NovelToon NovelToon

Istri Yang Tak Dirindukan

Melepasmu

Drrrd Drrrd Drrrd

Dering ponsel berbunyi, memecah jalannya rapat yang berlangsung cukup serius. Yusuf menghela nafas berat begitu mengetahui telepon tersebut dari sang istri.

"Saya angkat telepon dulu." pamit Yusuf pada rekan bisnisnya.

"Silahkan pak Yusuf, santai saja." balas rekan bisnis Yusuf.

"Terima kasih atas pengertiannya." Yusuf tersenyum samar.

Kemudian pria itu berjalan agak menjauh sebelum akhirnya menerima panggilan telepon tersebut.

"Ada apa?" tanya Yusuf dengan dingin begitu panggilan itu terhubung.

"Mas, hari ini adalah hari ulang tahunku. Bukannya kamu sudah berjanji akan pulang cepat dan merayakannya denganku." Hazel mengingatkan dengan lembut.

"Ck, aku ini sedang ada rapat penting! Kalau tidak ada hal yang penting jangan hubungi aku lagi!" hardik Yusuf.

Tut Tut Tut

Panggilan telepon terputus. Hazel tertegun karna tak menyangka kata-kata itu akan keluar dari mulut sang suami.

"Jadi menurutmu hari ulang tahunku tidak penting mas?" Hazel menatap nanar layar ponselnya. Hazel sudah terbiasa mendapat perlakuan dingin dari Yusuf, namun ucapan Yusuf kali ini terasa menusuk hatinya.

"Tidak papa Hazel, memangnya apa yang kau harapkan?" Hazel menguatkan dirinya sendiri. Mencoba menahan agar air matanya tak jatuh.

"Aku memang bukan istri yang dia inginkan, apa ini sudah waktunya untuk aku melepas mas Yusuf?" angan Hazel menerawang jauh ke masa lalu.

Flashback on

Tiga tahun lalu

Hazel terlihat bahagia memandangi pantulan dirinya di depan cermin yang terlihat begitu cantik dengan balutan gaun pengantin pilihan calon suaminya.

"Hazel, kau adalah pengantin tercantik yang pernah aku lihat." ucap Amara sang MUA yang dipercayakan untuk merias gadis itu.

"Terima kasih mbak." Hazel tersipu malu mendengar pujian tersebut.

"Dimana Zayn? Kenapa dia belum datang juga?" Hazel menatap jam di dinding kamarnya, sudah menunjukan pukul 16.45 petang. Sedangkan ijab kabul pernikahan mereka akan dilaksanakan pukul 17.00, sedangkan resepsinya akan diadakan pada malam hari.

"Mungkin jalanannya macet, kita tunggu saja ya." Amara yang merupakan kerabat jauh Hazel menenangkan.

"Iya mbak." Hazel mencoba berpikir positif.

30 menit berlalu, namun calon suami Hazel tak kunjung menunjukan batang hidungnya.

"Kenapa Zayn belum datang? Apa Zayn ingin membalasku karna selama ini aku selalu menolak cintanya?" Sebelum memutuskan untuk menerima lamaran Zayn, berulang kali Hazel memang pernah menolak pernyataan cinta dari calon suaminya itu.

"Atau terjadi sesuatu padanya?" Hazel tak bisa menyembunyikan kecemasannya lagi.

Untuk menghilangkan prasangka buruknya, Hazel memutuskan untuk keluar dari kamar dan mencari tahu apa yang terjadi pada Zayn.

Begitu keluar dari kamar, Hazel melihat sang ayah sedang marah-marah pada rombongan pengantin pria yang datang tanpa Zayn.

"Apa Zayn ingin mempermainkan putriku? Kenapa dia menghilang di hari pernikahannya sendiri?!" tanya Amar ayah kandung Hazel. Wajahnya sudah memerah karna amarah.

Melihat perdebatan mereka cukup panas, Hazel jadi urung mendekat.

"Sabar mas." ibu Hazel mencoba menenangkan suaminya.

"Maaf mas, kami juga tidak tahu apa yang terjadi pada Zayn. Tapi orang-orang kami sedang mencarinya." balas Abraham ayah Zayn.

