My Boyfriend Is A Ghost
MBIAG-01
Namaku adalah Elvana Nadine. Aku seorang mahasiswi berumur 17 tahun. Hari ini adalah hari pertama aku menginjakkan kakiku di kota. Mengapa aku mengatakan ini adalah hari pertama? Itu karena aku tidak pernah ke kota sebelumnya. Aku hanyalah seorang gadis desa yang sedang berjuang mencapai cita-citaku, yaitu menjadi seorang musisi.
Awalnya orang tuaku tidak merestuiku untuk berkuliah di kota. Mereka bilang kalau aku lebih baik di rumah dan belajar tentang menjadi ibu rumah tangga yang baik, tapi aku tidak mau. Aku tidak menginginkan itu, aku ingin menjadi seperti yang aku inginkan. Dengan segala cara dan usaha aku mencoba dan memohon kepada mereka. Bahkan aku harus bersujud agar mereka mengizinkanku.
Akhirnya mereka mengizinkanku untuk berkuliah di kota, tapi dengan syarat aku harus kembali ke kampung setelah selesai berkuliah dan menerima perjodohan dengan lelaki yang dipilih oleh kedua orang tuaku. Tanpa basa basi aku menyetujui permintaan mereka, tapi sejujurnya aku tidak akan mau. Nanti akan kupikirkan bagaimana cara untuk membatalkan persyaratan mereka.
Berbekal uang yang diberikan orang tuaku, Aku mulai mencari apartemen dengan biaya sewa yang murah dan tinggal di sana. Aku mencari apartemen yang dekat dengan kampus. Setelah menemukannya, aku segera menyewa apartemen itu.
Apartemen yang kusewa ini memang bukan apartemen yang mewah, tapi bagiku ini sudah cukup. Fasilitas di apartemen ini juga cukup lengkap. Ada satu kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, AC, dan beberapa kebutuhan lainnya. Yap! Sungguh pas untuk diriku yang tinggal sendirian.
Aku pun memulai menyusun barang-barangku. Aku tidak membawa begitu banyak barang. Aku hanya membawa tiga tas yang salah satunya adalah tas berisi gitar kesayanganku. Yang lainnya berisi pakaianku, alat mandi, kosmetik, ponsel, dan laptopku.
Setelah menyusun barang-barangku, kuputuskan untuk keluar dan membeli beberapa kebutuhanku yang masih belum ada. Aku mengunci apartemenku dan berjalan ke arah lift. Setelah sampai, aku pun segera masuk. Tapi tiba-tiba ada seorang wanita masuk ke dalam lift bersamaku. Dia menekan tombol nomor satu.
Vana
(Yah sudahlah, tidak apa-apa. Lagipula aku ingin menekan tombol itu.)
Ngomong-ngomong, apartemenku berada di lantai empat. Setelah berada di lantai satu, aku dan wanita itu keluar dari lift. Pada saat aku ingin pergi ke tempat tujuanku, tiba-tiba wanita itu memanggilku.
???
Maaf tadi aku menekan tombol lift tanpa mengetahui kau ingin ke lantai berapa dan maaf selama kita berada di dalam lift aku tidak berbicara padamu.
Vana
(Wah. Ternyata dia orang baik.)
Vana
Iya, tidak apa-apa. Lagi pula tujuan kita sama jadi aku membiarkanmu menekan tombol lift.
???
Ternyata begitu yah. Ngomong-ngomong, aku baru melihatmu. Apakah kau penghuni baru yah?
Vana
Eh, iya. Nama saya Elvana Nadine, tapi Kakak bisa panggil saya Vana.
Tika
Nama saya Kartika Sari, panggil aja Mbak Tika.
Vana
Hehehe. Iya Mbak Tika. Kalau begitu saya pergi dulu yah. Mau beli kebutuhan dan keperluan saya di minimarket.
Tika
Oke, dek. Saya juga mau berangkat kerja dulu yah kalau begitu sampai jumpa.
