NovelToon NovelToon

Akan Kurebut Suamimu

AKS 1

“Semua sudah beres kan, Ra?” tanya teman satu kerja paruh waktu kepada Mora.

Dengan mantap Mora mengangguk. Wajahnya terus tersenyum lebar, sekalipun rasanya tubuhnya sangat lelah tetap saja Mora berusaha untuk selalu menikmati apapun yang terjadi.

“Baguslah. Setelah ini jangan lupa buatkan satu kopi americano untuk pelanggan terakhir kita,” Perintahnya.

“Baiklah,” Mora mulai melangkah menuju tempat dimana ia akan meracik kopi.

Sambil sesekali menoleh kearah jam dinding. Sudah lebih dari jam 12 malam, dan Mora belum juga pulang dari bekerja paruh waktunya.

Menghela napas panjang. Rasanya tubuh Mora sangat lelah, seharian menghadapi berbagai tugas Kampus.

Dan sorenya harus bekerja paruh waktu. Semua itu Mora lakukan semata-mata karena memang memerlukan tambahan uang untuk biaya kuliah.

Ibunya hanya bekerja sebagai buruh cuci. Tidak memiliki uang yang banyak untuk tambahan biaya semester Mora. 

Maka dari itu mau tidak mau Mora memang harus bekerja sebagai tambahan.

“Nikmati saja, Mora. Jangan banyak ngeluh. Banyak yang lebih menderita daripada dirimu,” gumam Mora didalam hati.

Akhirnya satu cup americano dengan kualitas premium selesai tersaji. Mora meletakkan cup americano di bar, sambil matanya mencari sosok pelanggan pemilik kopi tersebut.

“Lama amat,” Padahal sekarang sudah masuk jam Toko untuk tutup.

Tapi pelanggan terakhir belum juga datang. Benar-benar membuat Mora kesal, dengan wajah yang cemberut ia berlalu duduk di bangku bar.

Menidurkan kepalanya dimeja. Tubuhnya terasa lelah sekali, bahkan juga mengantuk. Ingin segera kembali agar Mora bisa merebahkan tubuhnya di tempat tidur.

“Permisi… Apakah cup kopi ini milik saya?”

Suara itu mengejutkan Moira. Seketika langsung saja kepalanya mendongak, menatap aneh pada sosok dihadapannya.

Entah pria atau bahkan wanita Mora tidak mampu memastikannya. Hanya saja penampilannya sangat aneh.

Memakai hoodie tebal. Lalu memakai topi, memakai kaca mata hitam dan juga masker.

“Iya, benar,” Mora menyodorkan cup tersebut pada sosok aneh itu.

Sosok aneh itu mengeluarkan jumlah uang. Nominalnya kelebihan, jadi Mora ingin mengembalikan kembaliannya.

Tapi baru saja hendak melangkah tangannya sudah ditarik oleh sosok aneh itu. Sampai Mora terkejut, ia menatap aneh dan juga curiga.

“Kau kekurangan untuk membayar biaya semester kuliah bukan?” tanya sosok aneh itu.

Mora belum menjawab. “Dari mana dia tahu?” gumamnya didalam hati,

“Aku ada tawaran pekerjaan untukmu. Bayarannya sangat fantastik. Jika kau menerima tawaran ini… jangankan bisa membiayai semester, bahkan kau juga bisa melunasi semua biaya sampai lulus.”

Merasa jika sosok aneh ini benar-benar gila bagi Mora. Hanya saja tawaran itu berhasil membuatnya penasaran.

“Sebaiknya aku pastikan dulu itu tawaran apa. Kalau tugasnya gampang, lumayan juga. Tidak perlu menyusahkan Ibu lagi untuk biaya urusan kuliah.”

Mora terus memikirkan didalam hati. Ia tersenyum tipis, lalu mengangguk mantap kepada sosk aneh itu.

“Katakan dulu pekerjaan itu apa. Agar aku memikirkannya nanti, sanggup atau tidak.”

Terpaksa. Mora mau tidak mau harus berani melangkah maju, semua demi agar dia segera lulus untuk membanggakan sang Ibu.

“Ayo ikut aku,” ajak sosok itu.

