"lepaskan!". Bentaknya.
"Diam dan cepat berjalan!". Suara pengawal itu terdengar menyeramkan.
Luciana terseret-seret mengikuti arah tarikan pria bertubuh besar yang merupakan seorang pengawal . Dia ditarik hingga keluar dari sebuah rumah mewah tempatnya bekerja.
Luciana tidak tau kesalahan apa yang telah dia perbuat, dosa apa yang dia lakukan. Tapi yang pasti. Semua ini adalah tanggung jawab dari sang majikan.
"Lord, apa salah saya? Apa yang akan mereka lakukan kepada saya?",tanya Luciana kepada seorang pria yang sudah berdiri diambang pintu.
"Diam dan ikutlah mereka Luciana. Aku sudah tidak bisa membayar hutang-hutangku dan sebagai gantinya mereka meminta kau sebagai tebusan". Jawab sang majikan.
Luciana membelalak tak percaya. Dia dijual.
"Tidak. Saya tidak ada kaitannya sama sekali dengan hutang-hutang anda. Kenapa saya yang harus menanggung nya?". Luciana terisak.
"Oh tentu saja kau ada kaitannya. Kau adalah pelayan di rumah ini, kau adalah budakku, tidak jarang majikan menjual budak nya bukan". Kata lord itu dengan dingin.
Luciana menangis terduduk ditanah. Dia menangisi nasibnya,kenapa harus seperti ini. Dia dibawa entah kemana menggunakan kereta kuda.
Demi apapun, Luciana hanya seorang pelayan yatim piatu yang ingin merasakan bahagia nya kehidupan. Ayah ibunya telah pergi meninggalkan dia seorang diri didunia yang keras ini. Dia harus bekerja diusianya yang masih muda untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, kenapa takdir tidak pernah berpihak kepadanya.
Kereta kuda berhenti, menyadarkan Luciana dari tangisan yang ia coba tahan sejak tadi. Dia mengintip keluar. Pengawal itu pergi, mereka sedang berada ditengah hutan.
Dengan hati-hati luciana membuka kereta bagian belakang, tidak dikunci. Luciana ingin kabur.
Dia keluar kereta tanpa suara, setelah dirasanya aman, dia berlari sekuat tenaga kedalam hutan. Dia berlari dan sesekali melihat arah belakang. Tidak ada yang mengikutinya. Kemana pengawal itu pergi batinnya. Apa dia sengaja meninggalkan luciana dia tengah hutan ini?
Luciana terus berlari, tidak hanya pengawal itu yang dia takutkan, melainkan hal lain, ini adalah hutan, hutan yang gelap. Dia takut bertemu seseorang yang lebih membuat dirinya ngeri jika membayangkannya.
Vampire.
Ya, dia takut jika bertemu dengan vampire dihutan malam-malam begini. Jujur saja, Luciana belum pernah bertemu dengan makhluk abadi yang mendiami tanah ini, dia juga tidak berencana untuk bertemu dengan salah satu dari mereka.
Dari kejauhan Luciana melihat ada sebuah cahaya, dia mendekati, ternyata itu sebuah gubuk yang tidak terlalu besar berdiri ditengah hutan. Tanpa ragu luciana menghampiri gubuk yang entah milik siapa.
"Permisi.. permisi,"
Aku terus mengetuk pintu gubuk dengan was-was dan sesekali melihat sekeliling.
"Permisi.. kumohon buka pintunya. Tolong aku", Pintaku kepada sang pemilik gubuk yang entah memang ada orang atau tidak didalamnya.
Setelah beberapa saat hening, terdengar suara dari dalam gubuk ini. Pintu dibuka dan berdiri lah seorang wanita paruh baya tidak muda dan belum terlalu tua.
"Bibi syukurlah ada orang di rumah ini,kumohon biarkan aku masuk. Tolong aku". Aku berkata kepada sang pemilik rumah. Dia melihat ku dari bawah sampai atas.
"Kau siapa? Dari mana? Lihat bajumu robek dimana-mana, itu artinya kau berlarian dihutan. Apa kau dikejar seseorang? Apa kau penjahat?". Semburnya menanyaiku dengan banyak pertanyaan. Aku mengerjap.
"Aku bukan penjahat, sungguh aku hanya seorang pelayan yang dijual oleh majikannya. Aku kabur", Jawabku sedih mengingat apa yang telah menimpaku.
