Sejujurnya gadis ini tidak terlalu menyukai dunianya...
Hidup yang selalu berputar dengan tanda hadirnya yang semakin tertekan. Seakan membuatnya ingin lari dari dunia yang selalu berputar...
Rayne coba memungkiri jalan cerita hidupnya dan mulai berfantasi lagi dengan jalan cerita indah yang ia rangkai di dalam otaknya. Semua mengalir, ia mengetiknya dengan sangat cepat melalui notebook yang ia beli belakangan ini dan ia dapatkan dari hasil lomba menulisnya beberapa tahun lalu.
"Apa katamu?! Kau pikir uang segitu dari mana bisa didapatkan?!" Teriak Diane, Ibunda Rayne dari balik pintu.
Rayne memutar matanya saat jemarinya tak beraktivitas lagi diatas notebooknya. Ia bosan dengan kehadiran orang itu lagi
"DASAR WANITA T*L*L, KAU PIKIR AKU TIDAK BISA BEKERJA!"
Daripada terlalu lama mendengar suara menjengkelkan itu, ia sumpal kedua telinganya dengan earphone yang tersambung ke notebook. Ia besarkan volumenya hingga membuat kedua telinganya hanya mendengar suara nyanyian inggris saja.
Ia kembali menulis cerita sambil mencoba menenangkan pikirannya lewat nyanyian indah di telinganya.
Ia muak dengan pria itu.. dan dunianya..
Rayne adalah anak satu satunya Diane. Usianya masih terbilang muda yaitu 17 tahun, Anak kelas dua SMA yang seperti beberapa remaja lainnya, selalu menghabiskan waktunya di kamar. Ia selalu terbiasa dengan keadaan keluarganya yang tidak harmonis. Harus berhadapan terus dengan seorang ayah yang gemar mabuk dan berjudi. Ibunya seorang buruh cuci yang kerja banting tulang mencari nafkah untuk keluarganya.
Rayne sangat membenci saat ayahnya datang ke rumah dan pulang dalam keadaan mabuk. Ia kerap melampiaskan kemarahannya karena tidak punya uang untuk membeli rokok dan kembali berjudi.
Padahal dulu sebenarnya, keluarganya cukup harmonis. Hidup Rayne dipenuhi kemewahan dan kebahagiaan. Ayahnya Roonie, seorang distributor, banyak client yang bekerja sama dengan perusahaannya. Namun sayang sudah berjalan lima tahun, perusahaan itu bangkrut. Ayahnya frustasi dengan hal itu lalu suatu ketika ada yang mengajaknya berjudi. Esoknya ayahnya pulang dalam keadaan mabuk, hal itu terus berkelanjutan hingga sekarang. Semenjak sering mabuk, ayahnya suka melakukan hal jahat pada ibunya dan memicu pertengkaran.
Rayne sangat benci dengan hal ini, bahkan ia sangat berharap ayahnya tidak ada untuk selama lamanya agar bisa melihat ibunya tenang dan bahagia.
Ya... hal itu lebih baik untuk dia kedepannya...
Semestinya Rayne bergegas tidur sekarang, seperti yang ia tahu besok ada ujian bahasa Inggris. Meski sejujurnya tidak ada yang mesti ia pelajari dari pelajaran itu selain kosakatanya.
Tiba tiba saat membuka pintu kamar, kedua matanya melotot ketika melihat kamarnya berubah jadi sebuah kamar berarsitektur klasik. Kamarnya yang hanya cukup untuk satu tempat tidur dan satu buah lemari itu mendadak berubah jadi kamar megah yang memiliki kasur luas berkelambu dan sebuah kamar mandi di pojokan kamarnya. Sebuah jendela dan pintu menuju balkon tertutup karena hari sudah malam. Rayne berulang kali mengucek matanya atau menepuk pipinya berulang kali. Namun tetap tidak ada respon, ia mendadak percaya bahwa ia tidak sedang tidur sambil berdiri. Ia seperti berada di dunia lain.
Ia terkejut saat sorot matanya berganti ke arah gadis berambut panjang yang sedang tertidur di kasur berkelambunya. Rayne mendekati gadis yang menurutnya sangat cantik itu. Saat mendekatinya, tiba tiba gadis itu bergumam dalam tidurnya. Sepertinya ia sedang bermimpi buruk, peluh di dahinya terlihat keluar banyak.