Kata Tika sambil melambaikan tangannya.
Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Setelah itu, kami berdua pergi ke arah yang berlawanan.
Beberapa jam kemudian, aku kembali ke apartemenku. Setelah masuk, aku segera berjalan ke arah kamarku. Pada saat aku masuk, tiba-tiba aku merasa punggungku menjadi dingin. Anehnya lagi, kamarku menjadi berantakan sekali. Perasaan, tadi aku sudah merapikannya.
Tanpa memedulikan dingin yang menyerang punggungku, aku mulai membereskan kamarku. Bantalnya kususun kembali ke tempat semula dan aku kembali melipat selimutku.
Sekarang, pikiran horor mulai merasuk ke dalam kepalaku.
Aku menggeleng kepalaku dengan kencang dan berusaha membuang pikiran konyol itu jauh-jauh.
Vana
Hahahaha. Tidak mungkin. Mana ada hantu disiang hari. Pasti aku–
Tiba-tiba pintu kamarku tertutup dengan keras. Seolah-olah pintuku seperti ditendang seseorang, tapi anehnya, aku tidak berteriak sama sekali. Hanya saja, jantungku berdetak kencang karena merasa kaget.
Vana
Mu-mungkin... Itu hanya angi–
Tirai jendela kamarku tertutup sendiri. Ok, ini bukan angin. Tidak mungkin angin bisa menutupnya seperti itu. Pikiran horor mulai memasuki isi kepalaku, tapi aku masih tetap berusaha berfikir positif.
Vana
Mu-mungkin jendelanya bisa tertutup otoma–
???
Berhenti berpikir yang tidak-tidak!
Vana
(Siapa? Siapa yang berbicara?)
Aku menoleh ke kiri dan ke kanan untuk mencari pemilik suara itu, tapi aku tidak menemukannya.
Vana
(Ada apa ini? Apa aku sudah gila karena merasa takut?)
Aku berdiri dari ranjangku dan berjalan ke arah pintu, tapi pada saat aku ingin membukanya, aku tidak bisa. Seolah-olah pintuku terkunci dari luar.
Vana
Astaga!? Ada apa ini?! Kenapa pintunya tidak bisa terbuka? Perasaan, tadi baik-baik saja.
Tiba-tiba aku merasa punggungku disentuh oleh seseorang. Seketika bulu kudukku merinding. Aku pun berbalik ke belakang untuk memastikan dan tidak kusangka bahwa aku melihat sesuatu yang tidak pernah kulihat sebelumnya.
Bayangan hitam berkabut yang berbentuk manusia. Aura yang terasa menyeramkan dan membuatku tidak bisa bernafas.
Vana
(Ma-makhluk apa ini!? Apakah dia adalah hantu!? Walaupun dia berwujud, aku tidak bisa melihat wajahnya.)
Aku terjebak. Aku tidak bisa kemana-mana. Kucoba berlari ke arah kanan, tapi tiba-tiba dia muncul di hadapanku. Begitupun ketika aku berusaha berlari ke arah lainnya.
???
Keluar dari sini. Kau mengangguku!
Makhluk itu bisa berbicara.
Vana
(A-apa!? Dia mengusirku!? Tidak mungkin aku akan pergi! Aku sudah mebayar uang sewanya!)
Dengan sedikit keberanian, aku pun mencoba untuk melawannya.
Vana
Tidak! Aku tidak akan kemana-mana! Aku sudah menyewa apartemen ini! Sekarang apartemen ini adalah milikku!
Kurasa dia marah. Pada saat aku ingin berbicara, tiba -tiba aku tidak bisa bernafas. Hantu kurang ajar ini mencekikku.
???
Kalau kau tidak mau pergi, aku akan membunuhmu!
Astaga! Hantu ini galak sekali. Padahal aku tidak akan tinggal di sini selamanya. Aku akan hanya tinggal di sini sampai diriku telah menyelesaikan pendidikanku.