Sesaat tidak ada jawaban dari wanita itu. Mulutnya bergerak menggumamkan sesuatu yang tidak bisa kudengar.
"Baik masuklah. Dingin sekali diluar sini".
Tanpa kuduga dia mempersilahkan aku memasuki rumahnya.
"Duduklah dulu, aku akan mengambil kan kain dan air untukmu".
Aku melihat sekeliling. Rumah ini sangat terawat, terlihat lebih bagus dari dalam. Ada perapian kecil diseberang tempatku duduk. Banyak toples-toples berisi serbuk berjejer rapi dirak dan meja-meja, daun-daun yang sengaja dikeringkan, bunga dan beberapa alat pengobatan lainya. Sepertinya dia adalah seorang dokter atau bisa dibilang tabib.
Bibi itu kembali membawa segelas air hangat dan selimut yang kugunakan untuk menghangatkan kaki ku.
"Sekarang coba jelaskan apa yang terjadi padamu",pintanya.
Aku meneguk air sekilas, lalu mulai bercerita.
"Aku adalah pelayan biasa dirumah seorang Earl yang tidak terlalu kaya. Dia menjualku karena tidak bisa membayar hutang, aku melarikan diri saat hendak dibawa pergi, sungguh aku bukan orang jahat". Jelasku.
"Hmm.. Jadi kau adalah pelayan bangsawan,lalu kemana tujuanmu sekarang?"
"Aku tidak memiliki tujuan, aku tidak tau harus kemana". Aku memang tidak memiliki tujuan sama sekali.
"Aku tidak memiliki kerabat. Aku yatim piatu,ayah ibukku meninggal saat aku masih kecil," jelasku lagi saat melihat kebingungan diwajahnya.
Bibi itu diam, terlihat sedang berpikir.
"Apakah bibi butuh seorang pelayan? Aku bisa bekerja disini bi. Aku bisa membersihkan rumah, memasak, mencuci dan lainnya. Bibi tidak perlu memberi upah kepadaku, aku hanya butuh tempat tinggal". Ucapku pada akhirnya.
Bibi itu sedikit terkejut, "Apa kau yakin dengan ucapanmu?"
"Iya bi, aku sangat yakin", kataku bersungguh-sungguh.
"Baiklah. Aku memang sangat membutuhkan bantuan sekarang, mengingat banyak sekali pesanan obat yang harus segera kubuat". Kata bibi itu seraya melihat sekeliling.
"Apakah bibi seorang dokter?"
"Bisa dibilang begitu, tapi orang-orang disini lebih awam dengan sebutan tabib, tabib yang bisa sedikit sihir." Katanya sambil terkekeh.
Aku sedikit terkejut, sihir? penyihir? Apakah dia sedang bercanda. Apakah dia penyihir jahat?
"Jangan terkejut begitu. Aku bukan penyihir jahat, aku hanya melakukan sihir jika dalam keadaan terdesak".
"Aku belajar sihir di wilayah kota kerajaan Vanburg, asal kau tahu guruku adalah seorang vampire". Imbuhnya dengan bangga.
Ya, kerajaan Vanburg adalah kerajaan vampire. Kerajaan itu berada jauh disebelah selatan hutan ini. Sejak dahulu, Kerajaan Vanburg tidak memiliki hubungan yang terlalu baik dengan kerajaan Rainburg, Kerajaan Manusia, wilayah tempat tinggalku.
"Bukankah itu tempat berbahaya bi, bagaimana manusia bisa pergi melewati batas kerajaan ini?". Tanyaku
"Tantu saja aku tidak melewati perbatasan resmi. Aku punya kenalan, dan asal kau tau tidak semua vampire itu jahat. Ngomong-ngomong siapa namamu?".
Aku sedikit nyengir. Sudah lama kami mengobrol sampai lupa berkenalan.
"Namaku Luciana, bibi bisa memanggilku Luci." Aku tersenyum.
"Namaku Rosmeri, jangan memanggilku bibi. Panggil saja aku nenek, aku sudah terbiasa dengan panggilan itu. Sekarang beristirahat lah, kau akan mulai membatuku besok, disana itu adalah kamarmu mulai sekarang."
Dia menunjuk sebuah pintu kayu sederhana dibelakang ruang tamu ini. Aku beranjak dari kursi dan berkata,
"Terimakasih nek, terimakasih sudah menolong dan memberikan aku tempat untuk tinggal," kataku sungguh-sungguh.