"Tidak, jangan---jangan kesana! Zenia!" Teriak gadis itu, tangannya memegang tangan Rayne yang kebetulan saat itu berada di sampingnya. Rayne terlihat khawatir dengan hal yang gadis ini impikan. Ia terkejut saat melihat gadis itu terbangun dan tiba tiba menghilang jadi kepingan kristal berwarna kuning di udara. Mungkinkah karena ia menyentuhnya?
Rayne tersentak melihat kamarnya mendadak berubah jadi kepingan kristal kuning di udara, kamarnya berubah seperti semula. Rayne menepuk pipinya berulang kali, melohok dengan perasaan bingung. "Kenapa, apa itu barusan? Aku tidak sedang bermimpi kan?" Tanyanya bingung.
Setelahnya, Rayne jadi sering mengalami hal seperti itu. Seperti berpindah dimensi ke dunia lain lewat kamarnya. Seperti contoh setelah ia pulang sekolah, saat ibu dan ayahnya tidak ada di rumah. Kamarnya mendadak berubah jadi kamar megah dan luas. Ia mendapati seorang gadis berambut panjang itu menangis dan menelungkupkan badannya jadi setengah terduduk. Rayne langsung bersembunyi saat gadis itu melangkah menuju kasurnya dan terbaring. Ia menangis keras saat itu.
"Ini semua salahku, kalau saja aku bisa menjadi kakak yang baik dan melindunginya. Zenia tidak akan mati seperti itu." Ucapnya sembari sesegukan.
Rayne merasa kasihan, sepertinya gadis ini sedang menyalahkan diri atas kematian zenia. Ngomong ngomong siapa zenia? Apakah itu temannya? Atau sahabatnya? Rayne terus berpikir saat sedang bersembunyi. Tapi sepertinya usaha dirinya untuk bersembunyi tidak akan bertahan lama, ada seekor kecoa merayap di atas kepalanya. Rayne melotot dan langsung berteriak melengking "Hwaaaa!!", Ia langsung keluar dari tempat persembunyiannya.
Gadis berambut panjang itu terkejut melihat Rayne di hadapan matanya. "S-siapa kamu?" Tanya gadis itu. Rayne menggaruk tengkuknya dan mengekeh. "Aku... seseorang yang diciptakan dari tanah, mungkin?"
Gadis itu tersentak, entah kenapa air matanya berhenti bersusutan. Ia langsung mengusap air matanya dan terduduk di kasurnya.
"Aku tidak tahu siapa kamu, tapi lebih baik kamu segera pergi dari sini."
"Eh? Hmm iya. Baiklah. Aku pergi ya." Rayne merasa canggung saat itu, ia tahu ini bisa terlihat seperti seorang stalker yang membuntuti seorang gadis cantik menangis hingga masuk ke dalam kamarnya. Ia merasa sangat malu jika harus berhadapan dengannya lebih lama.
Rayne mendekati pintu beberapa langkah, tibanya handle pintu itu ia pegang. Ia langsung terkejut, pintunya terkunci dari luar.
"Eh? Kau menguncinya?"
"Tidak, aku tidak menguncinya." Ucap gadis itu.
Rayne terlihat berpikir, "Sepertinya itu terkunci secara sengaja agar aku tidak bisa keluar." Gumam Rayne. Ia berjalan mendekati kasur dan lantas terduduk di lantai. Pandangannya tertuju pada gadis berambut hitam di hadapannya, yang baru saja menyelesaikan acara menangisnya. Gadis itu memalingkan wajahnya ke arah lain, mencoba membuatnya tak melihatnya lebih lama.
"Ngomong ngomong kenapa kamu menangis?" Tanya Rayne penasaran.
"Aku hanya, ingat... tidak penting."
"Ah aku tahu, kau ingat dengan teman atau sahabatmu yang bernama Zenia kan? Apa penyebab gadis itu meninggal?"
Gadis itu terkejut dan langsung marah. "Kau tidak perlu tahu!" Ia lempar bantalnya.
