NovelToon NovelToon

Pembalasan Si Kembar Wibowo

BAB 1

Setelah kecelakaan yang menimpa suamiku, yang mengakibatkan dia koma. Aku sudah berjanji padanya, untuk menjaga anak-anak dan semuanya.

Untuk membuatku tenang, bisa mengurus anak-anak dan perusahaan. Aku memutuskan untuk membawa Alex pulang, dan merawat Alex di rumah. Aku menyiapkan sebuah ruangan, yang dibuat khusus untuk merawat pasien koma.

Semua alat-alat yang dibutuhkan, aku persiapkan layaknya di rumah sakit, bahkan seorang perawat pun aku siapkan. Dokter tiap hari datang ke rumah, untuk melihat kondisi Alex.

Aku belajar bagaimana merawat seseorang dalam keadaan koma, merawat kedua anakku serta mengurus perusahaan. Aku pun membutuhkan tenaga ekstra, untuk merawat Alexi, karena dia terlahir prematur.

Aku mempelajari teknik mengurus bayi prematur, kulakukan sebuah teknik yang diberikan Dokter padaku. Teknik tersebut seperti merawat bayi kanguru, aku menidurkan Alexi di dadaku, dia akan mendapatkan kehangatan dariku. Itu semua untuk menjalin ikatan batinku dengannya. Begitulah aktivitasku sehari-hari.

Dua tahun berlalu, pertumbuhan Alexa tidak mengalami kendala, yang kupikirkan tentang Alexi, tumbuh kembangnya sedikit terlambat dibanding Alexa. Tapi aku tidak patah semangat, aku terus melakukan terapi agar Alexi tidak terlalu tertinggal. Akhirnya semua kerja kerasku membuahkan hasil.

Di saat umur lima tahun, Alexa sudah terlihat begitu aktif. Sedangkan Alexi pendiam, tapi jika sudah berhadapan dengan apa yang dia suka, dia sangat menikmatinya. Alexi lebih menyukai hal berbau internet. Sedangkan Alexa dia sudah mulai menyukai seni beladiri. Padahal mereka masih berumur lima tahun.

"Bundaaaa!" Teriak Alexa dan Alexi.

Aku mendengar teriakan kedua anakku, lebih baik aku menunggunya di sini. Karena aku yakin mereka bisa menemukanku di ruang kerja.

Ceklek!

Pintu ruang kerjaku terbuka, ternyata mereka sudah tiba. Aku tersenyum melihat mereka masuk ke ruangan kerja.

"Bunda!!" Teriak Alexi memanggilku.

Aku menyaut panggilan Alexi, dia berkata padaku bahwa dia ingin berkencan denganku. Aku terkejut mendengar perkataan Alexi.

Aku menggendong Alexi, dan berkata "Hahaha anak Bunda ini tau apa artinya kencan?"

"Mmmmm kencan itu..., Kencan itu kita pergi jalan-jalan dan beli cemilan!" jawab Alexi dengan polosnya.

Aku bertanya pada Alexi dia tahu darimana kata kencan. Dia pun mengatakan bahwa dia mendengar dari Adam.

'Dasar Adam, lihat saja nanti aku jewer dia, sembarangan bicara seperti itu di depan anak-anak,' ucapku dalam hati.

Aku pun memberikan pengertian pada Alexi, agar lain kali tidak menggunakan kata ini. Karena untuk saat ini dia belum cocok untuk berkata seperti itu.

"Bunda! Ayo kita pergi jalan, aku ingin keliling bersama Bunda dan Lexi!" ucap Lexa padaku sambil menarik lengan bajuku.

Aku bertanya pada Lexa dan Lexi ingin pergi kemana? Lexi lebih dahulu menjawab dia ingin membeli rambutan. Sedangkan Lexa hanya ingin jalan-jalan saja untuk mencari angin. Tapi Lexa ingin jalan-jalan menggunakan motor.

"Bagaimana kalau Asisten Ari yang menemani kalian, untuk jalan dan beli rambutan?" ucap Ari pada Lexa dan Lexi.

Ari menawarkan diri untuk menemani mereka, namun mereka menolaknya. Mereka hanya ingin pergi bersamaku. Lexa pun tetap teguh dengan pendiriannya, ingin naik motor bersamaku.

Akhirnya aku menyetujui keinginan Lexa dan Lexi, aku menyuruh mereka untuk bersiap. Setelah siap mereka ku suruh menunggu di luar.

Ari mengatakan padaku untuk menggunakan mobil saja, karena itu juga bisa melindungi anak-anak. Dia merasa khawatir dengan keselamatan kami.

"Tidak usah, anak-anak menginginkan mengendari motor! Lebih baik kau urus beberapa pengawal untuk mengikuti kami! Kau diam saja di rumah, untuk menjaga Alex!" Perintah ku pada Ari.

Ari pun mengangguk, lalu dia pergi untuk menyiapkan segala sesuatunya. Dia tidak ingin ada masalah yang membuat kami kesulita.

"Asik, akhirnya kita bisa jalan-jalan naik motor sama Bunda!" Ucap Lexi dengan gembira.

Aku senang melihat kebahagiaan dari wajah mereka, andai saja Alex bisa melihat semua ini pasti sangat bahagia. Aku pun bertanya pada anak-anak apakah mereka sudah siap. Mereka menjawab siap dengan serentak.

Lexa berkata padaku, bahwa dia suka jika aku mengenakan pakaian untuk mengendarai motor. Menurutnya itu terlihat keren.

Aku hanya bisa tersenyum mendengar celotehan mereka. 'Alex apakah kau tidak ingin merasakan hal ini, aku sangat merindukan mu sayang,' batinku.

Aku menyalakan mesin motorku, Lexi duduk di tengah dan Lexa duduk di belakang Lexi. Sengaja ku atur seperti itu, karena Lexa lebih bisa melindungi Lexi. Aku menjalankan motor skuterku, dengan pelan aku mendengar gelak tawa Lexa dan Lexi. Kulihat para pengawal mengikuti kami dari jauh. Sebenarnya aku tidak ingin diikuti, tapi ini demi anak-anak maka aku akan melakukanya.

Beberapa saat kemudian, sampailah kami di sebuah toko buah-buahan, disana Lexi memilih buah rambutan. Lexa hanya memperhatikan sekeliling, entah apa yang dia cari.