"Iya iya, sudah cepat tidur sana ini sudah malam", sahutnya.
Aku memasuki kamar yang ditunjuk oleh nenek. Kamar ini sederhana dan nyaman. Hanya ada satu tempat tidur kecil, meja dan lemari pakaian disudut ruangan. Aku membaringkan tubuhku. Berusaha mengenyahkan ingatanku mengenai apa yang terjadi seharian ini. Aku sangat lelah.
Aku berdoa dalam diam. Aku berharap menemukan kehidupan baru yang aman dan nyaman bersama nenek.
Aku terbangun dari tidurku yang amat lelap, sejenak aku terdiam dan tersadar bahwa aku sudah tidak berada dikamarku yang dulu.
Aku bangkit duduk. Kupandangi kedua kaki ku yang biasanya bersih kini dipenuhi luka goresan ranting-ranting pohon yang kulalui semalam.
Keluar dari kamar kulihat nenek yang sedang duduk disofa sudut ruang tamu sambil menyesap secangkir teh ditangannya.
"Selamat pagi nek", sapaku.
"Pagi luci, kau sudah bangun rupanya, kenapa kau tidak berganti pakaian? Pakailah baju-baju yang ada di lemari itu. Kuyakin pas dengan ukuran tubuhmu", sahut nenek setelah melihatku yang masih menggunakan pakaian lusuh.
"Ah iya nek, aku belum berani menyentuh nya karena nenek belum mengizinkan. Aku akan segera mandi dan berganti."
Aku berjalan menuju kamar dan mengambil baju asal. Lalu aku pergi menuju bagian belakang rumah ini tempat kamar mandinya berada. Setelah selesai, kupandangi diriku dicermin, aku terlihat lebih segar. Rambut hitam panjang ku masih basah, aku memakai gaun putih tulang sederhana yang tidak terlalu panjang. Gaun yang indah dan sangat pas dengan tubuhku.
Di depan rumah, nenek sedang menjemur daun-daun yang kuyakini adalah daun mint.
Nenek menoleh melihat ku.
"Benarkan baju itu pas denganmu", ucapannya seraya tersenyum.
"Ngomong-ngomong baju siapa ini nek?"
"Tentu saja bajuku saat masih muda, aku masih menyimpan semuanya. Baju-baju itu terbuat dari bahan yang bagus dan tidak mudah rusak dimakan usia". Jawabnya.
Seperti biasa,aku mengerjakan pekerjaan rumah seperti yang biasa aku lakukan dirumah Earl dulu. Hanya saja sekarang aku juga harus membantu nenek membuat obat-obatan dan mecari tanaman-tanaman obat dihutan, tidak terlalu sulit karena nenek mengajariku dengan sangat sabar dan telaten.
Aku juga sering membantunya mengobati pasien yang datang. Nenek memiliki ruangan tersendiri untuk merawat pasien. Ruangan ini berada tepat disebelah ruang tamu. Berisi satu ranjang ditengah nya, diruangan ini terdapat lebih banyak peralatan dan obat-obatan dibanding yang berada di ruang tamu.
Seperti sekarang ini, ada seorang pria yang datang dengan luka terbuka dibetis sebelah kanannya. Luka itu sedikit parah menurut ku.
Dengan sendirinya aku mengambil air hangat diember dan membawa kain untuk membersihkan luka dibetis pria itu. Sedangkan nenek meracik obat dimeja seberang,setelah selesai nenek memberikan perban kepadaku lalu mengajari cara untuk menutup luka, dan pekerjaan pun selesai. Aku sudah seperti asisten dokter sekarang. Sangat keren.
Hari-hari berlalu begitu saja. Tidak terasa hampir 5 bulan lamanya aku tinggal bersama nenek. Semua berjalan dengan lancar. Aku bersyukur.
Bahkan kemampuan ku sekarang sudah jauh lebih baik. Aku bisa membedakan jenis-jenis tanaman oba, meramu obat-obatan sederhana, terkadang nenek menyuruh ku untuk mengobati pasien sendiri. Tentu saja pasien dengan luka ringan karena kemampuan ku belum sempurna. Aku masih sedikit takut dan ragu jika harus menjahit luka, menurut ku itu terlalu menyakitkan, tapi kata nenek aku akan mampu melakukannya seiring berjalannya waktu dan jika sedang dihadapkan dengan keadaan yang mendesak.
Aku membersihkan ruangan pasien ini bersama nenek. Hampir seharian kami bekerja, ada 3 orang pasien yang datang hari ini.
