NovelToon NovelToon

Kakak Itu Jodohku

bab 1

semua isi novel ini lagi masa perombakan ulang, karena masih banyak kata-kata typo.

“Nanti hubungi Mamah ya, kalau enggak ada les tambahan,” ucap mamahku dari dalam mobil.

“Iya, Mah. Nanti aku kasih kabar, soalnya jadwalnya sering diubah-ubah. Kalau gitu aku masuk kelas dulu ya Mah.” Kuraih tangan seorang ibu yang telah melahirkanku, kukecup lembut punggung tangannya yang sudah mulai keriput.

“Assalammualaikum.”

“Waalaikumsalam, Mamah pulang dulu ya. Kamu belajarnya yang rajin  ya.” Setelah mamah melajukan mobilnya, aku memasuki gerbang sekolah, diikuti oleh siswa-siswa lainnya. Hingga mataku tak sengaja bertemu dengan segerombolan kakak kelas, mereka semua menatapku dengan tatapan kebencian, buru-buru aku mengalihkan pandangan ke arah lain. Aku tidak berani melihat ke arah mereka semua.

“Woi! Jalan santai aja dong!” seseorang memukul pundakku, saking sakitnya aku sampai meringis kesakitan. Aku tahu, siapa yang memukulku sampai seperti ini.

“Kebiasaan banget kamu! Jangan suka pukul-pukul pundak orang!” aku mengelus pundakku yang tadi dipukul oleh temanku yang bernama Rara Krinel, biasa dipanggil Rara oleh anak-anak yang lainnya.

“Heheh, sory. Gitu aja marah.” Aku berdengus kesal, sudah sering sekali dia melakukan hal ini padaku.

“kamu jalannya buru-buru banget? Jam masuk sekolah juga masih lama,” ucapnya, tanpa aku jawab Rara sudah paham maksud aku jalan terburu-buru. Ia menoleh ke arah segerombolan kakak kelas yang tadi menatapku.

"Hoh, jadi gara-gara geng rusuh kamu buru-buru masuk gerbang sekolah. Enggak usah takut, ada aku di  sini.” Sara merangkulku membuat diriku sedikit tenang. Aku beruntung mempunyai teman seperti Rara, yang siap membantuku jika aku diganggu oleh kakak kelas yang suka membullyku.

“Makasih Ra, aku jadi enggak enak sama kamu. kamu sudah sering banget bantu aku.”

“Jangan sungkan gitu, apa pun itu aku bakalan bantu kamu. Asal satu, jangan pernah kamu berbohong sama aku. Aku paling benci kalau ada kebohongan di antara kita berdua!” Mendengar ucapan Rara, aku hanya tersenyum kecil. Begitulah sifat Rara. Paling anti yang namanya kata bohong.

Sekali lagi Rara melihat ke arah segerombolan kakak kelas yang masih berdiri di dekat gerbang sekolah, tanpa rasa takut ia mengacungkan jari tengah ke kakak kelasnya. Melihat kelakuan Rara, membuat adrenalinku meningkat 100%.

Dengan cepat aku memukul tangan Rara, agar tidak mengacungkan jari tengah ke arah kakak kelas. Aku takut mereka semua akan marah. “Rara! Kamu ini apa-apaan sih! Kamu jangan kaya gitu! Aku enggak suka kamu kaya gitu!”

“Santai aja Bos! Kalau pun mereka marah, aku bisa kok lawan mereka semua,” ucapnya enteng, aku tahu dia punya nyali besar. Apalagi dia jago bela diri, tapi aku tidak suka cara dia. Saking kesalnya dengan Rara, aku memutuskan untuk masuk kelas dan meninggalkan dia.

“Woi! Tunggu, Yuri!” Rara berteriak sambil berlari mengejarku sampai masuk kelas.

sebelumnya aku belum memperkenalkan diri kepada kalian semua, aku Yuriko Aiko, biasa dipanggil Yuri. Umur 17 tahun kelas 2 SMA, aku keturunan Jepang Indonesia, ayahku lahir di Jepang. Sedangkan ibuku asli orang Indonesia.