Aku pun bertanya pada Lexa, apa yang dia inginkan. Terlihat dia sedang berpikir untuk memilih buah apa yang akan dia beli.

"Om, kenapa Om ambil dompet Ibu itu?" Tanya Lexa pada seorang pria.

"Stttt..., Diam kau bocah jangan ikut campur!" Ucap seorang pencopet pada Lexa.

Lexa memanggilku, dia berkata bahwa ada pencuri yang mengambil barang orang. Mendengar panggilan Lexa aku berlari mendekatinya. Namun pencopet itu lebih cepat menangkap Lexa.

"Lepaskan putriku!" ucapku dengan nada marah.

Pencopet itu tidak mau melepaskan Lexa, dia menyalahkan Lexa. Kerena Lexa sudah menggagalkan dia untuk mencopet.

Aku mengatakan terakhir kalinya dengan penekanan agar dia melepaskan Lexa. Namun dia tetap tidak melepaskannya.

Bug!

Kulemparkan sebuah apel ke arah pencopet itu, seketika Lexa bisa melepaskan diri dari dekapannya. Dari belakang langsung muncul beberapa pengawal, yang dari tadi mengikuti kami. Akhirnya pencopet tersebut di bawa pergi oleh pengawal ku, dan di bawa ke kantor polisi.

"Lexa sayang, kamu tidak apa-apa nak?" tanyaku dengan nada khawatir.

Lexa pun mengatakan tidak usah khawatir, dia baik-baik saja. Aku sungguh khawatir, jika terjadi sesuatu padanya bagaimana aku menjelaskan pada Alex nanti.

Lexi pun bertanya apakah Lexa baik-baik saja, aku yakin Lexi pun khawatir pada saudaranya. mendengar Lexi berkata seperti itu, Lexa tersenyum lalu berita dia tidak apa-apa.

Aku pun memutuskan untuk pulang saja, lalu aku mengatakan bahwa kita naik mobil saja. Namun mereka menolaknya, mereka ingin pulang naik motor. Akupun terpaksa mengikuti apa mau mereka.

Beberapa saat kemudian, kami sampai di rumah Lexa dan Lexi langsung menuju kamar mandi. Mereka membersihkan badan, agar steril saat memasuki ruangan, dimana Alex berbaring. Begitu pun denganku, aku membersihkan diri, agar tidak ada bakteri yang menempel, karena aku baru saja dari luar.

Aku sudah berjanji pada anak-anak saat tadi di jalan, bahwa mereka bisa bertemu dengan Ayahnya. Saat ku memasuki ruangan, dimana Alex terbaring, aku melihat anak-anak sudah bersih dan rapih. Mereka duduk disamping Alex, Lexa sebelah kiri dan Lexi di sebelah kanan.

Lexa dan Lexi mendekati Alex, mereka berbincang-bincang bersama Alex. Aku hanya bisa melihat mereka yang berusaha untuk dekat dengan Alex.

"Aku kasian liat Bunda Yah! Bunda selalu sedih kalau melihat Ayah. Aku tidak ingin melihat Bunda bersedih! Ayo yah cepet bangun!" Lexi berkata sambil mencium punggung telapak tangan Alex.

Mereka sangat asik mengobrol dengan Alex, 'sayang coba dengarkan mereka! Mereka sangat membutuhkan mu! Begitupun dengan ku!' gumamku dalam hati.

*******

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Aku masih tetap menantikan kesadaran mu Alex.

Sayang anak-anak sudah berusia delapan tahun, apakah kau masih belum mau bangun!Sayang, apakah sudah lupa dengan janji mu hah! Bukankah kau berjanji akan selalu berada di sampingku! Menemaniku, menjagaku!

Bangun Alex Wibowo!! Apa kau lupa bahwa kau berhutang padaku hah! Aku tidak tega melihat air mata anak-anak, saat mereka di ejek oleh teman-temannya. Bahwa mereka tidak memiliki Ayah!

Aku mohon Alex, bangunlah demi aku dan anak-anak! Apakah kau akan kembali sadar jika aku tiada? Alex bangun lah!

Aku sudah tidak bisa menahan lagi rasa sedihku, hanya ini yang bisa kulakukan. Menagih setiap janji yang sudah kau ucapkan Alex.

"Bunda! Sudah jangan menangis lagi, Lexa nyakin kalau suatu hari nanti, Ayah pasti akan bangun!" Ucap Lexa padaku sambil memelukku.

"Iya Bunda Lexa benar, nyakinlah Ayah pasti akan bangun, karena Lexi pun yakin bahwa Ayah akan bangun! Dan bisa berkumpul dengan kita!" Timpal Lexi sambil memelukku.

Lihatlah sayang anak-anak kita, mereka sudah tumbuh menjadi anak-anak yang kuat, apakah kau tidak ingin melihat mereka! Sayang cepatlah bangun!Ucapku pada Alex dan kuberikan kecupan penuh kasih dan sayang dari ku.

Begitu pun dengan Lexa dan Lexi, mereka memberikan kecupan di pipi kanan dan kiri Alex. Aku sangat senang melihat semua ini, tak terasa air mataku menetes membasahi pipiku. Ini bukanlah air mata kesedihan, melainkan air mata kebahagiaan.

*******

Aku mencari keberadaan kedua anakku, mereka masih saja tidak tahu waktu. Aku yakin mereka pasti berada di ruang latihan.

Benar saja mereka berada di ruang latihan, terlihat Lexa menantang Ari. Dengan percaya dirinya yang besar, dia merasa bisa mengalahkan Ari.

"Baiklah kalau begitu, jika Nona bisa mengambil sapu tangan ini dari ku, Nona bisa meminta apapun dari ku!" ucap Ari pada Lexa.

Lexi pun berteriak menyemangati Lexa, agar dia bisa menang melawan Ari. lexa pun mengatakan pada Lexi apa yang dia mau jika Ari kalah.

"Ada sesuatu yang ingin aku ketahui darinya, yang pasti kau harus menang dari nya kali ini!" Jawab Lexi.

Ari pun bertanya apakah Lexa sudah siap, Lexa menjawab dengan yakin dia sudah siap. Lexa mulai menyerang Ari, dia melayangkan tendangan dan tinjuan yang bertubi-tubi.

