NovelToon NovelToon

Kesetiaan Dibalas Pengkhianatan

BAB 1. PROLOG

"Noda apa ini, seperti bekas lipstik?”

Saat aku akan memindahkan baju-baju kotor ke dalam ember dan memberikan kepada Bik Imah untuk dicuci aku menemukan noda bekas lipstik di baju suamiku. Aku merasa curiga dan akhirnya aku memutuskan pergi ke perusahaan mas David untuk menanyakannya.

Aku segera bersiap dan meminta bang Ujang untuk mengantarkan aku ke perusahaan mas David.

Setelah sampai di sana aku segera naik ke lantai di mana ruangan suamiku berada. Tapi di depan ruangan suamiku aku tidak melihat sekretarisnya itu akhirnya tanpa mengetuk pintu aku segera membukanya dan ternyata apa yang kulihat sangat menyakiti hatiku.

“MAS...!! apa yang kamu lakukan? Dan siapa wanita ini?” aku menunjuk wajah perempuan itu.

aku mendapati mereka berdua sedang asyik bercumbu mesra, bahkan suamiku mulai menjalarkan tangannya di badan perempuan itu.

“Kamu menjijikkan mas,,,bisa-bisanya kamu melakukan ini semua di belakangku?"

aku meneteskan air mata di depan suamiku dan perempuan itu menatapku dengan sinis.

“Hmmm...Tina kamu bisa keluar dulu dari ruanganku?"

Mas David menyuruh wanita itu untuk keluar dari ruangannya. Wanita itu pun segera keluar sambil tersenyum sinis padaku.

“Siapa dia mas? Bisa-bisanya kamu bermesraan dengan perempuan jalang itu...!!"

“Cukup Kirana, dia bukan perempuan seperti itu dan dia mempunyai nama, namanya Tina dan dia adalah sekretarisku.”

“Perempuan baik-baik tidak akan merayu suami orang mas, hanya PELACUR sajalah yang tega berbuat seperti itu?” jawabku lagi, dan

“PLAAKKK”

Aku kaget mas David tega sekali menamparku dengan sangat keras. Rasa panas menjalar di pipiku ini, bukan hanya rasa panas tapi juga rasa sakit hati yang begitu dalam.

“Harusnya kamu sadar diri Kirana! semenjak kamu melahirkan, kamu tidak pernah memperhatikan aku. Kamu hanya memperhatikan anakmu itu wajar kalau aku mencari pelampiasan di luar.”

Mas david bukannya meminta maaf malah menyalahkanku seperti ini.

“Anak kita mas, Luis bukan hanya anakku saja tapi anakmu juga. Aku heran sekali kamu bisa cemburu dengan anakmu sendiri?”

Aku merasa tidak masuk akal dengan kelakuan mas david ini.

“Lebih baik kamu keluar dari ruanganku ini, aku sedang tidak ingin berdebat denganmu lagi. Kita akan membahasnya lagi di rumah.” ucap mas david dengan tegas

Tanpa banyak bertanya aku segera keluar dan membanting pintu dengan sangat keras, tidak terasa air mata menetes di pipiku.

Aku pun terus terjatuh di depan ruangan suamiku, aku merasa kakiku sudah tidak bisa dipakai untuk berdiri lagi.

“Hahaha...kasihan kamu Kirana!!” Aku melihat ke arah suara itu. Ternyata perempuan jalang itu sudah berdiri di depanku sambil menertawakanku.

Lalu dia pun berjongkok dan mencengkram daguku “ini belum seberapa sayang? Kamu akan merasakan yang lebih parah dari ini. Aku akan merebut mas David darimu dan membuat kamu dan anakmu diusir dari rumahmu yang besar itu.”

Lalu dia pun melepaskan daguku dengan sangat kasar dan kembali masuk ke ruangan suamiku.

Aku seperti orang bodoh yang tidak bisa berbuat apa-apa. Aku pun memaksakan kakiku untuk berdiri dan segera pergi dari perusahaan mas david.

Aku tidak akan pernah membiarkan wanita itu menghancurkan keluargaku. Aku akan mempertahankannya sebisa mungkin, aku tidak mau rumah tangga yang sudah terjalin selama 5 tahun harus kandas hanya karena orang ketiga.

