Hongkong, sepuluh tahun lalu
Yura yang tahun ini berusia 12 tahun, tampak bingung memilih makanan di meja prasmanan. Gadis cilik yang beranjak remaja itu memanyunkan bibirnya karena tidak tahu harus ambil seafood atau Wagyu.
"Kamu kenapa?"
Yura mendongakkan kepalanya dan melihat seorang pria dewasa yang tampan, berdiri di sebelahnya.
Ya ampun ... Ganteng!
"Oh, aku bingung mau ambil seafood atau Wagyu. Karena bumbunya beda."
"Kamu anak kecil, kok ada disini?" Tanya pria itu.
Yura cemberut. "Aku sudah remaja. Sudah dua belas tahun, bukan anak kecil!"
Pria itu tertawa memamerkan deretan giginya yang putih dan rapih membuat Yura semakin terpesona.
"Iya deh yang awal remaja."
"Yura! Ya ampun, Appa cari kamu lho!" Panggil Jonathan Chen. "Lho Daniel? Mana Daddy kamu?"
"Halo Oom Jonathan. Ini putri Oom?" Senyum pria yang dipanggil Daniel oleh Jonathan Chen.
"Iya. Perkenalkan, aku Yura Chen, Oppa Daniel," senyum Yura sambil mengulurkan tangannya.
"Daniel Hensey. Bagaimana kamu tahu aku Korean?" Tanya Daniel sambil menyalami Yura.
"Feeling."
Daniel tertawa. "Yura, kamu lucu."
Yura tersenyum. Dan aku akan menikah denganmu Daniel Oppa.
***
"Oppa, kamu datang sama Appa kamu? Tidak sama pacar?" tanya Yura ke Daniel yang sedang makan. Entah kenapa Daniel kasihan melihat anak sekecil Yura sudah ikut acara orang dewasa. Jadi dia menawarkan diri ke Jonathan Chen untuk menemani putrinya.
"Aku tidak punya cewek, saat ini. Lebih fokus transisi pengalihan tugas dari Appa ke aku."
"Oppa lulusan mana?" tanya Yura.
"Harvard Business School."
"Keren!" puji Yura.
"Apakah kamu mau kuliah di Harvard suatu hari nanti?"
Yura menggelengkan kepalanya. "Aku ingin kuliah di Todai. Heeeiiii, Oppa. Aku baru dua belas tahun!"
Daniel tertawa. "Setidaknya kamu sudah menyiapkan diri untuk rencana masa depan."
Yura mengangguk. "Oppa, memang Oppa umur berapa?"
"Aku dua puluh dua tahun. Kenapa?"
"Sudah berapa cewek yang sudah jadi pacar Oppa?" tanya Yura sambil memiringkan kepalanya.
"Berapa ya ... Kenapa?"
"Hanya ingin tahu. Oppa tahu kan, masa-masa masuk remaja itu yang namanya keingintahuan seseorang itu sangat besar. Jadi karena Oppa yang ada di depan aku ... Oppa adalah obyek rasa penasaranku," jawab Yura dengan wajah sok imut.
Daniel tertawa. "Yura kamu itu lucu!"
"Aku itu cimut. Lucu dan imut, Oppa."
"Oke. Kamu ingin jadi apa besarnya?"
"Arsitek dan istrinya Oppa Daniel."
Daniel Hensey menyemburkan air minumnya.
***
Tokyo, Jepang Delapan Tahun Kemudian Tokyo University
"Tidak. Aku tidak mau jadi pacar kamu!" jawab Yura sambil menatap seniornya yang ketua senat.
"Tapi Yura-chan. Aku tuh sayang kamu!" ucap Nao.
"Gommennasai ... Aku tidak ada perasaan sama kamu. Aku sudah punya orang lain di hati aku," jawab Yura dengan wajah serius.
"Yura-chan ...."
"Tolonglah Nao-senpai, aku bukan cewek yang cocok buat kamu." Yura membungkuk yang berarti dia sudah final.
Nao hanya menghela nafas panjang karena dia sudah jatuh cinta dengan gadis somplak ini sejak awal masuk ke Todai atau Tokyo University empat tahun lalu. Hari ini Yura baru saja menyelesaikan sidang skripsinya dan Nao bertekad untuk menembak gadis itu sebelum wisuda.