Meskipun nenek tinggal didalam hutan, kemampuan nya terkenal hingga ke kota Wisburg-ibukota Rainburg. Tidak sulit untuk menemukan rumah nenek karena hanya ada satu dihutan.
"Cukup melelahkan", gumam nenek
"Aku akan segera menyiapkan makan, nenek istirahat saja dulu." Aku berjalan menuju dapur.
Setelah makan malam. Kami hanya bersantai dan memilah-milah daun herbal yang sudah kami keringkan.
Terdengar suara kereta kuda berhenti didepan rumah. Nenek berjalan menuju pintu dan mengintip lewat jendela. Dia terkejut.
"Astaga lord Cristian!". seru nenek dengan segera membuka pintu.
Aku berjalan mengikuti nenek. Kulihat diluar ada seorang pria yang sepertinya adalah bangsawan sedang mambantu seorang wanita keluar dari kereta kuda, wanita itu adalah istrinya. Sangat cantik dengan rambut merah panjang sepinggang. Dia tetap terlihat cantik meskipun sedang kesakitan.
"Rosemari cepat bantu Isabell!". Suara lord itu terdengar sedikit terengah.
Nenek segera membantu lord Cristian yang sedang memapah istrinya berjalan menuju rumah. Aku berlari dan menyiapkan ruang pasien untuk lady Isabell.
Nenek dengan sigap memeriksa lady Isabell yang terus mengerang memegangi perutnya.
"Apa lagi yang sudah terjadi Cristian?". Tanya nenek kepada sang suami.
"Dia terus kesakitan sejak pagi ini Rose, padahal kami sudah melakukan semua hal yang kau anjurkan, Isabell terus menjaga kesehatan dan tidak pernah melakukan pekerjaan yang berat." Jelas lord Cristian.
"Sudah kukatakan berulang kali. Kondisi Isabell yang sangat lemah tidak memungkinkan nya untuk hamil, Cristian. Sangat kecil kemungkinannya, dia sudah kehilangan anak lebih dari 2 kali. Jika ini terjadi lagi bisa saja nyawa Isabell juga terancam." Nenek terus memeriksa perut lady Isabell, seperti ada asap yang keluar dari tangan nenek. Asap putih yang terlihat menenangkan, dan benar lady Isabell sudah tidak kesakitan seperti sebelumnya.
Apa itu? Apakah nenek menggunakan sihirnya? Aku belum pernah melihat nya selama aku tinggal disini.
Aku hanya terdiam disudut ruangan ini mendengar mereka berdebat mengenai kondisi sang lady. Dia sudah sedikit lebih baik. Nenek terduduk dikursi sambil terus membolak-balikan buku yang ada ditangannya. Dia sedang mencari sesuatu.
Beberapa saat berlalu. Nenek berdiri dari kursi dan berkata.
"Sebenarnya ada satu cara yang bisa dilakukan, tapi aku sendiri tidak yakin karena aku belum pernah mencoba nya."
"Apa itu Rose?", tanya lord Cristian.
"Mantra pemindah".
"Mantra pemindah?" Lord membalas
"Ya, aku akan memindahkan janin itu ke rahim wanita lain yang lebih mampu untuk hamil, tapi ini juga beresiko sangat tinggi" , jawab nenek.
"Resikonya hanya satu, jika tidak berhasil, bayi itu akan tiada".
Seketika hening menyelimuti ruangan ini.
"Rose" . Suara lady Isabell terdengar sangat lemah. "Rose aku mohon,coba saja mantra itu lakukan sebisamu selamatkan bayiku. Aku yakin kau bisa melakukannya, akan kuberikan apapun yang kau minta sebagai imbalan. Aku akan melakukan apa saja agar bayi ini tetap hidup rose aku mohon". Lady Isabell sudah tak mampu menahan isak tangisnya.
"Rose. Aku bersumpah akan menjamin hidupmu jika kau mau menolong kami". Kata lord Cristian bersungguh-sungguh seraya menengangkan istinya.
Mereka tampak sangat serasi dan saling mencintai. Lord Cristian tidak pergi meninggalkan istrinya untuk mencari wanita lain yang lebih sehat, yang lebih mampu memberikan keturunan untuknya.
Cinta sejati. Itulah yang tergambar dari kedua sosok yang sedang saling menguatkan ini.
