NovelToon NovelToon

Rain In The Winter

1 - Kehidupan Setelah Kau Pergi.

Dalam diam mungkin dapat ku pendam.

Dalam hening mungkin ku bergeming.

Dalam rindu mungkin perasaanku berlalu.

Dalam cinta mungkin ku tahan rasa dan derita.

***dan ***

Dalam sendiri biarkan semua ku lalui.

_______________________________________

Suara angin yang berhembus kencang sedikit bergemuruh, masuk melalui celah kecil di atas dinding yang menjulang tinggi, tembok kelam berwarna kelabu yang tampak kotor berselimutkan udara yang pengap dan lembab, mencekik setiap kali menghirupnya, udaranya terlalu dingin saat musim dingin, namun memanggang saat musim panas, Keheningan adalah angan, lingkungan sekitarnya tak pernah senyap, terkadang penuh dengan suara pukulan benda-benda, ataupun suara teriakan, teriakan yang hanya sekedar sapaan, atau caci maki, tak jarang juga teriakan kesakitan.

Rain langsung bangkit dan terduduk di selnya, tak pernah tahu ini jam berapa, namun saat dia melihat ke arah satu-satunya tempat cahaya matahari bisa masuk, dia tahu matahari sudah sangat terang menyinari dunia. Rain menatap dinding kelabu yang penuh coretan, sebagian tak dia mengerti apa maksudnya, namun sebagian terlihat banyak kata-kata kebencian, sudah 2 tahun dia hanya melihat tembok kotor itu, setelah 3 tahun mendekam di negara asal ayahnya, dia diekstradisi ke negeranya, dan terus bertahan di sini.

Sebenarnya, begitu banyak orang yang ingin mengeluarkannya dari penjara ini, namun Rain menolaknya, sebenarnya selain menuntaskan hukumannya, Rain juga ingin menahan dirinya sendiri agar tak kembali melakukan hal yang akan dia sesali, setelah terakhir kali dia bertemu dengan Ceyasa di saat itu, dia akhirnya sadar, kebahagian wanita yang sangat dia cintai itu ada di tangan Archie, bagaimana pun dia berusaha untuk merebut Ceyasa, wanita itu tak akan pernah bahagia dengannya, dan baginya kebahagiaan Ceyasa yang terpenting sekarang. Dia hanya sebagai orang yang selalu membawa penderitaan bagi gadis itu. Di ruangan kosong yang hanya terdiri dari ranjang besi yang keras dan sebuah closet, dia mengisolasi dirinya dari dirinya sendiri.

Rain melirik tajam ke arah pintu besi yang tercat putih usang dan mulai termakan oleh karat, hanya ada jeruji kecil untuk dia bisa melihat ke arah luar, namun kebanyakan jeruji kecil itu pun hanya tertutup rapat, suara pintu yang hendak dibuka itu terdengar sedikit berisik bagi Rain, ada apa lagi?

Pintu besi itu terbuka, membuat suara derat yang mengilukan gigi, dua orang sipir penjara segera menyambutnya, Rain hanya memandang dengan wajah yang datarnya, dia segera berdiri dari sisi ranjang usangnya.

"Rain, seseorang ingin bertemu denganmu, kau mendapatkan kunjungan," kata sipir itu memandang Rain.

Rain hanya diam, tanpa menunjukkan ekspresi apapun dan tanpa mengatakan apapun, dia keluar dari ruangan itu, Rain mengedarkan matanya ke ruangan yang lebih tepat seperti lorong panjang yang terdiri dari ruang-ruangan penjara yang berjejer, keseluruhannya berpintu putih usang karatan, Rain segera di borgol, dan setelah itu dia segera dikawal ke arah ruang pembesukan, wajah Rain datar, melewati sel-sel penjara yang membuat siapapun sebenarnya merinding melihatnya, sebagian tahanan di sana bahkan berteriak mengutuk para sipir yang berjalan melewati mereka, sebuah pukulan keras dari tongkat polisi itu menjadi balasan mereka, semua hal itu tentu menakutkan dan juga membuat kaget, namun seolah sudah makanan sehari-harinya, Rain hanya diam, menatap lurus menuju ruangan pembesukan itu.