 

Aku sekolah di kota X, jarak yang ditempuh menuju sekolah dari rumahku lumayan jauh. Membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit. Makanya hampir setiap hari aku diantar jemput oleh mamah atau pun ayah, jika tidak ada kerja di kantornya. Perlu kalian tahu, aku ini tipe anak yang sedikit pemalu, aku tidak suka banyak bicara di dalam kelas. Kecuali ada hal penting, baru aku buka suara. Beda sekali dengan Rara, yang mudah dekat dengan siapa pun. Banyak orang yang menyukai Rara, karena dia tipe orang yang suka sekali bercanda. Aku dan Rara, bagai langit dan bumi.

“Yuri?” Rara menyenggol lenganku.

“Kenapa Ra? Pasti mau liat PR lagi kan?” ucapku datar, melihat raut wajahku. Rara hanya bisa cengar-cengir mirip kuda.

“Tahu aja maksud aku, boleh dong lihat PR kamu. Semalam aku lupa, soalnya sibuk sama tugas lainnya.”

“Tugas nonton Drakor maksud kamu! Banyak banget alasan kamu! Awas ya, ini yang terakhir kamu lihat PR aku. Kalau ada PR lagi aku enggak mau kasih ke kamu lagi!” kesalku, setiap kali kita mendapatkan tugas. Pastilah Rara tidak pernah mengerjakan, ujung-ujungnya aku juga yang kasih PR sama dia.

“Kamu baik banget sama aku. Udah baik, cantik lagi.” Rara menyentuh daguku, aku tahu dia memujiku pasti ada maunya. Tapi bagiku tidak masalah, ini semua aku lakukan karena dia sudah pernah menolongku dulu.

1 tahun yang lalu, Rara pernah ribut dengan kakak kelasnya dan mengancamnya, dengan sebuah rekaman video. Di dalam video itu ada aku sedang dikepung oleh kakak kelas, aku terduduk sambil  menangis karena pipiku ditampar oleh kakak kelas.

"Mana uang lo! gue butuh uang untuk beli rokok!" pinta kakak kelas bernama Dewi Sanjayani, anak kelas 3 dengan suara tinggi.

“Maaf, Kak. Saya enggak ada uang.” Aku tertunduk, aku tidak berani menatap wajahnya. Wajahnya terlihat seram seperti makhluk halus.

"Jangan suka bohong sama Kakak kelas, gue tahu lo anak orang kaya. Hampir setiap hari lo diantar jemput pakai mobil keluaran terbaru. Buruan kasih gue uang!” bentaknya lagi, aku tidak mau memberikan uang padanya. Aku masih mempertahankan hakku.

“Ye! Berani lo yang sama gue? Teman- teman geledah kantong bajunya, dan ambil semua uangnya," perintah Dewi pada teman satu gengnya. Aku dikeroyok oleh teman Dewi, dompet yang ada di kantong bajuku langsung ditarik tanpa ampun, saking kuatnya kantong bajuku sampai robek.

 

"Jangan Kak!" Di saat aku mempertahan dompetku,  salah satu teman Dewi langsung menarik jilbabku membuat rambutku tertarik. Bukan hanya menarik jilbabku saja, mereka pun  mendorongku  hingga jatuh tersungkur di atas batu kerikil.

Aku meringis kesakitan, lututku terluka, terkena goresan batu kerikil tajam. Rok panjangku sampai bolong dan kotor.  Ditambah kepalaku sakit.

"Sini dompetnya." Dengan kasarnya Dewi berhasil merampas dompetku, ia menggeledah isi dompetku. Seketika mata Dewi dan teman-temannya terpancar cerah.