"Aku tau kalian akan melakukan apa saja untuk bayi itu, tapi aku hanya belum yakin dengan kemampuanku , terlebih lagi, dimana kalian bisa menemukan seorang wanita yang mau menjadi wadah untuk bayi kalian, tidah hanya sehari dua hari, tapi 9 bulan lamanya." Sahut nenek sedikit putus asa.
Mereka semua terdiam. Aku merasakan ada sesuatu yang menguaik hatiku hatiku, aku merasa iba melihat sepasang suami istri yang sedang putus asa. Aku melangkah maju mendekati mereka. Tanpa kusadari aku hanya berjalan begitu saja.
"Aku mau menjadi wadah dari bayi itu."
...~...
Aku tau aku tidak boleh mengambil keputusan begitu saja. Aku tau aku harus memikirkan matang-matang apa yang akan kulakukan, tapi kali ini aku melupakan itu semua. Aku mengambil keputusan tanpa aku pikirkan terlebih dahulu.
Hamil? Aku akan hamil?
Aku bahkan belum menikah jangankan menikah teman pria saja aku tidak punya. Sungguh, aku masih sangat polos.
Tapi kali ini keadaannya berbeda. Aku akan mengandung bayi wanita lain, hanya perlu membawanya dalam perutku selama 9 bulan,tapi satu pertanyaan, apakah aku mampu?.
Aku melihat ketiga orang yang memandangku dengan bingung .
"Siapa dia rose?", Lord Cristian membuka suara.
"Luciana. Dia yang membantuku melakukan semua pekerjaan rumah dan merawat pasien, dia gadis yang baik", jawab nenek seraya tersenyum ke arahku.
Tanpa kusadari aku ikut tersenyum melihat nenek "Aku ingin membantu apakah aku mampu nek?."
"Kau adalah gadis muda yang sehat,tentu saja kau mampu, tapi bersungguh-sungguh kah kau luci? Kau akan mengandung selama 9 bulan nantinya?", tanya nenek hati-hati.
"Aku pasti mampu. Karena aku tidak akan sendiri melewati waktu 9 bulan itu", aku tersenyum memandang nenek. Benar, aku tidak akan sendiri. Ada nenek dan lady Isabell yang pastinya akan membimbingku.
"Bagaimana Cristian,Isabell? Asistenku dengan senang hati manawarkan bantuan kepada kalian berdua".
"Ya tentu saja, tentu saja kami akan menyerahkan bayi ini. Kami akan membantu semua persiapan dan persyaratan yang diperlukan nanti selama 9 bulan kedepan", sahut lord Cristian dengan senyum yang terlihat jelas diwajahnya.
Tangan lady Isabell terulur kearah ku. Dia memintaku untuk mendekat.
Aku mendekat dan menggenggam tanganya. Remasan tangannya terasa lemah dan dingin, dia benar-benar sekarat menahan sakit.
"Luciana, kau gadis baik. Kita baru bertemu hari ini dan kau sudah mau menolongku. Semoga Tuhan membalas semua kebaikanmu". lady Isabell tersenyum dengan lemah, dia hampir hilang kesadaran.
"Baiklah, aku akan bersiap. Kita lakukan sekarang!".
Nenek berjalan kearah rak obat, tiba-tiba dia menarik rak itu dengan satu hentakan. Ada rak tersembunyi dibalik rak-rak yang biasa kubersihkan. Apa nenek sengaja menyembunyikan nya?
"Ini adalah bahan-bahan langka yang hanya bisa ditemukan dihutan paling selatan. Hutan para vampire, karena itu aku harus menyimpan nya dengan aman", kata nenek menjelaskan.
Aku mengambil air hangat dari dapur, dengan segera nenek memasukkan serbuk berwarna biru kedalam air tersebut, itu pasti serbuk ajaib batinku, dan benar saja air itu berasap dan mengeluarkan buih.
Nenek memintaku berbaring tepat disebelah lady Isabell. Aku sudah berganti menggunakan gaun yg lebih ringan dan celana longgar yang kutemukan dilemari. Nenek mengangkat sebagian bajuku hingga perutku kelihatan, begitu juga dengan lady Isabell.
Nenek mengusapkan air hangat itu keperutku dan perut lady Isabell, memang perut lady Isabell belum terlalu besar karena mungkin usia kandungannya masih menginjak 1 bulan.
Aneh, air hangat itu aku sendiri yang mengambil dari dapur tapi saat diusapkan keperutku, air itu terasa dingin. Benar-benar sihir.