Dia segera masuk ke dalam ruangan itu, ruangan yang terdiri dari banyak bilik-bilik kecil transparan yang di isi oleh orang-orang yang ingin mengunjungi keluarganya yang ada di dalam penjara, saat Rain masuk, seorang gadis pun baru masuk ke dalam ruangan itu d sisi lain, Rain menatapnya sekilas, gadis yang berbeda dengan orang-orang lain di sana, namun sejenak saja pemandangannya teralihkan, dia segera di dudukkan di tempat orang yang menunggunya.

Orang yang menunggunya berdiri, memberikan salam membungkuk setengah badan, setelah itu dia dengan cepat kembali duduk di depannya, Rain hanya berwajah datar, pria di depan Rain mengambil gagang telepon, tempat satu-satunya cara mereka bisa berkomunikasi, Rain pun mengambil kembali gagang telepon itu.

"Selamat siang Tuan Rain," kata pria yang sebenarnya umurnya tak terlalu jauh dengan Rain. Rain tak menjawab, hanya mengangguk sejenak.

"Bagaimana kabar Anda hari ini?" tanya pria itu lagi.

"Aku baik," kata Rain datar terkesan dingin, Pria itu hanya menyunggingkan senyuman, dia merasa senang kabar Rain baik-baik saja, tidak terlalu memperdulikan kedinginan yang diciptakan Rain, semenjak dia mengenalnya, Rain nyatanya selalu seperti itu.

"Tuan Rain, kepala kepolisian sekali lagi menawarkan pemotongan masa penahanan Anda, dia mengatakan selain dia memang mengenal Anda, Anda juga sudah bersikap sangat baik di sini, dia tinggal menandatangi nya Anda akan bebas besok," ujar pria itu dengan sedikit sungkan.

Rain menatap pria itu sedikit tajam, membuat pria itu tampak sedikit gugup karenanya.

"Aku tidak ingin mereka melakukan itu padaku, walau apapun alasannya, aku akan mengikuti masa tahanan ku yang sudah di putuskan oleh pengadilan, kau tidak perlu untuk meminta mereka mengurangi masa hukumanku," kata Rain terdengar tegas.

Pria di depannya menarik napas sedikit dalam, wajahnya sedikit kecewa, Tuannya ini sangat keras kepala padahal para pengikut setianya sudah berusaha begitu keras agar Tuannya ini bisa kembali bebas, merasakan udara segar di luar sana, mereka benar-benar tidak habis pikir, seluruh orang di penjara ini pasti inginnya bebas, namun berbeda dengan Rain, dia malah seperti menahan diri untuk tetap berada di penjara itu.

"Bagaimana dengan keadaan perusahaan kita?" tanya Rain, walaupun dia tidak ada di sana, dia cukup peduli dengan semua jerih payahnya yang sudah dia rintis dari dulu itu.

"Baik, semua sudah kami jalankan dengan baik, kami hanya tinggal menunggu Anda untuk keluar dan kembali menguasai semuanya, saat ini bisnis kita tersalip oleh Drake, dia sekarang menguasai bisnis dan pemerintahan semenjak Anda di tahan, mereka sangat tidak manusiawi dan mematikan bisnis-bisnis kecil yang mulai berkembang, saat ini kami sedang bertahan agar tidak tergantikan oleh mereka, Drake beberapa kali mencoba untuk mengambil investor dan klien kita, untungnya mereka cukup loyal pada kita, sehingga mereka masih bekerja sama dengan kita," ungkap pria itu.

"Begitukah?" kata Rain terlihat santai, Pria itu hanya mengangguk mantap, tentu Drake bukanlah tandingan Rain, begitu Rain melangkah keluar dari tempat yang mengungkungnya itu dengan cepat pula dia pasti bisa kembali menguasai seluruh negeri ini, tak ada yang meragukan hal itu, itu pula kenapa seluruh anak buah dan kaki tangan Rain tetap setia padanya walaupun selama ini dia mendekam di penjara.