Vana
U-uukkh... Le-lepas... Bi-biarkan aku berbicara dulu... A-aku akan menjelaskan semuanya...
Tidak mendapat respon darinya, tapi tidak lama kemudian aku bisa bernafas dengan normal kembali. Kurasa hantu itu melepas cengkramannya.
Aku terbatuk dan meringis kesakitan karena leherku masih terasa sakit.
Vana
Uhuk! Uhuk! Te-terima kasi–
???
Tidak usah lama-lama! Cepat katakan apa yang ingin kau katakan!
Sepertinya dia benar-benar tidak menyukaiku. Aku pun berdecak pelan.
Vana
Dengarkan aku. Aku tidak akan tingal di sini selamanya. Aku hanya akan tinggal di sini selama tiga tahun. Setelah itu, aku akan pergi dan tidak akan menganggumu.
Vana
(Apa? Dia marah lagi?)
Vana
(Memangnya aku salah bicara?)
Kurasa semasa hidup, dia adalah orang yang cepat marah. Dan ngomong-ngomong, tidak lama lagi apartemen ini akan segera hancur jika dia terus memukul atau menendang benda-benda di apartemen ini.
Walaupun dia tidak bergerak dari tempatnya, tapi aku tahu kalau itu adalah perbuatannya. Mengapa aku bisa tahu? Alasannya mungkin hantu mempunyai kekuatan spiritual jadi dia bisa menggerakkan benda tanpa menyentuhnya.
???
Itu terlalu lama! Aku tidak ingin tinggal bersama manusia, apalagi bersamamu!
Vana
(Kenapa hantu ini pemarah sekali?)
Padahal cuma tiga tahun. Dia benar-benar berusaha untuk mengusirku.
???
Jika kau tidak pergi, aku akan mencekikmu sampai mati!
Vana
Eh! Tunggu! Kalau begitu, ayo kita buat kesepakatan!
Krik...krik... Krik...krik...
Tiba-tiba suasananya menjadi hening. Tapi tidak lama kemudian, hantu itu berbicara.
???
Kesepakatan apa? Aku ingin mendengarnya.
Vana
(Yes! Akhirnya! Aku bisa bernegosiasi dengannya.)
Vana
Begini, aku akan tinggal di sini selama satu semester. Setelah itu, aku akan mencari apartemen lain untuk kusewa.
Krik...krik... Krik...krik...
Sialan! Tidak ada jawaban. Hantu ini benar-benar menyebalkan!
Vana
Ayolah! Kumohon. Kau setuju saja yah? Please...
Kataku sambil menyatukan kedua tanganku sendiri. Jika ada yang melihatku seperti ini, pasti mereka sudah menganggapku sebagai orang gila.
Hantu yang ada di hadapanku ini masih terdiam. Dia tidak berbicara apa pun. Oke, fix! Hantu brengsek ini benar-benar membuat kesabaranku habis.
Vana
Hei! Kenapa kau hanya diam, hah!? Ak–
Tunggu dulu! Apa yang terjadi? Hantu itu menghilang dari hadapanku. Itu membuatku terkejut.
Vana
(Dia benar-benar tidak sopan! Berani sekali dia pergi saat aku masih berbicara!)
Tapi tiba-tiba aku tersenyum.
Vana
Hehehe, kurasa dia jengkel padaku dan akhirnya, dia memutuskan untuk pergi dari sini.
Aku pun segera berbalik dan membuka pintu kamarku. Akhirnya, bisa terbuka juga. Aku segera keluar dan berjalan ke arah dapur untuk meminum segelas air, tapi tiba-tiba ada sebuah benda berbahan logam yang tajam datang ke arahku.
Dengan cepat, aku segera menghindar.
Benda itu menancap di tempat dimana aku berdiri tadi. Pada saat aku melihat benda itu, mataku terbelalak.
Vana
(Wah! Sialan! Hantu ini benar-benar menyebalkan!!!)
