"Dasar anak pembawa sial!"
Kata-kata itu terus menggema di kepalanya,isi kepalanya begitu riuh berisik berbanding terbalik dengan keadaan di sekitarnya yang begitu hening dan gelap.
Seorang gadis duduk dia atas rumput,suasana mulai gelap namun tak sedikitpun membuat sang gadis beranjak.Rasanya enggan untuk berdiri entah karena betah atau lelah namun satu hal yang pasti hanya tempat inilah satu-satu nya tempatnya bersandar.
Bukan hanya raganya yang lelah namun hatinya pun begitu lelah.Rasa ingin menyerah kembali menghinggapi relung hati nya,namun sebuah tasbih lusuh di tangannya kembali menyadarkan dirinya.
Air di depannya begitu tenang namun berbanding terbalik dengan fikirannya,ingin rasanya berteriak mengeluarkan rasa sesak dan sakit yang ada dalam dadanya namun raganya sudah terlanjur lelah hingga hanya air mata tanpa suara yang terus keluar dari matanya.
ALISYA HUMAIRA
Gadis 18 tahun yang sebentar lagi akan masuk ke dunia perkuliahan kini duduk sendiri di sebuah danau sepi yang sejak beberapa tahun lalu menjadi tempat pelariannya.
Hari ini adalah hari kelulusannya,hari dimana harusnya menjadi hari paling bahagia namun tidak dengan dirinya.Hari bahagia seoalah tak pernah ada dalam kalender kehidupannya.
Semua teman-teman nya menyambut suka cita hari yang telah mereka tunggu sejak 3 tahun terakhir,namun apalah daya bagi Alisya atau yang sering di panggil SYA itu malah kembali merasakan sakit dan duka.
Gadis bercadar dengan tubuh tinggi semapai,siapa yang tahu di balik cadar itu terdapat sosok yang begitu cantik bagaikan sebuah boneka barbie jika orang melihatnya maka sudah di pastikan akan terpana namun sayang kecantikan itu harus ternodai oleh bekas luka-luka yang ia dapat dari sang ibu.
Alisya,gadis cantik,cerdas,serta mandiri itu nyatanya penuh misteri.Alisya selalu menyendiri,di sekolahnya memang terkenal gadis paling pintar dan baik namun tidak banyak teman yang dekat dengannya,hanya ada beberapa teman namun tidak sedekat seperti layaknya seorang sahabat karena Alisya lebih senang menyendiri.
Alisya sang gadis cantik itu memutuskan memakai cadar sejak masuk bangku SMP.Sebenarnya tujuan awal memakai cadar hanya untuk menutupi luka-luka yang sering ia dapat dari sang ibu,namun semenjak beranjak remaja ia semakin merasa risih saat lawan jenisnya selalu menatap wajahnya penuh minat yang membuat Alisya menjadi takut.Dan semakin bertambahnya umur membuat Alisya semakin faham tujuannya memakai cadar dan semakin hari ia semakin nyaman dengan penampilannya.
Alisya dengan segala lukanya begitu berusaha bekerja keras agar bisa masuk ke perguruan tinggi dengan beasiswanya.Alisya terlahir dari keluarga yang tidak baik-baik saja.
Alisya hanya tinggal bersama sang ibu,dari cerita sang ibu katanya sang ayah sudah meninggal namun hingga sekarang Alisya tidak pernah tau dimana letak makam sang ayah.Semenjak kecil ia selalu mendapatkan perlakuan kasar dari sang ibu,sang ibu sendiri beberapa tahun terakhir berubah menjadi seperti orang g*la yang selalu teriak,menangis dan selalu menyiksa Alisya.Ibunya berubah seperti itu semenjak tak ada lagi agensi yang menerimanya.