Ari menghindari tendangan dan tinjuan yang dilayangkan oleh Lexa. Mereka terus mengeluarkan jurus mereka, saling mengeluarkan tinjuan dan tendangan.

Lexa terus saja mengecoh Ari, dia sedang membuat rencana, bagaimana agar dia bisa mendapatkan sapu tangan, yang ada di saku dada Ari.

"Lexa! Lexi!" teriakku pada mereka, aku benar-benar kesal dengan mereka.

Ari terhentak sesaat, setelah mendengar panggilanku pada Lexa dan Lexi. Itu memberikan kesempatan pada Lexa untuk mengambil sapu tangan yang berada di saku dada Ari.

"Hahaha aku berhasil, Lexi lihat aku! Aku berhasil mengambil sapu tangannya," ucap bahagia Lexa pada Lexi.

Aku tersenyum, ternyata Lexa bisa mengambil kesempatan ini. Aku pikir dia tidak akan mengambil kesempatan ini.

Ari menggerutu karena yang dilakukan oleh Lexa dianggapnya curang. Namun Lexa membantahnya, dia mengatakan bahwa dia tidak curang.

"Iya memang benar, saya kaget mendengar Nyonya Alin memanggil kalian! Apakah kalian lupa jadwal hari ini?" Jawab Ari dengan sedikit menggoda.

Mendengar perkataan Ari, kedua anakku terpaku mereka tahu bahwa aku akan marah. Lexa yang tidak ingat hari ini adalah hari sabtu. Yang mengharuskannya untuk latihan alat musik.

Ari pun menggoda Lexa kembali, dia mengingatkan bahwa hari ini adalah hari untuk berlatih alat musik.

Sebelum Lexa dan Lexi pergi meninggalkan aku sudah berada di belakang mereka.

"Ohh bagus ya anak Bunda ini, apakah kalian tidak punya disiplin hah! Kalian membuat guru musik kalian menunggu selama tiga puluh menit!"

Lexa meminta maaf padaku, dia mengatakan bahwa dia benar-benar lupa akan jadwal hari ini. Begitupun dengan Lexi dia mengatakan hal sama. Aku pun mengatakan pada mereka akan dihukum, karena kelalaian yang sudah mereka lakukan.

"Iya deh Bun, kami siap menerima hukuman dari Bunda!" ucap Lexa yang ditimpali pula oleh Lexi bahwa dia juga akan menerima hukumannya.

Aku pun menyuruh anak-anak untuk bergegas menemui guru musiknya. Lalu aku menyuruh mereka untuk meminta maaf pada guru musik. Karena sudah membuatnya menunggu selam 30manit.

Mereka pun pergi menuju ruang musik, untuk berlatih karena aku ingin mereka bisa menguasai dalam berbagai aspek. Baik seni, bela diri bahkan teknologi. Sebenarnya aku tidak memaksakan kehendakku, tapi mereka yang meminta semua ini. Ternyata setelah di lakukan tes IQ, hasilnya IQ mereka di atas rata-rata.

Ari mengatakan padaku bahwa Lexa meminta sesuatu, dia meminta seorang guru ahli pedang. Aku terkejut dengan yang baru saja aku dengar.

Karena Lexa baru berumur 11 tahun, bagaiman mungkin dia sudah berpikir untuk berlatih ilmu pedang.

"Saya tidak tahu, apa yang ada di pikiran Nona! Tapi yang pastinya tuan muda Lexi pun menyetujuinya, dan meminta saya mencarikan guru, yang ahli dalam ilmu pedang." Ari berkata padaku.

Aku pun bertanya padanya, bagaimana menurutnya karena selain aku sendiri yang mengajari mereka, Ari pun ikut andil mengajari mereka.

Ari mengatakan bahwa anak-anak sudah saatnya menerima ilmu dari guru lain. Kerena itu semua demi kebaikan mereka.

Apa yang dikatakan Ari benar, mereka harus memiliki seni bela diri, karena mereka pasti akan menjadi sasaran musuh-musuh Alex. Aku masih bisa melindungi mereka, tapi aku tidak tahu sampai kapan aku bisa melindungi mereka.

Aku pun bertanya pada Ari apakah dia tahu guru yang cocok dengan anak-anak. Ari pun menjawab ada seorang guru, belaiu adalah guru dari Alex. Mendengar yang dikatakan Ari, aku pun menyetujuinya.

Aku menyuruh Ari untuk segera membawa keamri guru ahli pedang untuk anak-anak.

"Baik Nyonya, kalau begitu saya permisi, saya mau melanjutkan pekerjaan saya!" Ari berkata sambil pergi meninggalkan ku.

____________________________________________

Hai para pembaca setia, jika kalian masih ingin mendukungku sekali lg, maka bantu aku untuk vote poin di judul pertama kisah Alex dan Alin, yang judulnya "MUSUHKU MENJADI IMAMKU".

Jika kalian berkenan habiskan seluruh poin kalian untuk Alin, agar aku menjadi lebih bersemangat lagi untuk menulis. Terimakasih 😘

___________________________________________

Terimakasih karena telah membaca novel ku, jangan lupa like, love dan komen yang membangun ya 😊😊

Jangan lupa kasi rate bintang 5 ya biar aku semakin semangat

Boleh juga follow Instagram ku ya @macan_nurul

Sampai ketemu di bab berikutnya 😊

BAB 2

"Sayang cepatlah bangun, sampai kapan kau akan seperti ini? Tak terasa sudah sebelas tahun, kau terbaring dalam keadaan koma. "

Setiap hari aku selalu melakukan rutinitasku, yaitu menyeka Alex dipagi hari. Lalu mengobrol dengannya, itu salah satu caraku agar Alex cepat tersadar dari komanya. Begitu pun anak-anak, mereka selalu mengajak ngobrol Alex, kadang mereka bercerita tentang teman-temannya di sekolah.

"Nyonya! Sepertinya kita harus segera mengadakan rapat direksi!" ucap Ari padaku.

Aku terkejut dengan apa yang kudengar dari Ari, aku bertanya apa yang sudah terjadi. Ari mengatakan sepertinya ada yang berusaha mengacau perusahaan di Jepang.

