NovelToon NovelToon

Kanza (Bukan Inginku)

Kanza Odelia

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipi seorang gadis yang hanya bisa menunduk dengan meremas roknya.

"Anak sial. Buat malu saja!" Sang Ayah berteriak sebab rasa marah yang tak bisa dia bendung. "Hari ini, hari pernikahan, bisa- bisanya kamu tidak pulang semalaman!"

"Ayah, semalam Olivia mengajakku ke kafe, lalu-"

"Lalu, apa? Kanza kenapa kamu membawa aku dalam urusanmu." Belum selesai Kanza berucap Olivia segera menyela.

"Tapi, Oliv kamu-" Gadis itu, Kanza menatap Olivia dengan benci.

"Maksud kamu, kamu pergi dengan Olivia?" tanya Jhon.

Kanza mengangguk. "Anak sialan! Beraninya kamu berbohong dan melibatkan Olivia. Semalaman dia ada di rumah. Bahkan dia juga ikut gelisah mencarimu." Kanza tertegun. Seperti biasa Ayahnya akan selalu membela Olivia.

Kanza diam menunduk semakin dalam, tanpa berniat menjelaskan. Hati dan tubuhnya sangat lelah. Bahkan meski dia menjelaskan Ayahnya tidak akan percaya.

Kanza menoleh pada Olivia kakak tirinya yang tersenyum miring padanya, tangannya terlipat di dada nampak angkuh dan sombong.

Kanza semakin meremas roknya bahkan rasanya kukunya bisa menembus dan merobek kain tersebut.

"Sudahlah, biarkan dia bersiap, sekarang sudah waktunya." mata Kanza berpindah pada wanita paruh baya yang mengusap punggung Ayahnya seolah menenangkan. Padahal dari tatapannya Kanza tahu wanita itu tengah mengejeknya.

Amy, Ibu tiri sekaligus Ibu Olivia. Ya, saat menikah Ayahnya dan Amy sama- sama membawa anak perempuan. Dan sejak saat itulah neraka Kanza di mulai. Di perlakukan tak adil, dan menjadi sasaran saat Olivia kesal bahkan Olivia yang selalu suka memutar balikan fakta membuat kesalahan yang dia buat menjadi salahnya.

Dan Semalam adalah penyesalan Kanza yang paling besar sebab mengikuti perkataan Olivia hingga dia terjebak dan masa depannya hancur.

"Biar aku yang bantu. Ayo, Kanza." Olivia bergerak lembut dan membawanya ke arah kamarnya.

Seperti biasa dia selalu berlaku baik di depan Ayahnya lalu setelah pintu tertutup wajahnya berubah menyebalkan. "Bagaimana semalam? Kau menikmatinya?"

"Kamu sengaja Olivia?" Mata Kanza berkaca- kaca.

Olivia terkekeh. "Aku sudah bilang akan membuat Adrian membencimu."

"Brengsek kamu!" Kanza hendak menampar Olivia namun tubuhnya yang lemas dengan segera terdorong ke lantai sebab Olivia mendorongnya.

"Jangan macam- macam denganku, Kanza. Kamu tahu dengan sekali teriakan Ayah akan datang, dan kamu tahu siapa yang akan disalahkan. Pikirkan saja bagaimana kamu menunjukkan wajahmu di depan Adrian. Kau pikir Adrian mau pada gadis kotor sepertimu?"

Kanza tertegun, lalu telinganya berdengung saat mengingat ucapan Adrian padanya.

"Aku benci melihat anak zaman sekarang yang berpacaran tak tahu aturan, menyerahkan kegadisan mereka dengan mudah, bahkan bercinta dengan siapa saja."

"Aku sangat bahagia karena kamu akan menjadi yang pertama, begitupun aku untuk kamu."

"Ini bukan salahku. Kamu yang menjebakku." Kanza menggeleng, dia ingat Adrian membenci gadis nakal yang menyerahkan kegadisannya bukan pada suaminya. Dan kini dia kehilangannya, kehilangan kesuciannya. Namun, apa yang terjadi padanya bukan karena pergaulan, tapi karena Olivia menjebaknya.