Nao membayangkan akan bekerja bersama dengan Yura setelah lulus dan berpacaran serius tapi ternyata gadis itu sudah punya pacar. Nao pun tersenyum sedih lalu mengangguk.
"Semoga kamu bahagia dengan pacarmu."
"Aamin."
Yura melihat Nao pergi dan dirinya pun merasa lega karena sudah menolak ... Pria kesekian kalinya. Sudah tidak terhitung berapa banyak pria selama dia kuliah di Todai, ditolak olehnya.
"Kamu itu masih menolak?"
Yura mendongak dan melihat Sora, saudara kembarnya yang juga maju sidang skripsi berdiri di sebelahnya.
"Kamu tuh bisa nggak sih nggak jangkung?" tanya Yura kesal karena Sora memiliki tinggi 186 cm.
"Salah kamu yang pendek!" balas Sora ke adiknya yang memiliki tinggi 168 cm, kebalikan darinya.
Yura pun cemberut.
"Ya ampun Yura, kamu itu masih menyimpan nama pria itu di hati kamu?" tanya Sora. "Dia itu lebih tua dari kamu dan sudah pasti mantan pacarnya banyak!"
"Biarin!"
"Dia sudah tidak perjaka," goda Sora lagi.
"Biarin!"
Sora menggelengkan kepalanya. "Benar-benar deh! Aku punya dua adik sukanya dengan pria yang misterius! Kamu dengan Daniel, Mura dengan Yudho. Seriously, kenapa sih suka pria yang seperti itu?"
Yura mendekati Sora. "Karena Sora Kingdom Hearts, pria yang misterius itu sangat menggoda iman, imun dan Imron."
"Imron nya Opa Hideo udah almarhum." Sora ingat saat Hideo meninggal saat dia dan dua adiknya berumur empat tahun, kucingnya yang diberi nama Imron tidak mau pergi dari kuburannya di pemakaman keluarga Pratomo Al Jordan pinggiran kota Tokyo. Shinichi sampai menggendong kucing kesayangan ayahnya pulang. Imron tidak mau makan dan maunya tidur di kamar Hideo dan Fayza.
Akhirnya setiap tiga kali seminggu, Shinichi dan Raiden membawa Imron ke makan Hideo dan Fayza, baru dia mau makan dan minum. Kegiatan itu terus berlangsung hingga dua tahun kemudian, Imron meninggal saat tidur. Shinichi dan Raiden berinisiatif mengkremasi Imron dan abunya disimpan dalam guci lalu diletakkan di makam Hideo.
"Imron sudah senang sama Opa Hideo sementara Toyib ... Yakin bikin Opa dan Oma pusing disana karena minggat melulu!" kekeh Yura.
Sora tersenyum smirk. "Jadi, kamu tetap menunggu Daniel?"
Yura mengangguk.
"Yakin?"
Yura mengangguk lagi.
"Kalau Daniel menolak kamu?"
Yura mengerlingkan matanya yang indah. "Jangan panggil aku Yura Park Chen kalau tidak bisa mendapatkan apa yang aku inginkan!"
Sora memegang pelipisnya. "Ya Tuhan, kenapa aku punya dua adik perempuan yang obsesinya aduhai begini?"
***
New York
"Jadi aku akan ke Hongkong, Appa?" tanya Daniel Hensey ke ayahnya Darius.
"Iya. Appa ingin kamu memegang proyek baru disana. Sebenarnya ada dua proyek tapi kamu yang pertama dulu saja. Itu nilainya tidak sebesar yang kedua tapi tetap bekerja sama dengan Chen Silver Shining Ltd. Kamu sudah kenal baik dengan Jonathan Chen kan?" jawab Darius Hensey sambil menyesap kopinya.
"Eh iya, kamu nanti kalau ke Hongkong dan bertemu dengan Tante Raihanun, bawakan sekalian kain yang Eomma bawa dari Russia. Sama boneka Matryoshka seri terbaru yang bewarna biru. Tahu sendiri kan Tante Raihanun kolektor bonak Matryoshka," timpal Karin Hensey yang memang ada keturunan Russia.