Tiba-tiba pandangan Rain kembali teralihkan, melihat wanita yang tadi dia lihat masuk berdiri begitu saja, dia melirik wanita itu, matanya tampak basah, pipi dan hidungnya yang teramat putih hingga terlihat pucat awalnya berubah menjadi merah, tampak sekali dia habis saja menangis, gadis itu tampak terisak, Rain melihat lawan bicaranya, seorang bapak tua yang juga tampak tak rela, dia lalu memegang kaca pembatas namun wanita itu segera pergi, meninggalkan ruangan itu dengan hempasan pintu yang cukup kuat, membuat semua orang di sana langsung kaget dan melihat ke arah pintu itu. Rain lagi-lagi hanya diam mengamati, mengerutkan dahinya, melihat pria tua itu segera dibawa kembali ke dalam selnya.

Pemandangan seperti itu bukanlah sekali atau dua kali terlihat, drama tangisan seperti itu bahkan bisa setiap saat terlihat di ruang kunjungan ini, tak akan ada yang rela anggota keluarganya ditahan di dalam sini, berbulan bahkan bertahun tak akan bisa melihat mereka dengan leluasa, bahkan untuk menyentuhnya pun tak bisa, Jadi Rain rasa, wanita itu hanya belum terbiasa melihat keluarganya di tahan, dan pria itu mungkin baru saja di tahan di rutan tersebut.

"Tuan Rain?" tanya Luke pada Rain.

"Ya?" kata Rain kembali melihat ke arah pria yang ada di depannya.

"Tinggal beberapa bulan lagi Anda akan bebas, saya akan sering mengunjungi Anda untuk memberikan update tentang keadaan di luar dan juga perusahaan kita sehingga saat Anda keluar, Anda akan siap untuk memulainya segera," kata Luke dengan senyuman semangat.

"Baiklah, " kata Rain lagi.

"Apakah Anda butuh sesuatu, jika Anda butuh, Anda bisa memberitahu saya tentang hal itu, saya akan membawakannya saat kunjungan saya berikutnya," ujar Luke semangat.

"Tak perlu, aku sudah punya semua yang aku butuhkan di sini," kata Rain dingin, dia segera menggantungkan gagang telepon itu, membuat Luke mengerti artinya Rain sudah tak ingin berbicara lagi, Rain segera berdiri, Luke pun begitu, dia berdiri dan segera memberikan salam, tanpa menunggu lama, Luke langsung keluar dari ruangan itu, saat dia membuka pintunya dan keluar, Rain sempat melihat sosok wanita yang sedang meringkuk gemetaran di lorong itu, dari pakaian yang dia gunakan, dan warna rambut coklatnya yang berbeda dari yang lain, Rain tahu itu wanita yang tadi keluar dari sana setelah mengunjungi pria tua yang diasumsikan Rain sebagai ayahnya. Gadis itu menangis, Rain mengerutkan dahinya dalam, seolah ingin tahu apa yang membutnya menangis begitu tersedu, namun dia segera digiring kembali masuk ke dalam lorong menuju sel tahanannya, perasaan penasaran itu menguap begitu saja.

2. Bianca

...Kau bagaikan salju yang turun menyelimuti malam....

...Menangkan tapi terkesan kelam....

...Menghipnotis hingga membangkitkan rasa yang ku pendam....

...Ingin ku redam, sayangnya tak bisa pernah padam....

________________________________________

Rain duduk di salah satu kursi di kantin penjara itu, tempatnya sedikit sesak karena penuh dengan tahanan yang berebut makanan, di sekelilingnya penuh dengan orang-orang berwajah begis, ada yang tubuhnya besar dengan otot-otot kekar dan tatto menyeramkan, namun tak jarang juga yang tubuhnya kecil namun tetap memiliki aura mengancam.

Kebanyakan mereka berkelompok dalam bersosialisasi, mereka punya grup-grup sendiri untuk bisa bertahan di sana, hanya Rain yang tidak ingin mengambil bagian dari siapapun, namun jika dia di ganggu, orang itu pasti merasakan pembalasannya, karena itu walaupun dia tidak memiliki kelompok, dia merupakan salah satu orang yang disegani oleh semua kelompok penjara itu.