Nenek bersiap lalu membaca mantra. Aku tidak tau arti mantra itu, seperti menggunakan bahasa lain.
Tiba-tiba tubuh lady Isabell menegang, dia menjerit kesakitan, bahkan lord Cristian harus memegangi kedua tangan lady Isabell tapi nenek tidak berhenti. Nenek terus merapalkan mantra. Dia harus menyelesaikannya.
Sedangkan aku hanya terbaring dengan perasaan gugup menunggu sensasi yang entah akan terasa seperti apa saat bayi itu berpindah.
Nenek mengangkat tangannya yang sejak tadi melekat pada perut lady Isabell, tanpa diduga sebuah gumpalan asap putih keluar dari perut lady Isabell. Suara jeritannya berangsur mereda ketika gumpalan itu keluar sempurna dari perutnya.
Gumpalan asap itu melayang di udara, nenek memandang ku sekilas.
"Luci persiapkan dirimu!", seru nenek kepadaku.
Aku mencengkeram ranjang yang ada dibawahku, memejamkan mata takut jika akan kesakitan seperti yang dirasakan lady Isabell, tapi yang kurasakan selanjutnya tidak seperti yang dibayangkan. Kurasakan ada sesuatu yang amat hangat berada diatas perutku, aku membuka mata dan yang kulihat adalah gumpalan asap itu sudah persis berada diatasnya, semakin lama rasa hangat itu semakin menjalar kedalam tubuhku lalu gumpalan itu semakin menghilang masuk kedalam perutku.
Selesai. Sudah selesai.
Perpindahan ini berhasil. Nenek terduduk dikursi dan tersenyum lega, Lord Cristian memeluk istrinya dengan erat.
Aku hanya terdiam memandangi perutku yang terasa sedikit hangat,perutku sedikit lebih besar dari sebelumnya.
Aku tidak percaya, aku hamil.
Aku terduduk memandangi sepasang suami-istri yang sedang tersenyum melihat ke arahku, aku juga ikut tersenyum.
"Kami akan sering berkunjung kesini, bahkan jika perlu kami akan tinggal disini selama 9 bulan kedepan", kata lady Isabell tak hentinya tersenyum.
"Tidak".
Kami bertiga serempak memandang nenek.
"Kenapa rose?", tanya Lord Cristian.
"kalian harus dengar baik-baik". Nenek memulai, "Mantra perpindahan adalah mantra terlarang bahkan dikalangan para vampire. Sangat jarang digunakan. Di kerajaan kita, sihir pun juga dilarang, karena itulah kalian tidak boleh kesini selama 9 bulan kedepan. Kau harus berpura-pura hamil ketika sudah sampai dirumah, Isabell. Jika waktunya tiba, kalian akan kesini saat Luciana melahirkan dan kalian akan membawa pulang anak kalian. Ini tidak bisa dibantah, jika perbuatan terlarang ini sampai terbongkar maka nyawa kita semua akan menjadi taruhannya", nenek menjelaskan.
Aku terdiam. Sejenak aku menyesali perbuatanku. Aku melakukan hal terlarang apakah ini dosa?
Sepasang suami-istri itu hanya bisa menuruti perkataan nenek. Ini demi keselamatan si bayi dan juga keselamatan kami semua.
Setelah semua selesai, eadaan lady Isabell juga sudah membaik, mereka pun pulang ke rumah dan akan kesini 9 bulan lagi.
"Akan kukirimkan bahan makanan dan buah-buahan kesini setiap hari, kami harus ikut menjaga kesehatan Luciana", kata Lord Cristian.
"Luciana, aku percaya kan bayi kami kepadamu, kumohon jaga dia, kami percaya kepadamu." Tutur lady Isabell dengan lembut, dia memelukku, rasanya sangat nyaman, seperti dipeluk ibu.
"Saya akan menjaga bayi ini dengan baik lord dan lady", aku tersenyum.
"Kumohon panggil kami dengan nama saja, kita adalah teman", kata lord Cristian sebelum memasuki kereta kuda mereka.
Mereka pergi, tinggal aku dan nenek sekarang, rasanya sedikit aneh karena aku sekarang hamil.
"Mulai sekarang jangan bekerja terlalu berat Lusiana. Kerjakan semampu mu saja kita harus menjaga bayi itu", ucap nenek membelai rambutku. Dia tersenyum.
"Kau adalah gadis yang berani."
...~...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!