"Lalu bagaimana dengan pernikahan ini? Kalau putriku sampai batal menikah, dia akan jadi bahan tertawaan orang dan akan sulit menemukan pria yang mau menikahinya lagi." tanya Amar dengan wajah gusarnya.

Seseorang yang batal menikah, memang akan dicap buruk di lingkungan mereka.

3000 undangan telah Amar sebar, akan ditaruh dimana muka Amar andai pernikahan ini dibatalkan.

"Kita tunggu sebentar lagi mas, mungkin Zayn sedang ada masalah di jalan." ucap Alena ibu Zayn.

"Aku tunggu sampai pukul 19.00 malam. Kalau Zayn tak datang juga, bagaimana kalau dia saja yang menggantikan Zayn untuk menikahi putriku." Amar menunjuk ke arah adik kandung Alena yang usianya hanya selisih 2 tahun saja dengan Zayn.

"Maaf pakde, tapi saya tidak bisa menikah dengan Hazel karna saya sudah memiliki tunangan." ucap Yusuf apa adanya. Setelah Zayn dan Hazel menikah, rencananya Yusuf dan tunangannya akan menyusul 2 bulan kemudian.

"Baru bertunangan saja kan? Bisa dibatalkan!" balas Amar.

Tak ada yang berani membantah ucapan Amar karna tak ingin membuat pria paruh baya itu lebih marah lagi.

Waktu dua jam yang diberikan Amar telah berlalu, dengan terpaksa Yusuf harus menikahi Hazel karna Zayn tak kunjung datang.

Flashback off

Drrrd Drrrd

Dering ponsel membuyarkan lamunan Hazel tentang masa lalunya.

Wanita bermata indah itu meraih tas tangannya kemudian pergi menuju restoran yang telah ia reservasi sejak beberapa hari yang lalu.

***

Sekitar pukul 21.00 malam, Hazel tiba di restoran tersebut. Seorang pelayan menyambut kedatangannya dengan ramah.

"Nyonya restoran kami akan tutup satu jam lagi, apa kue ulang tahunnya bisa disiapkan sekarang?" tanya pelayan restoran.

"Hem," Hazel menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Bibirnya tersenyum meski terlihat dipaksakan.

"Kalau begitu silahkan tunggu di sini, kami akan menyiapkan semuanya." sang pelayan membimbing Hazel untuk duduk di meja yang memiliki pemandangan langsung menghadap ke arah jalan raya.

Tak sampai lima menit, pelayan restoran tersebut sudah kembali denga membawa kue ulang tahun ditangannya.

"Selamat ulang tahun nyonya, semoga hidup anda senantiasa dilimpahi kebahagiaan dan semua keinginan anda terkabul." doa sang pelayan seraya menyalakan lilin ulang tahun untuk Hazel.

"Terima kasih." lirih Hazel.

Setelah pelayan restoran pergi, hazel meniup lilin ulang tahunnya dan memakan sedikit kue tersebut dengan air mata yang sudah mengembang.

Hazel menatap keluar jendela untuk mengalihkan kesedihannya, di luar sana masih terlihat ramai walau malam kian larut. Hazel bisa melihat orang-orang berlalu-lalang lewat jendela restoran.

"Loh, itukan mas Yusuf dan mbak Syifa." Netra Hazel tertuju pada 2 orang yang sangat dikenalnya.

Hati Hazel semakin terasa sakit kala melihat Yusuf memberikan kalung yang menjadi keinginannya pada mantan tunangannya itu.

"Jahat kamu mas, bukannya kamu tahu aku sangat menginginkan kalung itu, tapi kenapa kamu berikan pada orang lain." Hazel menggigit bibir bawahnya agar tangisnya tidak pecah.

"Jadi kamu tidak mau menemani aku merayakan ulang tahun karna menemui mbak Syifa?" Hazel sadar hubungannya dengan Yusuf tidak sedalam hubungan Yusuf dengan Syifa.

Andai dulu Hazel tidak hadir dianatara mereka, mungkin sekarang Yusuf dan Syifa sudah menikah dan mempunyai anak yang lucu-lucu.

Yusuf tidak pernah ingin punya anak dari Hazel.