Mora melepaskan celemek. Lalu mengambil tas selempangnya, berjalan cepat mengejar sosok aneh itu yang sudah melangkah sangat jauh darinya.

“Aihhhh… kenapa langkahnya cepat sekali,” Mora kesusahan mengimbangi langkah sosok aneh itu.

Akhirnya mereka memilih untuk membicarakannya di Taman Kota saja. Kebetulan sudah larut malam, Taman sangat sepi hanya ada beberapa orang disekitar mereka.

Mora duduk disamping sosok aneh itu. Sesekali ia ingin memastikan wajah seperti apa dibalik masker dan juga kaca mata hitam tersebut.

Tapi susah mati Mora mencari tahu tetap saja tidak bisa memastikan. Apakah sosok wanita atau bahkan pria, entahlah Mora berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya.

“Nama anda siapa?” tanya Mora setelah lama keheningan terjadi.

“Panggil saja saya Kakak,” jawabnya singkat.

Sesuai dengan apa yang Mora duga jika sosok itu tidak akan memperkenalkan diri yang sebenarnya.

“Apa yang ingin aku lakukan untukmu?” tanya Mora sekali lagi.

Dari yang Mora lihat jika tarikan napas Kakak aneh sangat berat. Seperti menyimpan suatu masalah yang tidak dapat Mora duga itu apa.

“Merebut suami orang,” jawabnya tanpa menatap Mora sedikitpun.

Sementara Mora masih terbelalak. Benar-benar terkejut, hampir saja tersedak ludahnya sendiri.

“Merebut suami orang?” tanyanya, mulut Mora terbuka sempurna. “Memang ada jenis pekerjaan seperti ini?”

Dunia memang semakin aneh bagi Mora. Banyak hal-hal yang mustahil dan tidak pernah terbayangkan, benar-benar terjadi.

“Ini memang benar, Mora. Jika kau mampu melakukannya maka saya akan memberikan banyak uang padamu.”

Mora terus menggelengkan kepalanya. Menurutnya sangat tidak masuk akal, sama dengan jika dirinya akan menjadi pelakor.

“Aku tidak mau menjadi pelakor,” tolak Mora mentah-mentah.

Merasa jika semua mulai tidak masuk akal maka bergegas Mora ingin bangkit. Tapi langkahnya terhenti karena sosok aneh itu meraih tangannya hingga kembali duduk.

“Apapun tawarannya aku tidak mau. Menghancurkan rumah tangga orang sama dengan iblis, Kak. Apa kau tidak sadar itu?”

Mora benar-benar tersinggung kali ini. Ia di didik penuh dengan ajaran oleh sang Ibu, menjadi penghancur kebahagiaan orang bukanlah hal yang diajarkan oleh sang Ibu selama ini.

“100 Juta untukmu, bagaimana?”

“100 Juta?” Mora semakin terkejut setengah mati mendengar nominal tawarannya.

Uang 100 Juta seakan mimpi baginya selama ini. Terkadang Mora merasa jika uang 100 Juta hanya ada di mimpi atau bahkan dongeng saja.

“Besok datanglah ke hotel X. Jika kau mau melakukan tawaran ini maka temui saya disana. Target kita akan kau temui disana,” Sosok aneh itu meletakkan alamat ditelapak tangan Mora.

Tidak menunggu respon Mora langsung saja melangkah pergi.

“Hei, tunggu! Kita belum selesai bicara, astaga….”

Kepala Mora mulai terasa sakit. Ia memijat pelipisnya sembari memegang alamat hotel yang akan dituju besok.

“Bayarannya mahal, cukup sampai aku tamat nanti bahkan lebih. Hanya saja… pelakor?”

Saat ini yang ada didalam bayangan Mora adalah para istri sah yang melabraknya. Lalu merekam dan upload di sosial media, maka Mora akan viral.

Membayangkan saja sudah membuat Mora merinding sekujur tubuh.

“Disewa untuk jadi pelakor? Sebenarnya dia selingkuhan target atau bahkan….”

Mora tidak mampu berpikir apapun lagi. 

AKS 2

Dan ya setelah berpikir sepanjang malam pada akhirnya Mora mulai mengambil keputusan. Saat ini bahkan sudah menuju Hotel yang ditunjukkan.