Mungkin kehidupan penjara tak seperti yang dipikirkan oleh orang-orang, mereka hanya mendekam dalam selnya tanpa ada aktifitas di luar, tidak, mereka memiliki jam-jam dimana mereka bebas untuk bermain di lapangan bahkan dipaksa keluar dari sel mereka, mereka boleh berolah raga, bersosialisasi atau melakukan apapun di saat senggang mereka, namun sebenarnya waktu bebas itu adalah waktu paling berbahaya dari semuanya, sering terjadi perkelahian, penyerangan, penusukan, bahkan pembunuhan, baik sesama napi atau napi melawan sipir, jika tak punya keberanian, mental yang kuat, dan juga kewaspadaan, mereka bisa saja tinggal nama di penjara ini dan tak ada yang peduli dengan semua hal itu.

Rain melihat ke arah piring makanannya, makanan yang sama sekali tidak menyelerakan terhidang, rasanya hambar bahkan mungkin terlihat seperti makanan sisa yang tak layak di makan, namun mau tak mau dia harus memakannya, setidaknya ini lebih manusiawi dari pada penjaranya saat di negara yang lalu.

Rain diam diantara begitu riuhnya kantin itu, penuh dengan kata-kata kasar yang bisa merusak mental siapapun, bahkan di ujung kantin itu dia bisa melihat seseorang meringkuk karena sudah mulai terkena efek obat-obatan terlarang yang nyatanya sangat bebas diperjual belikan di dalam penjara.

Mata Rain mengedar lagi, hari ini entah kenapa dia sangat perhatian dengan sekitarnya, matanya awas melihat semua yang ada di sekitarnya, hingga dia melihat sesuatu yang membuat matanya berhenti, memandangnya kejadian itu dengan sangat tajam.

Dia melihat seorang tahanan menarik kerah tahanan yang lain, pemandangan itu sudah biasa di sini, dan biasanya Rain tak peduli dengan segala hal itu, tapi sayangnya, dia mengingat pria yang sedang ditarik kerahnya itu, pria tua yang membuat putrinya menangis beberapa minggu yang lalu.

Pria tua itu tampak ketakutan, wajahnya seperti ingin tersenyum namun disaat bersamaan terlihat gugup dan bingung harus apa, sekilas dia seperti orang tua yang tak cocok ada di dalam penjara yang keras ini, Rain mengalihkan pandangannya, sekali lagi bukan sifatnya untuk mencampuri masalah orang lain, dan itu salah satu alasannya bisa bertahan di penjara yang kejam ini.

Rain baru meminum minumannya satu teguk saat dia mendengar bentarkan pria yang sedang menganggu pria tua itu, Rain tentu tak ingin peduli, tapi entah kenapa dia malah merasa harus menghentikan hal ini, pria tua itu seperti sebentar lagi akan mengalami serangan jantung, bibirnya sudah sangat pucat.

Rain berjalan ke arah mereka, saat pengganggu itu sudah menyiapkan tinjunya, Rain cepat menyalip di antara pria tua itu dan juga penganggunya yang bahkan tubuhnya jauh lebih besar dari pada Rain.

"Jangan jadi pengecut, jika ingin bermain-main, carilah yang seumuran dan seukuran denganmu," kata Rain dengan suara dingin yang bahkan membuat pria bertubuh besar ini langsung sedikit ciut, apalagi dia sudah tahu reputasi Rain baik di luar maupun di dalam penjara, pria penguasa segalanya.

"Jangan ikut campur urusan kami, lebih baik kau diam saja dan menyantap makananmu seperti yang biasa kau lakukan, Rain!" ucap pria itu tak gentar.

"Aku tak akan mengurusi hal yang tidak ada hubungannya denganku," ujar Rain sama seperti biasa, seolah ini hanya obrolan biasa saja.

"Kau punya hubugan dengan orang tua pengecut ini," kata pria itu dengan wajah bertekuk.

"Menurutmu?" kata Rain.

Pria itu melepaskan pegangan tangannya dari kerah pria tua itu, membuat tubuh pria tua itu terhentak ke dinding, dia melirik Rain, tubuhnya tampak bergetar. Rain hanya melihat pria itu.

"Katakan padanya agar jangan coba-coba menyalip antrian," kata Pria kekar bertato naga di tangannya itu, dia lalu mengajak teman-temannya pergi, Rain hanya diam memperhatikan mereka pergi meninggalkan Rain dan pria tua itu.

"Terima kasih," kata pria tua itu bergetar.