Ya,sang ibu merupakan mantan seorang model cantik.Sejak dulu sang ibu selalu hidup dengan dunia artis yang ia tahu tak semuanya terlihat baik dan manis,semenjak sang ibu sakit Alisya lah yang bergantian mencari nafkah.Walaupun tabungan dan aset sang ibu masih cukup untuk beberapa tahun kedepan namun bagi Alisya ia harus tetap bekerja agar bisa sedikit membantu,paling tidak untuk biaya hidupnya sendiri ia tidak perlu memakai uang sang ibu.
Semenjak masuk SMP ia sudah bekerja part time di toko buku milik tetangganya,tetangganya memang sudah mengenal baik bagaimana Alisya dan ibunya maka dari itu melihat keadaan Alisya dan ibu nya sekarang sang tetangga dengan senang hati membantu Alisya.Namun satu hal yang tidak mereka tau,Alisya si gadis cantik itu ternyata selalu menerima siksaan dari sang ibu hingga sebagian tubuhnya terluka.Dan hingga saat ini Alisya tidak pernah memberitahukan siapapun tentang itu.
......................
Luka itu,masih saja terasa di hati dan tubuh Alisya.Saat kakinya menginjakan di sebuah halaman yang cukup luas,tiba-tiba saja sebuah pot melayang hampir mengenai kepalanya.Jika saja telat menghindar,sudah di pastikan kepalanya akan bocor.
Alisya diam mematung,tangan kirinya mengusap pelipis yang terkena ujung pot.Kulit tangannya terasa basah,matanya menatap noda merah di tangannya karena sudah di pastikan pelipisnya kembali terluka.
Alisya menghela nafasnya lelah,bayangan nyamannya kasur serta nikmatnya nasi goreng yang ia beli seketika menguar lenyap terbawa angin."Ma..."
"Hei anak pembawa sial! Dari mana saja kau ?Jam segini baru pulang,kamu habis ngelac*r dimana ?"
Alisya tertegun sesaat,bukan karena suara teriakan sang ibu namun kata-kata yang keluar dari mulut sang ibu begitu terdengar menyayat hati.Sudah sering ia dengar,namun rasanya masih saja sama.
Tak lama seorang wanita paruh baya tergopoh-gopoh menghampiri keduanya "Ya Allah non Sya " Wajahnya terlihat syock saat melihat darah yang mengalir dari pelipis nona mudanya "Ya Allah non itu keningnya terluka,non maafkan mbok ya.Tadi mbok sedang di air jadi tidak melihat nyonya keluar "
Alisya tersenyum "Tidak apa mbok,sya gak apa-apa ko " .Dengan mata teduh namun penuh luka,Alisya melihat sang ibu yang masih berkacak pinggang.Penampilannya memang terlihat modis,bahkan jika orang yang pertama kali bertemu mereka tidak akan percaya jika sang ibu sedang sakit.Jiwa nya masih merasa jika dirinya seorang model terkenal membuat Ayudia selalu merias diri bahkan baju-baju saat menjadi model,selalu ia pakai walaupun hanya berdiam diri di kamar.
"Non ayo mbok obati lukanya "
"Tidak usah mbok,biar nanti Sya obati sendiri saja.Mbok bisa minta tolong bawa mama ke kamar "
"Iya non,mbok bawa nyonya ke dalam ya.Non jangan lupa obati lukanya,biar tidak infeksi ". Mbok Mi menatap sedih anak majikannya,bekerja sebagai pembantu sejak Sya bayi membuat mbok Mi menganggap Sya sebagai cucu nya.Ia begitu menyayangi Sya,namun ia juga merasa bersalah karena telah gagal menjaga sang anak majikan yang sering terluka akibat perlakuan sang ibu kandung.Mbok Mi hanya bisa mengelus punggung sang nona jika sedang bersedih,mbok Mi menjadi saksi hidup betapa pahitnya kehidupan yang di jalani sang nona muda.