Aku bertanya apakah Ari sudah memeriksanya dengan benar. Lalu siapa yang sudah berani mengacau di perusahaanku.

Dugaan awal Ari adalah Akhira, aku tidak bisa memutuskan jika ini adalah ulah Akhira. Sebelum aku menemukan semua buktinya.

Ari mengusulkan bahwa yang ke Jepang adalah dirinya dan Adam. Aku menolaknya, aku tidak mau membawa Adam dalam masalah ini, lebih baik aku sendiri yang pergi ke Jepang.

Mendengar ucapanku, Ari bertanya bagaimana dengan Alex serta anak-anak jika aku pergi ke Jepang. Aku menjawab tidak apa-apa, karena disini sudah ada Adam dan mama Rahma. Aku pun menyuruh Ari untuk menyiapkan lebih banyak pengawal untuk berjaga di rumah. Semua itu harus sudah siap sebelum kepergianku ke Jepang.

"Baik Nyonya, akan saya siapkan semuanya sebelum keberangkatan kita ke Jepang!" jawab Ari sambil pergi meninggalkan ku.

Aku berkata pada Alex, kuharap saat aku kembali kau sudah bangun agar bisa melihatku serta kedua anak kita. Aku sangat merindukanmu sayang! Aku sangat membutuhkanmu, untuk menjaga dan membimbing anak-anak kita.

Kukecup kening Alex dengan penuh kasih sayang, aku sangat merindukannya. Aku ingin kau bisa merasakan kasih sayang anak-anak, begitu juga dengan anak-anak bisa merasakan kasih sayangmu. Aku pun pergi meninggalkan Alex, lalu kembali ke ruang kerja ku.

"Bunda!" Tanya Alexi padaku, aku pun menjawabnya dengan lembut.

Ternyata Alexi sudah mengetahui bahwa aku akan pergi ke Jepang. Kutanya dia tahu dari mana masalah ini, dia menjawab bahwa dia mendengar dari percakapan asisten Ari.

Alexi tidak mengijinkanku untuk pergi ke Jepang, entah mengapa Alexi begitu tidak ingin aku pergi. Namun aku harus pergi, aku harus bisa memberikan pengertian pada Alexi.

"Tidak Bun, aku tidak mau Bunda pergi ke Jepang! Pokoknya Bunda tidak boleh pergi! Bunda harus berada di sini bersama kami!" Teriak Alexi.

Aku pun berusaha memberikan pengertian pada Alexi, bahwa yang aku lakukan ini adalah untuk menepati janjiku pada Alex.

Setelah mendengar penjelasanku, akhirnya Alexi mengijinkanku untuk pergi ke Jepang. Dimana aku harus berjanji padanya, untuk segera kembali ke Indonesia lalu bermain bersamanya dan Alexa.

"Benar ya Bun, janji Bunda akan bermain bersama kami!" Lexi berkata sambil menunjukkan jari kelingking.

Aku pun mengikuti janji kelingking dengannya, terlihat kelegaan di wajahnya. Aku berharap agar kalian selalu bahagia.

Beberapa saat kemudian Lexa pun datang menghampiri ku dan berkata, "Bunda mau pergi ya?"

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menjelaskan pada Alexa. Dia mengerti apa yang aku bicarakan. Dia pun berjanji akan menjaga ayahnya dan adiknya.

****

Akhirnya aku sudah sampai di Jepang, sudah lama sekali aku tidak kemari. Disini banyak sekali kenangan, baik suka dan sedih. Aku jadi teringat denganmu sayang, aku ingin kita bisa jalan-jalan bersama dengan kedua anak kita.

"Nyonya, sebaiknya kita langsung menuju perusahaan!" ucap Ari padaku.

Aku pun bertanya pada Ari, apakah semua yang aku minta sudah disiapkan. Dia pun mengangguk, seraya mengatakan bahwa semuanya sudah disiapkan.

"Bagus, mari kita hadapi mereka!"

Aku pun melangkah menuju mobil yang sudah disiapkan Ari, mobil melesat dengan cepat. Karena rapat direksi akan segera dimulai, aku tidak boleh sampai terlambat. Dalam perjalanan Ari mengatakan padaku semua informasi, yang telah dia dapatkan. Aku mengerti sekarang ternyata begitu banyak orang yang menginginkan posisi Alex. Dulu saat Alex masih sehat, mereka takut terhadap Alex, sekarang mereka mulai menunjukkan taringnya.

Beberapa saat kemudian, aku pun sampai di perusahaan. Para karyawan berdiri untuk menyambut kedatanganku. Aku pun langsung masuk ke dalam kantor bersama Ari. Para pemegang saham sudah berkumpul. Mereka kaget dengan kedatanganku, ada beberapa orang yang menatapku, dengan tatapan merendahkanku. Mereka berpikir bahwa aku tidak sanggup mengurus perusahaan sebesar ini.

Aku langsung duduk di kursi, dimana Alex selalu duduk di kursi ini. Semua mata memandangku, aku tak peduli dengan pandangan yang meremehkan kemampuanku. Kumulai rapat ini, aku membuka semua kebusukkan mereka yang menginginkan kehancuran bagi perusahaan Alex.

Terjadi percekcokan antara mereka yang setia pada Alex dan mereka yang menginginkan kehancuran Alex. Mereka pikir aku tidak menyiapkan hadiah, bagi mereka yang sudah berkhianat pada Alex. Aku tahu semua kebusukkan mereka, dengan itu aku bisa mengikat mereka. Akhirnya mereka yang berkhianat pada Alex, mau menjual semua saham yang mereka miliki padaku. Sekarang saham yang dimiliki Alex sudah cukup, untuk menjadikannya pemegang saham tertinggi.

Rapat pun sudah selesai, aku lelah menghadapi mereka yang sudah tidak lagi setia pada Alex. Prinsipku berkata, jika sekali sudah berkhianat maka dia pasti akan melakukannya lagi. Jadi lebih baik aku tendang saja mereka, yang sudah tidak setia lagi.

"Ari antarkan aku ke hotel! Aku ingin istirahat sejenak." Aku berkata pada Ari.

Ari pun mengangguk, dia pun mengatakan bahwa malam ini ada undangan. Mereka mengundangku untuk acara makan malam, di restoran Violet.