"Baiklah mas, aku tidak mau egois lagi. Jika bersamaku tidak membuatmu bahagia, maka aku akan melepasmu." Hazel menatap nanar pada sang suami yang tertawa begitu lepas saat sedang bersama Syifa, saat dengan dirinya mana pernah Yusuf terlihat sebahagia itu.

Bersambung.

Kado ulang tahun untuk Hazel

"Terima kasih atas makan malamnya pak Yusuf, semoga kerja sama kita berjalan lancar." ucap rekan bisnis Yusuf seraya berjabat tangan.

"Sama-sama pak Raffi, senang bisa berkerja sama dengan anda." balas Yusuf dengan tersenyum.

"Kalau begitu saya pamit pulang dulu, salam untuk istri anda." pamit Raffi seraya berjalan menuju mobilnya.

"Baik, pasti akan saya sampaikan, hati-hati di jalan pak Raffi." Yusuf membantu menutupkan mobil milik pria paruh baya itu.

Setelah Raffi pergi, Yusuf berjalan ke arah mobilnya sendiri.

"Tuan, bukannya itu gedung Rins restoran?" Tyo menunjuk sebuah bangunan restoran yang letaknya tepat di seberang gedung restoran tempat mereka meeting beberapa saat yang lalu.

"Ya, ada apa?" tanya Yusuf datar.

"Nyonya sudah mereservasi makan malam di restoran tersebut untuk merayakan hari ulang tahunnya sejak beberapa hari yang lalu, apa anda tidak akan datang?" tanya Tyo.

"Jam berapa sekarang?" Yusuf balik bertanya.

"Jam 21.30 malam pak." balas Tyo.

"Sebentar lagi restorannya akan tutup, tidak akan sempat. Kita mampir saja ke toko kue untuk membeli kue ulang tahun untuk Hazel, setelah itu baru pulang." titah Yusuf.

"Baik tuan." patuh Tyo.

"Hazel pasti senang menerima kue ulang tahun yang aku berikan dan melupakan kemarahannya padaku." Yusuf membayangkan reaksi Hazel yang selalu terlihat senang setiap menerima pemberian darinya, walaupun barang-barang itu tidak Yusuf beli sendiri, tapi pemberian dari rekan bisnis Yusuf.

Tyo hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah sang atasan yang tidak pernah mengutamakan istrinya.

"Yusuf!" Terdengar suara seorang wanita memanggil nama Yusuf.

Pria itu menoleh ke arah sumber suara tersebut.

"Syifa, sedang apa kau di sini?" tanya Yusuf.

"Aku sedang menemani kakakku meeting dengan klien bisnisnya, tapi di dalam sangat membosankan, jadi aku cari angin keluar. Eh siapa sangka malah bertemu denganmu." ujar Syifa apa adanya.

"Begitu ya." balas Yusuf singkat.

"Yusuf, bukannya hari ini Hazel ulang tahun? Apa kau tidak menemani dia untuk merayakannya?" tanya Syifa walau dengan hati berdenyut nyeri. Sejak pernikahan mereka dibatalkan 3 tahun lalu, perasaan Syifa terhadap Yusuf masihlah tetap sama.

"Tadi aku ada meeting penting, jadi tidak punya waktu untuk menemani Hazel, tapi aku akan segera pulang untuk memberikan kado ini untuknya." Yusuf menunjukan kado yang sudah ia persiapkan untuk Hazel pada Syifa.

"Wah, itukan kalung berlian yang pernah dipakai putri Diana. Aku dengar seseorang membeli kalung tersebut dengan harga tinggi saat lelang kemarin, aku tidak menyangka kalau orang itu adalah kau." ucap Syifa antusias. Yusuf menanggapi ucapan Syifa dengan senyuman.

"Kau pasti sangat mencintai istrimu ya? Sampai kau rela mengeluarkan banyak uang demi memberi kado ulang tahun untuk Hazel." lanjut Syifa dengan nada sedikit kecewa.

"Ah gak juga kok. Kalau aku tidak memberikan Hazel kado ulang tahun yang istimewa, nanti dia akan mengadu pada orang tuanya. Kau tahu sendirikan bagaimana ayah mertuaku, aku hanya tidak ingin bermasalah dengannya saja." ujar Yusuf.