???
Hei gadis, dengarkan aku.
Hantu itu berbicara, tapi kali ini dia tidak menunjukkan wujudnya.
???
Aku setuju dengan kesepakatan yang kau ajukan kepadaku, tapi aku punya satu syarat.
Entah kenapa perasaanku tiba-tiba menjadi tidak enak. Sepertinya aku akan terlibat dalam suatu masalah.
???
Aku ingin kau tidak mengangguku dan aku tidak suka dengan cahaya matahari. Jadi, jangan sekali-kali kau mencoba membuka tirai jendela.
Vana
(Apa-apaan itu? Hantu ini benar-benar aneh. Kupikir dia akan meminta tubuhku, jiwaku atau yang lainnya, tapi kenyataannya? Syarat yang dia ajukan padaku sangat mudah.)
Vana
Oke! Kalau begitu, aku bisa tetap menyalakan lampu, iya kan?
Syukurlah. Kukira aku akan hidup di dalam kegelapan selama enam bulan di apartemenku. Ups, maksudku apartemen kami.
Jangan salah sangka. Aku hanya menghormatinya karena dia adalah penghuni terdahulu apartemen ini dan aku hanya menumpang selama enam bulan di sini.
Vana
Baiklah kalau begitu. Aku akan menutup seluruh tirai jendela.
Aku melakukannya. Aku menutup seluruh tirai jendela apartemenku dan setelah itu, aku menyalakan lampu dapur dan ruang utama apartemenku.
Vana
Oke, aku sudah selesai. Ah! Sebelumnya, aku ingin memperkenalkan diriku. Namaku Elvana Nadine, panggil aku Vana. Kalau kau?
Hantu itu lagi-lagi tidak meresponku. Yah sudah. Kuputuskan untuk kembali ke kamarku. Saat aku melangkahkan kakiku...
Hantu itu berbicara. Jadi namanya adalah Ken. Entah kenapa aku sangat senang.
Setelah mengatakan itu, aku kembali masuk ke kamarku.
Keterangan: Bila di kalimatnya berada di dalam kurung, itu artinya pemerannya berbicara di dalam pikiran atau hati.
Contoh: (Yes! Akhirnya! Aku bisa bernegosiasi dengannya.)
Sampai jumpa di eps selanjutnya!
MBIAG-02
Pagi pun tiba. Aku masih berada di atas kasurku yang nyaman dan empuk. Rasanya aku tidak ingin bangun.
Vana
Haa... 15 menit lagi aku ba–
Vana
(Apa? Tiba-tiba selimutku ditarik oleh seseorang.)
???
Tidak baik bagi seorang gadis bermalas-malasan dipagi hari. Cepat, kau harus bangun!
Siapa yang berbicara padaku... Tunggu! Sepertinya terjadi sesuatu kepadaku kemarin.
Ah, iya! Aku ingat. Apartemen ini memiliki penghuni lain. Yah siapa lagi kalau bukan Ken si hantu galak.
Vana
15 menit lagi yah? Aku ingin tidur...
Ken
Tidak! Hari ini kau harus kuliah. Lagi pula ini adalah hari pertamamu ke kampus. Iya kan?
Vana
(Ba-bagaimana dia bisa tahu? Jangan-jangan dia bisa membaca pikiranku yah?)
Ken
Jangan berpikir tidak-tidak. Aku membaca note-mu pada saat kau tidur tadi malam. Jadi itulah alasan mengapa aku bisa tahu.
Vana
(Aku hanya menganggukkan kepalaku.)
Ken
Kalau begitu, bangunlah. Aku akan memasak untukmu.
Mataku yang awalnya terasa berat sekali tiba-tiba terbuka lebar. Aku merasa kaget mendengar perkataannya.
Vana
(Ken ingin memasak untukku?)
Vana
Memangnya hantu bisa memasak yah?
Ken
Jangan banyak tanya! Pergi mandi sana!