Olivia tertawa, lalu pergi ke arah gaun pengantin yang tergantung. "Lalu kamu akan bilang kalau aku memasukan obat perangsang ke minumanmu, dan kamu melakukan malam panas dengan dua pria sekaligus?" Olivia mengusap gaun pengantin tersebut lalu berbalik. "Menurutmu, Adrian akan percaya?"

Kanza tertegun. Benar, dimata semua orang Olivia adalah gadis lugu dan baik, yang bahkan tak pernah pergi ke tempat hiburan malam. Jadi tidak mungkin Adrian akan percaya.

Lalu sekarang bagaimana?

"Ayolah Kanza, waktunya sudah tiba. Jangan biarkan Adrian menunggumu." Olivia menyodorkan gaun pengantin yang dia pegang pada Kanza. Olivia bahkan menyetarakan tubuhnya dengan berjongkok di depan Kanza. "Kamu hanya perlu memilih, Kanza. Diceraikan setelah malam pertama atau berhenti sekarang juga?" Yang manapun itu dia akan tetap di rugikan. Setelah mengatakan itu Olivia berdiri meninggalkan Kanza yang masih bersimpuh di lantai, gaun pengantinnya pun sengaja dia lempar ke lantai tepat di depan Kanza.

Kanza terdiam dengan wajah sembab yang mengarah pada gaun pengantinnya yang teronggok di lantai, lalu tangannya bergerak untuk mengenakan gaun tersebut.

....

"Oh, kau sangat cantik," ucap perias yang baru saja merias wajahnya.

Kanza menatap dirinya di cermin, meski wajahnya terpoles cantik, namun dia melihat aura dalam dirinya begitu suram. "Terimakasih, Nona."

"Baiklah, aku pergi dulu. Seseorang akan menjemputmu untuk ke altar nanti." Kanza hanya diam dan terus menatap ke arah cermin, tak peduli perias meninggalkan ruangannya.

"Kamu hanya perlu memilih, Kanza. Diceraikan setelah malam pertama atau berhenti sekarang juga?"

Kanza meremas gaunnya. Benar, dia yang kehilangan kesuciannya. Dan jika dia diceraikan setelah Adrian mengetahui kenyataannya itu akan sangat menyakitkan. Tapi jika dia berhenti sekarang dia akan melempar kotoran pada wajah Adrian dan keluarganya.

Kanza menoleh saat mendengar suara pintu terketuk.

"Kanza, ayo sudah waktunya." Kanza masih terdiam saat mendengar suara Jhon memanggilnya.

Mata Kanza menerawang jauh ke waktu dimana pria paruh baya itu masih sangat menyayanginya. Saat itu kehidupannya sangat sempurna dengan keluarga yang lengkap dimama Ibu dan Ayah begitu mencintai dan memanjakannya.

Namun semuanya berakhir saat Ibunya meninggalkannya untuk selamanya. Ayahnya menikah lagi dengan Amy dan membawa Olivia bersamanya. Kanza kira semua akan baik- baik saja, tapi kenyataannya semua berubah. Dunia Kanza jungkir balik dan penuh derita.

Jhon, pria itu yang dulu menyayanginya dan memperlakukannya seperti putri raja telah hilang, dan menjadi ayah yang kasar yang hanya akan membela Olivia yang baik hati dimatanya. Tanpa peduli Kanza-lah yang selama ini teraniaya oleh Ibu dan kakak tirinya itu.

"Aku membenci kalian." Kanza mengabaikan ketukan pintu melepas tiara di kepalanya lalu melompat melewati jendela dan lari secepat yang dia bisa.

"Maafkan aku Adrian. Tapi meski aku datang kamu yang akan meninggalkan aku." Lebih baik dia yang pergi, dan mengakhiri semuanya disini. Kanza pergi tanpa menoleh pada gereja dimana seorang pria menunggunya.

....

Jhon membuka pintu saat merasa Kanza tak juga menanggapinya, namun matanya terbelalak saat tak menemukan siapapun disana.

"Kanza!" dia berteriak saat melihat jendela terbuka dan menemukan tiara yang harusnya dikenakan Kanza.