Aku pun menyuruh Ari untuk menyiapkan semuanya, aku juga ingin mengetahui siapa saja yang akan hadir di sana.

"Baik Nyonya!" jawab Ari padaku atas perintah yang kuberikan padanya.

Sebelum pergi ke acara makan malam, aku membutuhkan istirahat dahulu. Karena aku membutuhkan tenaga yang lebih, untuk menghadapi semuanya. Pasti ada saja yang ingin membuat Alex hancur, dan aku tidak akan membiarkankan semua itu terjadi. Mereka pikir aku adalah wanita yang lemah, mereka salah! Aku bisa juga berbuat lebih kejam, jika mereka berani menyentuh keluarga ku.

Tok!

Tok!

Tok!

Mungkin itu Ari, dia mau menjemputku untuk pergi ke pesta makan malam. Ku buka pintu kamar hotel, ternyata Ari berada di depan pintu. Aku pun sudah siap untuk pergi, kulangkahkan kakiku lalu menutup pintu kamar hotel. Aku pun berjalan menuju mobil, di ikuti Ari dan beberapa pengawal.

Beberapa saat kemudian aku sampai di tepat acara makan malam. Ternyata memang benar disini banyak orang-orang penting, dan juga banyak musuh-musuh Alex.

Plak!

Ada seseorang yang menepuk pundak ku dari belakang, dalam pikir ku 'siapa dia? Yang berani menepuk pundak ku?' saat aku membalikkan badanku, kulihat Lili bersama Arata.

"Apa kabar Nyonya Alex?" Tanya Lili padaku.

Aku terkejut dengan kehadiran Lili serta Arata, aku tidak menyangka akan bertemu dengan mereka di sini. Yang pasti aku sangat senang bisa bertemu dengan mereka.

Kami pun berbincang-bincang sesaat, Lili pun menanyakan kabar kedua anakku dan keadaan Alex. Aku menjawabnya dengan apa adanya.

"Bagaimana kabarmu Kakak ipar?!"

Sejak Alex koma, aku mengurus kedua anakku dan perusahaan. Semenjak itu Arata memanggilku kakak ipar, karena Arata menganggap Alex seperti kakaknya sendiri.

Beberapa saat kemudian, saat aku sedang asik berbicara dengan Lili dan Arata. Datang seorang pria, dia menghampiri kami, dengan tingkat kepercayaan dirinya yang sangat tinggi.

"Selamat malam Nona Alin?" tanya seorang pria padaku.

Aku tidak mengenalnya, namun sepertinya dia sudah mengenalku. Entah mengapa aku tidak suka akan kehadirannya, ada sesuatu yang aneh dengannya.

Setelah mendengar perkataannya, sepertinya dia sudah mencari informasi mengenaiku. Aku menjawab semua pertanyaannya dengan nada dingin. Aku ingin dia segera pergi.

"Iya benar sekali itu nama saya, tapi saya sudah memiliki suami! Jadi anda bisa memanggil saya Nyonya Alin atau Nyonya Wibowo!"

Dia pun meminta maaf lalu dia memperkenalkan dirinya padaku. Namanya adalah Rey Hirasaki. Dia pun mengajakku untuk berbicara di tempat lain, namun aku menolaknya.

"Maaf Tuan Rey, saya sedang bersama dengan saudara saya! Kalau ada yang mau di bicarakan, kita bicara disini saja!"

Tanpa basa-basi dia pun bertanya tentang keadaan Alex. Aku menjawab bahwa Alex baik-baik saja, keadaannya hampir pulih.

Sungguh aku tidak menyukai semua ucapan yang terlontar dari mulutnya. Dia membuatku tidak nyaman, semakin lama aku membiarkannya dia semakin keterlaluan.

"Aku dengar Tuan Alex masih dalam keadaan koma? Bagaimana Anda mengatasi rasa kesepian Anda?"

Sungguh dia membuatku sangat kesal, sehingga aku menjawab semua pertanyaannya dengan ketus. Sepertinya dia mengajakku berdebat, sebenarnya dia siapa? berani sekali dia berkata seperti itu.

"Maaf Tuan Rei, sepertinya Anda sudah keterlaluan! Bagaimana aku hidup itu bukan urusan mu!" jawabku dengan kesal.

Dia terkekeh mendengar ucapanku yang sudah terlihat kesal. Ingin rasanya aku menghajarnya, sehingga dia tidak bisa berkata seenaknya.

"Tuan Rei, saya harap Anda jaga sikap dan tutur kata Anda!" ucap Arata yang sudah kesal dengan yang dikatakan Rey Hirasaki.

Meski Arata sudah berkata seperti itu Rey Hirasaki masih saja bersikap sombong. Sungguh kesal aku, kenapa di saat sedang asik ngobrol bersama Lili, datang orang seperti dia. Rasanya ingin ku tendang dengan kekuatan penuh ku.

"Baiklah Tuan Rey, bukankah Anda mau membicarakan sesuatu padaku? Jika iya maka katakanlah!" tanyaku pada Rey.

Setelah aku berkata seperti itu bukannya melanjutkan pertanyaannya. Dia malah pergi meninggalkanku bersama Lili dan Arata.

"Huh dasar, seperti jelangkung saja! Datang tak di undang pergi tak di antar!" celetuk Lili yang membuatku terkekeh.

Arata bingung dengan ucapan Lili sehingga dia bertanya apa itu jelangkung. Sungguh kali ini Arata membuatku terkekeh.

Lili pun menjelaskan jelangkung itu apa, setelah mendengar penjelasan Lili. Arata pun mengerti apa yang dimaksud.

"Arata kau tau siapa dia?" tanyaku pada Arata.

Arata mengatakan bahwa Rey Hirasaki adalah orang baru dalam bisnis kita. Dia melihat Rey Hirasaki seperti Akhira dulu.

Sehingga Arata mengatakan agar aku berhati-hati pada Rey Hirasaki. Aku pun mendengarkan apa yang dia katakan. Aku memutuskan untuk memasukkan nama Rey Hirasaki dalam daftar orang yang harus kupantau.

Semenjak aku mengurus perusahaan Alex, aku melakukan semua itu! Agar aku mengetahui gerak-gerik mereka yang mau melakukan sesuatu, yang akan membuat perusahaan Alex hancur.