Aku pun segera memesan taksi dan pulang ke rumah. Karena memang tadi aku menyuruh mang ujang untuk pulang karena aku berpikir akan lama di kantor mas david.

Ketika sampai di rumah tiba-tiba bik imah mendekatiku dan berkata, “Non, den Luis sepertinya sakit, karena badan den Luis sangat panas.”

Aku pun segera berlari ke kamar anakku, dan aku melihat Luis sedang berbaring di tempat tidur dan wajahnya sangat pucat.

Aku sangat ketakutan, aku takut terjadi apa-apa dengan anakku itu. Aku pun segera membereskan beberapa pakaian Luis, dan memanggil bang Ujang untuk mengantarkan kami ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit mereka langsung membawanya ke UGD dan segera memeriksanya.

Ternyata anakku terkena penyakit tipes dan harus segera dirawat secara insentif di rumah sakit.

Lalu Aku pun memesan kamar kelas 1 untuk perawatan anakku.

Dokter berpesan bahwa anakku tidak boleh kecapean dan tidak boleh makan-makanan yang pedas karena akan membawa dampak buruk untuk kesehatan ususnya, dan dia pun hanya boleh makan bubur ataupun makanan ringan seperti roti dan buah.

Aku pun mengucapkan terima kasih pada dokter tampan itu.

Setelah dokter itu keluar aku pun baru ingat bahwa aku belum memberitahukan kepada mas David kalau anaknya sedang dirawat di rumah sakit.

Aku pun segera meneleponnya “TUT...TUT...TUT...” tapi tidak diangkat.

Aku pun segera meneleponnya lagi “TUT...TUT...TUT...” pada deringan ketiga barulah teleponku diangkat.

“Hallo...” aku mendengar suara perempuan yang mengangkat telepon suamiku, aku sudah dapat memastikan bahwa itu adalah Tina, karena aku ingat suara perempuan jalang itu.

Tanpa banyak basa-basi aku lanģsung berbicara pada intinya “di mana suamiku, aku ingin berbicara dengannya?”

“Ada perlu apa? Kalau ada yang penting sampaikan saja padaku, karena mas David sedang tidur. Dia kecapean akibat pergulatan panas tadi.”

Aku kaget mendengar perkataannya itu. Perempuan ini benar-benar tidak tau malu, dia bisa menceritakan hal yang tidak pantas itu dengan aku istri sahnya mas David.

Aku pun segera mematikan sambungan telepon itu, karena aku merasa jijik dengan tingkah laku mereka berdua.

Akhirnya aku memutuskan untuk tidak menelepon mas David lagi. Biarkan dia sendiri yang menghubungiku kalau memang dia rasa aku penting untuknya.

Aku pun tetap duduk menjaga anakku di samping tempat tidurnya. Dan aku merasa lapar sekali, tadi siang aku tidak sempat makan karena terburu-buru mengantar luis ke rumah sakit.

tapi siapa yang akan menjaga anakku kalau aku keluar mencari makan. Apalagi sekarang sudah jam 8 malam.

“Ma.....” tiba-tiba anakku memanggilku dan ternyata dia sudah bangun.

Dan aku segera memegang dahinya, dan syukurlah ternyata panasnya sudah turun. Karena memang tadi dokter memberikan obat penurun panas.

“Papa mana, ma? apakah papa tidak menyayangiku ma? kenapa papa tidak pernah perhatian pada Luis?” tanyanya dengan mata yang berkaca- kaca.

Aku bingung harus menjawab apa, karena memang selama ini mas David tidak terlalu memperhatikan Luis, dia selalu sibuk dengan pekerjaannya. Dia berbuat seolah-olah Luis bukan darah dagingnya.

“Papa masih sibuk sayang, papa bilang kalau pekerjaannya sudah selesai, dia akan segera ke sini untuk menengok kamu sayang.” Jawabku dengan tersenyum.

Aku tidak ingin mengatakan kalau papanya sedang sibuk dengan perempuan lain. Aku tidak ingin membuat kesan buruk Luis untuk papanya.

Tidak lama terdengar suara ketukan di pintu, dan ternyata bik Imah yang datang.

Dia membawakan makanan dan bubur untukku dan Luis dan juga membawa beberapa baju dan perlengkapan mandiku.

