Siang itu, Ana terlihat buru-buru keluar dari kampus, usai ia dinyatakan lulus oleh dosen penguji Tugas Akhirnya. Ana bergegas pergi mengunjungi perusahaan PT. Asri Group untuk mencari keberadaan kekasihnya, ia sudah tidak sabar ingin menyampaikan kabar kelulusan ini padanya.
Setibanya di perusahaan PT.Asri Group, Ana di sambut oleh seorang receptionist yang menanyakan keperluannya. "Selamat siang, ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya seorang wanita muda yang berdiri di belakang meja receptionist.
Ana tersenyum penuh semangat. "Siang, saya ingin bertemu dengan Pak Julio, apa beliau ada di tempat?"
"Maaf Nona, sudah dua minggu yang lalu Pak Julio tidak lagi bekerja di sini. Beliau sudah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai manager accounting di PT. Asri Group," jawab wanita itu.
Deg...
Jantung Ana seakan berhenti, wajahnya berubah menjadi pucat pasi mendengar bahwa kekasihnya tidak lagi bekerja di PT. Asri Group. Pikiran Ana menjadi sangat tidak karuan, ia memikiran bagaimana nasib anak yang berada dikandungnya. Orang yang seharusnya bertanggung jawab atas kehamilannya, kini justru menghilang bak ditelan bumi.
'Kemana kamu, Mas? Mengapa kamu pergi meninggalkan aku? Bagaimana nasib janin ini?' gumam Ana dalam hati, sambil meremas pakaiannya.
Tanpa Ana sadari dari kejauhan ada seseorang pria yang memperhatikannya. Orang tersebut adalah Rio Darmanto, yang tak lain merupakan pembimbing lapangan Ana pada saat Ana magang di PT. Asri Group.
Dahulu saat Ana masih magang Rio masih menjadi staff accounting di bawah kepemimpinan Julio, namun setelah Julio keluar dari PT. Asri Group, Rio lah yang menggantikan posisi Julio menjabat sebagai manager accounting.
Rio berlari kecil menghampiri gadis itu. "Hai Ana, sudah lama tidak jumpa," sapanya dengan ramah. "Ada keperluan apa kamu datang kemari?" tanya Rio, ia sedikit penasaran dengan kedatangan Ana karena seingat Rio semua data yang diperlukan Ana untuk menyusun laporan magangnya sudah ia berikan semuanya.
"Sa... saya mencari Pak julio," jawab Ana, terbata-bata.
"Pak julio?" Rio heran mengapa gadis cantik ini tiba-tiba mencari mantan managernya. "Ana, bisakah kamu ikut denganku ke Specta Cafe? Aku ingin mengobrol sebentar denganmu!" ajaknya.
Selain rasa penasaran akan keperluan Ana mencari Julio, Rio juga rindu berbincang dengan Ana, sehingga tak ada salahnya mengajak gadis itu mengobrol sejenak di cafe yang berada diseberang kantornya.
Ana menganggukan kepalanya, kemudian ia menyerahkan kunci mobilnya kepada Rio. "Bapak saja ya yang nyetir," Ana tahu jika Rio akan menerima tawarannya sebab parkiran karyawan tempat Rio memarkirkan kendaraannya, jaraknya cukup jauh dari gedung utama.
Rio tersenyum sembari menerima kunci tersebut. "Oke," ia dan Ana pun masuk ke mobil dan meluncur menuju Specta Cafe.
Sesampainya di Specta Cafe Rio bercerita bahwa sudah dua minggu yang lalu Julio tidak lagi bekerja di PT. Asri Group, lebih lanjut Rio menceritakan jika Julio sempat menawarkan apartemennya untuk di jual kepadanya.
"An, kalo boleh aku tau, ada keperluan apa kau mencari Pak Julio? Setauku seminggu yang lalu Pak Julio sudah pulang ke kampung halamannya untuk menemani istrinya melahirkan! Apa masih ada dokumen yang harus di tanda tangani? atau ada data yang masih kau butuhkan?" tanya pria itu semakin penasaran.