"Iya Eomma."
"Oh iya, Appa dengar dua anak Jonathan sudah selesai kuliahnya di Tokyo University. Hebat lho dalam waktu empat tahun sudah selesai sebagai arsitek."
Daniel menoleh ke Darius. "Siapa? Eh, maksud aku ... Yang mana? Mengingat Oom Jon punya triplets."
"Yang cowok dan cewek. Sora dan Yura."
Daniel tertegun. Yura? Anak centil yang bilang ingin menikah dengan aku? Dia sudah sarjana ya?
***
Yuhuuuu up Sore Yaaaaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
HongKong, Triplets Berusia 14 tahun
"Kalau nggak acara Lebaran di Jakarta, aku nggak mau ikut!" ucap Amura Chen yang berusia 14 tahun dan sudah Junior High School bersama Sora dan Yura. Tahun depan, mereka akan masuk SMA dan berencana untuk akselerasi dua tahun lalu kuliah sesuai dengan keinginan masing-masing. Sora dan Yura sudah sepakat untuk kuliah di Tokyo University sementara Amura masih bingung mau milih masuk mana.
"Yakin kamu tidak mau ikut ke Jakarta? Siapa tahu ada cowok yang bikin kamu berdebar debar," kerling Yura.
"Emangnya elu nunggu cowok matang yang sudah pasti nggak mungkin mau sama kamu yang masih bocil!" balas Amura yang berada di kamar Yura. Amura tahu di pigura digital Yura, ada foto Daniel Hensey disana yang diambil diam-diam.
"Eh, elu kagak tahu saja gimana setiap gue sholat selalu nyebut nama Daniel Oppa jadi jodoh gue! Istilahnya, gue maksa Allah biar doski jadi suami masa depan gue!" balas Yura jumawa.
Amura menggelengkan kepalanya. "Lu tuh doa yang maksa!"
"Biarin!"
Kedua gadis remaja itu pun saling berpandangan judes namun keduanya meringis saat Raihanun menjewer telinga Amura dan Yura.
"Kalian itu mirip si Oyen dan Mujaer kalau mau gelut! Apa masalahnya?" pendelik Raihanun. "Cowok? Awas kalau Eomma dengar kalian rebutan cowok yang sama! Macam cowok cuma dia doang! Keenakan!"
"Ma, selera aku dan Yura itu berbeda! Jadi buat apa rebutan!" protes Amura
"Iya Ma ... Selera aku yang matang. Selera Mura yang masih seumuran lah. Ma, sakit ini ...." Yura meringis kesakitan.
Raihanun melepaskan jurus jepit kepitingnya di telinga dua putrinya. Raihanun tahu usia remaja itu yang namanya hormon mulai berbicara meskipun dulu dirinya lebih banyak zonk dan polosnya. Tapi ketiga anaknya berbeda, mereka sangat Jonathan soal beginian.
"Pokoknya Eomma tidak mau dengar kalian rebutan cowok! Kalau kalian rebutan Timmy, nah itu boleh!" ucap Raihanun. Timmy adalah anjing border collie kesayangan Sora sementara dua saudara kembarnya memilih pelihara kucing yang kocaknya, Amura memelihara kucing tubby bernama Mujair dan Yura kucing Munchkin warna oranye bernama Oyen.
"Ma, kalau kita ke Jakarta berarti anakbul kita titipkan di pet shop dong?" tanya Yura. "Kan Oom Noah ikut sama kita."
"Iya ... Dititipkan saja. Kan sudah langganan."
***
Jakarta
Suasana rumah keluarga Giandra tampak ramai dengan hadirnya para anggota keluarga dari gen keenam, ketujuh dan kedelapan. Keluarga yang di Amerika, Eropa dan Timur Tengah pun datang. Menurut rencana mereka akan melaksanakan sholat Ied bersama di mesjid dekat mansion. Mesjid itu dibangun oleh Anargya Giandra sesuai wasiat Bara Giandra dan Iwan Yustiono.
Keluarga Giandra punya tanah yang memang diwakafkan dari jaman Bara dan dibangun mesjid oleh Anargya Giandra. Mesjid yang cukup besar itu bisa menampung banyak jamaah. Banyak kegiatan keagamaan diadakan disana dan tak jarang para anggota keluarga pun ikut acaranya.