Bik Imah sudah bekerja lama denganku, jadi aku sudah menganggapnya seperti ibuku sendiri.

“Makasih banyak ya bik, kebetulan memang aku sudah sangat lapar sekali. Bibi dengan siapa ke sini?”

“Bibi dengan mang ujang, non. Mang Ujang ada menunggu bibi di parkiran.” Jawab bik imah.

“Apa bapak sudah pulang bik?”

“Belum non?”

Bik Imah pun akhirnya pamit kepadaku untuk pulang kembali ke rumah.

Aku tidak menyangka mas David tega sekali padaku dan anaknya.

Baiklah mas kalau ini maumu, tapi aku pun tidak akan menyerah mas untuk tetap mempertahankan hubungan kita.

***bersambung***

BAB 2. BERTEMU KEMBALI DENGAN TEMAN KECIL

Aku terbangun di jam 5 pagi, dan aku melihat putraku masih terlelap dalam tidurnya. Aku meraba keningnya, dan syukurlah panasnya sudah turun.

Aku bergegas membersihkan diriku di kamar mandi, karena biasanya pagi-pagi akan ada kunjungan dari dokter.

Dan tepat sekali seperti dugaanku, dokter tampan itu datang bersama dua orang perawat, “Bagaimana kabar jagoan kecil ini?” Tanya dokter sambil meraba kepala anakku.

Luis baru sadar dari tidurnya setelah mendengar suara dokter itu. “om dokter, aku sudah sehat. Aku sudah bisa pulang ke rumah kan om? Aku bosan di sini om?” rengek anakku

“Baru satu malam kamu sudah bosan? Maaf kalau om dokter mengecewakan kamu. Untuk hari ini kamu belum boleh pulang, karena kamu belum terlalu pulih benar. Tunggu dua atau tiga hari lagi baru kamu boleh pulang jagoan.” Jelas dokter itu

Anakku sepertinya kecewa karena hari ini belum bisa pulang ke rumah.

“Sayang, sabar ya. Mama janji setelah kamu sembuh nanti, mama akan mengajakmu jalan-jalan ke manapun kamu mau.” Janjiku kepada Luis.

“Benar ya ma? Mama gak bohong kan?”

tanya Luis dengan penuh harap padaku,

“Benar sayangku, mama janji.”

Aku pun memberikan jari kelingkingku padanya dan Luis pun membalas mengaitkan jarinya dengan jariku.

Dokter dan dua perawat itu pun berpamitan dengan kami berdua.

Tidak lama setelah itu Bik Imah datang membawakan makanan untuk kami berdua, tidak lupa juga roti dan buah-buahan untuk Luis.

“Bik, apakah bapak pulang ke rumah?” Tanyaku pada bik imah,

“Maaf non, bapak tidak pulang semalaman.” Jawab bik Imah

“Baiklah kalau begitu bik, makasih ya. Bik imah bisa langsung pulang ke rumah saja. Sebentar siang tidak usah antar makan ke sini ya, kasihan nanti bik Imah bolak -balik. Kalau saya ada perlu apa-apa, saya akan telepon bik Imah” terangku padanya.

Bik imah pun segera berpamitan denganku dan Luis, aku tidak habis pikir Mas David betul- betul tidak mempunyai perasaan sama sekali. Biar anaknya sakit tidak ada sedikitpun rasa kasihan untuk sekedar melihat keadaan Luis.

“Ma, kenapa papa belum ke sini? Aku merindukan papa.” ucap Luis dengan wajah sedihnya.

Ya Tuhan, apa yang harus kujawab ini? aku tidak mungkin menjawab kalau papanya sedang bersama wanita lain.

Aku berusaha menahan air mataku agar tidak keluar, aku tidak ingin menangis di depan Luis. aku tidak ingin nantinya dia akan membenci papanya sendiri.

“Sayang, papa masih sibuk di kantornya. Mungkin agak siang papa akan datang menjengukmu. Sekarang lebih baik Luis makan dulu ya dan setelah itu minum obat dan beristirahat lagi sambil menunggu papa datang.”

Dan akhirnya Luis pun setuju, aku segera menyuapkannya bubur, dan memberikannya obat, dan juga memberikan sepiring buah untuknya.