"Is-tri? Bukan kah Pak Julio belum menikah?" Ana benar-benar terkejut dengan apa yang disampaikan oleh pria yang duduk di hadapannya.
"Kamu tidak tahu jika Pak Julio telah menikah dan memiliki anak?" Rio seperti berpikir sejenak. "Memang sih, istri Pak Julio tidak pernah terlihat, karena istri beliau tinggal di desa." Rio memberikan handphonenya kepada Ana, ia memperlihatkan beberapa foto adik kandungnya yang sedang menjenguk istri Julio saat melahirkan anak ke-2nya. Adiknya kebetulan merupakan sahabat baik dari istrinya Julio.
Saat Rio ingin kembali melajutkan ceritanya tiba-tiba saja...
Brug...
Ana terjatuh pingsan.
"Ana...!" Tanpa berfikir panjang Rio segera membopong tubuh gadis itu masuk ke dalam mobil dan membawanya kerumah sakit terdekat.
Setibanya di rumah sakit Rio membaringkan tubuh Ana di atas brangkar, kemudian sang perawat membawa Ana ke ruang IGD, sementara Rio menunggu di ruang tunggu.
Dua puluh menit berlalu, masih belum juga ada tanda-tanda dokter atau perawat keluar dari ruang IGD, hingga di menit ke tiga puluh barulah pintu ruang IGD terbuka, secara tak sabar Rio segera menghampiri dokter yang memeriksa Ana.
"Bagaimana keadaan Ana dok?" Rio tak dapat menutupi rasa kekhawatirannya terhadap kondisi Ana.
"Alhamdulillah pasien sudah siuman, namun pasien masih harus banyak istirahat dan tidak boleh terlalu banyak pikiran karena hal itu bisa mempengaruhi janin yang berada dalam kandungnya," terang sang dokter. "Tolong agar Bapak juga ikut menjaga kandungan Bu Ana dengan baik."
"Ha... hamil dok?" Rio terlihat bingung, karena sepengetahuannya Ana belum menikah.
"Betul Pak, istri anda kini sedang hamil muda, apa Bapak tidak mengetahui jika istri Bapak sedang mengandung? Saya sarankan agar istri Bapak dirawat beberapa hari di rumah sakit untuk memantau kondisi janin yang berada dikandungannya."
Meski masih terlihat bingung, Rio mengangguk setuju. Ia mengikuti saran yang dianjurkan oleh dokter untuk merawat Ana dirumah sakit hingga kondisi Ana dan janinnya benar-benar pulih.
Puas mendengar seluruh penjelasan dari dokter, Rio bergegas menuju ruang administrasi untuk mengurus administrasi rawat inap Ana, sementara itu beberapa orang perawat memindahkan Ana keruang rawat inap.
Setelah semua administrasi selesai, barulah Rio menghampiri Ana, dan menemaninya di ruang rawat inapnya.
Perlahan Ana membuka matanya, ia masih merasakan sedikit pusing di kepalanya. Ana merotasikan matanya memperhatikan keadaan disekelilingnya sambil mengingat-ingat apa yang terjadi dengan dirinya.
"An, bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Rio dengan raut wajah cemas.
"Aku di mana Pak Rio?"
Ingatan terakhir yang muncul dalam memory otaknya adalah saat dirinya sedang berada di cafe mengobrol bersama Rio, namun ia merasa heran mengapa sekarang dirinya sudah berada di rumah sakit.
"Aku membawamu ke rumah sakit karena tadi pada saat kita ngobrol, tiba-tiba kamu jatuh pingsan. Sekarang bagaimana keadaanmu? apa yang kamu rasakanan?"
"Aku sudah jauh lebih baik kok Pak, terima kasih sudah menolongku," jawab Ana, ia berusaha untuk duduk dan mengambil minum yang berada dimeja disebelah tempat tidurnya, namun dengan sigap Rio membantunya.
