NovelToon NovelToon

Kron Gokami

Author Berkata

Halo semuanya!

Sebelum mulai membaca, Author ingin mengingatkan sekaligus menegaskan sekali lagi bahwa cerita ini memiliki banyak kesamaan dengan novel Author yang sebelah yaitu Overpowered Unknown Hero.

Alasan mengapa ada novel ini, dikarenakan banyak yang kebingungan di novel sebelah dan Author juga merasa novel sebelah dibuat oleh Author dengan terlalu tergesa gesa sehingga banyak ruang rumpang yang sebenarnya memiliki potensi lebih untuk dikembangkan.

Dan juga, (jujur) Author agak malas untuk membenarkan satu per satu karena di novel sebelah ada banyak sekali Chapter yang Author ingin revisi. Jadi daripada Author mengedit serta merevisi satu per satu terlebih lagi kasihan juga teman teman yang sedang membaca, nanti malah bingung kok tiba tiba novelnya berubah,

Oleh karena itu, Author membuat versi ini, yaitu versi Rebootnya. Author kurang tahu pasti istilah ini benar atau tidak, tapi yang pasti di novel yang ini akan memiliki banyak perbedaan (semoga) dengan novel yang sebelah guna menghindari copyright novel sebelah serta membuat teman teman yang sudah membaca di novel sebelah menjadi tidak sia sia untuk mengikuti serta membaca novel yang versi ini.

Baiklah, daripada Author menulis lebih panjang lebar lagi dan menghabiskan waktu teman teman sekalian, Author undur diri dulu. Kalau ada kritik dan saran bisa langsung tulis di kolom komentar.

Dukungan dari teman teman sangat Author butuhkan untuk melanjutkan penggarapan novel ini jadi ya.. teman teman tahu sendirikan harus bagaimana, hehehe.

Dari Author, Author ucapkan terima kasih.

Sekian & selamat membaca!

---------=======-----------

Sekadar tambahan, di Author Berkata akan tercantum Arc yang ada di novel ini, barangkali bisa mempermudah teman teman Reader dalam membaca.

-Arc 1 : Chapter 1-70

----------=======-----------

Chapter 1 - Keluar Rumah

[Selamat pagi, waktu telah menunjukkan pukul 8 pagi. Diharapkan kepada Tuan Ulger untuk segera bangun dari tidurnya]

Ulger masih tertidur lelap.

[Selamat pagi, waktu telah menunjukkan pukul 8.15 pagi. Diharapkan kepada Tuan Ulger untuk segera bangun dari tidurnya]

Ulger mulai membuka matanya. Ia tertidur di atas meja komputernya. Dengan menguap Ulger menegakkan badannya dan melakukan sedikit peregangan tubuh.

"Welthin, sudah berapa lama aku tertidur?" tanya Ulger kepada asisten virtualnya

[Anda tertidur dari pukul 3 pagi, dan terbangun ketika pukul 8.15 pagi. Anda tertidur selama 5 jam 15 menit]

Dengan mengucek matanya Ulger menyalakan komputernya yang dalam keadaan sleep. Hanya dalam beberapa detik, Ulger sudah membuka browser dan memeriksa surelnya. Peralatan serta spesifikasi komputer yang sangat mewah menandakan seberapa butuhnya Ulger terhadap dunia maya. Setelah membuka surelnya, ia baru teringat bahwa hari ini adalah hari di mana ia memiliki janji dengan seseorang.

"Sial, aku lupa kalau aku ada janji." gumam Ulger

Ulger langsung beranjak dari kursinya dan menyuruh Welthin untuk membalas surel tersebut serta menyarankan sarapan untuknya.

[Baik, akan segera saya persiapkan. Rekomendasi sarapan untuk hari ini adalah roti panggang dengan kopi]

"Tolong segera dipersiapkan" kata Ulger

[Baik, akan segera saya persiapkan]

Ulger menuju ke kamar mandi dan bersiap siap. Setelah selesai mandi dan sarapan, Ulger pun telah siap untuk menemui orang yang menjalin janji dengannya.

"Aku pergi dulu, Welthin." kata Ulger

[Hati hati di jalan, Tuan Ulger]

Ketika menapakkan kaki kiri untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Ulger langsung teringat dengan ingatan ingatan buruk yang menghantuinya.