Dia pun menghabiskan semua makanan yang aku berikan padanya. Mungkin karena pengaruh obat, pada akhirnya dia terlelap juga.

Ketika aku sedang membereskan piring bekas makanan kami. Tiba-tiba dokter tampan itu mengetuk pintu dan segera masuk ke dalam kamar kami.

“Hai dok, bagaimana? Apa ada yang mau dibicarakan tentang kondisi putraku?”

Dokter itu pun tersenyum mendengar pertanyaanku, “tidak ada apa-apa dengan Luis, dia baik-baik saja. aku hanya ingin bicara sesuatu denganmu, boleh?” ucapnya padaku.

Aku pun menganggukkan kepalaku dan mempersilahkan beliau untuk duduk di sofa.

“Ada apa ya dok? Macamnya serius sekali?” tanyaku penuh rasa was-was padanya.

“Apa kamu sama sekali tidak mengenaliku, Kirana?” tanya dokter tampan itu.

Aku pun menggelengkan kepalaku, karena memang aku merasa tidak mengenal pria ini.

“Kamu Kirana Larasati kan? Yang dulu SMP dan SMA nya di Puspita Bangsa, dan kamu punya nama panggilan kesayangan kiki” ucap dokter itu dengan tersenyum manis

Aku merasa heran kenapa dia bisa tau nama panggilan kesayanganku? Karena yang tau nama ini hanya kedua orangtuaku dan anak laki-laki itu.

HAAA... apa jangan-jangan? Aku menatap lekat wajah dokter itu, apa betul dia teman kecilku, tapi temanku dulu itu sangat gendut dan berjerawatan. Sedangkan dokter ini sangat tampan dengan wajah mulus tanpa jerawat, perawakannya juga tinggi dan kekar.

“Apa kamu itu Agung Baskara ya? Teman masa kecilku dulu?”

Dia pun akhirnya tersenyum dengan sangat manis kepadaku. “akhirnya kamu ingat juga, ki...!"

“Maaf ya, karena kamu yang sekarang beda banget. Dulu kamu gendut dan jerawatan, sedangkan yang sekarang sangat tampan dan bersih.” Jawabku secara jujur dengan malu-malu.

“Iya kan aku udah ada pekerjaan dan mulai merawat diri makanya sudah berubah. Kamu juga sekarang tambah cantik?” ucap agung

“Cantik apanya? Biasa ajalah, gung.” Jawabku sambil tersenyum malu.

“Kamu ke mana aja sih selama ini? setelah lulus SMA yang aku tau, kamu kan pindah? aku sempat mencari tau dari sahabatmu Adelia, tapi Adelia bilang dia juga sudah hilang kontak denganmu. Saat itu aku ingin mencarimu, tapi karena kesibukanku akhirnya aku melupakan untuk mencarimu dan setelah lulus SMA, aku langsung kuliah kedokteran di Singapore. Dan saat itulah aku mulai kehilangan jejakmu.” Jelas agung panjang lebar padaku.

“Sudahlah gak apa-apa, yang penting kan sekarang kita udah ketemu lagi.”

“Kamu gimana kabarnya saat ini, ki? dan sekarang kamu sibuk apa?” tanya agung.

“Kabar aku ya baik lah, Gung. Hanya seperti yang kamu lihat anakku sedang sakit. Aku sekarang fokus menjadi istri dan ibu yang baik untuk keluarga kecilku. Aku sebenarnya lulusan sarjana keuangan, tapi karena suamiku melarang aku kerja, jadi sekarang aku di rumah aja.”

“Hmmm...sayang juga kalau sarjana keuanganmu disimpan rapat-rapat tanpa digunakan.” Ejek agung

“Begini saja ya, ini aku kasih kartu namaku, Kalau seandainya besok-besok kamu butuh kerjaan, kamu bisa hubungi aku.” pesan agung.

“Kamu sepertinya yakin sekali kalau aku akan mencarimu dan meminta pekerjaan padamu?”

“Entahlah? tapi aku merasa dalam waktu dekat ini kamu pasti akan butuh kerjaan.” Jawab Agung sambil mengerlingkan matanya padaku, dan aku pun hanya bisa tertawa melihat tingkahnya itu, yang tidak pernah berubah dari dulu.