"Kau dengar kata-katanya, maka lakukan," kata Rain dingin saja, tanpa menunggu apapun dia kembali ke mejanya yang bahkan tak ada yang berani mendudukinya, Rain kembali fokus dengan makan dingin yang benar-benar memuakkan itu.

Tiba-tiba Rain melihat bapak tua itu sudah ada di depannya, dengan cepat dia duduk di depan Rain, semua orang di kantin itu melihat ke arah Rain, bahkan suasana sedikit menghening, mereka kenal Rain, semenjak dia datang, dia adalah orang yang suka sendiri, bahkan sedikitpun tak ada yang berani menyentuhnya, selain reputasinya di luar,  dia juga sangat ahli bela diri, mungkin tertempa di penjara dia sebelumnya, yang konon kabarnya adalah salah satu penjara paling ketat dan menyeramkan di dunia.

Semenjak itu tak ada yang berani mendekati Rain, bahkan untuk menegurnya saja mereka tak berani, namun hari ini melihat bapak tua itu duduk di depannya, semua orang terkejut, siapa dia sebenarnya.

"Izinkan aku untuk makan di sini," kata bapak tua itu dengan suara masih bergetar.

Rain menatap wajah yang sudah keriput itu, sambil mengunyah brokoli yang terlalu matang dimasak, dia hanya mengangguk pelan lalu kembali menatap piringnya.

"Jangan bicara denganku," ujar Rain yang bukannya ingin menjaga reputasinya, dia hanya tak suka berbicara, itu saja.

"Baik," kata bapak tua itu tersenyum, senyumnya bagaikan seorang pria yang bahkan tak ada yang bisa menyangka dia akan masuk ke dalam neraka di bumi ini, mengusik sedikit rasa penasaran Rain.

Bapak tua itu tak langsung makan, dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya, selembar foto yang dia sandarkan di gelas alumunium di depannya, Rain hanya mengamati tingkah lakunya yang tepat ada di depan matanya, membuat dia tak mungkin tak melihat hal ini.

Rain melirik ke arah foto itu, foto gadis yang tampak memandang ke arahnya, dari foto itu membuat dia mengingat bagaimana dia pertama kali melihat gadis itu, gadis yang menangis di ruang pembesukan.

Rain melirik ke arah pria tua yang tampak begitu senang, seolah gadis itu sedang ada di depannya, menemaninya makan, Rain melihat wajah pria  itu, tak ada miripnya dengan wanita di foto itu.

Tentu, wajah pria tua ini seperti keturunan asli asia, namun wanita yang ada di foto itu berbeda, dia punya potongan wajah seperti orang barat, hidung mancung melancip, kulit pucat, matanya coklat, dan rambutnya lurus berwarna coklat terang, usianya mungkin masih diawal 20 tahunan, dan sejujurnya, wanita itu cantik sekali.

"Cucuku," pria tua itu bangga mengatakannya pada Rain yang dia tangkap sedang memandang wajah cucunya, "Bianca namanya dan artinya salju, dia sangat indah, ayahnya adalah orang eropa, dia menikahi putriku, dia menyiksa putriku dan juga memisahkan Bianca dari kami, malam itu menantuku memukul putriku dengan guci besar dan menginjak-injaknya, aku kalap dan menembak kepalanya 5 kali dengan pistol miliknya dan karena itu aku ada di sini," ujar pria renta itu pada Rain yang hanya memandangnya dengan datar, pria tua itu melihat wajah datar Rain, dia akhirnya sadar, bukannya Rain mengatakan jangan berbicara padanya.

"Maafkan aku, aku akan diam," kata pria itu lagi.

Rain menyudahi makannya melihat tingkah pria tua yang sedikit menganggunya ini, dari tadi pria itu seperti orang gila yang berbicara pada foto cucunya, Rain mengambil gelasnya, sekali lagi melirik ke arah foto itu, gadis yang akan bisa menarik siapun untuk melihatnya berulang kali, namun hanya sekedar pencuci mata bagi Rain, karena baginya tak akan ada yang bisa menggantikan senyuman seorang wanita yang sekarang statusnya adalah istri keponakannya sendiri.

______________________________________

Bianca.

3. Apa kau melihat Bianca di sana?

...Aku tak pernah bisa berjanji....

...Aku takut tak sanggup menepati....

