinis saat melihat tangan Fikri dan Veli bergandengan tiba-tiba Mia berlari menengahi Veli dan Fikri.
"Fikrii," panggil Mia saat di sampingnya, lalu melirik Veli yang menatapnya bingung.
"Velii," lanjutnya.
...'''...
Veli yang merasakan dorongan dari arah belakang pun melonjak kaget, dia langsung menoleh kesamping dan ternyata ada Mia di sampingnya. Dia mengangguk sendiri dan larut dalam pikirannya.
Ooh jadi tadi Mia yang dorong.
Saat sampai depan tangga untuk menuju ke bawah Veli tersingkir ke belakang di karenakan ukuran lebar tangga hanya bisa muat untuk dua orang. Lalu akhirnya sekarang di depannya ada Fikri dan Mia. Veli berdecak sebal, ada apa dengan sahabatnya? Mengapa Mia orang yang baru mereka kenal bisa memisahkan mereka. Meskipun ini hal sepele tapi tidak adil baginya.
"Mia! Kamu kenapa sih!?" kesal Veli.
"Apa?" tanya Mia yang pura-pura tak terjadi apa apa.
"Ee-em itu." Veli kebingungan sendiri ada apa dengan dirinya, hanya kesal saja.
"Apa?" tanya Mia lagi.
"Nggak pa-pa kok, ehehe," ucap Veli dengan canggung.
"Kalian kenapa sih?" tanya Fikri yang sedari tadi tidak menyadari.
"Gak pa-pa udah," ucap Mia membalas.
Mendengar itu Veli merasa seperti ada yang di ambil darinya, dan itu membuat dia kesal. Saat sampai di lantai bawah, Veli berlari dan menyamakan langkahnya di samping Fikri. Mia yang melihatnya harus berbuat apa? Dia hanya diam saja tapi sedikit kesal, aneh.
...'''...
Di lapangan sebesar ini sudah di beri tenda dan di sisinya di kasih karpet untuk penonton duduk. Semua osis mempersiapkan adik kelasnya, menuntun mereka untuk duduk berbaris dengan rapi dan sesuai kelas. Fikri duduk bersama Veli, namun Mia tak ingin kalah untuk dekat dengan Fikri. Jadi dia pun menerobos yang lainnya supaya duduk di samping Fikri juga.
Pertunjukan ekskul pun mulai ditampilkan, di hari senin ini sekolah menampilkan ekskul pramuka dan paskibra. Semua bersorak tidak sabar saat kakak kakak berbaju coklat mulai berbaris. Tampilan pertama di tunjukan oleh ekskul pramuka yang membuat mata siapapun berbinar melihat kekompakannya. Semua bersorak senang dan kagum oleh kakak kelas mereka. Semua menyambutnya dengan tepuk tangan yang sangat meriah.
"Waaah Fikri keren banget yaa, kok bisa gitu yaa," celoteh Mia.
"Hehehe iya," jawab Fikri tersenyum tulus.
Veli yang melihatnya tak sanggup menahan kesal karena sahabatnya tampak tidak memperdulikannya, dia hanya mendengus kesal dan tak bisa menikmati pertunjukan di depannya ini. Posisi Fikri sekarang lama keamaan seolah membelakangi Veli, Fikri menyerong kekanan dan fokus ke Mia. Veli melihatnya mendengus sebal dan menyerong membelakangi Fikri juga.
Anak berkacamata bernama Emma itu menatao Veli bingung. "Eh kamu kenapa mukanya kesel gitu?" tanya anak itu.
Veli menoleh. "Ha? Enggak kok, gak pa-pa."
Emma mengangguk paham. "Oh iya nama kamu siapa?"
Veli tersenyum. "Nama aku Veli, salam kenal," katanya seraya memberikan tangannya.
Emma membalas jabatan tangannya. "Nama aku Emma,"
Veli mengangguk-ngangguk. "Ooh,"
"Seru ya ikut sekolah disini," ujar Emma seraya menatap kakak kelas yang sedang pertunjukan itu.
"Iya seru ya, hahaha," sahut Veli senang.