Dengan langkah cepat Jhon memasuki gereja dimana altar yang mewah sudah tergelar dan berdiri seorang pria yang tentu saja menunggu pengantinya.

"Paman, ada apa? Dimana Kanza?" Pria itu, Adrian menatap Jhon yang hanya memegang tiara di tangannya.

"Ad, Kanza lari." Jhon menyerahkan tiara di tangannya kepada Adrian.

Wajah Adrian tentu saja menjadi pucat, dan rasa terkejut yang tak bisa dihindari.

"Tidak mungkin." Pria itu segera berlari keluar untuk mencari Kanza, namun dia tetap tak menemukan kekasihnya itu meski sudah mencarinya di sekitar gereja.

"Apa yang terjadi? Kenapa Kanza lari, Paman?" Jhon hanya menunduk tak bisa berkata-kata, hingga Olivia mendekat menghampirinya.

"Maafkan aku, Ad. Tapi, kami merasa akhir- akhir ini Kanza berubah."

"Apa maksudmu?"

"Dia sering pulang malam, bahkan semalam dia tak pulang dan datang di pagi hari. Mungkinkah, dia punya kekasih lain?"

Adrian Miguel

Kanza menatap kosong ruangan gelap di sekitarnya. Setelah Jhon pulang dan menemukannya di rumah, pria itu megurungnya di dalam gudang yang gelap seperti biasa.

Ya, seolah sudah menjadi rutinitasnya Kanza yang dulu takut gelap kini tak lagi menghiraukan suasana mencekam itu.

"Jangan beri dia makan. Beraninya dia membuat keluarga malu!" terdengar teriakan Jhon menggema di luar sana hingga Kanza bisa mendengarnya dengan jelas.

"Anak kurang ajar itu harus di beri pelajaran! Entah apa yang akan keluarga Adrian lakukan karena dia sudah melemparkan kotoran di wajah mereka."

Kanza masih bisa mendengar ucapan Jhon di luar sana. "Ayah, harusnya kita tanya Kanza lebih dulu sebelum menikah. Mungkin Kanza memiliki pilihan yang lain." terdengar suara Olivia.

"Sayang, mereka menikah juga karena keinginan masing-masing. Meski awalnya memang karena perjodohan," ucap Amy.

Ya, Kanza dan Adrian menikah karena mereka telah di jodohkan sejak kecil. Karena hubungan baik antara Ibunya dan keluarga Adrian. Namun seiring berjalannya waktu dia juga memiliki perasaan terhadap Adrian, begitu pun Adrian. Jadi saat mereka memutuskan untuk menikah itu atas kesadaran masing-masing tanpa ada paksaan. Tapi sekarang karena kesalahannya dia menghancurkan pernikahan mereka.

"Harusnya sejak awal Adrian bersama Olivia."

"Ayah, mana bisa begitu. Mereka juga menikah karena Ibu Stefani." Tangan Kanza terkepal erat saat Olivia mulai membawa nama Ibunya.

"Setidaknya kamu tidak akan membuat keluarga kita malu."

Entah apa tujuan mereka bicara di depan gudang. Kanza tak mengerti, harusnya mereka segera pergi tapi justru mereka membicarakannya dengan sengaja agar dia mendengarnya.

Kanza mengusap air matanya, menatap pada jendela kecil yang menampilkan cahaya bulan.

.....

Kanza menghela nafasnya saat baru saja keluar dari rumah dia menemukan Adrian berdiri bersandar di depan mobilnya.

"Mau sampai kapan kamu menghindar? Kamu belum memberiku penjelasan, kenapa kamu meninggalkan aku di pernikahan kita?" Kanza memang sengaja tak menerima panggilan Adrian dan menutup mata dari segala hal tentang Adrian.

"Kalau aku jelaskan kamu tidak akan menggangguku lagi, bukan?" ucap Kanza acuh tak acuh.

Adrian terdiam. "Sehari sebelum pernikahan aku di jebak Olivia, hingga menghabiskan malam dengan pria yang tidak aku kenal." Kanza menatap Adrian dengan datar.

Wajah Adrian nampak terkejut. "Apa? Bagaimana bisa?"

"Yang kamu maksud Olivia tidak akan melakukan itu padaku, kan?"