Rayne memaklumi gadis itu, ia berlebihan kah? Mungkin juga itu bukan hal yang mesti ia tanyakan. Mungkin dimatanya ia terlihat ikut campur. Rayne mencoba mengalihkan pandangan dan melihat pemandangan dari luar balkon kamar. "Waah indah." Ucap Rayne.
Sebuah pemandangan taman penuh bunga, perkebunan dan bangunan istana disamping kanannya terlihat mengagumkan. Ia terbawa suasana saat itu, angin menyeliwir menggoyangkan poni rambutnya kesana kemari. Suasana yang damai dan indah ini, seperti halnya di negeri dongeng. Bagaimana mungkin gadis itu tidak merasakannya? Ia sangat beruntung berada di dunia ini. Sialnya ia tidak membawa ponsel sekarang, kalau saja ia bawa pasti sudah ia jadikan profil picture.
Ngomong ngomong kok bisa ada istana ya? Rayne terus memikirkan hal itu. Ia seperti merasa berada di dunia lain. Apakah disini ada pangeran? Atau seorang raja tiran?
"Kau sedang apa? Kau bisa ketahuan oleh pengawal kerajaan, jangan kesana" Ujar gadis itu.
Rayne segera keluar dari balkon dan masuk kembali ke dalam kamar.
"Oh iya nama kamu siapa?" Tanya rayne
"Untuk apa kamu menanyakan namaku?" Tanya gadis itu.
"Entahlah, siapa namamu?" Ucap rayne
"Z-zilant" Ucapnya ragu ragu.
Rayne memegang kedua bahu Zilant. Gadis itu langsung terkejut. "Dengar Zilant...apapun yang hal yang membuatmu menangis karena meninggalnya temanmu atau siapapun itu, aku tetap suka dengan duniamu." Ujar Rayne seraya tersenyum sampai terlihat sebagian giginya. Zilsnt tersentak, ia tak paham dengan degup jantungnya saat itu. Rasanya seperti ada perasaan tertentu di dalam hatinya yang berdesir. Ia mendadak ingat dengan zenia, adik perempuannya yang meninggal secara tragis di hadapan matanya, perubahan sikap ibunya hingga menderita sakit mental.
Dia menyukai dunia ini?...
Zilant tiba tiba menghilang jadi kepingan kristal kecil. Seluruh kamarnya berubah menjadi kamarnya yang semula. Rayne terheran dan ia mengakui kalau ini semua cukup memusingkan. Ia kembali ke kamarnya lagi, ia tidak percaya kamarnya itu terhubung dengan kamar Zilant. Gadis berambut hitam legam, pemilik mata biru sapphire, yang cukup diketahui olehnya memiliki banyak permasalahan seperti dirinya. Dibanding itu, sebenarnya apa maksud ini semua?
Rayne berjalan terburu buru menuju gerbang sekolah. Ternyata yang kesiangan saat itu bukan hanya dirinya saja namun banyak siswa. Ia berlari secepat mungkin menuju tempat loker. Saat hendak menuju lokernya, ia berpapasan dengan seorang gadis berkacamata.
Ia terlihat gugup dan canggung melihatnya, seperti perasaan ingin menyapa tapi malu. Rayne tersenyum melihatnya, gadis berkacamata itu ikut tersenyum dan bersegera meletakkan tasnya di dalam loker. Sebelum pergi ia berpamitan dengan Rayne. Gadis itu tersenyum memanggut hingga keluar dari ruangan itu.
Gadis berambut sebahu dengan jepitan kupu kupu disebelah poninya ini tiba tiba melohok saat melihat loker miliknya berisi sampah dedaunan dan botol bekas yang baunya menyengat. Beberapa siswa yang melihat dibelakangnya tertawa. Rayne mendelik ke arah tatapan dan tawa puas dibelakangnya. Ia terlihat kesal dan langsung membuang sampah itu.