"Tidak.. aku sudah memutuskan!" gumam Ulger

Ulger menapakkan kakinya dan dengan ragu ragu dan sedikit ketakutan, Ulger mencoba berjalan dengan tetap tenang menuju ke tempat pertemuan. Selama ia jalan menuju ke tempat pertemuan, ia merasa banyak wanita yang memperhatikannya. Dan itu memang benar. Dengan wajah yang terhitung tampan, walaupun tak memiliki badan atletik namun dirinya mampu membuat para wanita terpana terhadapnya.

Hingga akhirnya ia sampai di depan sebuah kafe, sebuah kafe di mana untuk pertama dan terakhir kalinya ia bertemu dengan orang yang mengiriminya surel. Dengan menarik dan menghela nafas secara perlahan, Ulger mencoba menenangkan dirinya. Segala kenangan indah yang pernah ia lalui bersama wanita yang ada di dalam kafe tersebut, langsung teringat begitu saja.

Setelah dirinya merasa tenang, ia membuka pintu kafe secara perlahan. Bau roti dan kopi menyambut kedatangannya. Pelayan wanita menyodorkannya lembaran menu kafe dengan senyuman yang manis.

"Maaf, tapi aku sudah ada janji dengan seseorang di kafe ini." kata Ulger

"Oh ya, kalau begitu silahkan dan selamat datang di Ennerungen Cafe!" kata pelayan wanita

Dengan membalas senyuman Ulger berjalan melewati pelayan yang menyambutnya. Senyuman balasan dari Ulger seakan menghipnotis si pelayan wanita yang wajahnya memerah.

"Maaf membuatmu menunggu." kata Ulger ke seorang wanita yang sedang bermain HP

"Ah, tak apa! Aku juga yang datangnya terlalu awal." jawab wanita tersebut dengan tersenyum dan menaruh HPnya

Ulger duduk berhadapan dengan si wanita. Wanita mengibaskan rambutnya serta membuka kacamatanya. Seluruh orang memperhatikan mereka dan siapa pun setuju bahwa kedua orang yang ada di hadapan mereka bak pasangan yang diturunkan dari surga.

"Lama tak berjumpa, Vera." kata Ulger dengan tersenyum

"Ya, lama tak berjumpa, Ulger." jawab Vera dengan tersenyum juga

Mereka lanjut berbincang bincang membahas tentang masa lalu mereka. Ulger dan Vera adalah teman sejak masa kecil. Dengan ketampanan yang dimiliki oleh Ulger dan kecantikan yang dimiliki oleh Vera, membuat siapa saja yang melihat kedekatan mereka pasti menyuruh mereka untuk menjalin sebuah hubuungan.

Ulger dan Vera sebenarnya memiliki perasaan satu sama lain. Ketika SD kelas 6, Ulger pernah mengutarakan perasaannya, namun oleh Vera ditolak secara halus karena tidak ingin kedekatan 'sahabat' mereka pupus jikalau nanti ada permasalahan diantara mereka. Pembicaraan yang penuh dengan tawa kecil dan senyuman malu terus berlanjut hingga akhirnya terhenti ketika Ulger bertanya tujuan Vera memintanya bertemu.

"Ulger.. apa kamu tidak ada niatan melanjutkan sekolah?" tanya Vera

Suasana berubah menjadi serius. Senyuman di kedua belah pihak menghilang. Dengan menarik nafas dan menghela nafas secara perlahan, Ulger melihat ke arah Vera dengan sangat serius.

"Ya, aku sudah membulatkan keputusanku untuk tidak melanjutkan sekolah." jawab  Ulger dengan badan yang ditegakkan

Vera mengepalkan tangannya dengan kuat. Walau tak terlihat oleh Ulger karena tangan yang ia kepal berada di bawah meja makan. Dengan wajah pura pura tidak kesal, Vera berkata bahwa ia akan mendukung apapun keputusan Ulger. Setelah itu, tidak ada percakapan apapun yang terjadi dan hanya meninggalkan suasana canggung.

Makanan dan minuman telah datang, dengan kondisi canggung Vera memakan pancake yang telah dipesannya dan Ulger meminum milkshake coklat yang dipesankan oleh Vera. Minuman dan makanan telah habis. Matahari telah turun dari puncak tertingginya. Waku menunjukkan pukul 4 sore. Langit kuning oranye membuat suasana Ulger dan Vera bak dua orang pasangan yang sedang menikmati momen romantis.