"Kanza, aku hanya butuh pejelasan bukan karangan cerita seperti itu."

Kanza tertawa, tawa pedih yang jelas terlihat. Benar kata Olivia tidak akan ada yang percaya padanya. Kanza ingat dulu saat Olivia menuduhnya mencuri padahal dia lah yang melakukannya dan melimpahkan kesalahan padanya. Semua orang percaya sebab dimata semua orang Olivia adalah gadis lugu yang tidak akan melakukan kesalahan. Sejak saat itu tak pernah ada lagi orang yang percaya padanya, termasuk Adrian. Lalu kenapa sekarang dia berharap Adrian percaya. "Kenapa kamu berpikir aku mengarang cerita? Olivia memang menjebakku dengan memasukan obat perangsang padaku, lalu aku menghabiskan malam bersama pria, perlukah aku jabarkan kalau aku sudah tidak perawan?" Bahkan meski pria itu percaya, dia tetap Kanza yang sudah tak pantas bersanding dengan Adrian.

"Kanza!" Adrian berteriak.

"Apa! Kamu tidak percaya bukan?" Kanza balas berteriak.

"Kamu hanya menutupi kesalahan kamu."

Kanza mendengus. "Menutupi?"

"Benar, Olivia bilang kau sering pulang malam, dan apa yang kamu katakan itu bukan karena Olivia. Itu kesalahanmu sendiri."

Kanza tertawa. "Inti dari semuanya adalah aku sudah tidak suci lagi. Dan seperti katamu yang menginginkan seorang wanita yang suci. Aku sudah tidak suci. Jadi aku membatalkan pernikahan." Setelah itu Kanza pergi, tak peduli wajah Adrian nampak muring dan kecewa padanya, saat sudah beberapa jauh Kanza menghentikan langkahnya lalu menangis tersedu-sedu.

....

Satu bulan kemudian.

Kanza menatap alat tes kehamilan di genggamannya dengan tangan gemetar dengan wajah yang jelek karena saking pucatnya. Tak ada hal yang paling menakutkan selain kenyataan yang dia temukan kini.

"Positif," gumamnya saat menemukan dua garis merah di sana. "Sekarang bagaimana?" Kanza memegang perutnya.

Kanza jatuh terduduk di kloset yang tertutup lalu menangis tergugu.

Lama Kanza terdiam disana hingga dia mendengar seseorang membuka pintu kamarnya. Kanza beranjak dan keluar dari kamar mandi. Saat menemukan Olivia disana Kanza mengeryit. "Sedang apa kau?"

"Ayah memintaku memanggilmu," kata Olivia dengan melipat kedua tangannya di dada.

"Untuk apa?"

"Mana aku tahu." Kanza menatap Olivia yang keluar dengan acuh lalu meletakan alat tes kehamilannya di bawah bantal.

Olivia mengeryit saat melihat Kanza memasukan sesuatu ke bawah bantal. Sebelum Kanza berbalik Olivia segera pergi dan bersembunyi di balik tembok.

Kanza keluar dari kamar dan mengeryit saat melihat di ruang tamu Ayahnya tengah mengobrol dengan seorang pria paruh baya.

"Ayah memanggilku?" tanya Kanza.

Jhon menoleh. "Ya, kemarilah." Kanza berjalan mendekat lalu duduk di sebelah Jhon.

"Tuan Morgan, ini putriku Kanza." Kanza menatap bingung, namun saat pria bernama Morgan itu menatapnya dengan menjilat bibirnya Kanza bergidik.

"Putrimu cantik. Aku akan memberikan dua juta untuk mas kawin," Kanza membelalakan matanya, lalu menatap pada Jhon yang tersenyum.

"Anda sangat murah hati, Tuan."

"Apa ini, Ayah?" tanya Kanza.

Jhon bergeming. "Kau akan menikah dengan Tuan Morgan."

Kanza menatap pria paruh baya di depannya, lalu menggeleng. "Aku tidak mau."

Jhon tertawa kecil. "Maafkan aku Tuan Morgan, dia hanya terkejut. Aku akan bicara padanya sebentar." Jhon menarik Kanza menjauh hingga mereka tiba di ruang tengah.