"Aku salut dengan mu kakak ipar, hanya dalam waktu beberapa tahun, kau bisa menguasai orang-orang di dalam perusahaan Alex!" ucap Arata padaku.

Aku tersenyum mendengar perkataan Arata, aku juga selalu ingat perkataan Alex. Bahwa aku harus lebih kuat dari sebelumnya. Aku tahu kenapa Alex mengatakan semua itu.

Waktu tak terasa sudah semakin malam, acara pun sudah mau selesai. Aku memutuskan untuk kembali ke hotel, Lili dan Arata pun pulang ke rumah mereka. Tandingan Lili mengajakku untuk menginap di rumahnya. Tapi aku tidak mau, karena aku tidak bisa bebas melakukan semua pekerjaanku.

Keesokan harinya, aku melakukan semua yang sudah di jadwalkan Ari. Aku ingin segera kembali ke rumah, dimana anak-anak serta suamiku sedang menunggu.

Baru beberapa hari saja aku pergi, aku sudah sangat merindukan mereka. Jika ku lihat kamar hotel ini, aku mengingat semua kenanganku bersama Alex.

Karena setiap ke Jepang kami selalu memakai kamera hotel ini. Karena hotel ini adalah milik Alex, jadi dia bisa menggunakan kamar hotel manapun yang dia mau. Begitu pun aku, aku bisa memilih yang aku mau. Tapi aku memilih kamar yang penuh kenangan bersama Alex.

Keesokan harinya, aku bertanya pada Ari apakah pekerjaanku sudah beres.

Ari pun menyerahkan beberapa dokumen yang harus ku tandatangani. Salah satunya adalah dokumen perjanjian jual beli sebuah perusahaan.

Sekarang aku harus ke kantor, untuk menyelesaikan semua proses jual beli perusahaan yang baru ku beli. Setelah pekerjaan ini selesai aku ingin segera kembali ke Indonesia.

"Baik Nyonya! Silahkan!" ucap Ari sambil mempersilahkan aku berjalan di depan lalu dia mengikutiku dwri belakang dengan beberapa pengawal.

Setelah selesai dengan tanda tangan penyerahan kekuasaan perusahaan. Aku langsung kembali ke hotel, dalam perjalanan ada beberapa mobil mengikutiku. Ari yang menyadarinya, langsung menyuruh sopir untuk melaju lebih cepat, agar bisa pergi jauh meninggalkan mereka.

"Siapa mereka Ari?"

Ari tidak tahu dengan orang yang mengikuti mobil sedari tadi. Yang sudah pasti mereka mempunyai niat buruk padaku.

Pemikiranku dan Ari sama, mereka ingin berniat buruk padaku. Aku pun menyuruh Ari untuk menghindar saja. Karena banyak orang-orang yang tidak bersalah yang akan menjadi korban. Jika kita bertidak sekarang. Ari mengangguk.

Ari menyuruh sopir untuk menghindar dari kejaran mereka, sopir mengerti apa yang diperintahku lewat Ari. Pada saat kami berada di daerah yang sepi. Aku menelepon Adam, entah kenapa aku memikirkan Alex dan anak-anak.

Tut...

Tut...

Tut...

Adam mengangkat teleponku, aku langsung bertanya pada Adam dimana dia berada. Dia pun menjawab jika dia berada di rumah.

Aku menyuruh Adam untuk memperketat penjagaan di rumah. Aku merasa khawatir dengan orang-orang di rumah.

"Ada apa sebenarnya Mba, jujur padaku?"

Aku pun mengatakan pada Adam bahwa ada yang membuntutiku di Jepang. Aku memohon pada Adam untuk menjaga Alex dan kedua anakku.

Ckitttt!

Mobil terhenti secara mendadak, itu membuatku sangat terkejut. Aku yakin mereka sudah berhasil menghadang.

"Adam jaga mereka demi aku, aku akan kembali demi mereka!"

Hanya itu yang bisa aku katakan pada Adam, aku harap tidak terjadi sesuatu pada mereka. Aku harus segera kembali ke rumah apa pun yang terjadi.

"Mba pokok nya Mba harus kembali!!" teriak Adam padaku.

Bip Aku memutuskan sambungan telepon.

____________________________________________

Hai para pembaca setia, jika kalian masih ingin mendukungku sekali lg, maka bantu aku untuk vote poin di judul pertama kisah Alex dan Alin, yang judulnya "MUSUHKU MENJADI IMAMKU".

Jika kalian berkenan habiskan seluruh poin kalian untuk Alin, agar aku menjadi lebih bersemangat lagi untuk menulis. Terimakasih 😘

___________________________________________

Terimakasih karena telah membaca novel ku, jangan lupa like, love dan komen yang membangun ya 😊😊

Boleh juga follow Instagram ku ya @macan_nurul

Sampai ketemu di bab berikutnya 😊😉

BAB 3

Indonesia

'Sial! Kenapa aku tidak berada disana? Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada Mba Alin, bagaimana kalau Mas Alex sadar dan menanyakan tentang Mba Alin,' gumam Adam dalam hati.

"Mas cepat lah kau sadar jika kau seperti ini terus, maka kau akan kehilangan Mba Alin! Cepatlah kau bangun Mas, lindungilah orang yang begitu kau cintai!"

"Apa maksud Om?" Alexa bertanya yang baru saja masuk mendengar perkataan Adam.

"Lexa..., Tidak ada apa-apa lebih baik Lexa kembali ke kamar ya!" Ucap Adam pada Lexa.

"Om katakan yang jujur, Bunda dalam masalah kan?" Tanya Lexi pada ku.

"Baiklah bunda kalian tadi telepon Om, dia sedang di kejar oleh orang jahat di Jepang! Bunda bilang pada Om untuk menjaga kalian di sini!"

"Lexi ayo kita pergi ke kamar!" Ajak Lexa pada Lexi. Dan Lexi pun mengikuti Lexa ke kamar.

"Lexi, kau bisa mencari keberadaan Bunda di Jepang?"

"Sebentar aku nyalakan komputer ku, seperti nya kita harus menghubungi Bunda atau Asisten Ari agar aku bisa mendeteksi keberadaan Bunda!"

"Baiklah aku akan coba menghubungi Bunda!" Jawab Lexa.

Tut...

Tut...