Ini bukanlah hal yang pertama kalinya semenjak Rayne menolong gadis itu. Adalah gadis berkacamata tadi yang cukup bertanggung jawab atas kejadian ini. Gadis berkacamata tadi adalah Freya. Gadis yang beberapa waktu lalu ia temukan sedang dibully oleh tiga gadis yang ditakutkan seluruh sekolah. Selepas menolong gadis itu, dia harus menerima tatapan menjijikan dari teman sekelasnya atau bahkan satu sekolah. Tidak ada yang bisa dipungkiri, semua orang di sekolah ini sangat membencinya hingga tidak ingin melihatnya lagi berada di sekolah.
"Makanya jangan belagu!"
"Sekolah sering nunggak aja udah sok!"
Beberapa perkataan menyedihkan keluar dari mulut mereka saat ia coba melewatinya. Sok katanya? Siapa yang sok? belagu? Apakah itu normal untuk membiarkan tiga orang gadis membully teman sekelasnya? Apakah itu pantas dilakukan seorang siswa terpelajar? Mungkinkah pelajarannya selama di sekolah tidak masuk di otak?
Rayne membiarkan begitu saja yang mereka katakan saat ia melewatinya. Setidaknya ia harus kebal iman saat berhadapan dengan banyak siswa yang mendukung tiga gadis itu.
Tiga gadis itu? Sedikit lebih jauh, sesungguhnya tiga gadis itu adalah Zara, Helyn dan Tania. Mereka adalah tiga gadis yang tergabung dalam geng bernama Sunflower. Tidak ada yang berani dengan mereka karena mereka adalah tiga anak dari pemilik investor terbesar di sekolah ini. Mereka orang kaya, anak sultan. Siapa yang berani melawan mereka? Mungkin hanya Rayne saja.
Bahkan guru pun juga takut terhadap mereka. Beberapa bulan lalu ada seorang guru yang berurusan dengan mereka, karena perihal rok yang terlalu pendek. Namun pada akhirnya malah gurunya yang dikeluarkan. Ini memang sudah tidak masuk di akal, bahkan guru pun diharuskan takut terhadap mereka. Jaman memang telah berubah, hal tidak waras semacam ini bahkan ada.
Freya melihat ke dalam lokernya, ia terkejut saat melihat celana olahraganya hilang dan hanya ada bajunya saja. Ia terlihat sedih, apakah mungkin ini perbuatan mereka? Belum lama ini ia dibully oleh geng Sunflower di kamar mandi dan sekarang celana olahraganya tidak ada. Apakah mungkin si pelaku memiliki kunci loker cadangan? Dia benar benar keterlaluan.
Zara adalah penyebab ini semua, ia yakin itu.
Semestinya sejak awal ia tidak perlu mengatakan kalau ia adalah sepupu jauh Zayn, yang tinggal serumah dengannya. Apalagi Zara terlihat menyukai Zayn. Lelaki itu selalu membantu Freya saat mengerjakan tugas, mengisi absennya dan saat kerja kelompok. Zara mencium kedekatan mereka berdua dan sangat cemburu dengan hal itu. Itulah sebabnya Freya dijadikan sasaran selama ini.
Pelajaran olahraga tiba, semua siswa saling mengganti baju masing masing di kamar mandi. Rayne melihat Freya yang masih belum mengganti baju dan terlihat murung saat duduk di bangku. "Kamu kok nggak ganti baju?" Tanya rayne cemas.
"Celanaku hilang."
Rayne terkejut, ia melihat ekspresi beberapa gadis yang lewat dan mereka terlihat puas. Rayne membenci mereka. Ia langsung memberikan celananya pada Freya, kebetulan ia belum memakai baju olahraganya. Gadis itu lantas terkejut "Bagaimana denganmu?"
Di saat yang sama Zayn tersenyum melihat kebaikan Rayne dalam memberinya celana itu. Ia lantas berjalan mendekati Rayne. Dua gadis itu terkejut tiba tiba ada Zayn di hadapan mereka. "Kamu kenapa?" Tanya Zayn pada Freya. Gadis itu membalas "Celana olahraga ku hilang, lalu Rayne meminjamkannya."
"Kamu pakai apa?" Tanya Zayn pada Rayne. Gadis itu membalas "Ah, apa ya.. mungkin izin tidak ikut olahraga." Kata Rayne
Zayn memberikan celana olahraga yang dipegangnya pada Rayne. "Ini, pakai."