 

"Wih! Duitnya banyak banget.” Dewi mengeluarkan uang dua lembar berwarna merah, padahal uang itu adalah uang jatahku selama 1 minggu jajan

"Dew, kayanya bisa nih kita makan enak," timpal teman Dewi.

“Pulang sekolah, kita mampir dulu yuk di warung bakso. Tenang aja, masalah duit jangan khawatir.” Dewi mengibaskan dua lembar uang berwarna merah. Aku hanya bisa meratapi uang jajanku selama 1 minggu, diambil olehnya. Dalam hati, aku kesal. sayangnya aku tidak punya nyali cukup besar.

"Ya, sudah. Kita pergi dari sini." Di saat Dewi dan satu gengnya melangkah pergi. Tiba-tiba langkah Dewi terhenti. Dewi kembali membalikkan badanya ke arahku, lagi-lagi aku hanya bisa diam.

"Aa, tunggu dulu! lo!" Dewi menunjuk satu jari ke arahku, aku hanya menatapnya bingung, mau apalagi dia, "tolong catat omongan gue! Lo jangan pernah dekat sama Alex. Apa lagi sampai punya hubungan ksusus sama dia, kalau lo masih deket sama Alex sedikit aja. Lo bakal tahu akibatnya," ancamnya, selesai urusannya denganku, ia dan teman-temannya pergi meninggalku sambil tertawa terbahak-bahak, setelah mereka merampas uangku.

“Sabar, kamu harus sabar Yuri. Suatu saat nanti Dewi akan mendapatkan balasan dari Allah, karena dia telah zalim sama kamu,” ucapku dalam hati berdoa semoga dikabulkan oleh Allah, cepat atau lambat.

Sebelum aku pergi menuju kelas, aku memilih untuk merapikan jilbabku yang sudah berantakan ke mana-mana. Bahkan rambut panjangku sudah terurai ke mana-mana, untungnya tidak ada siswa laki-laki lewat  ke belakang sekolah. Tiba-tiba saja aku mendengar suara jeritan keras dari arah depan.

“Aaaahhkk!”

“Ya, Allah! Suara siapa tuh yang teriak kenceng banget?” batinku bertanya-tanya, karena penasaran dengan suara teriakan. Aku bergegas jalan ke depan untuk melihat apa yang sudah terjadi.

“Kurang ajar! Siapa sih yang lempar  bola basket ke arah gue?!” teriak Dewi, suaranya begitu nyaring membuat telingaku sedikit sakit. Kulihat kak Dewi sedang meringis kesakitan sambil memegang pipinya yang terkena hantaman bola basket.

Wajahnya terlihat kotor terkena hantaman bola, ditambah wajahnya merah padam. Aku yakin dia pasti merasakan perih, spontan aku tersenyum puas melihat Dewi meringis kesakitan. Ternyata doaku dikabulkan oleh Allah.

“Gila, sakit banget! Wajah gue panas.” Dewi mengeluh kesakitan, teman yang lain membantu mendinginkan wajah Dewi dengan cara mengipaskan menggunakan kipas kayu ke wajah Dewi.

“Dewi, kayanya gue tahu siapa yang sengaja lempar bola ke arah muka lo.” Salah satu teman Dewi menunjuk ke arah siswi perempuan. Seketika mata Dewi langsung menatap tajam ke arah siswi itu.

bab 2

“Kurang ajar! Beraninya dia lempar bola ke arah gue!” bentak Dewi, ia menghampiri siswi itu. Ia berniat ingin  memberi pelajaran karena telah membuat wajah cantiknya kotor

"Heh! Lo siapa?  Berani banget lo ya lempar bola ke arah wajah cantik gue!” Dewi menaruh ke dua tangannya di pinggangnya, tak lupa ia membusungkan dadanya agar siswi itu sedikit takut dengannya. “Dasar adik kelas kurang ajar, apa maksud lo lempar bola ke muka gue!?" mata Dewi sudah melotot menahan emosinya.