Sejak kecil tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tua,punya ibu tapi serasa hidup sebatang kara.Dulu saat sang ibu masih aktif menjadi model,sang ibu selalu sibuk dan tidak pernah ada waktu untuk Sya kecil.Jarang ada di rumah,datang kerumah hanya untuk mengambil atau menyimpan pakaian selebihnya ia akan sibuk di luar rumah.Bahkan keduanya tidak pernah duduk bersama di meja makan,kalaupun bersama pasti pada saat sang ibu memarahi atau menyiksanya,melampiaskan kekesalannya melalui Sya.Namun dengan sabar Sya selalu diam tidak pernah membalas apalagi mengelak.
Alisya melihat pantulan wajahnya di cermin,luka di pelipisnya cukup panjang namun tidak terasa sama sekali.Ada luka lain yang begitu sakit ia rasakan,tangannya perlahan menepuk-nepuk dadanya "Sakit banget Tuhan "
Barulah air matanya mengalir di kedua pipinya "Ini sering terjadi tapi kenapa rasanya selalu sama,jika aku tidak pantas bahagia tolong jemput aku Tuhan.Biarkan aku pergi ke syurga untuk bertemu ayah yang selama ini aku rindu,aku yakin walaupun aku tidak tahu rupa ayah tapi aku percaya Kau akan mempertemukan ku dengan ayah di syurga sana "
Alisya mengusap kedua matanya,satu jam sudah ia menangis dalam diam.Jam di dinding sudah menunjuk angka 10,perutnya terasa perih ia baru ingat jika Alisya belum makan dari siang.Kepalanya langsung melihat bungkusan kecil di atas sofa,nasi goreng yang ia beli tadi saat pulang kerja sepertinya sudah dingin.Namun ia harus tetap memakannya.
Bagaimanapun dirinya harus bisa menjaga tubuhnya agar tidak sakit,masih ada sang ibu yang harus ia jaga.Ia juga harus bekerja lebih keras lagi untuk biaya hidupnya saat kuliah nanti.
Alisya menatap layar laptop di depannya,senyumnya terus terpatri di wajahnya.Sebuah pengumuman yang membuat dirinya begitu bahagia tak terhingga.
Terpampang dengan jelas nama dirinya menjadi salah satu penerima beasiswa full di sebuah Universitas Negeri yang begitu besar dan terkenal prodi kedokteran.
Alisya langsung bersujud syukur,di balik luka yang ia dapat hari ini terselip kebahagiaan yang tiada tara.Buru-buru Alisya menyiapkan semua keperluan untuk daftar ulang hari esok.Semangat hidupnya kembali membara,Alisya berjanji akan kuliah dengan sungguh-sungguh dirinya akan menjadi dokter sukses yang kelak akan menyembuhkan sang ibu.
...****************...
Alisya menatap kagum bangunan di depannya,terlihat luas dan gagah.Di atas kepalanya terpampang begitu jelas sebuah nama Universitas yang dulu selalu ia impikan.Dan sekarang mimpinya terwujud,ia bisa menginjakan kaki di tempat ini bukan untuk bekunjung namun menjadi salah satu bagian dari tempat tersebut.
Dengan seragam SMA di hiasi topi bola serta tas kresek berwarna merah ia melangkahkan kakinya dengan begitu pasti.Alisya tidak menghiraukan tatapan-tatapan orang yang melihat penampilannya yang berbeda dari yang lain.Ada banyak caba dan mahasiswa yang berhijab,namun hanya dirinya sendirilah yang memakai cadar.Walaupun Alisya bercadar namun tetap terlihat modis.Jangan lupakan bola mata,alis serta bulu mata yang terlihat cantik natural.
Jika dilihat lebih dekat bola mata Alisya berwarna biru layaknya seorang bule,bukan karena softlanse namun memang itu lah Alisya dengan bola mata birunya.
Seorang gadis cantik menghampiri Alisya yang sejak tadi diam sendiri di tengah lapang,walaupun di lapang mulai banyak orang namun hanya Alisya lah yang diam sendiri tanpa teman."Hai !"
Alisya tersenyum,terlihat kedua matanya sedikit menyipit membuat orang tau jika ia sedang tersenyum.