Rayne terkejut "Eh? Kamu?"
"Gampang kok, pakai aja." Ujar Zayn. Freya melihat Rayne yang juga melihatnya. Rayne berakhir tersenyum malu pada lelaki itu. "Terima kasih."
Zayn adalah idola satu sekolah ini. Siapa sangka lelaki itu tercatat sebagai makhluk pemikat para kaum hawa di sekolah ini. Pandai olahraga, anak band, pandai beladiri dan anak OSIS. Beberapa bulan lalu sepupu jauhnya mengalami kecelakaan, mereka meninggal. Kedua orang tua Zayn sangat terpukul dengan ini, apalagi anak dari sepupunya itu ditinggal sendirian. Anak sepupunya itu adalah Freya. Kedua orang tua Zayn pun menyuruh Freya untuk tinggal dirumah mereka dan semua biaya sekolah orang tua Zayn yang menanggung. Zayn ikut bahagia dengan rencana orang tuanya. Ia merasa kasihan dengan gadis malang yang baru saja ditinggal kedua orang tuanya itu. Zayn selalu merasa simpatik setiap melihat Freya, apalagi saat di sekolah. Saat ia merasa kesusahan dengan segala hal, Zayn terus membantunya sampai Zara muncul dan mulai mengganggunya.
Suatu hari ia mendengar kabar Freya dibully oleh geng Sunflower. Ia bahkan tahu sendiri seisi sekolah ini termasuk seluruh kaum Adam dan para guru tidak ada yang berani berurusan dengan geng itu. Seorang temannya memberitahu kalau ada seorang gadis yang menolongnya. Gadis itu adalah...
Gadis pemberani itu bernama Rayne. Dia adalah gadis yang sering dipanggil ke ruang guru karena biaya tunggakan sekolah yang perlu dibayar. Dia adalah pemenang lomba menulis cerpen satu tahun yang lalu, yang sempat naik ke atas panggung dengan senyum ceria. Semenjak bullying itu tersebar ia menjadi pahlawan di mata Zayn. Kalau ditanya siapa gadis yang selalu ada di benaknya belakangan ini, gadis itu adalah orangnya.
###
Rayne pulang sekolah, ia baru saja sampai ke dalam kamarnya dan mulai berganti baju. Ia mengabaikan toples yang jatuh dari atas meja rias. Mungkin tikus, meski tak semestinya si mancung itu mengganggunya di siang hari. Ia bahkan sudah memasang perangkap dirumahnya. Itu dilakukan karena beberapa bulan lalu baju di lemarinya ditemukan robek karena dijadikan lalapan tikus. Sungguh, betapa rakusnya makhluk satu itu.
Rayne membuka notebooknya, seraya memakan snack Chuba yang baru dibelinya dari warung. Ia mengetik cerita lagi. Ada lomba yang sedang ia ikuti, hadiahnya lumayan untuk melunasi tunggakan sekolahnya. Apalagi genrenya bebas, sebetulnya ia sangat suka dengan genre fiksi remaja seusianya. Meski pada nyatanya, sekolahnya bahkan kehidupannya tak lebih indah dibanding kisah kisah itu pada umumnya.
PRANG!
Ia terkejut saat mendengar suara benda pecah dan tubrukan keras. "Mana uangnya hah?!" Teriak Roonie, yang tak lain adalah ayahnya.
Rayne langsung membuka pintu kamarnya dan membiarkannya terbuka. Ia berdiri didepan pintu tercengang melihat botol miras yang pecah dan berceceran pecahannya. Sebenarnya bukan hal itu yang membuatnya terkejut namun kening ibunya yang sampai mengeluarkan darah.
Rayne langsung berguliran air mata, sesegukan melihat keadaan pahit yang selalu kedua matanya terima sebagai sebuah pemandangan biasa.
Diane kesal dan langsung mendorong pria kekar dihadapannya hingga hampir terjatuh. Pria itu bertambah kesal dan amarahnya tak ditahan, ia balik mendorong ibu Rayne dan memukulnya, menjambak dan menamparnya. Pria itu terus memukul Diane berulang kali sampai Rayne datang dan mencoba menghentikannya.