Setelah Ken mengatakan itu, tiba-tiba suasana kamarku menjadi hening. Kurasa dia sudah pergi.
Vana
Bukannya kemarin dia bersikeras untuk mengusirku?
Aku pun segera bangun dan membuka pintu kamarku.
Pada saat aku berjalan ke arah dapur, tiba-tiba mataku terbelalak.
Makanan dan alat masaknya.....
Aku hanya berdiri di tempatku dengan mulut terbuka.
Ken
Kenapa kau hanya diam di sana!? Cepat mandi sana!!!
Vana
Tapi... Makanan dan a–ehh!?
Sebuah pisau tiba-tiba melayang dan mata pisau itu mengarah padaku.
Ken
Jika kau tidak segera bersiap-siap, aku akan membunuhmu!
Vana
(Astaga! Apakah dia harus menggertakku dengan ancaman dia akan membunuhku?)
Seingatku Ken mengatakan hal yang sama padaku kemarin, yaitu pada saat dia mencoba untuk mengusirku pergi.
Vana
Baiklah! Aku akan pergi mandi, tapi ingat jangan mengintip, oke?
Vana
(Yah aku harus memperingatinya karena walaupun dia adalah hantu, dia itu adalah laki-laki.)
Ken
Heh. Maaf, aku tidak tertarik dengan tubuhmu. Lagipula kau itu pendek.
Mendengar Ken mengatakan itu membuatku langsung melotot marah.
Vana
Apa maksudmu, hah!? Kalau bicara jangan asal bicara saja! Mana buktinya kalau aku pendek...
Aku menurunkan nada bicaraku pada kalimat terakhir.
Hey! Itu sangat memalukan apa lagi aku memperdebatkan hal ini dangan laki-laki. Laki-laki hantu maksudku.
Ken
Sudahlah. Cepat, kau harus bersiap-siap untuk ke kampus.
Dengan perasaan marah, aku memalingkan wajahku dan segera berjalan ke arah kamar mandi.
Vana
(Dasar makhluk tak kasat mata yang menjengkelkan!)
Vana
(Lihat saja, aku akan segera mencari apartemen baru dan pindah dari sini!)
Tidak lama kemudian, aku telah berpakaian dan berada di dapur untuk sarapan. Ken telah memasak untukku dan meletakkan makanan yang telah ia masak di meja makan.
Ken
Cepat, makanlah. Setelah kau makan kau harus bergegas untuk berangkat kuliah.
Vana
(Hah? Siapa dia? Berani sekali dia mengaturku.)
Vana
(Padahal dia bukan siapa-siapaku.)
Vana
(Dia mengaturku seolah-olah aku ini adalah anaknya!)
Vana
Aku akan makan sedikit. Cuma satu suap!
Aku pun segera menyantap makanan yang ada di hadapanku.
Suasananya sangat hening sampai akhirnya, Ken mulai berbicara.
Ken
Apa kau masih marah karena pembicaraan kita tadi?
Vana
(Wah, ternyata dia peka juga.)
Vana
Iya, aku marah! Berani sekali kau bilang seperti itu padaku!
Setelah aku mengatakan itu, dia kembali makan dalam diam. Aku tidak mendapatkan respon darinya.
Vana
(Huh! Dia benar-benar membuatku kesal!)
Pada saat aku sedang mengunyah makananku...
Ken
(Ken menghela nafasnya.)
Ken
Aku bilang, maafkan aku.
Ken
Aku tidak berniat untuk membuatmu marah.
Tidak kusangka ia akan mengatakan itu.
Vana
(Ngomong-ngomong, sialan kau Ken! Masakannya enak sekali!)
Tanpa sadar aku sudah memakan beberapa suap, tapi bodoamatlah. Aku tidak peduli.
Sepertinya aku mendengar Ken berusaha menahan tawanya. Sekarang aku benar-benar merasa malu.
Vana
Apa?! Mengapa kau tertawa!?