Tut...

"Bagaimana Lexa kau bisa menghubungi Bunda?" Tanya Lexi padaku.

"Belum, Bunda tidak mengangkatnya! Aku coba telepon Asisten Ari!"

Tut...

Tut...

Tut...

Diangkat.

"Hallo Asisten Ari! Bagaiman keadaan Bunda?" Tanya ku pada Asisten Ari.

"Nona Muda, apa yang Anda lakukan meneleponku?"

"Katakan dengan jujur, aku mendengar Om Adam berbicara dengan Bunda, katanya Bunda sedang di kejar penjahat!"

"Baiklah, kami sedang bertarung sepertinya musuh kami semakin banyak!" Jawab Asisten Ari padaku.

"Lexa cepat, apakah kau sudah tersambung dengan Asisten Ari!" Tanya Lexi pada ku.

"Iya aku sudah tersambung!"

"Bagus, suru Asisten Ari agar tidak memutuskan sambungan teleponnya!"

"Kau dengar itu Asisten Ari! Apa yang dikatakan Lexi padaku!" Tanya ku pada Asisten Ari.

"Baiklah kalau begitu, selagi kalian bekerja aku akan melindungi Nyonya Alin!" Jawab Asisten Ari sambil melanjutkan menghajar para penjahat.

"Lexi cepat! Bunda sedang membutuhkan kita!"

"Sabar Lexa aku sedang mencari keberadaan Bunda, aku harap di sekitar bunda ada kamera SSTV! Sehingga aku bisa memantau Bunda. Dan memberikan bantuan pada bunda dan Asisten Ari."

Jari jemari Lexi begitu lihai memainkan keyboard komputer, dia mencari keberadaan Bunda. Dia memasuki jaringan kamera pengawas, di berbagai sudut kota Jepang. Dengan begitu gampang nya dia berhasil menemukan keberadaan Bunda. Lexi memang handal dalam meretas jaringan berbasis komputer. Aku saja sampai heran melihat otak nya yang begitu luar biasa.

******

Jepang.

Aku layangkan tendangan dan tinjuan ku, pada para penjahat yang menyerang kami. 'Kalian pikir bisa dengan mudah mengalahkan ku hah!' ucap ku dalam hati.

"Ari siapa yang menelepon mu?" Tanya ku pada Ari.

"Nona muda Nyonya!" Jawab Ari padaku.

"Ada apa dia menghubungi mu?"

"Nona sudah mengetahui, bahwa kita sedang di kepung para penjahat!"

"Sial! Kenapa dia bisa tahu hal ini hah! Aku hanya memberitahukan hal ini pada Adam!"

"Mungkin Nona Muda mendengar percakapan Anda dan Tuan Adam!"

"Bisa jadi seperti itu! Karena Adam sangat lemah kepada mereka!"

Aku kembali melayangkan tendangan, dan pukulan ku terhadap para penjahat. Mereka pun tersungkur di hadapan ku, aku menangkis pukulan dari salah seorang penjahat. Ada seorang penjahat mau menyerangku dari belakang, aku yang menyadari itu langsung kulayangkan tendangan ku. Sehingga penjahat itu terjatuh dan tak bangun lagi.

Jumlah mereka bertambah, entah berapa lama aku bisa bertahan. 'Sial mereka bertambah terus! Aku harus memikirkan sesuatu!" Gumam ku dalam hati. Aku tidak boleh menyerah, masih ada yang harus ku lindungi, mereka menungguku di rumah. Alex aku membutuhkan mu! Aku ingin kita bersama-sama menjaga dan merawat anak-anak.

Dor...

Suara tembakan terdengar begitu jelasnya, aku melihat ke segala arah siapa yang mengeluarkan tembakan.

"Nyonya!! Teriak Ari pada ku.

Tak terasa darah segar keluar dari lenganku, ternyata aku terkena tembakan. Aku langsung mencari siapa yang menebak ku, ternyata dia tak jauh dari pandangan ku. Kebetulan di bawah kaki ku ada sebatang balok kayu, kulemparkan balok kayu itu pada penjahat yang menembakkan, strike langsung mengenai tangan penjahat itu. Senjata nya pun langsung terhempas, aku langsung berlari dan menghajar penjahat itu tanpa ampun.

"Nyonya kita harus segera pergi!" Ucap Ari padaku.

"Sudah kau bereskan semuanya?"

"Sudah Nyonya, lebih baik kita ke rumah sakit untuk merawat luka Anda!"

"Tidak perlu! Aku ingin kau siapkan segera penerbangan kita kembali ke Indonesia! Aku merasa khawatir dengan Alex!"

"Nyonya tapi luka Anda?"

"Sudah ku bilang cepat!"

"Asisten Ari cepat! Kau harus segera meninggalkan tempat itu! Aku melihat ada dua ehh tidak ada 3 mobil yang menuju ke arah kalian." Ucap Alexi dalam dalam earphone.

"Baik Tuan Muda!" Jawab Ari.

"Kau bicara dengan Alexi?"

"Iya Nyonya, Tuan Muda membatu kita dari sana, cepat nyonya kita harus segera pergi dari sini. Tuan Muda tidak bisa lagi menghalangi penjahat, yang akan segera sampai disni!"

"Baiklah kita pergi dari sini!"

Aku pun langsung memasukki mobil, mobilku langsung melesat dengan cepat nya. Tangan ku masih mengeluarkan darah segar, aku langsung mengikatnya dengan kain jilbab ku, yang ada di dalam mobil.

"Nyonya kita harus ke rumah sakit?" Ucap Ari padaku.

"Tidak kita harus segera ke bandara dan pulang ke Indonesia!"

"Nyonya!"

"Kirim seorang dokter untuk merawat luka ku di atas pesawat, dan aku ingin segera kembali ke rumah! Cepat kau siapkan semuanya!" Perintah ku pada Ari.

"Baik Nyonya!" Jawab Ari.

Ari langsung menyiapkan segala nya yang di perintahkan ku. Entah kenapa perasaanku tidak enak, aku merasa harus segera kembali ke rumah. Kupasang earphone ku, kuhubungi Alexa.

Tut...

Tut...

Tut...

Diangkat.

"Hallo Bunda! Bunda tidak apa-apa kan?" Tanya Lexi pada ku.