"Cukup! Cukup! Cukup! Pergi dari rumah ini! Pergi!"
"ANAK SAMA IBU SAMA AJA! SAMA SAMA KAYAK T*I!"
"PERGI! LEBIH BAIK BAPAK NGGAK ADA AJA SEKALIAN! NGGAK PERLU ADA DI DUNIA INI! RAYNE NGGAK PERLU ORANG TUA KAYAK BAPAK!"
"SI*LAN LU YA BERANI SAMA GUA HAH!"
Pria itu mencoba memukul Rayne namun Diane mencoba melindunginya dan menangis.
"JANGAN PAK! UDAH CUKUP!" Teriak Diane coba membela Rayne.
"T*I SEMUA!" Ucap pria itu lalu pergi seraya menendang kursi.
Rayne dan Diane saling berpelukan serta menangis sedih. Saling merangkul dengan tersiksa perasaan yang sama. Rayne kadang berpikir, kenapa ia harus memiliki ayah yang berperangai buruk seperti dia. Setiap kali sosok itu datang seolah disapa bencana.
Padahal dulu mereka adalah keluarga bahagia, keluarga yang baik baik saja, sama seperti keluarga orang lain. Sebegitu mudahnya takdir membalikkan keadaan.
Ia tidak ingin melihat ibunya menderita dan tertekan oleh pria itu lagi. Apalagi harus melihatnya dipukuli seperti tadi. Apa maunya?
Hanya karena ibu tidak memberinya uang ia bertindak seperti itu. Ibu juga pasti tahu uang yang dipinta itu untuk bermain judi lagi. Itu kenapa ibu selalu menyembunyikan uang yang disimpannya dari Bapak.
Satu jam kemudian wajahnya masih sembab, ibunya sudah pergi untuk meneruskan mencuci di rumah majikannya. Sedangkan Rayne sesegukan di dalam kamarnya. Rebahan di atas kasur sembari melihat televisi yang menyala. Sembari mengusap air matanya ia melihat seorang artis pria sedang bercanda dengan seorang gadis cantik. Itu sebuah acara TV show yang berunsur komedi.
"Mereka selalu tertawa,"
"Apakah hidup ini adil?"
"Kapan hidup ini akan...bahagia?"
Ia baru saja mengambil minum di dapur. Saat memasuki kamar mendadak kamarnya berubah kembali menjadi luas seperti tampilan jaman kerajaan. Ia terkejut saat melihat Zilant menyadari keberadaannya dan langsung mendekatinya. "Kamu, ayo ikut aku!" Zilant memegang tangan Rayne. Tiba tiba gadis itu menjadi kepingan kristal kuning. "Tidak! Tunggu!" Pekik Zilant. Rayne menghilang.
Gadis itu, Rayne terduduk di kamarnya yang semula, ia terheran dengan ekspresi Zilant barusan. Seperti ada hal yang ingin ia tunjukkan padanya. Dan anehnya tiap kali mereka bersentuhan kulit, dunia kembali seperti semula.
Tiga jam kemudian Rayne coba membuka pintu kamarnya. Secara mendadak kamarnya berubah menjadi luas, tampilannya menjadi seperti tadi. Syukurlah upayanya itu berhasil juga. Padahal sudah dua jam ia mencoba buka tutup pintu kamarnya namun tidak ada hasil. Hingga di jam tiga ia bisa kembali ke dimensi itu lagi.
Zilant sedang rebahan diatas kasur, ia tersentak saat melihat Rayne muncul ke dalam kamarnya. "Sepertinya kita tidak bisa kontak fisik. Jika kulit kita bersentuhan maka salah satu dari kita akan menghilang." Jelas Rayne. "Oh begitu ya, pantas saja kau memakai sarung tangan." Ucap Zilant saat matanya tertuju pada kedua tangan Rayne yang dibungkus sarung tangan putih.
Gadis itu juga memakai baju lengan panjang dan celana panjang, tak lupa ia juga memakai sarung kaki. Ternyata ia sangat mempersiapkan semua ini, agar mereka tak memiliki kesempatan bersentuhan.