Para tetangga yang tidak mudik, hanya bisa menikmati pemandangan good looking anggota keluarga Klan Pratomo dan keluarga Giandra yang datang sholat Ied. Tak sedikit yang memamerkan di sosial media terutama Radhi dan Nandara Blair yang ikut datang. Tak heran, usai sholat Ied, para bapak-bapak sibuk foto bareng dengan legendaris F1 dan MotoGP itu.
***
"Perasaan kita B aja tapi kok banyak yang heboh ngevideoin dan ambil foto kita ya?" gumam Yura sambil menunduk dan menutupi wajahnya dengan kerudungnya.
"Ya mereka kira kita idol kaleee." Amura tersenyum manis saat ada anak kecil minta foto bareng.
Yura memilih pergi meninggalkan saudara kembarnya yang diajak foto sama bocil.
"Kenape lu?"
Yura menoleh dan melihat seorang cowok bule dengan wajah khas Russia berjalan di sebelahnya.
"Mas Leksi! Kabur dari MIT?" tanya Yura heboh.
"Mengaburkan diri. Gue lagi ribut sama dosen dan dibilang 'Reeves lagi! Kenapa sih keturunan Levi Reeves dan Quinn Reeves kalau debat tidak mau kalah!' Lha, gue debat itu karena memang doi ngawur! Tahu sendiri gue punya Tante dosen Matematika Dallas University dan sepupu anak matematika Princeton University. Mana leluhur gue terkenal disana ...." Aleksei menggelengkan kepalanya.
"Ya itu derita lu ... Siapa suruh jadi keturunan Reeves." Yura nyengir usil.
"Nasebku Ra ...." Aleksei memasang wajah memelas.
Yura hanya merangkul lengan Aleksei. "Emang nasib kamu anak Russia."
***
Amura berjalan menuju mansion Giandra saat melihat Shea, sepupunya berseru heboh saat melihat seseorang.
"Mas Yudho ...." Amura tersenyum senang karena pria yang dia sukai saat liburan dua bulan lalu, datang ke mansion Giandra. Gadis remaja itu pun langsung menghampiri Shea dan Yudho yang sedang minal Aidin.
"Mas Yudhooooo!" seru Amura ke Yudho yang melongo melihat gadis itu dengan tangan terbuka dan langsung memeluk sahabat Shea itu.
"Astaghfirullah!" ucap Yudho yang kaget dengan sikap heboh Amura.
Shea menggelengkan kepalanya. "Ya ampun Mura. Untung Dodo nggak jatuh!"
"Kan aku sudah memperhitungkan!" Amura melepaskan pelukannya lalu mengulurkan tangannya. "Minal minul dulu mas Yudho!"
"Ya elah, kalau sama kamu itu minal Aidin semenit, berantakan kemudian!" cebik Yudho yang sudah kuliah di fakultas hukum UI bersama dengan Shea dan Alfie Thomas, anak Brigjen Dean Thomas.
"Ah, mas Yudho, you know me so well."
"Wall well wall well ..."
"Mas Dodo ... Mbok jangan gitu tho, kan suasana lebaran. Mbok ya o, yang mesra ngunu lho," kerling Amura sambil merangkul lengan Yudho.
"Sheaaaaaa ... Ini gimana?" rengek Yudho yang kesal karena Amura nempel macam Velcro.
"Derita lu burung Dodo!" Shea cekikikan.
"Reseh lu!"
***
Yura melihat Amura seperti itu pada Yudho dan merasa iri karena kembarannya bisa ekspresif memperlihatkan perasaannya pada Yudho Sardono. Yura ingin bisa seperti itu ke Daniel Hensey namun apa daya, pria itu sedang di New York.
Kayaknya dia sudah lupa aku deh! Jadi Gusti Allah yang baik, gue maksa plus ngotot buat dia jadi suami Yura ya?
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️
"Mura, jangan kayak gini dong. Mas Yudho jadi susah mau minal minul ...." Yudho melirik judes ke Amura yang masih merangkul lengannya seperti takut hilang.