"Ka-karena waktu telah sore dan aku juga ada kesibukkan lain.. aku izin pamit dulu ya." kata Vera dengan merapikan barang barangnya

"Y-ya.. Vera," jawab Ulger

"A-ada apa? Mengapa tergesa gesa?" tanya Vera

"Bo-bolehkah aku mengantarmu..?" tanya Ulger dengan muka yang memerah

Vera mengangkat kedua alisnya dan tersenyum manis. Dengan senyuman manisnya, ia menjawab bahwa dirinya akan sangat senang jikalau Ulger bersedia mengantarnya. Tentu, muka Ulger semakin memerah. Ulger membayar makanan dan minuman yang ia dan Vera pesan. Mereka berjalan keluar meninggalkan kafe. Mereka terus berjalan berdua hingga akhirnya berhenti di dekat sebuah gang sempit.

"A-anu Vera..? Mengapa kita lewat tempat seperti ini..?" tanya Ulger yang merasa tidak asing dengan gang yang akan mereka lewati

"Kenapa? Kamu tidak mau mengantarku?" tanya Vera yang sudah memasuki gang

"Bu-bukannya kamu tahu bahwa aku memiliki kenangan buruk dengan gang ini..?" kata Ulger dengan kaki yang sedikit demi sedikit mulai mundur

"Hm? Ah.. maaf.. kita sudah terlalu lama tidak bertemu. Dan mungkin saja karena itu aku sudah lupa dengan segala tentangmu.." kata Vera dengan tatapan mata yang berbeda

Sebuah tatapan yang selama ini belum pernah Ulger lihat. Sebuah tatapan yang sama dengan tatapan orang orang yang pernah mengganggunya dulu. Sebuah tatapan.. yang sangat dikenali oleh Ulger. Melihat wajah Ulger yang nampak panik dan takut, Vera tersenyum. Vera tepuk tangan dua kali dan dari tempat yang tak terduga, muncul segerombolan orang. Segerombolan orang yang sangat dikenal oleh Ulger. Segerombolan orang yang pernah mengganggunya dulu. Segerombolan orang yang membuatnya takut untuk pergi ke dunia luar. Segerombolan orang.. yang merenggut kebahagiaannya.

"Kamu berhasil membawanya kemari ya, Sayang?" kata seseorang yang muncul dari dalam gang

Tanpa perlu melihat wajah dari orang tersebut, Ulger sudah mengetahui orang tersebut hanya dengan mendengar suaranya saja.

"Tentu saja, Sayang." jawab Vera

Sayang? Panggilan apa itu? Bukankah itu panggilan sepasang kekasih? Mengapa.. mengapa Vera memanggil nama orang itu dengan sebutan sayang?

Ketakutan dan kepanikan Ulger semakin menjadi jadi. Bernard Chaddrick, seseorang yang paling senang dan sering menganggu Ulger, muncul di hadapannya setelah sekian lama. Bernard merangkul Vera dan langsung mencium mulut Vera tepat di depan Ulger yang tidak bisa bergeming.

 

---------=======-----------

AUTHOR :

Terima kasih telah membaca Chapter ini !

Mohon dukungan dari teman teman ya !

Untuk kritik dan saran bisa dicantumkan di kolom komentar !

Terima Kasih !

----------=======-----------

Chapter 2 - Hancur

Vera, teman masa kecilku. Seseorang yang selalu mengulurkan tangannya untukku walau aku tidak memintanya. Kami bertemu ketika aku berusia 4 tahun, dan dia satu tahun lebih tua dariku. Kami selalu bermain bersama, ia selalu menggandeng tanganku dan tersenyum padaku.

Namun kedekatan kami tidak berlangsung lama, ketika aku berada di SD yang sama dengannya, ia berubah. Ia seolah menjauh dariku. Lalu datanglah gerombolan ini, gerombolan yang selalu membullyku. Namun, entah mengapa tiba tiba Vera mengulurkan tangannya padaku lagi. Ia selalu melindungiku tatkala Bernard dan gerombolannya mau membullyku. Ia, bagaikan malaikat pelindung bagiku.