"Kamu sendirian?"
Alisya hanya mengangguk dalam senyumnya.
"Kenalkan aku Mutiara,kamu bisa panggil aku Tiara "
"Aku Alisya,panggil aja Sya ". Keduanya saling berjabat tangan sebagai awal perkenalan.Masih ada waktu tiga puluh menit sebelum acara ospek di mulai,mereka memutuskan untuk mengobrol dahulu.
"Kamu prodi apa?"
"Aku kedokteran,kalau kamu?"
"Aa..kita sama Sya,aku juga kedokteran.Asyik nih aku punya temen kalau gitu ".Tiara nampak begitu sumringah saat mendengar satu prodi dengan Alisya,sejak pertama kali melihat Alisya,dirinya langsung tertarik untuk berteman dengannya.
"Alhamdulillah sya juga senang dapat teman baru "
"Wait,kita nunggu temen gue dulu ya.Dia juga sama satu prodi sama kita "
Alisya hanya mengangguk pelan,namun tak lama seorang gadis mungil berlari menghampiri mereka.Wajahnya terlihat merah dengan peluh yang membasahi keingnya." Ra !" Pekiknya membuat beberapa orang menatap ketiganya.
"Berisik beg* " Tanpa ragu Tiara memukul lengan temannya yang baru saja datang.
"Sakit ege " Wajahnya nampak meringis "Anj*r hampir aja gue telat,gara-gara nyokap gue sih ah "
"Lo pasti telat bangun ya "
"Iya!"
"Berarti itu salah lo sendiri,bukan salah nyokap lo ege " Kembali Tiara menoyor temannya.
"Ya salah nyokap gue lah,kenapa telat bangunin gue "
"Ya elunya yang oon,udah gue bilang jangan marathon drakor eh malah ngeyel "
"Tanggung Ra,gak di beresin gue suka kepikiran "
"Alesan lo! Eh btw kenalin temen baru gue" Ucapnya memperkenalkan Alisya.
"Sya,kenalin nih temen buluk gue "
"Sial*n lo Ra,gue di bilang buluk.Secantik ini lo bilang buluk.Hallo apa kabar sama lo yang bringas kaya cowo "
Jika dilihat dari sikap dan penampilannya Tiara memang terlihat agak tomboy,berbeda dengan temannya yang terlihat lebih feminim dengan riasan tipis di wajah.
"Sa ae Lu" Kembali Tiara menoyor kepala temannya.
"Hai,kenalin aku Marisa panggil aja caca "
"Aku Alisya,panggil aja Sya ".
Keduanya langsung berjabat tangan seperti halnya dengan Tiara tadi.
"Wooah daebak,lo pake softlanse merk apa Sya.Gila bagus banget woy "
"Eh iya ya baru sadar gue,ia Sya kayanya lo cantik banget deh ". Keduanya terus memperhatikan wajah Alisya.
"Ini asli "
Kedua pasang mata mereka langsung menatap Alisya lebih intens bahkan kedua tangan Caca sudah menangkup wajah Alisya untuk lebih memastikan lagi ucapan Alisya "Beneran asli Ra,anj lah Lo pasti cakep banget Sya.Lo bule ya Sya "
Alisya hanya menggeleng sambil terkekeh,sudah tidak aneh jika orang-orang bertanya seperti itu pasalnya setiap orang yang pertama kali melihatnya pasti bilang seperti itu.Namun ada sedih di dalam hatinya,karena nyatanya bola mata Alisya tidak sama dengan bola mata sang ibu.
"Sya gua yakin di balik cadar lo,pasti ada wajah bidadari yang tersembunyi "
"Ngawur! Mana ada,aku biasa aja ko.Udah ah yu kita merapat.Sebentar lagi acaranya mulai "
Ketiganya langsung merapat kedepan,hari ini ospek pertama bagi ketiganya.Jadi sudah di pastikan ketiganya akan sangat sibuk.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!