"Maaf Kak, tangan saya licin. Jadinya enggak sengaja bolanya terlepas dari tangan saya," ucap siswi itu yang ternyata bernama Rara  Krisnel anak kelas 1C.  Dengan gaya santainya, tanpa ada rasa takut sedikit pun terhadap Dewi kakak kelasnya.

"Jangan bohong lo! gue tahu lo sengaja lempar bola ke arah muka gue kan?"

"Iya, saya memang sengaja Kak lempar bola ke arah kakak! Karena saya pikir, di sini enggak ada orang. Kebetulan saya liat ada bola, jadi sekalian saja saya lempar aja bola itu ke arah muka Kakak! Karena Kakak sudah merampas uang orang lain!” Mendengar perkataan Rara barusan, Dewi sedikit terkejut. Tahu dari mana kalau ia merampas uang dari adik kelasnya.

“Maksud lo merampas uang apa ya? Kalau ngomong jangan fitnah ya. Kalau enggak ada buktinya, jangan asal tuduh!” Dewi mendorong pundak Rara, membuat ia mundur ke belakang. Sayangnya ia tidak gentar dengan gertakan kakak kelasnya ini, justru ia senang karena ada  yang bisa diajak ribut.

Dengan cepat Rara memegang tangan Dewi, ia meremas tangan Dewi membuat ia meringis kesakitan.

“Awww! Sakit,” keluhnya.

“Jangan sentuh pundak saya, saya paling benci kalau ada yang sentuh pundak saya tanpa seizin saya!” ucap Rara dingin, dengan kasarnya ia melepaskan tangan Dewi dan sedikit mendorongnya, membuat Dewi hampir jatuh kehilangan keseimbangan.

Rara yang sudah malas berhadapan dengan Dewi yang bukan tandingannya, langsung merogoh kantong di saku bajunya. Ia langsung mengeluarkan sebuah ponsel  miliknya.

“Kakak mau buktikan? Kalau Kakak sama yang lainya udah merampas hak orang lain.” Terlihat wajah Dewi sedikit ketakutan, ia yakin sekali bahwa adik kelasnya ini tidak hanya mengertak saja. Rara pun memutar hasil rekaman video yang tadi dia ambil.

Melihat rekaman dirinya di ponsel Rara, ia langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya, rekaman itu terlihat sangat jelas. Ketika Dewi mendorong Yuri hingga tersungkur, apalagi saat teman-temannya merampas dompet adik kelasnya.

"Itu--" Dewi tidak bisa berkata apa-apa lagi.  Begitu juga dengan teman-temannya.

"Apa perlu,  bukti ini saya sebar di dunia maya? Agar semua orang tahu perbuatan kalian? Dan satu sekolah akan heboh dengan adanya video ini." Senyum Rara mengembang, ia senang sekali melihat raut wajah Dewi yang sudah ketakutan. Dewi yang sudah ketakutan dengan adanya video itu, berusaha untuk merampas dari tangan Rara. Sayangnya Rara berhasil menghindar.

“Sini hp lo!” Ia gagal merampas ponsel Rara.

“Wow! Luar biasa banget kecepatan tangan Kakak.” Rara terlihat kagum dengan gerakan Dewi barusan, jika dibandingkan dengan gerakan Rara ia kalah cepat darinya.

“Sini ponselnya, jangan sampai video itu  ke sebar ke mana-mana!”

“Takut kena Cyber Bullying ya? Suka ngebully orang, tapi takut kena bully. Lemah amat mentalnya Mbak!” Rara mengejek Dewi, membuat wajahnya malu di hadapan teman-temanya.

“Dew, kita kabur yuk. Gue enggak mau kalau video itu ke sebar ke mana-mana.” Teman Dewi menggoyangkan lengannya agar menuruti perkataannya, jujur saja ia takut video itu disebar oleh Rara.