...Namun percayalah, aku akan melakukannya semuanya untukmu dengan hati....

...Karna aku sadar betul, kau begitu berarti....

_______________________________________

"Tuan, minggu depan Anda akan segera dibebaskan," kata Luke yang tampak begitu sumringah, hari ini adalah hari terakhir dia akan mengunjugi Rain,  Rain hanya menaikkan sedikit sudut bibirnya, akhirnya dia menyelesaikan masa hukumannya.

"Saya akan menyiapkan segala keperluan untuk kepulangan Anda, kemana Anda pertama kali akan datang?" tanya Luke lagi, Rain menyandarkan tubuhnya ke kursi yang sekarang dia gunakan.

"Aku ingin langsung ke perusahaan, siapkan rapat internal seluruh pemegang saham dan setelah itu aku ingin bertemu dengan kolega kita baik dalam urusan pemerintahan maupun urusan bisnis," kata Rain langsung, Luke yang mendengar itu menarik napasnya dalam.

"Ini semua ingin Anda lakukan begitu Anda keluar dari penjara, atau setelahnya?" tanya Luke.

"Begitu aku keluar penjara, aku ingin kau mengatur semuanya," kata Rain memandang begitu serius, tajam dan membuat Luke tak bisa membantahnya.

"Baiklah Tuan, aku akan melakukannya untuk Anda," kata Luke lagi mencatat semua hal, akan menjadi hal yang cukup berat baginya, namun mau tak mau dia harus menyanggupinya.

"Ada informasi apa yang bisa kau sampaikan padaku?" tanya Rain lagi.

"Oh, ada sebuah kabar yang berkembang bahwa akan ada yang akan menghalangi langkah Anda untuk kembali ke perusahaan, tapi aku akan mengurus semuanya agar hal itu tidak akan terjadi," kata Luke.

"Bagaimana dengan Drake?" tanya Rain lagi.

"Masih melakukan hal-hal biasanya, Anda tak perlu takut, dia sepertinya mengerti dimana tempatnya harus berada," ujar Luke.

"Dia orang yang sangat terorganisir dan licik, jika dia diam, kau harus lebih berhati-hati, artinya dia sedang merencanakan sesuatu, bagaimana dengan Ken? apa dia sudah dibebaskan?" kata Rain lagi.

"Sudah, aku mengurusnya, mengikuti apa keinginan Tuan, sekarang Ken segera kembali bergabung dan menjadi asisten Tuan," kata Luke lagi menjelaskan.

"Aku butuh kalian berdua, aku ingin kalian semua bersiap ketika aku datang," kata Rain lagi seolah sedang ada di dalam rapat.

"Baik Tuan," kata Luke dengan begitu tegas.

Rain menggantungkan kembali gagang telepon itu, tanpa menunggu lama dia segera berdiri, matanya mengedar ke seluruh bilik yang ada di ruang pembesukan itu, entah apa yang dia cari, namun tidak ada yang terlihat sama sekali.

Rain segera menyerahkan dirinya, tangannya sekali lagi di borgol dan segera dia diantar ke kantin karena saat ini adalah waktu mereka harus ada di luar sel mereka, Rain masuk ke dalam kantin yang tak pernah berubah suasananya, hiruk dan pikuk, namun baru saja dia melangkah ingin mengambil air untuk minum, pria tua itu langsung mendatanginya.

"Tuan Rain, apakah kau melihat Bianca di sana?" tanya pria tua itu berharap.

Rain mengambil air minumnya, segera minum seperti tak mendengar apapun, namun dia tak bisa mengalihkan wajahnya dari wajah berharap pria tua itu, apa yang dia harapkan, apakah dia benar-benar berharap Rain akan menjawabnya, semenjak dia menolong pria tua itu, semua orang tidak ada yang juga mengganggunya, namun pria tua ini malah merasa ingin selalu berbicara dengan Rain.

Rain menggelengkan kepalanya pelan, lalu tanpa mengatakan apapun dia segera pergi dari sana, pria tua itu tidak merasa terganggu akan sikap Rain yang tak menganggapnya sama sekali, dia malah mengikuti Rain yang mengambil tempat duduk di tempat dia makan.