Walaupun kata-kata Yusuf terdengar tidak peduli pada Hazel, tapi sorot matanya mengatakan berbeda. Syifa menyadari hal itu.

"Andai Hazel tidak pernah merusak hubungan kami, pasti akulah yang menjadi istri Yusuf sekarang. Dan tentunya kalung berlian itu juga untukku!" batin Syifa nelangsa.

"Yusuf, kalung itu sangat bagus. Apa boleh aku mencobanya sebentar?" tanya Syifa.

"Tentu saja." Yusuf memberikan kalung tersebut pada mantan tunangannya.

"Kalung ini benar-benar bagus sekali, Hazel beruntung memiliki suami sepertimu." cicit Syifa seraya mengambil beberapa foto bersama kalung tersebut, lalu mengirimkannya ke sosial media.

"Haa...biasa saja. Semua suami pasti akan membahagiakan istrinya bukan?" Yusuf tertawa renyah.

***

***

"Sudah jam segini, kenapa mas Yusuf belum pulang juga ya? Apa dia masih bersama mbak Syifa? Atau jangan-jangan?" berbagai prasangka memenuhi isi kepala Hazel.

Sudah 1 jam lamanya wanita bermata biru itu menunggu kepulangan sang suami di sofa living room, namun yang ditunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

"Apa aku pergi sekarang saja? Aku bisa pamit pada mas Yusuf besok sekalian memberikan surat cerai." Hazel menarik covernya, menatap seisi rumah yang sudah 3 tahun ia tinggali bersama Yusuf dengan perasaan nanar.

Banyak kenangan Hazel dan Yusuf di rumah tersebut, tapi lebih banyak kenangan pahitnya.

"Selamat tinggal mas, semoga kamu bahagia tanpa aku di sisimu." Hazel menyeka air matanya yang tiba-tiba terjatuh.

Kemudian melangkah menuju pintu utama. Hazel baru akan memutar handle pintu tersebut, namun pintu itu sudah lebih dulu dibuka oleh Yusuf dari arah luar.

"Mas kenapa baru pulang?" Hazel mencium punggung tangan Yusuf.

"Aku sibuk, tidak seperti kau yang kerjanya hanya bermalas-malasan saja di rumah seharian!" balas Yusuf dengan berdusta.

Karna terlalu asik mengobrol dengan Syifa, Yusuf sampai lupa waktu. Pria itu harus berkeliling kota mencari toko kue yang masih buka demi membeli kue ulang tahun untuk Hazel. Karna itu Yusuf pulang terlambat.

"Oh sibuk ya, sibuk menemani mantan tunanganmu." kata-kata terakhir Hazel ucapkan dalam hati.

"Mau kemana kau? Kenapa membawa cover itu?" tanya Yusuf sinis, tatapannya tertuju pada cover yang dibawa sang istri.

"Aku mau menginap di rumah orang tuaku mas." balas Hazel. Nadanya terdengar tenang meskipun hatinya bergemuruh.

"Kau marah karna aku tidak menemanimu merayakan ulang tahun? Jadi kau ingin mengadu pada orang tuamu? Kekanak-kanakan sekali!" sindir Yusuf.

"Bukannya permintaan maaf karna tidak menepati janji, tapi kata-kata itu malah keluar dari mulutmu mas! Kau memang pria kejam dan dingin!" hati Hazel berdenyut nyeri.

"Kalau aku kejam dan dingin, aku tidak akan memberikan kalung ini sebagai kado ulang tahun untukmu." Yusuf mengeluarkan kado yang akan ia berikan pada Hazel dari kantong jasnya.

"Kenapa kalung ini kau berikan padaku mas? Apa mbak Syifa tidak mau menerimanya?"

Hazel sempat melihat postingan Syifa memakai kalung tersebut. Syifa menggunakan emoticon hati berwarna merah sebagai captionnya.

"Kau sudah gila ya! Kenapa aku harus memberikan kalung ini pada Syifa?!" tanya Yusuf dengan dahi mengkerut.