Zilant mengajak Rayne keluar dari kamarnya. Ajaibnya sekarang pintu kamar itu tidak terkunci. Ia dibawa gadis itu pergi dari istana nan besar itu. Rayne bahkan sempat tak percaya Zilant tinggal di istana megah yang dipenuhi keindahan dan bunga bunga disekitarnya. Seperti negeri dongeng dan bagaimana mungkin dia merasa sedih karena dunia ini?
Sepanjang perjalanan, tak jarang ada yang terkejut dengan baju yang Rayne pakai saat itu. Ia terlihat berbeda dengan pakaian semua orang saat itu.
"Zilant, kita mau kemana?"
Gadis itu masih menggandeng tangannya sedang kakinya terus berlari. Rayne mengimbangi larinya dan terus mengikutinya. Gadis yang posturnya lebih pendek dari Rayne lima senti ini terlihat sangat bersemangat, seperti ingin menunjukkan sesuatu menarik padanya.
Kerajaan Euranasia, adalah nama kerajaan dimana mereka sedang memijakkan kaki saat ini. Kerajaan yang memiliki posisi strategis, kaya hasil laut dan pertaniannya, membuat negeri ini banyak didatangi para wisatawan dan para pedagang dari berbagai negeri. Jika dilihat dipinggiran pantai, dapat terlihat banyak kapal para pedagang yang bersinggah di dermaga.
Negeri ini sangat makmur, hasil sandang dan perikanannya banyak di ekspor ke negeri tetangga hingga negeri terjauh Theabasia.
Sistem pemerintahan negeri ini disusun dengan sangat baik dan cermat. Peraturan berjalan disiplin dan merata hingga jabatan bangsawan terbawah sekalipun. Ini tidak akan sesukses ini jika tidak karena kepemimpinan Raja Ikasha 3 yang bernama Eros Ikasha. Beliau adalah anak keempat dari Raja Ikasha 1.
Kerajaan ini sempat terpuruk di masa sebelum Eros Ikasha naik tahta menjadi raja, saat ketika Raja Ikasha 1 sakit dan wafat. Namun setelah masanya Raja Ikasha 3 menjadi raja, semua tatanan sistem pemerintahan diubah dan dia memimpin dengan sangat baik. Keadilan antara kaum bangsawan dan miskin merata.
Zilant Ikasha Lanen adalah pewaris tahta kerajaan Euranasia selanjutnya. Sejujurnya ia tak begitu perduli dengan pekerjaan yang menurutnya melelahkan itu, pekerjaan yang membuat ayahnya tidak bisa menemaninya makan malam dan bermain. Bahkan semenjak adiknya meninggal, ia lebih ingin membahagiakan ibunya dengan terus menyamar menjadi Zenia.
Menurutnya, Zenia meninggal atas kesalahannya. Ia meninggal karena kelalaiannya dalam menjaga adiknya. Di hari ketika mereka bersinggah ke hutan terlarang, Zenia diculik oleh makhluk bernama goblin.
Makhluk berwarna hijau dan memiliki tubuh besar serta gempal itu memiliki taring dan cakar. Dia adalah penghuni hutan terlarang yang ditakuti oleh banyak anak kecil. Karena kebanyakan sasaran dan yang menjadi korban mereka adalah anak kecil atau orang lemah yang tak memiliki kekuatan maupun senjata.
Rumornya ada sebuah bunga berwarna biru langit di hutan terlarang, namanya adalah Aster. Bunga itu bisa menyembuhkan segala macam penyakit dan racun. Pada pertemuan sejumlah kepala negara zenia bertemu dengan anak para kepala negara dan berbincang banyak hal, lalu pembicaraan beralih ke topik bunga biru bernama Aster yang banyak ditemukan di hutan terlarang.
Itulah hal yang membuat Zenia diam diam sangat menginginkan bunga Aster itu.
Saat setelah pertemuan kepala negara itu selesai, kereta kuda yang ditumpangi Zilant dan Zenia tiba tiba dihadang oleh para bandit. Para pengawal kerajaan bertarung sengit dengan para bandit.
Pertarungan yang sangat melelahkan, karena dari kedua belah pihak tidak ada yang mau mengalah. Melihat para bandit yang sangat ahli dan lihai dalam berpedang. Seorang pengawal memutuskan untuk membawa Zilant dan Zenia pergi dari tempat itu secara diam diam.