Hari demi hari berlalu, setiap kali Vera tidak ada di sekitarku, Bernard dan gerombolannya bak melihat kesempatan untuk menghajarku. Aku yang sering pulang ke rumah dengan kondisi babak belur, tidak pernah dikhawatirkan oleh siapa siapa. Orang tuaku? Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Pernah satu waktu orang tuaku dikabari oleh salah seorang guruku, mereka mengabari kedua orang tuaku tentang kondisiku di sekolah baik secara fisik maupun mental.

Dan kalian tahu responnya apa? Mereka mengatakan bahwa aku dibully karena aku terlalu lemah. Mereka membullyku karena aku memang pantas dibully. Sebuah jawaban yang sangat memukul mental seorang anak kecil berusia 8 tahun. Dan oleh sebab itu, aku tidak tahu harus melarikan diri kemana. Satu satunya tempatku bisa bersandar, adalah Vera. Ketika aku kelas 6, ia sudah menginjak jenjang pendidikan selanjutnya, yaitu SMP. Aku yang tidak ingin kehilangan sosoknya, memutuskan untuk menembaknya.

Dan dengan senyuman yang manis, ia menolakku. Ia berkata bahwa ia sebenarnya juga menyukaiku, namun ia tidak ingin berpacaran karena takut hubungan 'persahabatan' kami akan retak jikalau kelak kami putus. Aku menerima keputusan itu dengan lapang dada. Toh dia juga masih bersamaku kan. Itu yang aku pikirkan pada awalnya. Ketika aku kelas 6, aku sudah tidak diganggu lagi. Meski begitu, mentalku sudah rusak karena selalu diganggu oleh orang orang itu. Dan walau aku tidak diganggu, aku juga tidak memiliki teman. Entah mengapa, mereka seolah memberi jarak denganku.

Aku pun menghabiskan waktu dengan bermain video game. Ketika bersekolah aku membawa semacam PSP, dan ketika di rumah, aku menghabiskan waktu dengan bermain game online atau bermain game game PS. Dengan adanya jarak dari mereka, aku benar benar mengurung diriku. Pikirku, karena mereka yang memberi jarak, maka tidak masalah jikalau aku mempertebal jarak tersebut, kalau perlu aku akan membuat sebuah dinding untuk memastikan mereka jauh dariku.

Aku tidak ingin melukai siapapun, dan aku tidak ingin membuat susah siapapun. Dan aku terus berpikir seperti itu, hingga suatu sore, aku yang sedang tidak sabar untuk memainkan game yang baru saja keluar, pulang dari sekolah dengan sangat bersemangat. Aku berlari dan secara tidak sengaja aku melihat seseorang yang mirip dengan gadis yang sudah lama tidak aku temui, Vera. Aku dengan reflek langsung bersembunyi dan dari kejauhan aku ingin memastikan apakah gadis tersebut benar benar Vera atau bukan.

Dan benar saja, dari gaya dan warna rambut serta seragam sekolahnya.. tak salah lagi, itu adalah Vera! Aku yang sudah lama tidak berjumpa dengannya, ingin mencoba menyapanya. Namun semua niatku terurungkan ketika aku melihat seorang laki laki datang dan berbicara dengannya. Laki laki itu adalah Bernard, ya, kalian tidak salah baca, Bernard Chaddrick. Seseorang yang selalu membullyku semasa SD, tiba tiiba datang dan berduaan dengan seorang gadis yang aku cintai.

Aku yang terbakar api cemburu, memutuskan untuk keluar dari persembunyianku. Namun ketika aku baru mau keluar dari tempatku bersembunyi, mereka.. tiba tiba berciuman. Sebuah ciuman bak dua orang yang saling mencintai. Sebuah ciuman yang benar benar mesra. Bernard melepas ciumannya dan bertanya sesuatu pada Vera.

"Bagaimana dengan si kecil itu? (Ulger)" tanya Bernard

"Hihh, sudah aku bilang bukan untuk tidak menyebutkan namanya di depanku. Aku muak tahu mendengar namanya!" jawab Vera dengan sedikit cemberut

Mendengar hal tersebut terlontar dari mulut Vera, membuat hatiku hancur berkeping keping. Satu satunya orang yang bisa aku jadikan tempat bersandar, tiba tiba mengatakan hal seperti itu. Aku langsung mundur secara perlahan lahan. Ketika aku sudah cukup jauh, aku langsung berlari pulang dengan menahan air mata. Ketika sudah sampai di rumah, aku langsung melempar tasku dan tengkurap di atas kasurku. Aku menangis dengan menutupi wajahku dengan bantal.