"Biarin! Nanti mas Yudho hilang, aku repot cariin. Atau, mas Yudho pakai kalung klinting-klinting macam si mujair kucing aku? Jadi aku bisa tahu mas Yudho dimana?" kerling Amura membuat Yudho semakin sebal dengan sepupu Shea itu. "Addduuuhhhh!"
Amura meringis saat ada yang menarik telinganya dan dia tidak bisa berkutik karena pelakunya adalah ibunya sendiri.
"Lepas nggak Mura?" pendelik Raihanun.
"Tapi Ma ... Nanti mas Yudho hilang," rengek Amura sambil melepaskan rangkulan tangannya. "Sakit Eomma ...."
"Yudho hilang, tinggal minta tolong Shea pakai pak Longga! Sudah! Kamu bantuin di meja makan! Semua pada repot, kamu malah macam kena Velcro ke Burung Dodo!" omel Raihanun.
"Tante Nyun, minal Aidin dulu," senyum Yudho sambil Salim ke Raihanun. "Minal Aidin wal Faizin. Mohon maaf kalau aku jadi tempat Velcro Amura."
Raihanun menerima Salim dari Yudho. "Maafkan anak Tante ya Dodo, Tante salah ngadon!"
Yudho hanya bisa melongo. Oh ya ampun !
***
"Yura!"
Yura menoleh dan melihat Hana menghampiri dirinya.
"Mbak Hana. Mana mbak Sari?" Yura celingukan mencari kakak sepupunya yang katanya mau datang lebaran.
"Mbak Sarimi batal ke Jakarta! Gara-gara dia mau segera wisuda dua gelar jadinya korbankan lebaran. Ohya, Sora dan Mura mana?" Hana mencari dua saudara kembar Yura.
"Mura jadi Velcro sama mas Dodo. Sora ... Kayaknya asyik ngobrol sama Dom dan Pip."
"Eh, kamu kan mau SMA. Terus nanti kuliah mau dimana?" tanya Hana Akihiro yang kuliah di Universitas Indonesia mengambil kedokteran.
"Aku sih incar Todai mbak. Napak tilas Opa Shinchan. Aku dan Sora pengen kesana sih."
Hana menatap serius ke Yura. "Pesan aku satu. Jangan sampai meledakkan lift ya macam Opa Sinchan! Cukup Opa yang masih sok imut saja yang punya aib di Todai!"
Yura terbahak. "Mbak, apa mbak lupa. Sebelumnya Opa buyut Joey Bianchi sudah duluan lho."
Hana menepuk jidatnya. "Duh iya. Bawa cadaver ke ruang seni!" ( Baca The Bianchis ).
***
Setelah acara lebaran yang kacau khas keluarga Pratomo, mereka pun pulang ke negara masing-masing. Yura, Amura dan Sora pun menyelesaikan pendidikannya hingga SMA yang mereka tamatkan dua tahun saja. Sora dan Yura akhirnya diterima di Tokyo University jurusan arsitektur dan sipil sementara Amura terbang ke Jakarta untuk kuliah di UI mengambil psikologi.
Raihanun dan Jonathan sendiri mendukung keputusan ketiga anaknya karena tahu mereka mampu. Sora dan Yura sendiri tinggal di kediaman keluarga Park bersama dengan Shinichi dan Kedasih. Bagi Raihanun dan Jonathan, setidaknya dua anaknya bersama Opa dan Omanya meskipun tidak yakin mereka akan selamat dari sikap absurd Shinichi dan Raiden yang tinggal tidak jauh dari rumah utama Park.
***
Hongkong
Daniel Hensey tiba di bandara internasional Hongkong bersama dengan dua asisten merangkap pengawalnya, Luo dan Huo. Uniknya, mereka kembar identik bahkan Daniel sendiri terkadang salah panggil.
"Kita ke gedung Chen Ltd, Boss?" tanya Luo.
"Ke hotel dulu saja. Aku sudah janjian besok. Jujur aku sedikit jetlag ini," senyum Daniel.
"Oke Boss," jawab Huo yang menunggu taksi yang sudah mereka pesan.
Daniel merasa déja vu saat dia datang delapan tahun lalu kemari. Bayangan anak perempuan centil dan cantik yang dengan pedenya bilang ingin menikah dengannya itu menari-nari di matanya.