Langkah Mora penuh dengan keraguan. Hanya saja baginya sangat menyayangkan jika menolak uang yang sangat banyak itu.

“Sekalipun harus melakukan sesuatu hal yang aneh, tapi tidak apa. Yang terpenting tidak jual diri, iyakan?”

Mendadak langkah Mora langsung terhenti. Ia teringat akan sesuatu hal, yaitu apakah tindakan yang akan dilakukan saat ini sama dengan seperti menjual diri.

“Aduh… aku benar-benar sudah gila. Jangan karena uang kau mulai gila, Mora. Kau tidak boleh seperti ini,” Tiada henti Mora terus saja menggerutu.

Bangunan Hotel X mulai terlihat. Itu menandakan jika Mora sudah sangat dekat dengan tujuan, tapi mendadak langkahnya seperti ada lem yang menahan.

“Apakah aku harus mengambil tugas ini?” Mora terus bertanya-tanya pada diri sendiri.

Ingin sekali berbalik badan. Kembali menuju kosnya, istirahat saja disana memikirkan cara lain untuk biaya kuliah dari pada harus menjadi pelakor.

“Ya, seharusnya aku tidak usah mau….” Baru saja berbalik badan Mora sudah berhadapan dengan sosok aneh yang ia temui tadi malam.

“Kau mau kemana?” tanyanya.

Belum Mora menjawab tangannya sudah ditarik oleh Sosok aneh itu. Tidak ada pilihan bagi Mora selain segera mengikuti langkah cepat itu.

“Bentar, aku tidak mau mengambil tawaran gila ini. Aku tidak mau menjadi viral hanya karena menggoda pria yang memiliki istri. Kau jangan memaksaku,” Mora terus saja meracau.

Sosok itu membawa Mora menuju gang sempit. Hanya ada mereka berdua disana, sepi dan sejujurnya Mora sangat takut saat ini.

“Kalau kau benar-benar tidak tergiur tawaranku maka seharusnya aku tidak menemukanmu disini bukan?” tanyanya.

Seketika Mora terdiam tidak bisa berkata apapun. “Itu….”

“Itu karena kau mau melakukannya,” sela Sosok itu.

Memang benar, Mora tidak menyangkal. Ia sangat butuh uang untuk biaya kuliah, tidak mau merepotkan Ibunya. Hanya saja ia tersadar, jika tawaran itu bukanlah satu-satunya jalan saat ini.

“Ini kartu rekening untukmu. Uang disana tersedia untukmu, selama kau melakukan aksi ini aku akan rutin mengirim uang.”

“Gunakan sebaik-baiknya. Entah untuk kebutuhan kuliahmu atau bahkan beli pakaian mahal untuk memikat target.”

Kedua mata Mora terbelalak menatap kartu hitam ditangannya. Ia kebingungan harus menjawab apa, tapi untuk menolak rasanya sudah sangat tidak mungkin.

“Kau mau kan? Tidak hanya ini yang kau dapatkan. Fasilitas seperti Apartemen dan juga mobil akan aku beri untukmu. Asal kau melakukan tugasmu dengan baik,” jelasnya.

Tawaran tersebut membuat Mora semakin tergiur. Rasanya memang tidak ada alasan lain untuk menolak, hanya memikat saja maka semua akan selesai bukan.

“Waktumu hanya ada 3 bulan untuk melakukan aksi ini. Jika dalam waktu yang aku tentukan kau tidak berhasil… maka semua yang aku beri setidaknya setengahnya harus kembali padaku.”

Dan ya Mora tercengang. “Kau yakin bukan untuk melakukannya?”

Mora yakin. Semua itu atas dasar untuk sang Ibu dan juga untuk kebahagiaannya sendiri. Dengan cepat dan tanpa keraguan Mora mengangguk mantap.

“Aku akan mengambil tawaran ini, Kak. Katakan, mulai dari sekarang aku harus apa. Dan sosok seperti apa target kita sekarang,” ucap Mora tanpa ragu sedikitpun.

Sosok aneh itu tersenyum puas. Ia juga lega dapat menemukan sosok yang bisa membantunya kali ini, ia memberikan ponsel yang harganya mahal kepada Mora.