Dewi menatap wajah teman-temannya satu persatu, sebenarnya ia juga takut kalau video ini tersebar. Ia takut seluruh sekolah akan mencemooh perbuatannya karena merampas uang adik kelasnya.

Tanpa pikir panjang lagi ia berjalan menghampiriku. Untuk apa dia kembali ke sini? Jangan-jangan ia akan melakukan sesuatu yang buruk lagi ke aku, perlahan aku mundur ke belakang. Aku takut dia akan melakukan sesuatu yang lebih parah lagi.

Dewi terus menatapku, aku lihat tangannya meremas uangku, “nih, uang lo! Gue balikin, gue enggak butuh uang jajan lo!” Dengan kasarnya ia melempar uang ke arah wajahku. Setelah melempar uang ke arah wajahku, ia membalikkan badannya dan pergi meninggalkanku.

Dewi menatap kembali ke arah Rara, terlihat ia sangat membenci adik kelasnya ini, "awas lo ya, dilain waktu gue bakal bales perbuatan lo!”  ancamnya menatap sinis ke arah Rara.

Rara pun hanya terdiam dengan ancaman kakak kelasnya, ia  tidak takut dengan ancaman Dewi. Saat Dewi dan teman-temanya sudah pergi, Rara menghampiriku yang masih diam berdiri.

"Kamu enggak apa-apa?” tanyanya padaku, namun aku masih terdiam ketika dia bertanya padaku

"Ya ampun, rok kamu robek!” Ia melihat rokku yang sudah robek akibat goresan batu kerikil.

“I-iya, tadi habis jatuh. Makannya rok aku robek.”

“Habis jatuh atau di—“ ucapnya terhenti, aku hanya terdiam menunggu kalimat yang akan ia teruskan. Melihat wajahku, aku yakin dia merasa jadi tidak enak melanjutkan kata-katanya.

Terlihat ia menggarukan tengkuknya, “pasti lutut kamu lecet ya?” ucapnya mengalihkan pembicaraan yang lain. “Aku antar ke ruang UKS yuk.”

“Enggak usah, aku enggak apa-apa kok. Lagi juga ini cuma luka kecil.”

“Hoh, gitu ya. hehe” ia terkekeh, hening seketika tidak ada lagi yang mau dibicarakan. Apalagi aku dan dia belum kenal satu sama lain.

“Nama kamu siapa?” ia menjulurkan tangannya ke arahku, dengan senang hati aku menerimanya.

“Yuriko Aiko, kamu boleh panggil aku Yuri. Aku anak kelas 1D.”

“Aku Rara Krisnel, Aku kelas 1C. Panggil aja Rara. Nama kamu bagus banget, kaya nama orang jepang ya?"

"Iya, soalnya Ayah aku yang kasih nama. Kebetulan beliau asli orang jepang, tapi sudah lama tinggal di Kota ini.”

"Arti dari nama kamu itu apa?" tanya Rara, penasaran dengan arti nama Yuriko.

"Artinya untuk anak Perempuan, yang berarti sangat berbakat. Menarik, Lembut, Baik, Pekerja Keras. Dan cinta anak.”

"Wah,  artinya banyak ya?"

Sejak kejadian insiden yang menimpaku satu tahun yang lalu, aku dan Rara menjadi dekat  hingga sekarang. Dulu Ia sering sekali mampir ke kelasku untuk makan siang di kantin bersama. Saat kenaikan kelas 2 aku dan dia menjadi teman satu kelas, dan duduk bersama. Rara punya sifat unik, dia suka sekali bermain sepak bola bersama siswa laki-laki lainya, apalagi penampilan dia seperti gadis tomboi.

***

"Yuri?”

"Iya, ada apa Ra?" jawabku sambil fokus melihat cacatan buku les tambahan.

"Di depan sekolah, ada toko es krim yang baru buka. harganya murah loh, pas banget sama kantong anak pelajar seperti kita, kata temanku rasa es krimnya enak, tempatnya juga bagus, nyaman lagi."