"Apa maksud Ayah?"

"Dengar Kanza. Setelah kau lari dari pernikahan kau pikir siapa yang mau menikah denganmu. Nama kita sudah tercoreng karenamu. Kalau bukan karena Olivia yang membujuk Adrian, keluarganya akan menarik semua investasi mereka. Sudah bagus Tuan Morgan mau menikah dan memberi mas kawin yang cukup besar. Lagi pula dengan kau menikah dengannya perusahaan juga akan mendapat keuntungan. Tuan Morgan berjanji akan menyuntikan dana yang cukup besar pada kita."

Kanza menggeleng. "Ayah menikahkanku dengan pria seusiamu? Apa yang Ayah pikirkan hanya keuntungan? Aku putrimu."

"Ini untuk kebaikanmu." Jhon memalingkan wajahnya. "Bagaimana pun kau harus tetap menikah, dan jadi istri ketiga Tuan Morgan."

"Istri ketiga?" Kanza semakin terkejut. "Ayah, aku putrimu, tolong jangan lakukan itu." Kanza menatap dengan memelas. Dia tak mau menikahi pria paruh baya itu, apalagi menjadi istri ketiga.

Jhon menatap Kanza dengan kasihan, bagaimana pun Kanza juga putrinya, hanya saja jika Kanza tidak dia nikahkan dengan Tuan Morgan, maka nama baik mereka akan semakin tercemar. Bagaimana pun tersebar kabar jika Kanza adalah gadis nakal yang suka pergi ke tempat hiburan malam.

"Ayah, aku tak tahu apa aku harus memberitahumu atau tidak." Olivia muncul dengan wajah sedihnya. "Jika Kanza menikah dengan Tuan Morgan itu tidak akan baik."

Kanza menatap dengan mengeryit. Apa lagi yang Olivia rencanakan sekarang?

"Apa maksudmu?"

"Ayah aku menemukan ini di kamar Kanza." Kanza membelalakan matanya saat melihat alat tes kehamilan yang baru saja dia gunakan. Bagaimana bisa Olivia menemukannya, seingatnya dia menyembunyikannya di bawah bantal sebelum keluar kamar.

Mata Jhon membelalak saat menatap alat tes kehamilan bergaris dua di tangan Olivia, wajahnya menjadi semakin mengerikan dengan rahang mengeras.

"Jika Tuan Morgan tahu Kanza hamil, dia mungkin akan marah, dan kita akan mendapat kerugian nantinya," ucap Olivia lagi.

"Apa? Dia hamil." Tuan Morgan muncul.

"Jhon kau mempermainkanku?"

"Tidak, Tuan Morgan. Ini hanya kesalah pahaman," ucap Jhon mencoba menjelaskan.

"Brengsek. Lihat saja akibat dari ini, Jhon." Tuan Morgan menatap Kanza dengan meremehkan. "Dia bahkan tak pantas hanya untuk seratus dolar."

Jhon menatap ke arah Kanza. "Katakan padaku siapa ayahnya?"

Kanza menunduk dan menggeleng.

"Anak brengsek! Tidak tahu malu. Sudah mempermalukan kami dengan membatalkan pernikahan sekarang kau hamil tidak tahu siapa ayahnya!" Kanza menatap alat tes kehamilan yang di lemparkan Jhon.

"Aku bisa menikahinya, jika dia menggugurkannya."

....

Tes ombak😁

Terusir

"Aku bisa menikahinya, jika dia menggugurkannya."

Kanza membelalakan matanya lalu menggeleng. "Tidak, Ayah."

Jhon memejamkan matanya. "Beritahu aku jika kau sudah mengambil keputusan, Jhon," ucap Tuan Morgan dengan menepuk bahu Jhon, lalu pergi setelah menatap Kanza dengan tatapan menjijikan, pria paruh baya itu bahkan menjilat bibirnya.

"Ayah." Kanza masih memelas berharap Jhon tidak salah mengambil keputusan.

"Tuan Morgan benar, kau harus menggugurkannya."