“Gunakan ponsel ini selama bertugas. Tidak perlu menyembunyikan identitasmu, tunjukkan saja siapa nama aslimu. Kau akan selalu ada didalam perlindunganku,” jelas sosok itu.

Meraih tangan Mora untuk mulai masuk kedalam mobil. Membawa Mora menuju tata rias, untuk makeover keseluruhan penampilan Mora yang sederhana.

Bahkan Mora saja menatap bingung penampilannya saat ini. Di rias oleh orang-orang profesional. Keseluruhan tubuhnya semua dibersihkan tanpa ada yang tinggal sedikitpun.

Hingga satu jam berlalu akhirnya Mora selesai di makeover. Penampilannya jauh lebih berbeda dari yang biasanya, tiada henti menatap kagum pada diri sendiri dari pantulan cermin.

“Astaga…. apakah ini aku?” Mora tidak menyangka pada kecantikannya saat ini.

Mengenakan dress selutut dengan model bahu yang terbuka. Rambutnya ditata dengan sangat indah, memakai kalung berliontin mutiara yang mana akan menjadi ciri khas dari Mora nantinya.

“Kau sangat cantik,” Pujian itu berasal dari sosok aneh yang telah memberikan perubahan besar pada kehidupan Mora.

Dipuji membuat Mora tersenyum hangat. “Sekarang… aku harus apa?” tanyanya, meskipun sempat dilanda keraguan tapi pada akhirnya Mora mulai menerima semuanya dengan lapang dada.

“Di Hotel X ada pesta dansa disana. Kau akan bertemu dengan target, dia bernama Adam. Kemungkinan besar saat ini dia bersama istrinya.”

Mora masih bingung. Kalau masih ada istrinya disekitarnya pastinya akan sulit untuk mendekati bukan, Mora masih memikirkan tindakannya.

“Kau cari tahu saja seperti apa Tuan Adam. Lalu pikirkan cara sendiri untuk aksimu, aku akan terus memperhatikanmu.”

Belum Mora menjawab sosok aneh itu sudah melangkah pergi meninggalkan Mora yang termenung.

Sedangkan Mora masih sakit kepala memikirkan harus apa. Mengambil tas mahal yang baru saja ia dapatkan, menaruh barang-barang seperti hp lamanya dan juga hp baru yang sangat mahal itu.

“Baiklah, pertama temukan dulu Tuan Adam baru pikirkan mau apa selanjutnya,” gumam Mora.

Setelah mengumpulkan banyak keberanian pada akhirnya Mora mulai melangkah maju. Ia sangat siap dengan tugas yang sangat aneh menurutnya ini.

Pandangan matanya dari kejauhan melihat bangunan hotel megah tersebut. Ada pesta dansa, dan ia juga sudah mendapatkan undangan tersebut.

“Sialnya… aku tidak bisa dansa,” katanya.

Ah mencoba untuk bodoamat saja. Dengan langkah cepat tapi tidak meninggalkan kesan Mora mulai memasuki gedung tersebut.

Banyak orang yang tentunya berasal dari kalangan atas juga masuk bersama. Mora mengikuti saja, sambil terus menyiapkan telinga jika mendengar sesuatu mengenai Tuan Adam yang terhormat.

“Sebenarnya siapa Tuan Adam itu?” Mora tidak pernah tahu dan juga tidak pernah dengar nama itu.

Mulai berada diarea ballroom dimana pesta dansa akan dilaksanakan. Mora memilih untuk duduk dipojokan setelah menunjukkan undangannya.

Tidak ada orang yang ia kenal. Ia hanya mengandalkan keberanian saja, ini semua demi biaya kuliah yang tidak mau dipikirkan lagi oleh sang Ibu.

Pandangan Mora kesana-kemari mencari sosok yang ia duga jika mungkin saja Adam. Hanya saja banyak pria disekitar aula, sedangkan Mora sama sekali tidak tahu seperti apa wajah target yang sebenarnya.

“Tuan Adam sudah datang bersama istrinya.”

Samar-samar Mora mendengar ucapan orang-orang disekitarnya. Pandangannya langsung tertuju pada dua orang, pria dan wanita yang berjalan beriringan memasuki aula pesta dansa.

AKS 3

Satu kata….

Mora tercengang akan pesona target yang akan ia tuju. Sangat tampan dan juga mempesona, tubuh jangkung kekar dan wajah yang seperti ke barat-baratan.