"Hallo sayang, Bunda tidak apa-apa! Oia bagaimana keadaan disana?" Tanya ku pada Lexi

"Sepengamatan ku, semuanya masih berjalan dengan baik Bun!" Jawab Lexi.

"Syukurlah kalau begitu, Bunda minta tolong perketat pengawasan mu di rumah ya!"

"Baik Bun, ini aku menyuruh pengawal untuk menambahkan beberapa kamera tersembunyi."

"Bagus anak Bunda yang terbaik!"

"Bun, Bunda harus menambah kecepatan mobil bunda! Musuh masih mengejar Bunda!"

"Baiklah kau bisa memberi arahan apa yang harus Bunda lakukan?"

"Baik Bun, Bunda mau ke bandara kan?"

"Iya benar, Bunda akan segera kembali ke rumah!"

"Baik kalau begitu, kita mulai!! Di depan ada pertigaan bunda belok ke kiri, nanti aku akan bermain dengan lampu merah nya sebentar."

Aku pun mengikuti arahan Alexi, kuperintahkan Ari untuk mengikuti arahan ku.

"Bunda suruh Asisten Ari mengaktifkan earphone nya, aku akan langsung berkomunikasi dengan nya!"

"Baiklah bunda percaya padamu!"

"Ari aktifkan earphone mu, dan angkat telephone dari Alexi!"

"Baik Nyonya!" Ucap Ari sambil mengangkat telepon dari Alexi.

"Asisten Ari, apa kau melihat ada pertigaan disana? Kalau kau melihatnya langsung kau belok ke kanan dengan kecepatan penuh!"

"Tuan Muda, aku sudah mendekati pertigaan itu, tapi di depan lampu merah masih menyala!"

"Aku akan nyalakan lampu hijau sesaat, setelah itu kau langsung belok kanan dengan kecepatan penuh, apa kau sanggup Asisten Ari?" Ucap Alexi seraya menantang Ari.

"Baiklah Tuan Muda, tantangan Anda akan saya terima!!"

"Hahaha baiklah Asisten Ari, kita mulai!"

Ari mulai mengikuti arahan Alexi, setelah mendekati lampu merah, Ari menginjak gas akan berbelok ke kanan. Dia percaya penuh dengan Alexi, meski lampu belum hijau. Sepersekian detik lampu berwarna hijau. Ari melesat dengan cepat, dan lampu kembali menjadi warna merah.

"Prok... Prok... ! Hahaha kau hebat Asisten Ari! Cepat lah kau bawa Ibu ku kembali dengan selamat!"

"Hahaha makannya jangan meremehkan aku Tuan Muda! Baiklah aku akan membawa Nyonya kehadapan Anda!"

Akhirnya aku sampai di bandara, aku langsung naik dalam pesawat pribadi ku! Disana sudah ada seorang dokter wanita, yang akan merawat luka tembak ku.

****

Indonesia

"Lexi bagaimana Bunda?" Tanya ku pada Lexi.

"Alhamdulillah, Bunda sudah berada di dalam pesawat menuju Indonesia!" Jawab Lexi pada ku.

"Bagus kalau begitu, sekarang tugas kita melindungi Ayah. Aku punya perasaan tidak enak!"

"Benar Lexa, Bunda juga menyuruhku untuk lebih memperketat pengawasanku!"

"Apa yang kalian bicarakan!" Adam berkata.

"Om apa Om sudah memperketat penjagaan rumah ini!" Aku berkata pada Om Adam.

"Om sudah memperketat penjagaan, sepertinya ada yang membuat kalian merasa tidak tenang!"

"Tidak tahu Om, perasaan ku tidak enak saja! Bunda pun menyuruhku untuk memperketat pengawasan ku!" Lexi berkata dengan tegang.

"Tenanglah, apapun yang terjadi kita akan melindungi Ayah! Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada Ayah. Karena kita telah berjanji pada Bunda untuk menjaga Ayah sampai Bunda pulang!"

"Benar kata mu Lexa kita akan menjaga Ayah sampai Bunda pulang!" Jawab Lexi pada ku.

"Baiklah kalau begitu Om juga akan melindungi kalian semua! Karena Om sudah berjanji pada Bunda kalian!" Timpal om Adam.

Beberapa saat kemudian, tanda suara bahaya berbunyi. Lexi langsung mengecek semua kamera yang terpasang di seluruh bagian rumah.

"Lexa kau pergi ke kamar Ayah, apapun yang terjadi kita harus melindungi ayah, sampai Bunda kembali!" Ucap Lexi padaku.

"Baiklah aku akan melindungi Ayah, sampai Bunda kembali!!" Akupun langsung berlari menuju kamar Ayah.

"Om aku mohon lakukan yang terbaik untuk semuanya!" Ucap Lexi pada Om Adam.

"Baiklah Om akan berjuang demi kalian semuanya!"

Semuanya punya peranan masing-masing, "Ayah kuharap kau segera pulih kembali! Aku, Lexi dan Bunda sangat membutuhkan mu!"

"Aku Lexa sampai Bunda kembali kesini, akan melindungi mu Ayah!"

Aku melihat semuanya dari layar, yang dipasang oleh Lexi di kamar Ayah. Ternyata benar dugaan kami, ada yang menyerang masuk ke dalam rumah. Sepertinya mereka berniat mencelakai Ayah. Bearti Bunda sengaja digiring untuk pergi ke Jepang, sehingga mereka bisa menyerang Ayah, disaat Bunda pergi. Kalian pikir bisa dengan mudah menghadapi kami! Jangan harap kalian bisa melukai Ayah kami.

Ternyata mereka mengerahkan begitu banyak pengawal, untuk menyerang kami. Aku harap Om Adam bisa menghadapi mereka.

"Lexi terus awasi semuanya!" Apa pun yang terjadi terus pantau semuanya.

"Baik Lexa ini aku sedang pantau mereka semuanya! Kau jaga Ayah dengan baik!" Jawab Lexi pada ku.

"Oke kita kerjakan tugas kita masing-masing! Aku harap Bunda segera kembali!"

____________________________________________

Terimakasih karena telah membaca novel ku, jangan lupa like, love dan komen yang membangun ya 😊😊

Boleh juga follow Instagram ku ya @macan_nurul

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!