"Beneran? Ih, aku mau banget ke sana, tapi--"

"Tapi apa? Kamu enggak bisa ya ke tempat toko es krim?” aku menganggukkan kepala sambil memajukan bibirku. Menandakan aku tidak bisa ke toko es krim hari ini.

"Hari ini aku ada tambahan pelajaran dari ibu Susi, besok saja kita ke toko es krimnya ya?"

"Yah, sayang banget." Terlihat Rara begitu kecewa, bukan aku enggak mau ikut. Tapi gimana lagi, pelajaran tambahan ini memang tidak bisa ditunda, aku jadi merasa tidak enak dengan temanku ini. Aku langsung merapatkan kedua tanganku dan meminta maaf.

"Maaf, ya Ra. Aku enggak bisa ikut. Besok aku janji deh. Kita makan es krim, biar aku yang traktir kamu? Gimana, kamu mau?" tawar membuat Rara semangat.

"Eh, beneran nih? Besok kamu mau traktir aku makan es krim?" ucap Rara dengan mata yang bersinar, saking senangnya ditraktir makan es krim besok.

"Kalau begitu, aku pulang duluan ya. Tapi sebelum itu aku mau ke toilet dulu." Rara melambaikan tangannya ke arahku, sedangkan aku  berjalan ke arah kelas lain untuk mengikuti pelajaran tambahan.

2 jam sudah berlalu, akhirnya jam tambahanku telah usai. Rasanya otak ini sudah tidak kuat lagi untuk menampung semua pelajaran, kurenggangkan tubuhku agar tidak terlalu kaku.

"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga tambahan pelajaran dari Ibu Susi. Sudah jam 5 sore, aku harus pulang dan memberi kabar Mamah." Kukeluarkan ponselku untuk menghubungi mamaku.

[Mah, hari ini aku sudah selesai belajar. Jemput aku ya Mah]

bab 3

Send

Ting

[Iya sayang, tunggu di tempat biasa ya]

[Ok]

Bergegas aku  memasukkan ponselnya ke dalam tas, berjalan di koridor sekolah. Melewati beberapa kelas yang sudah kosong.

Di saat aku berjalan di koridor sekolah untuk pulang,  mataku tanpa sengaja menoleh ke arah kelas yang kosong, yang mana pintunya setengah terbuka, sedangkan pintu kelas yang lainya tertutup rapat. Karena penasaran, aku sedikit mengintip dibalik pintu.

 

Setelah melihat ke dalam, kulihat ada satu siswa laki-laki sedang berdiri menghadap ke arah jendala kaca yang sudah terbuka lebar. Entah kenapa, tiba-tiba saja kakiku melangkah masuk ke dalam.

“Dia lagi lihat apa ya?” batinku bertanya-tanya, aku terus memperhatikan siswa itu. Tiba-tiba angin berembus sedikit kencang, namun masih terasa sejuk saat mengenai wajahku, ditambah cahaya matahari senja, yang masuk melalui kaca jendela yang terbuka lebar.

Membuat wajah siswa itu terlihat jelas, saat wajahnya menengok ke samping sedikit, tanpa menyadari ada aku di sini sedang memperhatikannya. Aku terus memperhatikan wajahnya walau pun terlihat dari samping. Terlihat senyum bibirnya mengembang membuat jantungku berdekat kencang.

“Ya Allah, kok dadaku jadi begini sih?” kusentuh dadaku yang terus berdetak, padahal hanya melihat senyumnya saja membuat jantungku nyaris keluar.

Aku terus menatap wajah siswa itu, wajahnya terlihat sangat manis, putih, hidungnya mancung, bibirnya tipis dan sedikit berwarna pink pudar. Membuat hatiku berdebar.