Mereka mulai mengobrol dan mengomentari pertunjukan itu dengan akrab.
Sorakan demi sorakan terdengar saat di puncak acara. Membuat semua oang mengukir senyumnnya termasuk Veli dan Fikri.
Setelah acara selesai para murid baru SMP di persilahkan masuk kelas dan berkenalan dengan baik pada yang lain, dan juga di persilahkan kekantin dan keliling sekolah supaya hafal dengan letak tempat tempat di sini.
...'''...
Veli POV
Aku berdecak sebal ke arah kantin, ingin aku hentikan panggilan mengganggu dari Fikri karena dia tahu aku marah. Siapa suruh lupakan aku, seolah-olah di depannya tak ada aku sama sekali. Aku tidak di pedulikan, siapa yang tidak kesal saat sahabatnya begitu.
"Veli!! Velii! Tunggu dong, aku kan cuma ngobrol sama Mia," jelasnya sambil mengejarku.
"Tapi kamu nyuekin aku tahu gak? Aku aja ngambek kalau kamu nyuekin aku gara gara kucing aku, apalagi sama orang yang baru aja kita kenal," cerocosku kesal dan duduk di kursi kantin yang kosong.
Dia pun duduk di sampingku, aku berusaha tidak menoleh ke arahnya, dan dia mulai membujukku.
"Kita kan sahabat dari kecil, masa kamu mau marah sama aku gara-gara Mia doang sih?" tanyanya dengan nada memelas.
"Kamu baru juga sehari ketemu temen baru, udah nyuekin aku aja, aku 'kan sahabat kamu," jawabku.
"Ya kan bukan kamu doang sahabat aku, masa aku harus sama kamu terus sih mentang-mentang kita sahabatan, gitu...," jawabnya.
Aku terdiam, mencerna kata-katanya, memang benar kata dia. Aku berbalik dan menatap wajah lugu nan tampan itu.
"Hmm, maafin aku yaa," ucapku merasa bersalah pada akhirnya.
Dia tiba-tiba memeluku seperti layaknya kucing kesayangannya. "Udah gak pa-pa kok, wajar aja," ucapnya.
Semua orang di kantin tampak melihat kita, aku tidak memperdulikannya, aku sudah biasa dengan tatapan itu, padahal kita hanya sebatas sahabat.
Dia melepaskan pelukannya. "Wajar kamu kan anak manja, mama-mama minta permen waaa.!" ledeknya dengan menirukan suaraku.
Dia lari. Aku pun menggeram dan mengejarnya. Walau sebenarnya aku kurang bisa lari cepat, tapi aku harus menangkapnya karena dia sangat menyebalkan.
Kantin, lapangan, dan sampai aku berlari-lari di koridor lalu menabrak seseorang yang lebih tinggi dari ku dan tampak seksi. Aku menatap ke atas dan kakak kelas menatapku penuh perhitungan.
"Heh! Kalo jalan tuh liat-liat, segala lari-larian di koridor udah kayak bocah, lo itu udah gede!" bentaknya ke arahku, nyaliku langsung ciut di depannya. Aku merasa malu karena di perhatikan orang-orang. Tampaknya semua menatap takut dan tidak sedikit pun akan menolongku.
"M-maaf kak aku g-gak sengaja, aku lagi ngejar..," ucapku gemetaran.
"Berani ngejawab ya lo! Baru juga jadi bocah ingusan! Liat nih minuman gue juga tumpah, LIAT!" bentaknya tepat di depan wajahku, aku pun langsung ciut.
Dia menatapku tajam seperti ingin memakanku. Aku tidak tahu harus berbuat apa, karena yang ku tahu pasti Fikri sudah lari terlalu jauh dari sini.
Aku melihat gerak geriknya sepertinya dia hendak menyiramku dengan es kopi di tangannya karena ia membuka tutup gelas dengan kasar. Pupil mataku melebar saat tatapan tajam itu menusukku. Ternyata benar dia hendak menyiramku, aku pun langsung menutup wajah ku.
Syuuur
Tapi...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!