Ketika aku sedang asyik berbincang dengan Agung, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Dan di situ muncullah mas David, tapi ia tidak datang sendiri melainkan dengan pelacur sialan itu.

"Kamu masih ingat juga dengan anakmu mas? Dan kenapa kamu datang dengan wanita jalang ini!!" tunjukku pada perempuan itu.

"TUTUP MULUTMU KIRANA!!" PLAKK...

"MAMA...!!" teriak anakku saat dia melihat mas David memukulku.

Dan untuk yang kedua kalinya mas David berani menamparku.

Aku hampir saja terjatuh kalau Agung tidak cepat menahan badanku.

"Kenapa kamu sangat kasar pada istrimu?" tanya Agung pada mas David

"Siapa kamu? Jangan pernah ikut campur urusan rumah tanggaku. Dia istriku jadi terserah aku mau berbuat apa padanya." Jawa Mas David

Agung pun tidak bisa berbuat apa-apa, karena memang ini bukan urusannya. Jadi dia pun hanya bisa melihat pertengkaran kami.

Aku segera menghampiri anakku, dia menangis dalam pelukanku. "Kenapa papa tega sekali menampar mama, apa salah mama pada papa?"

Aku pun ikut menangis mendengar pertanyaan anakku.

"Sebaiknya kalian berdua cepat pergi dari sini, brengsek!! Kedatangan kalian malah memperparah penyakit anakku, apalagi kamu pelacur sialan! Silakan kalian tinggalkan ruangan ini, dan jangan pernah kembali ke sini." Teriakku pada mereka berdua, aku muak melihat wajah mereka di sini

"Agung, bisa tolong kamu panggilkan security untuk menyeret keluar kedua orang ini?"

Agung pun segera berteriak memanggil security, dan saat mereka datang aku menyuruh mereka untuk mengusir pengkhianat itu.

"'Jangan sentuh saya, kamu tidak tau siapa saya? Kami akan segera pergi, lagian kami juga tidak mau berlama-lama di sini. Ingat Kirana, kalau ada apa-apa dengan Luis silahkan kamu urus sendiri, karena saya tidak akan pernah perduli lagi!! ayo sayang kita pulang." Ancam mas David padaku, dan pelacur itu pun tersenyum sinis padaku.

Aku benar-benar sedih dan kecewa sekali, aku tidak menyangka mas David setega itu pada aku dan anak kandungnya sendiri.

Aku dan Luis menangis sambil berpelukan, tanpa menyadari kalau masih ada sepasang mata yang menatap kami dengan penuh kesedihan dan mungkin sebuah rasa kasihan kepada kami berdua.

***Bersambung***

BAB 3. MENERIMA TAWARAN BEKERJA

Aku memeluk anakku dengan sangat kuat, mas David sungguh terlalu jahat, Dia sudah tidak perduli dengan Luis, darah dagingnya sendiri.

Luis pun tertidur dalam pelukanku, aku pun segera memindahkannya ke tempat tidur pasien.

Tidak lama kemudian bik imah pun datang membawakan makan pagi untukku dan juga bubur untuk Luis.

Karena memang Luis tidak mau makan makanan rumah sakit, karena memang rasanya sangat tawar.

“Bik, bisa tolong jaga Luis dulu ya? saya mau pergi ke kantin sebentar. saya mau membeli roti untuk Luis, karena dia tidak mau makanan rumah sakit.” pesanku kepada bik Imah, dan bik Imah pun menganggukkan kepalanya.

***

Aku pun segera turun ke lantai bawah menuju kantin. Aku segera duduk di pojokan dan memesan kopi.

Aku sangat butuh kopi, karena memang aku kurang tidur dari tadi malam karena memikirkan kelakuan mas David yang sangat jahat.

Tidak lama kemudian aku mendengar ada orang yang memanggil namaku, “Kirana, apa aku boleh bergabung?”

Aku pun segera menoleh ke arahnya, ternyata dia adalah Agung Baskara, teman kecilku itu.

“Tentu saja boleh, aku lagi kepengen minum kopi makanya aku ke sini," ucapku kepada agung yang sudah duduk di hadapanku.

Tidak lama kemudian pesanan kopiku pun datang, dan mas Agung pun memesan lagi untuk dirinya sendiri.

Aku senang karena bisa bertemu dengannya, karena memang saat ini aku sangat membutuhkan pekerjaan.