"Jangan tanya aku apa alasannya mas, bukankah kau lebih tahu dari siapapun!" suara Hazel bergetar, antara menahan tangis dan amarah.

Bersambung.

Sudah lelah

Melihat Yusuf dan Hazel bertengkar, Tyo yang semula akan membawakan kue ulang tahun untuk Hazel jadi tidak berani mendekat.

"Kau sudah mulai berani berbicara dengan nada tinggi padaku rupanya!" pekik Yusuf.

"Selama 3 tahun ini aku selalu menjadi istri yang penurut dan sabar menghadapimu mas, menunggumu bisa menerima dan mencintaiku. Tapi sekarang aku sadar kalau perasaan itu tidak bisa dipaksakan." netra Hazel berkaca-kaca.

"Apa maksudmu Hazel? Kau tidak tahu betapa besar pengorbananku untukmu. Aku rela meninggalkan Syifa hanya demi menerimamu sebagai istriku? Kenapa kau bersikap seolah-olah hanya kau yang menjadi korban di sini?" Yusuf tak terima mendengar perkataan Hazel.

"Kalau begitu ayo kita cerai saja mas, dengan begitu kau bisa kembali bersama mbak Syifamu itu!" Hazel menyarankan.

"Kau anggap aku apa Hazel! Kau pikir bisa datang dan pergi dari hidupku sesuka hatimu?! Kau tidak akan bisa semudah itu bercerai denganku!" Yusuf mengguncang kedua bahu Hazel dengan kuat.

"Kenapa kau tidak mau bercerai denganku mas? Apa kau sudah mulai mencintaiku?" tanya Hazel penuh harap. Andai saja Yusuf berkata iya, Hazel akan menerima seperti apapun Yusuf memperlakukannya selama ini.

"Jangan terlalu percaya diri, aku hanya tidak mau membuat keluarga besar kita kecewa dengan perceraian kita." kilah Yusuf.

"Dasar naif!" Hazel tertawa sinis mendengar jawaban sang suami.

"Kau tidak usah memikirkan perasaan orang lain mas, lebih baik pikirkan saja perasaan kita dulu." peringati Hazel.

"Kau sangat ingin bercerai denganku ya? Sampai-sampai kau tidak mau memikirkan perasaan orang lain. Egois!" pekik Yusuf.

"Ya aku memang egois karna telah memaksakan hubungan ini. Sekarang aku sudah lelah mas, aku ingin kita bercerai." Hazel tak bisa membendung air matanya lagi.

"Baiklah kalau itu maumu, kita bercerai saja. Aku harap kau tidak akan menyesali keputusanmu!" Yusuf sudah mulai terbakar emosinya.

"Ternyata kamu benar-benar tidak mencintai aku mas, sampai-sampai kamu tidak mau mempertahankan aku dan semudah itu menceraikan aku." hati Hazel berdenyut nyeri.

"Kita sudah bukan suami istri lagi sekarang, aku tidak bisa tinggal di atap yang sama denganmu lagi mas. Aku akan pergi." lirih Hazel.

"Ya pergilah sana! Aku tidak akan menahanmu lagi!" balas Yusuf. Wajahnya sudah memerah karna amarah.

"Baik, aku pergi. Jaga dirimu baik-baik mas." pamit Hazel.

Baru beberapa langkah berjalan Hazel menghentikan langkahnya di hadapan Tyo yang sedari tadi bersikap seolah tidak mendengar apapun.

"Kenapa berhenti? Apa kau berubah pikiran?" tanya Yusuf yang sedari tadi pandangannya tidak pernah luput dari Hazel.

"Tyo, sebelum tuanmu menikah lagi dengan mantan tunangannya, ada baiknya kau ajak dulu dia periksa ke dokter. Kami sudah 3 tahun menikah tapi hanya melakukan hal itu beberapa kali, itupun tidak pernah sampai tuntas." Beritahu Hazel.

Wajah Yusuf semakin memerah mendengar ucapan Hazel. Sedangkan Tyo hanya bisa menahan tawanya saja, Tyo tidak menyangka tuannya memiliki masalah dengan hal itu.

"Pantas nyonya minta cerai, ternyata tuan tidak mampu memuaskan nyonya ketika di atas ranjang." batin Tyo.