{Kembali ke waktu sekarang}

Dan betapa bodohnya aku, seharusnya aku tahu bahwa mereka masih menjalin hubungan.

"Ada apa Ulger? Kau takut?" ejek Bernard

Ulger tidak bisa menjawab. Mulut dan tubuhnya menjadi kaku. Ia hanya bisa melihat ke arah Vera dengan sorot mata yang menunjukkan kekecewaan dirinya pada Vera.

"Apa apaan itu.." kata Vera dengan lirih

Perkataan Vera membuat perhatian semua orang tertuju padanya.

"Oi Ulger.. apa kau tidak tahu betapa memuakkannya jikalau harus terus dibandingkan dengan dirimu?! Setiap hari setiap saat semua orang selalu berkata bahwa aku dan kamu bagaikan pasangan yang sudah ditakdirkan dari surga, dan kamu tahu apa? Aku muak dengan semua itu!" bentak Vera

Bentakan Vera membuat perasaan Ulger semakin hancur.

"Oleh karena itu aku menjauhimu.. dan tiba tiba, mereka datang untuk mengganggumu dan kamu tahu? Itu adalah kesempatan emas. Sebuah kesempatan emas agar aku dipandang lebih tinggi darimu!" kata Vera dengan tersenyum bak psikopat

Ulger menundukkan kepalanya. Matanya mulai berkaca kaca. Dan ketika ia sedang termenung, tiba tiba sebuah tendangan dilayangkan kepadanya.

"Kalau ada yang berbicara diperhatikan!" bentak Bernard dengan menendang Ulger

Ulger terlempar ke belakang dan terbaring lemas sembari melihat ke arah langit yang mendung. Bernard berkata kepada teman temannya untuk memberi pelajaran kepada Ulger. Teman temannya tersenyum dan mulai bersiap menghabisi Ulger. Dengan jari jari dan leher yang dibunyikan, tongkat baseball yang diangkat, sebotol kaca yang telah dipersiapkan, dan beberapa barang lainnya, mereka mulai menghajar Ulger.

Sebelum dihajar oleh mereka, Ulger memejamkan kedua matanya. Ia tahu bahwa ia sudah tidak bisa lari lagi. Dan dengan tragis, Ulger dihajar oleh mereka hingga babak belur. Pakaian serba putih Ulger sudah mencoklat dan memerah. Seluruh badan memar dengan wajah yang penuh lebam. Ulger tetap menutup kedua matanya walau dipaksa oleh mereka untuk membuka matanya.

Dan ketika salah satu diantara mereka kesal karena Ulger tidak mau membuka matanya, orang itu berniat mencongkel mata Ulger. Tidak ada yang melarang. Semuanya malah mendukung orang itu untuk mencongkel mata Ulger. Dengan penuh dukungan, orang itu berjalan mendekati Ulger. Tangannya sudah sangat dekat dengan mata Ulger. Dan ketika ia mau mencongkel mata Ulger, tiba tiba datang beberapa polisi dengan mengacungkan pistol.

"Hentikan! Apa yang sedang kalian perbuat?!" teriak sang polisi

Melihat kedatangan para polisi, Bernard beserta gerombolannya langsung lari. Bersamaan dengan larinya Bernard dan gerombolannya, hujan mulai turun. Hujan turun dengan deras. Para polisi memeriksa keadaan Ulger dan mereka merasa kesal dan marah kepada diri mereka karena terlambat untuk menolong Ulger. Ulger tidak meninggal, namun sekarat. Ulger segera dilarikan ke rumah sakit oleh para polisi. Dokter yang bertugas dengan sigap langsung menangani Ulger.

Kepala yang bocor, tangan kanan dan kaki kiri yang patah hanyalah sedikit dari banyaknya luka yang diterima oleh Ulger. Jahitan demi jahitan telah dirajut oleh sang dokter. Waktu operasi berlangsung selama lebih dari 10 jam. Ulger yang sekarat terbaring lemas di kasur tempatnya tidur.

Dan setelah waktu demi waktu berlalu, ia mulai membuka matanya.

 

---------=======-----------

AUTHOR :

Terima kasih telah membaca sampai Chapter ini !

Mohon dukungan dari teman teman ya !

Untuk kritik dan saran bisa dicantumkan di kolom komentar !

Terima Kasih !

----------=======-----------

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!