“Mas, aku boleh minta tolong sama kamu?”

“Minta tolong apa, Kirana?” Tanyanya.

“Apa yang kamu bilang benar kalau aku memang akan membutuhkan pekerjaan. Dan kali ini aku meminta bantuan padamu untuk mencarikan aku pekerjaan.” Pintaku padanya

“Ya udah Kirana, kamu tenang aja. Sekarang kamu fokus dulu untuk kesembuhan anakmu, Kalau Luis sudah sembuh, kamu bisa menghubungiku.” jawabnya

Aku pun segera menghabiskan kopiku, lalu membeli roti untuk Luis. Lalu kami berdua pun berjalan bersama untuk kembali ke ruangan di mana Luis dirawat.

***

Sesampainya di sana, aku kaget karena di sana sudah ada mama mertua yang datang menjenguk Luis.

Saat Luis melihatku, dia pun langsung memanggilku, “mama.” Dan mama mertuaku langsung berdiri melihatku dengan tatapan yang tidak suka.

“ibu macam apa kamu, anak sedang sakit malah kamu enak-enakkan pergi pacaran...!!”

“Apa maksud mama! Aku justru pergi untuk minum kopi di kantin untuk menghilangkan rasa kantukku dan juga untuk membeli roti untuk anakku. Sudah dari kemarin aku menjaga anakku sendiri di sini. Sedangkan ayahnya pergi bersama perempuan jalang itu!”

ucapku dengan kasar pada mama mertua, Aku sangat emosi karena sudah menuduhku yang tidak-tidak.

“Begitukah caramu berbicara dengan mertuamu! Sangat tidak sopan. Pantas saja David lebih memilih Tina, karena dia perempuan yang sangat baik, cantik dan juga cerdas. Apalagi dia juga pintar mencari uang, bukan seperti kamu yang taunya hanya meminta uang dari David, dasar benalu!!”

Aku sampai terpana mendengar perkataan mama mertuaku itu. Jadi selama ini dia tau kalau David sudah berselingkuh di belakangku. Ibu dan anak sama-sama berhati kejam, pengorbananku selama ini tidak dihargai sama sekali.

“Mana ada perempuan baik yang menjadi pelakor, ma?” Sindirku padanya.

“Dan asal mama tau? Aku ini sarjana keuangan dengan IPK yang tinggi. Mama lupa sebelum aku hamil, aku sempat bekerja di perusahaan besar dan apa mama lupa jabatan terakhirku itu apa sebelum aku berhenti dari perusahaan itu. Mama mau membandingkan aku dengan pelacur itu yang hanya sebagai sekretaris dan juga perebut suami orang. Maaf, aku tidak selevel dengannya..! Karena kalau memang dia perempuan baik-baik maka dia harus menjaga harga dirinya. Aku berhenti bekerja karena permintaan anakmu bukan atas kemauanku.” ucapku panjang lebar pada mama mertuaku sampai aku melihat wajahnya sempat memerah menahan malu.

“Anda salah orang, aku bukan orang yang bisa seenaknya kamu rusak mentalnya."

“Sombong sekali kamu! Kamu lihat saja nanti aku akan menyuruh David untuk menceraikanmu dan mengusirmu dari rumah itu, biar kamu jadi gembel sekalian!” jawabnya dengan ketus padaku.

“Ohh...silakan saja! Aku tidak takut, ma. Karena aku masih punya Tuhan yang akan membantuku. Tapi, ingat jangan harap kamu bisa membawa Luis. Karena, selama ini kamu tidak pernah perduli dengan anakku.”

“Kita lihat saja nanti!” Jawab mama mertua dengan senyuman sinisnya.

Dia pun langsung keluar dari ruangan kamar anakku.

Aku tau mama mertua awalnya sangat baik padaku, karena saat itu aku masih bekerja dan sering membelikan barang-barang mewah padanya. Tapi semenjak aku tidak bekerja lagi, sikapnya berubah padaku 180 derajat, dia pun mulai menghasut mas David untuk membenciku.

Aku pun segera menghampiri anakku, dan memeluknya dengan erat.

“Ma, kenapa papa dan oma sangat jahat dengan kita berdua, ma?” tanyanya sambil terisak di pelukanku.