"Terima kasih Pak Rio, maaf aku merepotkan."
"Tidak apa-apa, aku tidak merasa direpotkan olehmu." Rio kembali membantu Ana menaruh kembali minumannya di meja.
"An, maaf jika aku lancang. Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?"
Meski awalnya ia sempat ragu, namun Rio akhirnya memberanikan dirinya untuk bertanya kepada Ana.
Ana menganggukan kepalanya, "Boleh, Pak." Ia mempersilahkan Rio untuk bertanya kepadanya.
"An, apa kamu sedang hamil?" tanya Rio dengan sedikit ragu-ragu. "Maaf aku tahu ini dari dokter yang tadi memeriksamu," sambungnya.
Ana hanya menganggukan kepalanya lemah, ia tak mampu menjawab pertanyaan Rio. Mata gadis itu mulai berkaca-kaca, perlahan buliran-buliran bening jatuh di wajah cantiknya.
"Apa Pak Julio yang menghamilimu?" tanya Rio kembali dengan sangat hati-hati.
Tangis Ana semakin menjadi-jadi, air matanya kian deras mengalir dipipinya.
"Aku sungguh-sungguh minta maaf An," Rio tak lagi bertanya apa pun kepada Ana, ia mencoba menenangkannya.
Hanya dengan melihat reaksi Ana saja, ia sudah langsung tahu semua jawaban pertanyaan dalam benaknya. Rio merasa sangat iba kepada Ana, pria itu membayangkan jika dirinya menjadi Ana tentu sangat berat.
Mengandung di luar nikah dengan pria yang telah memiliki seorang istri. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Rio berharap Ana tidak melakukan hal yang tidak-tidak.
Setelah ana mulai tenang, Rio menghubungi sekretarisnya, ia menginformasikan bahwa selepas istirahat ini, ia tidak kembali lagi ke kantor. Rio baru akan kembali ke kantor keesokan paginya.
"An, apa kamu ingin menghubungi keluargamu untuk membawakan barang-barangmu. karena kata dokter kamu harus istirahat beberapa hari di rumah sakit." Rio memberikan handphonenya kepada Ana.
Ana ragu menerimanya, ia merasa sangat tidak enak kepada Rio karena telah banyak merepotkannya.
"Pakailah!" Rio menaruh handphonenya ditangan Ana.
Ana pun menghubungi asisten rumah tangganya, dan menyuruhnya untuk datang kemari membawakan barang-barangnya.
"Terima kasih pak Rio, apa boleh aku meminta satu hal lagi kepada bapak?" pinta Ana sambil mengembalikan handpone Rio.
"Apa itu? katakanlah!!!"
"Tolong jangan bilang hal ini kepada siapa pun," Ana menundukan kepalanya, ia sangat malu dengan aibnya yang telah diketahui oleh Rio.
"Kamu tenang saja, aku janji tidak akan bilang kepada siapa pun. Sekarang kamu istirahatlah aku akan menjagamu disini."
"Tidak perlu pak, sebentar lagi asisten rumah tanggaku akan datang."
"Kalo begitu aku akan disini sampai asistenmu datang. Sekarang kamu istirahatlah!"
Karena masih sedikit pusing dan lemas, Ana pun menuruti perintah Rio. Gadis itu kembali merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur dan perlahan mulai menutup matanya.
Saat gadis itu tengah tertidur dengan lelap, asisten rumah tangga Ana datang. Rio mengajaknya untuk mengobrol di luar. Dalam obrolannya itu asisten Ana menceritakan jika ia hanya tinggal berdua dengan Ana, kakak kandung gadis itu sudah menikah dan tinggal bersama dengan suaminya, sedangkan Papanya telah menikah lagi dan tinggal bersama dengan istri barunya.
Usai mendengar penuturan asisten rumah tangga Ana, Rio memintanya untuk pulang dan kembali lagi esok hari saat rio bekerja.