Kanza menggeleng. "Tidak, Ayah. Itu berdosa. Aku bisa mengurusnya-" Menggugurkan sama saja membunuh, dan Kanza tidak mungkin melakukan itu.

"Lalu kau pikir yang kau lakukan itu bukan sebuah dosa? Kau bahkan memilikinya tanpa menikah." Jhon menajamkan matanya. "Kalau kau tidak mau menggugurkannya, kau bukan anakku lagi. Pergi dari rumahku!"

Kanza menatap Jhon dengan tak percaya. "Ayah mengusirku?"

Jhon memalingkan wajahnya. "Itu pilihamu, gugurkan atau pergi." ucapnya dengan tegas.

Kanza tersenyum miris. Dia mengejek dirinya sendiri. Selama ini dia selalu diam apapun yang terjadi, tapi ternyata semuanya berakhir buruk.

Bagus sekali Kanza hidupmu berakhir sia- sia.

Kanza menatap Olivia di balik punggung Jhon, gadis itu tersenyum penuh kemenangan seolah benar-benar menang. Dan Kanza akui dia kalah. Apa yang Olivia lakukan benar-benar menghancurkannya.

"Baiklah." Lagi pula dia sudah muak. Bahkan meski dia tetap bertahan dia tidak pernah bahagia.

Kanza bangkit dari duduknya. "Aku akan pergi."

Jhon mendenguskan ejekan. "Pergi. Saat kau pergi, kau akan menyadari jika diluar sana kau akan semakin tidak berguna. Selama ini kau hanya tahu makan dan main. Memangnya bisa apa kau tanpa kami?”

Kanza memejamkan matanya. Ayahnya selalu meremehkannya, dia lupa dengan dirinya yang bahkan selalu juara kelas. Akan dia buktikan jika diluar sana Kanza bisa hidup dan mencari pekerjaan dengan kemampuannya sendiri. Kanza pergi ke arah kamarnya, namun langkahnya kembali terhenti saat suara Olivia terdengar.

"Ayah, agar Kanza menyadari kesalahannya bukankah dia juga tidak boleh membawa apapun. Semua barang yang dia gunakan selama ini adalah dari uang Ayah." Jhon menoleh dan melihat pada Olivia. "Ayah, Kanza harus menyadari kesalahannya dan dia harus tahu jika hidup tanpa Ayah akan sangat sulit. Itu akan membuatnya mengambil keputusan yang tepat."

Kanza menatap pada Ayahnya, menunggu keputusan Jhon. Namun sekali lagi Kanza harus menelan kekecewaan saat pria paruh baya itu menyetujui perkataan Olivia.

"Olivia benar. Kamu tidak boleh membawa apapun selain yang menempel di tubuhmu."

Kanza terkekeh. "Kau sungguh seorang Ayah?" Kanza mengangguk. "Aku hanya akan mengambil sertifikat kelulusanku." tentu saja dia membutuhkannya untuk mencari pekerjaan.

"Tidak boleh!" Olivia kembali bersuara.

Kanza mengerutkan keningnya. "Kenapa? Itu milikku, dan aku mendapatkannya atas usahaku sendiri."

"Tapi kamu tidak akan mendapatkannya kalau bukan Ayah yang menyekolahkanmu."

"Aku mendapatkannya karena jalur beasiswa, aku tidak memakai uang Ayah sepeser pun untuk pendidikanku." Jhon menatap tak percaya.

"Beasiswa? Kamu mencoba berbohong? Beasiswa hanya untuk anak-anak berprestasi. Sementara kau selalu mendapat nilai buruk."

"Ayah meremehkan aku? Aku selalu mendapatkan nilai bagus, dan aku selalu peringkat pertama. Dan kenapa Ayah bilang aku mendapat nilai buruk saat Ayah bahkan tidak pernah melihat nilaiku. Aku yakin Ayah juga tidak tahu aku masuk universitas mana, kan?"

"Tentu saja aku tahu ..."

"Lalu dimana aku kuliah?"

Jhon tertegun. Benar, dia disibukkan dengan pekerjaannya, tapi dia tidak mungkin abai dengan putrinya. Dia bahkan tahu nilai Olivia yang selalu masuk peringkat sepuluh besar. Dan Kanza .... "Kau kuliah di kampus yang sama dengan Olivia," ucapnya tak yakin.