“Tidak apa-apa sayang, Jangan terlalu dipikirin ya sayang? Masih ada mama yang tidak akan pernah meninggalkanmu sayang.” Jawabku sambil mencium keningnya.

“Sayang, ke mana pun mama pergi? Kamu mau kan ikut dengan mama, nak?” tanyaku padanya.

“Iya ma! kemana pun mama pergi, aku akan selalu mengikuti mama, karena aku sangat menyayangi mama.” Jawab Luis

Aku pun mengecup keningnya dan memeluk dia dengan sangat erat.

“Maafkan bibik, non. Bibik tidak menyangka kalau nyonya besar bisa datang dan marah-marah kepada non.”

“Gak apa-apa bik, ini bukan salah bibik.”

Jawabku sambil mengelus punggungnya.

“Bibik boleh pulang, kalau bisa sebentar siang bawakan kami makan siang ya, bik?”

"Baik, non."

Bik imah pun pulang dan berjanji sebentar akan datang lagi membawakan makanan dan juga baju gantiku dan Luis.

Aku pun segera menidurkan Luis kembali. Mungkin karena lelah menangis, dia pun akhirnya tertidur.

“Maafkan mama, nak? Seharusnya kamu tidak perlu menyaksikan kejadian seperti ini.” Ucapku sambil membelai kepalanya.

“Kirana?”

Aku pun segera menoleh ke belakang. Ya ampun, aku lupa kalau dari tadi mas Agung ada di ruangan ini.

“Ya ampun mas, aku lupa kalau kamu masih ada di ruangan ini, aku minta maaf ya mas.”

Lalu aku pun mempersilahkan mas Agung untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

“Mas, apa hari ini kamu gak dinas?” tanyaku padanya.

“Hari ini aku mendapat dinas sore, Jadi sebentar sore baru aku akan mengunjungi anakmu. Yang penting perawat sudah memberikan obat pagi dan tinggal nanti obat untuk siang.” Jelas mas agung.

“Kalau begitu, lebih baik mas sekarang istirahat saja dulu ya. Kasihan nanti sore kan masih ada kerja.” Bukan maksudku untuk mengusirnya. Tapi, aku kasihan padanya.

“Kamu tenang aja, aku masih kuat kok. Justru aku yang khawatir denganmu. Maaf, bukan maksudku ikut campur? Terus sekarang apa yang akan kamu buat, ki?” tanya mas Agung.

“Kamu tenang saja, mas. Aku bukan wanita yang bisa mereka injak-injak! Setelah anakku sembuh, aku akan mencari pekerjaan dan membawa anakku keluar dari rumah itu. Dan aku tinggal mengikuti saja permainan mereka.” Terangku padanya

“Aku akan selalu mendukungmu kirana. Tapi, kalau kamu keluar dari rumah itu? Kamu akan tinggal di mana?”

“Aku akan kembali ke rumah orangtuaku, mas!” jawabku padanya.

“Oh iya, sampai lupa? Gimana kabar Pakde sama Bude, dan laras?”

“Mereka sehat semua, mas. Hanya saja aku tidak tau lagi gimana nanti reaksi mereka jika tau tentang masalah rumah tanggaku ini.” Jelasku padanya.

“Aku mengerti Kirana. Tapi, aku yakin mereka pasti bisa menerima semua ini. Tidak ada tempat yang paling nyaman selain keluarga.” Ucapnya dengan tatapan sedih.

Aku mengerti gimana perasaan mas Agung. Karena memang sejak kecil dia sudah ditinggalkan oleh sang Ibu. Lalu ayahnya pun menikah lagi dengan janda beranak dua. Kehidupannya tidak terlalu baik, Karena ibu tirinya punya sifat licik dan juga serakah.

“Ya sudah, kamu gak usah terlalu pikiran ya. Aku tau kamu wanita yang kuat. Kalau begitu aku pamit dulu untuk beristirahat ya, kirana.” Pamitnya padaku

Mas agung pun segera keluar dari ruanganku.

Ketika aku baru saja mendudukkan bokongku di sofa. Tiba-tiba terdengar pintu yang didorong dengan sangat keras dan suara teriakan memanggil namaku.

“KIRANA...KIRANA...”

***BERSAMBUNG***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!