“Astagfirullah!”   aku menepuk  pipiku agar tidak membayangkan wajah laki-laki yang bukan mahramnya, "sadar Yuri, kamu enggak boleh seperti ini.” Lagi-lagi aku menatap kembali siswa itu, untungnya ia masih belum sadar aku ada di sini sedang memperhatikannya. Kalau dia sampai tahu aku ada di sini, bisa gawat.

Tring suara nada dering ponselku berbunyi, spontan siswa itu kaget bukan main. Begitu juga dengan diriku yang ikut kaget. tiba-tiba ponsel yang di dalam tas pun berdering. Saat itulah, mata kami saling bertemu.

DEG!

“Itu, ma-maaf.” Aku terlihat sangat gugup, bingung apa yang harus aku jelaskan padanya. Aku takut dia berpikir aku seorang anak yang tidak punya sopan santun karena terus memperhatikan dirinya.

Aku semakin dibuat salah tingkah, mamah terus saja meneleponku. Aku tahu, mamah pasti  sudah menungguku di gerbang sekolah.

"Ma-maaf saya, saya tidak bermaksud--" Wajahku sudah terasa panas, aku yakin sekali pasti wajahku sudah memerah seperti udang rebus. Inginku jelaskan padanya, sayangnya  suaraku seperti  tersangkut di tenggorokan.

"Saya, permisi. Maaf sudah mengganggu  Kakak, sekali lagi saya minta maaf.” Aku langsung keluar dari kelas begitu saja, sedangkan siswa itu masih terdiam di kelas kosong. Aku terpaksa pergi, hanya ini yang bisa aku lakukan.

Aku terus berlari sampai gerbang sekolah, dan benar saja mamahku sudah membunyikan klakson mobil ketika melihatku berlari.

"Sayang?" panggil mamaku dari dalam mobil, ia melambaikan tangannya agar aku cepat masuk.

"Sayang, kok kamu lama banget sih keluar dari sekolah? Katanya Kamu sudah selesai belajarnya? Dari tadi Mamah hubungi kamu, tapi enggak dijawab sama kamu.” Mamah sedikit menggerutu.

"Maaf, Mah. Tadi aku dari toilet. Perutku sakit,” ucapku berbohong, ya Allah. Maaf kalau aku berbohong sama mamah.

"Oh, harusnya kamu bilang dong ke Mamah, kalau kamu lagi di toilet."

"Iya, Mah. Yuri minta maaf. Tadi lupa kasih kabar."

"Ya sudah, tidak apa-apa. Ayo kita pulang." Adzan magrib berkumandan, barulah aku sampai di rumah. sesampainya di rumah aku langsung masuk. Tak lupa aku mengucapkan salam terlebih dahulu.

“Assalamualaikum,” salamku, bergegas aku berjalan ke lantai 2. Kebetulan kamarku ada di lantai 2, aku langsung membuka seragamku dan mandi untuk menyegarkan tubuhku yang sudah lengket penuh dengan debu dan kotoran.

Selesai mandi, dan sholat magrib aku turun ke bawah, untuk makan malam bersama ayah dan mamah di ruang makan. 20 menit sudah aku selesai makan bersama.

“Mah, aku ke kamar dulu ya. Aku cape mau tidur  dulu.”

“Oke, jangan lupa. Sebelum tidur kamu harus  ambil air wudhu  dulu, biar kamu tidur dalam keadaan suci.”

“Oke, Mah.” Kuberikan 2 jempol untuk mamahku dan juga ayahku, mereka berdua adalah orang tua terbaik yang pernah aku miliki selama hidupku.

Sesampainya  di kamar aku langsung menjatuhkan bobot tubuhku ke kasur empukku.

“Ya, Allah. Nikmat banget bisa rebahan di kasur empuk kaya gini, terima kasih ya, Allah. Engkau telah memberiku nikmat luar biasa,” ucapku dalam hati penuh rasa syukur.