“Perpaduan yang sempurna,” beonya.

Sebenarnya yang ada didalam bayangan Mora adalah jika Tuan Adam, targetnya adalah sosok Om-Om genit yang mana fisiknya sama sekali tidak menarik.

Tapi kali ini Mora masih juga tercengang. “Dia sangat tampan… yakin nih, model begini bakal terpesona sama aku yang modelan kaya tikus got?”

Mora kehilangan rasa percaya diri. Sekalipun semua mata-mata orang atas ini memandangnya penuh kagum, tetap saja Mora merasa jika dirinya tidaklah semenarik itu.

Apa lagi kini pandangan Mora sudah tertuju pada sosok wanita yang menggandeng tangan Adam. Sangat cantik dan juga bersahaja.

Tubuhnya sangat indah. Penampilannya feminim, sementara Mora sadar sekali jika dirinya selayaknya butiran debu jika disandingkan dengan Istri dari Tuan Adam.

“Astaga… istrinya saja secantik itu. Mana body bagus lagi, aku seakan butiran debu….” Mora benar-benar kehilangan rasa percaya diri.

Tapi mau kembali tidak mau menerima tawaran mahal itu juga tidak bisa. Mora sudah sepakat, bahkan setitik dari kenikmatan hasil kerja sama sudah ia rasakan.

“Aduh… jelas bakal gagal nih,” Mora benar-benar merasa tidak akan pernah bisa memikat Adam.

Waktu yang diberikan oleh sosok aneh itu hanyalah 3 bulan. Jika dalam waktu yang sudah ditentukan Mora gagal, belum juga merebut Adam dari istrinya maka semua apa yang sudah ia dapatkan harus dikembalikan.

“No, soal menyerah sama sekali tidak ada dalam kamus Kimora,” ucapnya penuh rasa keyakinan yang tinggi.

Dan ya Mora mulai bangkit dari duduknya. Menenteng tas mahal miliknya, lalu mulai melangkah dengan gaya feminim dan tatapan mata yang tegas.

Langkah Mora tertuju pada area orang-orang yang tengah menikmati minuman anggur mereka. Mora mencoba mendekat untuk mencari informasi tentang targetnya.

Tangannya meraih gelas anggur yang mana ada pelayan yang memberikan padanya. Dengan gaya anggunnya Mora mulai menikmati minuman anggur tersebut.

Sialnya Mora sama sekali tidak cocok dengan anggur tersebut. Tenggorokannya terasa seperti terbakar, Mora tidak mampu menelannya.

“Minuman apaan ini?” Mora menatap kesal gelas ditangannya.

Sayangnya memang tidak ada minuman lain disana. Mora kembali meletakkan di meja, matanya memandang kesana-kemari mencari sosok Adam.

Setidaknya Mora merasa jika malam ini harus membangun kedekatan bersama Adam. Setidaknya saling berbicara dulu.

“Dia dimana?”

Akhirnya Mora menemukan sosok pria nan tampan itu. Adam tengah duduk sendiri di area jendela, entah kemana perginya sang istri Mora juga tidak tahu.

“Yaps… dia lagi sendiri,” Cepat-cepat Mora melangkah menuju Adam.

Tapi baru saja berjalan sebanyak lima langkah Adam sudah melangkah menjauh mengarah kearah lift. Tentu saja Mora menjadi panik.

Takut saja kehilangan jejak Adam nantinya. Maka Mora menaikkan gaunnya, lalu sedikit berlari mengejar Adam yang hampir saja menekan tombol lift supaya tertutup.

“Eitsssss, tunggu!”

Kedua tangan Mora menghalangi pintu lift yang akan tertutup. Ia berada diambang pintu lift, kakinya yang satu sudah masuk lebih dulu.

Adam menatapnya aneh. “Kau mau apa?”

Suara Adam menyadarkan Mora. Khas suara berat tapi dominan yang mana selama ini Mora saksikan hanya di drama serial barat.

Dan kini Mora berhadapan langsung dengan tipe idamannya. Jujur saja ada sedikit rasa gerogi, terlebih lagi akan tugas yang harus ia laksanakan.