"Sialan kau! Kau pikir aku tidak mampu!" murka Yusuf.

Yusuf sangat tahu betapa Zayn mencintai Hazel, karna itu Yusuf selalu merasa bersalah pada Zayn setiap kali akan menyentuh Hazel. Bukan karna tidak mampu seperti yang dikatakan Hazel.

"Kau pikirkan saja sendiri!" Hazel tertawa mengejek seraya berlalu pergi, meninggalkan Yusuf hanya dengan asistennya saja.

"Shit!" Yusuf akan memberi pelajaran pada Hazel andai tidak ada Tyo bersama mereka. Yusuf akan membuktikan pada Hazel kalau dia sangat mampu memberi kepuasan pada wanita itu.

"Tuan, kenapa anda membiarkan nyonya pergi?" tanya Tyo dengan dahi mengkerut.

"Biarkan saja dia pergi! kalau amarahnya sudah mereda pasti dia akan kembali." balas Yusuf dengan wajahnya yang ditekuk.

"Lalu bagaimana dengan kue ulang tahun ini tuan?" tanya Tyo lagi.

"Untukmu saja!" balas Yusuf seraya berlalu ke dalam rumah.

"Andai aku tahu tuan punya masalah dengan alat reproduksinya, aku akan memberikan tuan obat China yang terbaik." Tyo menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

***

***

"Kau yakin dengan keputusanmu Hazel, akhirnya kau akan bercerai dengan suami dinginmu itu?" tanya Ara sahabat baik Hazel.

"Hem, keputusanku sudah bulat! Aku tidak mau menyia-nyiakan hidupku yang berharga dengan mencintai orang yang salah lagi." balas Hazel lantang.

"Bagus! Akhirnya kau sadar juga!" Ara menepuk pundak Hazel dengan bangga. Akhirnya Hazel membuat keputusan yang tepat.

Selama ini Ara gemas sendiri melihat sahabatnya selalu bertahan meskipun diperlakukan sewenang-wenang oleh Yusuf.

"Kau harus meminta harta gono-gini yang besar pada Yusuf, uang itu bisa kau gunakan untuk berkencan dengan pria yang berbeda setiap harinya! Biar tahu rasa si Yusuf itu!" Ara menyarankan.

"Idemu bagus juga. Akan aku lakukan!" disetujui oleh Hazel.

"Kalian semua bersenang-senanglah, malam ini semuanya aku yang traktir!" teriak Hazel yang sudah naik ke atas meja. Semua orang bersorak gembira menyambut perkataan Hazel.

"Hazel, sepertinya kau sudah mulai mabuk. Ayo cepat turun!" Ara membantu Hazel untuk turun dari meja.

"Hey, aku ini kuat minum tahu! Aku tidak akan mabuk hanya dengan meminum beberapa gelas saja." racau Hazel.

"Ayo kita bersenang-senang!" Hazel mengangkat gelasnya tinggi-tinggi, kemudian meminum minuman beralkohol itu lagi entah untuk keberapa kalinya.

"Sudah cukup! Jangan minum lagi!" Yusuf merebut paksa gelas itu dari Hazel.

"Kau! Kenapa wajahmu sangat mirip dengan pria kejam dan dingin itu!" Hazel menepuk-nepuk pipi Yusuf.

"Mulutmu itu bau alkohol tahu!" pekik Yusuf. Yusuf benar-benar tidak tega membiarkan Hazel pergi dari rumah larut malam seperti ini, karna itu Yusuf mengikuti Hazel.

"Bukan cuma wajah, tapi suara dan cara bicaramu juga sangat mirip dengan pria impoten itu!" Hazel tertawa mengejek.

"Impoten katamu!" wajah Yusuf memerah karna malu bercampur amarah.

Ara yang sedari tadi mendengar percakapan sepasang suami istri itu hanya bisa menundukan wajahnya saja.

"Eh, kau mau membawaku kemana?" pekik Hazel saat Yusuf tiba-tiba menggendongnya ala bridal.

"Membuktikan padamu kalau aku tidak seperti yang kau katakan!" Yusuf tersenyum smirk.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!