 

Saat Mataku menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih, entah kenapa bayangan wajah siswa yang tadi aku temui di kelas kosong. Langsung terlintas dalam benakku.

"Siswa  tadi siapa ya? Aku belum pernah melihatnya di sekolah, apa mungkin dia anak baru ya?” batinku terus berpikir, selama aku bertemu banyak siswa di sekolahku. Baru kali ini aku melihat siswa laki-laki itu, jangan-jangan dia anak baru lagi.” Sepanjang malam aku terus membayangkan wajah siswa itu, aku benar-benar sangat penasaran. Rasanya ingin sekali aku bertemu kembali dan melihat senyum manisnya. Padahal jam sudah menujukan pukul 1 malam, tapi mata ini tidak bisa diajak kerja sama untuk tidur. Otakku masih terus membayangkan wajahnya.

tak terasa, aku tidur menjelang subuh. Sayup-sayup terdengar adzan subuh. Saking kantuknya tubuh ini susah untuk bangun.

“Yuri! Yuri! Bangun! Hari ini kamu enggak Sekolah. Ini sudah jam berapa? Kalau kamu enggak bangun, nanti kamu bisa terlambat masuk kelas!” Mamahku terus menggedor pintu kamarku, aku langsung bangun saking kagetnya  mendengar suara mamah. Kulihat jam sudah menujukan pukul 06.30.

“Astagfirullah! Ya, Allah! Aku kesiangan, aduh. Gimana ini.”  Aku panik bukan main, aku belum menyiapkan buku-buku pelajaran hari ini. Semalam aku lupa memasukkan buku pelajaran hari ini, ditambah lagi aku belum sholat subuh.

Selesai semuanya, bergegas aku turun ke lantai bawah.

“Aduh, kok tumben banget kamu kesiangan? Semalam kamu tidur jam berapa?” tanya mamahku.

“Aku tidur menjelang subuh Mah, semalam aku begadang."

"Kamu ini, ada-ada aja sih. Buruan masuk ke dalam mobil,” perintah mamah, aku langsung masuk ke dalam mobil.

Jam 7 lewat aku sampai di sekolah, untungnya gerbang sekolah masih terbuka lebar.

“Mah, aku masuk kelas dulu ya.” Kukecup tangan mamahku.

“Iya, belajar yang benar ya Nak.” Sebelum aku masuk ke gerbang sekolah, aku membalikkan badanku.

"Oh, ya. Mah, nanti sepulang sekolah, aku mau makan es krim sama temanku Rara. Nanti kalau aku sudah selesai, aku akan menghubungi Mamah ya."

"Oke, kalau begitu Mamah pulang ya."

"Iya, hati-hati di jalan." Kulambaikan tanganku ke arah mobil mamahku tercinta.

 

Teng...teng...teng...

Waktunya bel istirahat telah tiba, semua murid berbondong-bondong keluar menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah lapar. Begitu juga denganku, rasanya perut ini sudah membuat konser besar-besaran.

"kamu mau makan apa?” tanya Rara.

“Hmm, masih bingung mau makan apa.”

“Kalau gitu kita makan mie ayam pangsit aja.”

“Boleh.” Aku dan Rara berjalan menuju kantin, kami berdua masih terus mengobrol sampai akhirnya. Mataku melihat seorang siswa laki-laki yang kemarin sore aku temui di kelas kosong.

aku berpapasan dengannya, mata kami saling bertemu. Membuat jantungku semakin berdetak kencang, karena tak kuat ditatap olehnya. Spontan aku tertunduk malu, hanya melihat wajahnya saja membuat diri ini bergetar. Hingga akhirnya siswa itu melawati diriku.

“Yuri? Yuri! Hei!” Rara menyenggol lenganku, aku sedikit kaget.

“Ke-kenapa Ra?”

“Kamu kenapa? Dari tadi aku ajak omong,kamu malah diam aja! Kamu habis lihat apa sih?”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!