Sekarang usianya berarti dua puluh tahun ya? Apa sudah kuliah? Atau sudah punya pacar? Atau masih kekeuh menikah dengannya?
Daniel tersenyum tipis. Lucu pastinya dia sekarang.
***
Chen Ltd Building
"Yura, bisa ke kantor Appa?" panggil Jonathan via intercom.
"Oke Appa." Yura pun keluar dari kubikelnya dan berjalan menuju ruang kerja ayahnya. Yura dan Sora memang sudah lulus dari Todai lalu mereka training di perusahaan keluarga sendiri sebelum akhirnya masuk ke divisi yang sesuai dengan basic ilmu mereka.
Meskipun ayah mereka adalah direktur utama, tapi Sora dan Yura belajar dari bawah. Status memang anak Boss, Jonathan tidak memberikan privilege ke kedua anaknya. Mereka tetap bekerja dan tahu aturannya.
Yura tersenyum ke arah sekretaris ayahnya yang memberitahukan dia boleh masuk. Gadis itu mengetuk pintu ruang kerja Jonathan sebelum masuk.
"Pagi Appa," sapa Yura yang melihat ayahnya sedang berdiskusi dengan Noah.
"Pagi sayang. Sayang, kamu tahu kan Amura sedang ada masalah di Jakarta. Padahal Appa sudah janjian dengan Daniel Hensey untuk memperlihatkan tanah di bukit Elizabeth yang hendak dibangun apartemen. Jadi Appa minta tolong, kamu bisa menemani Daniel? Appa sudah memberikan topografi nya ke kamu kan?" Jonathan menatap putri bungsunya yang hanya mengangguk.
Daniel Oppa di Hongkong?! Benarkah? Yura hampir jingkrak-jingkrak saat tahu pria pujaannya datang ke Hongkong.
"Bisa Appa. Aku sudah hapal soal tanah bukit Elizabeth. Jam berapa besok Daniel Oppa datang?" tanya Yura dengan nada terkendali meskipun jantungnya berdebar kencang.
"Besok jam sembilan. Ini Appa dihubungi oleh AKP Victor dan Dokter Lucky kalau kondisi Amura sudah baik. Mungkin Sora akan ikut tapi kan Appa sudah punya janji ...."
"Yura bisa Appa! Jangan khawatir! Yura akan membuat perusahaan Daniel Oppa berinvestasi di perusahaan kita !" jawab Yura serius.
Jonathan Chen tersenyum tipis. "Good! Besok kamu akan didampingi Oom Noah ya."
Yura melongo. Lho? Kok nggak berduaan? Males banget ada third wheel ( orang ketiga ). Nggak bebas kencan sambil kerja dong!
***
Laboratorium milk Raihanun
"Eomma akan buat dia menyesali perbuatannya! Bagaimana bisa dia menabrak saudara kamu sih! Eomma saja cuma jewer kalian, eh si Krip Krip main nabrak Amura!" omel Raihanun sambil membuat formulanya dengan ditemani Sora yang sedang memindahkan serum kejujuran ke dalam botol-botol kecil.
"Amura kan memang cantik dan pintar Eomma."
"Siapapun pasti tidak akan selamat!" geram Raihanun. "Ingat! Eomma akan cari aib keluarganya bahkan sampai ke lubang semut sekalipun!"
Sora menatap ibunya. "Jangan khawatir, aku dan mas Leksi sedang mencari semua aibnya."
"Eomma sedikit khawatir soal Yura. Bukan apa-apa, dia sendirian mengurus soal proses investasi keluarga Hensey. Besok dia harus mendampingi Daniel ke lokasi." Raihanun menopang dagunya dengan tangan diatas meja kerjanya.
"Ma, Yura sudah besar. Dia pasti profesional. Eomma jangan khawatir," ucap Sora.
Raihanun mengangguk. "Semoga anak itu tidak menjahili Daniel."
Sora tersenyum smirk. Kalau soal itu ... Aku tidak yakin apalagi Yura memang suka dengan Daniel dari kecil. Pasti akan sangat membuat Daniel pusing selama dia bersama Yura.
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️ 🙂 ❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!