Kanza tertawa. "Ayah benar- benar Ayah yang baik. Ayah bahkan tak tahu aku kuliah dimana." Kanza bertepuk tangan. "Aku yakin Ayah juga lupa, kapan terakhir kali Ayah mengantar aku ke sekolah."

Olivia menyentuh lengan Jhon. "Ayah jangan dengarkan Kanza. Ayah adalah Ayah terbaik."

"Tentu saja, itu untukmu, bukan untukku." Kanza mendengus dan kembali melanjutkan niatnya untuk ke kamarnya dan mengambil sertifikat kelulusannya. Namun langkahnya terseret lalu di hempaskan sebab Jhon yang menarik dan melemparnya ke luar rumah.

"Jangan pernah kembali sebelum menyadari kesalahanmu!" Jhon menutup pintu.

Kanza berdiri dan menggedor pintu. "Ayah setidaknya biarkan aku membawa barang milik Ibuku!"

"Ayah!"

"Ayah!"

Kanza terus menggedor pintu hingga di mendengar suara mobil berhenti di depan rumah.

Kanza terdiam saat melihat Adrian turun dari mobilnya. Pria itu menatapnya jijik bahkan mendengus meremehkan.

Tak ingin menghiraukan dan menambah sakit hatinya Kanza memilih terus menggedor pintu dan memanggil Jhon.

"Ayah. Biarkan aku masuk!"

Pintu terbuka menampilkan Olivia yang tersenyum. "Ad," sapanya tanpa peduli pada Kanza.

Saat Kanza akan masuk Jhon menghalanginya. "Kau sudah menyadari kesalahanmu?"

Kanza menatap Jhon dengan tajam. "Satu- satunya kesalahanku adalah terlahir sebagai anakmu."

Plak!

Pipi Kanza tertoleh saat merasakan tamparan dari Jhon. "Kau benar- benar tidak tahu diri," geram Jhon.

Kanza memegang pipinya yang terasa panas. Kanza sempat melihat Adrian yang tertegun, namun Kanza tak peduli dia hanya ingin mengambil barang milik Ibunya, lalu pergi.

"Berikan aku barang- barang Ibu, maka aku akan pergi," ucap Kanza.

"Apa kau pantas. Aku rasa Ibumu juga tidak akan sudi memberikan barangnya untukmu."

"Paman, ada apa ini?" Jhon menoleh pada Adrian.

"Tidak ada, Ad. Ayo masuklah dengan Olivia."

Olivia menggenggam tangan Adrian. "Ayo, Ad." Namun Adrian justru menyingkirkan tangan Olivia dan menatap pada Kanza. Meski dia marah dan kecewa karena Kanza meninggalkan pernikahan mereka. Namun Adrian harap Kanza menyesal dan meminta maaf. Dia akan mencoba menerima kekurangan Kanza.

"Ada apa, Kanza?" Adrian menatap Kanza.

"Ad, Ayah mengusir Kanza dia hamil tak tahu siapa Ayahnya," jelas Olivia. Adrian tertegun lalu mundur satu langkah wajahnya nampak kecewa, namun Kanza tak peduli.

Hatinya terlalu sakit untuk hal-hal seperti ini. Dia hanya ingin mengambil barang Ibunya lalu pergi dari sana.

"Kanza apa itu benar?"

Kanza mengusap air matanya dan menatap Adrian. "Ya."

Adrian terdiam sementara Olivia langsung membawa Adrian masuk, dan Jhon kembali menutup pintu.

Kanza terdiam masih dengan air mata yang mengalir, dia menatap pintu rumah besar yang selama ini menjadi tempatnya berlindung. Dan kini dia harus pergi dan terusir, hanya karena kesalahan yang bukan benar-benar kesalahannya.

Kanza mengepalkan tangannya. Bukan sekarang, tapi Kanza berjanji akan kembali dan mengambil semua miliknya. Milik Ibunya. Tentu saja dengan semua bukti kejahatan Olivia yang akan membuktikan bahwa selama ini gadis itulah yang menjebak dan menyakitinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!