"Tapi pak..."
"Biar aku yang akan menjaganya. Tenanglah! Aku tidak akan berbuat macam-macam padanya" Rio menyakinkan asisten Ana jika dirinya akan menjaga Ana dengan baik.
"Baiklah, Pa Rio. Kabari aku jika ada apa-apa." Asisten Ana pun menuruti permintaan Rio, ia kembali pulang kekediaman Ana.
Saat ana terbangun dari istirahatnya ana melihat barang-barangnya sudah berada di dalam kamar rawat inapnya namun ia tidak melihat keberadaan asistennya yang ada hanya Rio yang sedang duduk di sofa sambil memperhatikan tabletnya.
"Pak Rio, di mana asistenku?" tanya Ana.
"Sudah aku suruh pulang," jawan Rio santai, ia mendekat kearah Ana dan duduk di sebelah tempat tidurnya.
"Loh kenapa Bapak suruh dia pulang?"
"Besok pagi dia akan kembali lagi ke sini untuk menjagamu saat aku ke kantor" Rio mendekatkan wajahnya ke wajah Ana, hingga membuat gadis itu membulatkan matanya karena terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Rio
Sambil tersenyum Rio memencet tombol nurse call, hal tersebut membuat Ana menghembuskan nafas lega, karena ternyata dugaannya keliru terhadap Rio.
Tak lama kemudian perawat datang ke kamar Ana. Rio meminta perawat wanita membantu Ana mengganti pakaian Ana.
"Aku tunggu di luar ya." Rio melangkahkan kakinya keluar dari kamar rawat inap Ana.
Dua hari sudah Ana di rawat di rumah sakit, di hari ketiga Ana sudah di perbolehkan pulang ke rumah. Selama di rawat dirumah sakit Rio dengan setia menjaga Ana, bergantian dengan asisten rumah tangga Ana saat Rio tengah bekerja.
Di hari kepulangan Ana tersebut Rio juga mengantarkan Ana pulang ke kediamannya. Sepanjang perjalanan menuju kediaman rumah Ana, Rio nampak memperhatikan gadis yang duduk di sebelahnya itu menatap jalanan dengan tatapan mata yang kosong.
"Percayalah An, semua akan baik-baik saja, aku akan selalu ada untukmu." Rio memberanikan diri untuk menggenggam tangan Ana dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya tetap memegang stir kemudi.
Ana menoleh ke arah Aio dan berusaha untuk tersenyum "Terima kasih banyak, Pak Rio," ucapnya lirih.
Empat puluh lima menit berkendara, akhirnya Rio menepikan kendaraannya di depan kediaman Ana. Rio mengantar Ana hingga masuk ke kamarnya, diikuti oleh asisten rumah tangga Ana yang membawakan barang-barang Ana.
"Oh ia An, ini beberapa vitamin yang harus kamu konsumsi. Dosis dan aturan minumnya sudah tertulis di kemasannya," terang Rio sambil menyerahkan bungkusan vitamin yang di berikan apoteker kepadanya.
Ana sama sekali tak bergeming, tatapan matanya masih kosong, ia terlihat seperti orang yang limbung.
"Ana..." Rio menepuk bahu Ana secara perlahan.
"Oh ia gimana tadi Pak?" seketika tepukan bahu dari Rio menyadarkan lamunannya.
"Sudahlah, An. Kamu istirahat saja, biar nanti vitaminnya aku berikan ke asistenmu. Nanti asistenmu yang akan menyiapkannya untukmu." ucap Rio.
Ana hanya menganggukan kepalanya, ia tidak begitu memperdulikan perkataan Rio. Pikirannya begitu lelah memikirkan semua yang terjadi dan masa depan dirinya serta anak yang didalam kandungannya.