"Ini adalah ulang tahunku, dia berjanji akan datang, tapi kenapa hingga sekarang dia tidak datang ya?" tanya pria itu segera meletakkan foto Bianca lagi, sudah mulai terlihat garis lipatannya yang membuat usang foto itu karena terlalu sering di lipat dan di buka lagi.

Rain hanya diam, memandang cukup tak peduli dengan pria tua itu namun masih punya sedikit simpati untuk tidak mengusirnya dari hadapannya, pria tua ini sedikit mengingatkannya pada penjaganya sewaktu dia kecil.

"Rain, aku rasa kau pria yang baik, jika nantinya aku mati di sini, karena aku yakin hukumanku pasti lebih lama dari batas umurku, maukah kau menjaga Bianca, dia tak punya siapapun yang menjaganya, bolehkah?" tanya pria tua itu pada Rain.

Rain menatap pria itu lagi, dia memandangnya datar, apa yang dilihat pria ini dari dirinya yang bisa dia simpulkan dia adalah orang baik, bahkan mereka bertemu di tempat para penjahat di hukum, Rain sedikit bingung namun tak menunjukkan ekspresi apapun, seperti yang biasa dia lakukan, tak ingin menunjukkan ekspresi agar semua orang tak bisa menebak apa yang dia rasakan sekarang.

"Maukah kau? tolong berjanjilah agar aku bisa mati dengan tenang di sini," kata Pria tua itu lagi berharap, kali ini dia berhasil membuat Rain mengerutkan dahinya, dia lalu berdiri membuat pria tua itu sedikit terkejut, Rain lalu memandang pria itu dengan sangat serius, setelah itu dia membalikkan tubuhnya, pria tua itu tetap saja seperti berharap pada Rain.

"Aku bukan orang yang suka berjanji, tapi jika diperlukan, aku akan melakukannnya," kata Rain dengan nada dinginnya, namun berhasil membuat pria tua itu tersenyum senang, dia menatap foto cucunya itu, merasa mendapatkan sedikit pengharapan untuk cucunya satu-satunya itu.

Rain berjalan ke arah pintu yang mengantarkannya ke dalam selnya, namun pintu itu masih tertutup dan di jaga oleh dua orang penjaga yang segera mengerutkan dahinya melihat Rain mendekati mereka.

"Aku ingin kembali ke sel ku," kata Rain datar saja.

"Tidak bisa, ini waktu bebas, kau tidak boleh masuk ke dalam selmu" ujar penjaga itu.

"Hanya tinggal 15 menit," Rain berusaha bernegosiasi, dia ingin kembali merasa sendiri, dari dulu sebenarnya hal ini yang paling menyiksanya di penjara, harus bersama dengan orang-orang ramai yang tak dikenalnya.

"Ya, karena itu nikmatilah, tinggal 15 menit, lagi pula kau akan bebas seminggu lagi, nikmatilah masa-masa akhirmu di sini Rain," kata penjaga itu yang memang mengenal Rain.

"Aku tidak enak badan," kata Rain lagi berusaha bersikeras.

"Ayolah Rain, itu selalu jadi alasanmu, kami sedang melakukan pengecekan berkala pada bilik penjara milik kalian agar bersih dari narkoba, ini, hari ini aku izinkan kau menyendiri di menara lagi, gunakan kartuku," kata penjaga itu, sudah biasa dan tahu bahwa Rain tak mungkin melarikan diri, selama ini pria ini sudah menolak segala usaha untuk keluar dari penjara ini, untuk apa dia melarikan diri pada minggu terakhir dia ada di sini. Rain mengambil kartu itu, dia lalu melihatnya sesaat, "Kau tidak akan melarikan diri bukan?" tanya penjaga itu.

Rain hanya mengerutkan dahinya, sambil melirik ke arah penjaga itu, dia seolah mengatakan untuk apa dia kabur dari penjara itu.

"Dia tak mungkin kabur, dia bahkan begitu cinta di penjara kita," canda penjaga yang lain.

"Ya, mana tahu dia berusaha kabur untuk kembali di tangkap dan masuk lagi ke sini," kata penjaga yang menyerahkan kartu itu.

"Benarkah? bisa?" kata Rain akhirnya mengeluarkan suara, membuat para penjaga itu menghilangkan tawanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!