“Ayolah, Mora… Ingat, tugasmu!” Tiada henti Mora terus mengingatkan dari alam bawah sadarnya.

“Tuan mau kemana?” Bukannya menjawab pertanyaan Adam tadi malah Mora bertanya balik.

Adam semakin memberikan tatapan aneh padanya. “Kemanapun. Memangnya apa pentingnya?”

Dan ya Mora tersenyum simpul saja. Ia melangkah untuk lebih masuk kedalam lift, menoleh sebentar kearah Adam yang mana masih menatapnya bingung.

“Saya mau menuju kemanapun yang anda katakan itu,” ucap Mora asal saja.

Tatapan mata Adam selayaknya elang. Mora merasa tidak bisa tenang kalau terus ditatap mata tajam itu, ia kesusahan untuk menetralkan debaran jantungnya.

“Ck, bagaimana bisa pesta dansa mewah seperti ini mengundang orang gila?”

Sebenarnya Adam hanya bergumam pelan saja. Tapi kebetulan mereka hanya berdua didalam ruangan lift yang tertutup, tentunya Mora masih mendengar jelas apa yang Adam katakan.

Mora tidak berani menyangkal. Ia hanya membiarkan saja Adam menekan tombol lift. Ternyata pria itu menuju lantai paling atas yang mana adalah Balkon.

“Dia mau apa di Balkon?” Mora semakin penasaran. “Dan kemana istrinya? Kenapa aku tidak ada melihatnya? Apa mereka tengah bertengkar?”

Kalau dari yang Mora coba lihat dan nilai jika sepertinya Adam tengah bertengkar dengan istrinya. Karena sedari awal wajah pria tampan itu tidak ada tersenyum.

Terus saja menampilkan ekspresi datar. Sama sekali tidak ada kesan bahagia, atau keramahan yang tidak akan membuat orang-orang ragu untuk menyapanya.

Ting!

Pintu lift terbuka. Langsung saja Adam melangkah keluar. Berjalan tanpa ekspresi apapun, kedua tangannya bersedekap didada menikmati angin malam sepoi-sepoi.

Sedangkan Mora masih bingung harus apa. Untuk mengikuti pria itu terus menerus Mora takut, tapi tugas ini seakan menekan keseluruhan rasa takutnya.

“No, jangan buang waktu lagi, Mora,” katanya menyemangati diri sendiri.

Langkah Mora maju mengikuti dimana Adam berada. Pria itu duduk di bangku besi yang tersedia. Mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya.

Satu bungkus rokok. Mengambil satu batang, lalu mulai nyalakan dengan korek api. Menghisap batang nikotin tersebut dengan penuh penghayatan.

Mora masih tidak menyangka jika Adam ternyata perokok aktif. Dari helaan napas pria itu terlihat berat sekali, seperti ada masalah yang berat saja.

“Ayolah… biasanya para pelakor pada saat seperti ini akan melakukan apa?” Sama sekali Mora bingung harus apa.

Mencari sedikit informasi dari ponsel mahalnya. Disana ia menemukan cara unik dari browser, tentang hal-hal apa saja yang membuat pria selingkuh.

“Oh, dari saling curhat. Baiklah, akan aku mulai dari cara itu.”

Mora mendekati Adam. Sama sekali Adam tidak menoleh kearahnya, tetap menatap lurus kedepan menikmati nikotin yang membuat pikirannya jauh lebih tenang.

Tangannya sedikit mengibas jika asap rokok mengarah padanya.

“Permisi… Apakah saya boleh duduk disini, Tuan?” tanya Mora memecahkan keheningan di area balkon tersebut.

Sama sekali tidak ada jawaban dari Adam. Bahkan melirik Mora sekalipun sebentar saja tidak, pria itu tetap duduk diam, tenang sembari menikmati batang nikotin yang sudah hampir mengecil.

Lama-lama Mora juga merasa sebal senyum-senyum sendiri. Sama sekali tidak digubris oleh Adam, ia cemberut sebentar tapi kembali semangat lagi.

“Boleh dong… Masi banyak tempat kok ini,” Mora duduk saja sedikit berdekatan dengan Adam.

Aroma parfume ala-ala Paris mulai tercium di indra penciuman Mora. Tentunya Aroma manly itu berasal dari Adam.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!