Melihat Ana yang masih terus melamun membuat Rio ingin terus menemani Ana, ia sangat menghawatirkan kondisi Ana, namun waktu sudah menunjukan pukul 23.00 malam, ia tak ingin di grebeg warga sehingga mau tak mau Rio harus pulang.
Sebelum Rio berpamitan pulang Rio meminta Ana untuk berjanji menjaga dirinya dan juga kandungannya.
"An berjanjilah padaku untuk menjaga kondisimu dan juga kandunganmu dengan baik. Aku berjanji sepulang kerja aku akan rutin mengujungimu dan katakan jika kau mengidam sesuatu, sepulang kerja aku usahkan untuk mencarinya" ucap rio sambil menatap wajah Ana, Rio sangat takut jika Ana berbuat nekat.
Rio benar-benar tidak tega melihat kondisi Ana yang hamil seorang diri, bahkan orang tuanya maupun saudaranya pun tidak ada disisinya.
Ketika Rio hendak beranjak dari tempat duduknya, Ana memegang tangan Rio.
"Maaf, aku selalu merepotkan Pak Rio. Mulai besok Pak Rio sudah tidak perlu menjengukku karena aku tidak mau merepotkan Pak Rio lagi"
Sejujurnya Ana tidak enak hati, selama beberapa hari ini ana telah banyak merepotkan rio, ia tidak ingin menjadi beban untuk orang lain, selain itu Ana juga benar-benar merasa malu dengan Rio, baginya ini merupakan aib yang sangat memalukan.
"Aku tidak pernah merasa direpotkan oleh mu, ana tolong jangan panggil dengan sebutan pak lagi ya. Sekarang aku bukan lagi atasanmu" pinta rio yang mulai merasa tidak nyaman dengan panggilan itu.
"Lalu aku panggil pak Rio apa?" tanya Ana.
"Terserah, apa saja."
"Bagaimana jika aku panggil Kak Rio?"
Rio nampak berfikir sejenak, sebenarnya ia ingin lebih dari itu namun ia tak mau terburu-buru sehingga ia menganggungkan kepalanya, setuju.
"Baiklah, aku pamit dulu ya." Rio menarik selimut hingga ke dada Ana.
"Sekali lagi terima kasih banyak sudah banyak membantuku dan maaf merepotkan Kak Rio."
"Sama-sama" Rio tersenyum kepada Ana, kemudian ia pergi meninggalkan kediaman ana.
Lengang menyelimuti suasana rumah Ana selepas kepergian Rio, A a kembali memikirkan bagaimana nasib dirinya dan nasib anak yang berada dalam kandungannya, lama-kelamaan terdengar lirih suara isakan tangisan ana.
"Seandainya dulu aku tidak berhungan dengannya hiks..." gumam Ana. Tanpa terasa air mata ana mengalir deras di kala Ana mengingat pertemuan pertama kali Ana dengan Julio.
Flashback on
Pagi itu Ana memperbaiki penampilannya di dalam mobilnya yang telah terparkir di parkiran karyawan PT. Asri Group.
" Cheer up, Ana!!!" gadis itu menyemangati dirinya sendiri, kemudian ia melangkah dengan penuh percaya diri, memulai hari pertamanya magang di PT. Asri Group sebagai salah satu syarat menyusun Tugas Akhir kuliahnya.
Sesuai dengan jurusan kuliahnya, Ana di tempatkan di divisi accounting dengan pembimbing lapangan Rio Darmanto. Kebetulan pagi itu ada jadwal meeting mingguan di divisi accounting, sehingga Rio langsung mengajak Ana ikut bergabung.
"Cukup dengarkan dan catat bagian-bagian penting saja, aku harap dengan kamu magang di perusahaan ini kamu bisa mendapatkan pengalaman dan menambah banyak pengetahuan" ucap Rio, sebelum meeting di mulai.
"Baik, Pak Rio"
Begitu meeting di mulai, Rio memperkenalkan Ana kepada teman-teman divisinya dan juga kepada Julio Pratama selaku Manager accounting di PT. Asri Group.