Saat itu mereka masuk ke dalam hutan terlarang. Tempat yang sangat berbahaya bagi anak kecil seperti mereka. Tiba tiba ketika berjalan memasuki hutan, mereka di hadang oleh banyak goblin bertubuh besar. Mereka menyerang pengawal kerajaan itu, sedangkan di saat yang sama zenia terkejut melihat ada banyak bunga biru di sekitar gua.
Gua itu tepat sekitar dua puluh meter dari tempatnya berdiri. Ia berjalan riang menuju gua itu, menjauh dari pengawasan kakaknya yang terlalu takut dari para goblin. Tiba tiba Zilant tersadar Zenia tidak ada di sekitarnya, saat melihat ke sekeliling ia melihat Zenia sudah dibopong oleh dua goblin masuk ke dalam gua.
Zilant ketakutan, tapi ia merasa tidak ada pilihan selain pergi menuju gua. Pengawal kerajaan itu masih bertarung sengit dengan goblin tanpa menyadari kalau pangeran dan tuan putrinya sudah tidak ada di dekatnya.
Saat itu Zilant mendekati gua batu yang berdiri sepuluh meter di hadapannya.
Zilant ketakutan, sepanjang berjalan menuju depan gua ia memikirkan tentang rumor kalau goblin suka memakan orang terutama anak kecil. Ia ketakutan sampai langkah kakinya yang terlihat gemetar menepikannya ke depan gua. Suara teriakan adiknya terdengar kencang sekali sampai membuat Zilant berlari masuk ke dalam gua.
Tiba tiba matanya melotot saat menangkap pemandangan horror di hadapannya tersuguhkan. Tubuh adiknya dirobek, tangannya dan kakinya berpencar hingga berakhir dimakan oleh kumpulan goblin.
Zilant tak percaya, tangisnya pecah saat itu juga. Ia berteriak dan menjatuhkan diri ke tanah, ia menangis dengan air mata bertumpahan deras. Itu adalah terakhir kalinya ia mendengar suara adiknya dan itu juga terakhir kali ia melihatnya. Adiknya mati di tangan para goblin dengan sangat mengenaskan dan itu semua akibat kelalaiannya dalam menjaga adiknya. Semestinya ia sedikit lebih cepat menyadari kejadian itu, seharusnya ia menjaga adiknya saat itu.
Zilant terus terkungkung dalam rasa bersalah. Apalagi setelah kejadian itu Ratu Zafra jadi tidak mau makan, terus mengurung diri dikamar dan akhirnya menderita sakit mental. Sering menangis dan tertawa sendiri, keadaannya kacau. Ratu Zafra sering menganggap Zilant sebagai Zenia karena wajah dan warna rambutnya yang mirip, hingga pada akhirnya Zylan pun memutuskan untuk menjadi Zenia demi Ratu Zafra. Ia memakai wig rambut panjang lalu bertingkah seperti halnya anak perempuan. Memberi makan, menemaninya tidur dan bermain dengan boneka.
Ia melakukan itu demi ibunya. Berita tentang Ratu Zafra yang menderita sakit mental terdengar ke telinga Raja Ikasha 3. Ia terlihat sedih awalnya namun setelahnya dengan sangat mengejutkan ia mengumumkan ingin mengangkat seorang selir.
Zilant tak percaya, sebagai seorang anak dari ratu sah yang baru saja kehilangan anaknya, ini semua jelas tidak masuk di akal. Bagaimana bisa ayahnya malah bersenang senang dengan wanita lain?
Zylan semakin merasa terpukul dan terus menyalahkan dirinya sepanjang waktu.
Itu adalah bagian kepedihan yang selalu ia simpan hingga saat ini. Tapi gadis itu (Rayne), dengan sangat bangga bilang dunia ini indah?
Jika saja tidak ada goblin di dunia ini, tentu adiknya selamat hingga sekarang dan ibunya tidak menderita sakit mental. Hidupnya pasti akan bahagia sebagai anak pewaris tahta kerajaan Euranasia.
Tapi sungguh...gadis itu bilang, dunia ini indah?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!