Julio langsung terpesona pada pandangan pertama saat ia berkenalan dengan Ana, sepanjang meeting berlangsung ia terus memandangi wajah cantik gadis itu. Hingga selesai meeting, Julio mulai mencari-cari kesempatan untuk mendekati Ana, mulai dari meminta Rio untuk menempatkan Ana di ruangannya agar bisa membantunya memnyelesaikan persiapan audit, hingga mencari celah untuk mengajak Ana pulang bersama dengannya.
Di hari pertama Ana menolak ajakan Julio dengan alasan jika dirinya membawa kendaraan sendiri, namun di hari-hari berikutnya Julio tidak menerima penolakan. Dengan berbagai cara ia terus merayu Ana hingga akhirnya gadis itu tak mampu menolak ajakannya.
Tak dapat ia pungkiri jika pesona dan karisma dari seorang Julio Pratama mampu meluluhkan hatinya, terlebih Ana berlatar belakang anak broken home, ia sangat membutuhkan sosok seseorang yang penyayang dan perhatian seperti Julio.
Di kantor tidak banyak yang tau mengenai status Julio karena setiap kali ada acara kantor Julio tidak pernah mengajak serta istri dan anaknya, Julio juga tidak pernah terbuka atau menceritakan mengenai status dirinya.
Hanya seputar pekerjaan yang selalu ia bahas dengan rekan-rekan di kantornya, sosoknya yang tegas dan disiplin membuat rekan-rekannya segan dengannya.
Julio juga banyak membantu Ana dalam menyelesaikan laporan magangnya. Berkat bantuan Julio lah Ana dapat menyelesaikan laporan magangnya dengan cepat sehingga Ana bisa mengambil mata kuliah Tugas Akhir.
Ya tentu saja campur tangan Julio dalam pembuatan Tugas Akhir Ana memiliki andil yang cukup besar, dengan semua ilmu accounting yang di kuasai Julio menjadikan Tugas Akhir Ana menjadi yang terbaik di kampusnya.
Tiga bulan sudah Ana menjalani magang di PT. Asri Global, tiba saatnya untuk Ana kembali ke kampusnya. Meskipun Ana sudah tidak lagi magang di hubungan Ana dan Julio tidak menemukan hambatan, keduanya justru semakin dekat dan nyaman.
Julio kerap kali menemui Ana setelah ia pulang dari kantor, entah untuk keperluan membatu Tugas Akhir Ana atau pun sekedar mengajak Ana makan malam bersama.
Tepat di hari ulang tahun Ana yang ke 20, Julio memberikan kejutan sepesial untuk Ana. Julio mengajak Ana makan malam romantis di sebuah restoran mewah.
Malam itu Ana terlihat sangat anggun, ia merias wajahnya dengan make up flawless. Di balut dengan mini dress berwarna baby pink, di bagian pinggang terdapat pita yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, semakin memperindah tampilan Ana.
Ana juga mengenakan high heels berwarna putih yang membuatnya tampak feminim, hingga Julio pun terpikat di buatnya.
Di tengah alunan musik nan romantis Julio mengeluarkan sebuah kotak perhiasan berbahan beluduru berwarna merah dari sakunya, kemudian ia berlutut dan memberikannya kepada Ana.
"Ana, would you be my girl?" tanya Julio
Rasa bahagia dan haru ana rasakan ketika mendengar kalimat itu keluar dari bibir Julio, kalimat yang selama ini ia tunggu. Kepastian akan hubungan kedekatannya dengan Julio, tanpa berfikir panjang Ana langsung menganggukan kepalanya
"Yes I do"
Julio melingkarkan cincin emas berlian di jari manis Ana, lalu mengecup tangan gadis manis yang kini telah resmi menjadi kekasih hatinya.
"Honey, I've some more present for you." Julio menyerahkan kotak hadiah berwarna pink dengan di hiasi pita berwarna senada dengan kotak tersebut.
"What is that, honey?" tanya penasaran.
"Open up, Baby!"
Dengan rasa penasaran Ana membuka kotak tersebut, kemudian di ambilnya dua lembar tiket liburan ke Maldives.
Maldives merupakan salah satu tempat impian Ana untuk berlibur, selama ini gadis itu ingin sekali berlibur ke Maldives bersama dengan teman-temannya namun karena teman-temannya sibuk rencana tersebut hanya tinggal rencana.
"Oh My God, really?" tanyanya seakan tak percaya dengan hadiah yang di berikan oleh kekasihnya, Ana membolak balikan tiket liburan yang di berikan oleh Julio.
Senang rasanya bisa berlibur ketempat impiannya bersama dengan orang terkasih.
"**Ye**s of course honey, we'll take vacation to Maldives this week," jawab Julio sambil menganggukan kepalanya.
"Thank you honey" Ana berhambur memeluk Julio, Matanya mulai berkaca-kaca mendapatkan kejutan bertubi-tubi dari kekasihnya.
"Are you happy, honey?" tanya Julio.
Ana hanya menganggukan kepalanya, ia sudah tidak dapat lagi berkata-kata.
"Why are you crying honey?"
"I'm so touch with you attention and kindness, thank you very much honey"
*Aku terharu dengan semua kebaikan dan perhatian yang mas berikan padaku, terima kasih sayang.
Ana kembali memeluk julio dengan erat, Julio pun mengecup mesra kening kekasihnya.
"Your welcome, honey."
Malam kian larut, Ana dan Julio pulang meninggalkan restoran itu untuk istrahat dan berkemas karena besok siang mereka akan berlibur ke Maldives.
Di butuhkan waktu sembilan jam perjalanan untuk sampai di Maldives. Sesampainya di Maldives Ana merasakan sejuknya hembusan angin yang menggoyang-goyangkan pakaian yang di kenakannya, matanya begitu terkesima melihat pemandangan indah di sekitarnya.
Julio menggenggam erat tangan Ana, mereka berjalan beriringan melewati jalan yang terbuat dari balok-balok kayu menuju resort mewah yang di sewa Julio sebagai tempat mereka menginap selama berlibur di Maldives, dari resort Ana dan Julio dapat melihat matahari terbenam di tengah hamparan lautan yang sangat indah.
Menjelang malam Julio kembali membuat kejutan untuk Ana, Julio mengajak Ana makan malam romantis di pinggir pantai di kelilingi dengan puluhan lilin cantik dan bunyi deburan ombak semakin menyempurnakan keromantisan malam itu.
Seperti biasanya Ana selalu nampak cantik dan mempesona, terlebih kali ini Ana mengenakan mini dress berwana putih berenda di bagian bawah dress tersebut, simple namun tetap terlihat elegan.
Rambut Ana di sanggul dengan menyisakan beberapa helai rambut di bagian depan, riasan sederhana namun membuat wajah ana terlihat sangat cantik di tambah dengan high heels membuat sempurna penampilan Ana
Pada saat Ana dan Julio menikmati makan malamnya, tiba-tiba ada lima orang membawa alat musik, mereka memainkan musik dengan merdu.
Julio mengajak Ana berdansa, keduanya berdansa mengikuti alunan musik. Julio merengkuh pinggang Ana, membuat Ana menempel ketat di tubuh julio.
Aroma tubuh Ana membutakan panca indera Julio, pria itu mengikuti nalurinya. Ia mencium leher jenjang Ana dengan kecupan-kecupan kecil, semakin lama Julio semakin memperdalam kecupannya dengan meberikan sedikit gigitan-gitan kecil dileher Ana.
Hal ini membuat Ana tanpa sadar mengerang, Julio pun semakin terpacu untuk menciumi bibir manis Ana.
Setelah puas menyusuri bibir manis Ana, tak berapa lama kemudian Julio menggendong Ana masuk ke dalam resort.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!