Ken
Hahaha... Tidak ada apa-apa.
Ken
Hmm... Ngomong-ngomong...
Ken
Tadi ada yang mengatakan kalau dia hanya ingin memakan satu suap saja.
Vana
(Cih! Dia mengejekku.)
Vana
Siapa suruh kau memasak makanan yang enak!
Tiba-tiba suasana kembali menjadi hening.
Vana
(Sekarang dia diam? Kampret! Seandainya aku bisa melihat wajahnya...)
Ken
Yah... Kau cantik. Di mataku kau terlihat seperti itu.
Vana
(Sialan! Kenapa dia berbicara seperti itu!? Dan parahnya, aku semakin penasaran dengan wajahnya!)
Vana
(Seandainya dia berbicara seperti itu pada saat dia memperlihatkan wajahnya pa–astaga!)
Vana
(Apa yang sedang kupikirkan!? Kenapa aku berpikir seperti itu?)
Entah berapa kali aku dibuat kaget olehnya. Dasar hantu yang menyebalkan.
Vana
(Eh! Aku benar-benar tenggelam dalam pikiranku.)
Vana
(Lebih baik aku tidak terlalu serius memikirkannya.)
Vana
(Mungkin dia hanya bercanda.)
Vana
Ehm... Aku sudah selesai makan. Aku akan pergi sekarang.
Aku beranjak dari kursi dan berjalan ke arah sofa. Aku meletakkan barang-barangku di sana dan aku ingin mengambilnya.
Setelah aku mengambilnya, aku berjalan ke arah pintu apartemen.
Vana
Anu... Aku berangkat dulu.
Vana
Terima kasih karena kau telah membuatkanku sarapan, Ken.
Aku membuka pintu dan segera keluar. Setelah itu, aku menutupnya kembali dan mengunci pintu apartemenku.
Vana
(HAAA! Aku tidak baper! Tidak! Palingan dia hanya main-main! 😩)
Akupun segera berjalan ke arah lift dan menekan tombol satu setelah berada di dalam.
Vana
(Aish... Kenapa aku memikirkannya?)
Beberapa menit kemudian...
Aku telah sampai di kampusku. Yeah, kampus yang mewah pikirku. Aku bisa berkuliah di sini karena mendapat beasiswa.
Bukan ingin pamer, tapi aku mendapatkan nilai tertinggi di SMA-ku jadi itulah penyebab mengapa aku bisa mendapatkan beasiswa.
Bagi masyarakat kalangan bawah sepertiku, tidak mungkin aku bisa berkuliah menggunakan uang.
Jadi aku menggunakan kepintaranku agar aku tetap bisa melanjutkan pendidikanku.
Aku pun mulai berjalan masuk ke dalam area kampus.
Di dalam perjalanan, aku mencari ruangan A karena di tempat itu lah aku akan menempuh pendidikanku.
Ngomong-ngomong aku mengambil jurusan kesenian di kampus ini.
Tidak lama kemudian, tiba-tiba seorang wanita paruh baya masuk ke dalam ruangan ini dan membuat semua mahasiswa duduk di tempat mereka.
Vana
(Dia pasti dosen yang bakal mengajar di sini.)
Sekarang telah sore dan aku baru saja pulang dari kampus. Cukup melelahkan kurasa.
Setelah melepaskan sepatuku, aku segera berjalan ke arah kamarku dan masuk ke dalam.
Vana
Haa... Gerah... Aku ingin mandi...
???
Wah... Kau sudah pulang ternyata.
Itu suara Ken. Aku tahu dia ada di sini, tapi aku tidak bisa melihatnya.
Vana
Apa yang kau lakukan di kamarku?! Keluar!
Vana
(Sambil memeluk badanku sendiri.)
Apa kalian tahu? Sekarang aku hanya memakai tank top dan hot pants saja.
Tentu saja aku merasa malu apalagi di sini ada Ken.
Walaupun aku tidak bisa melihatnya, tapi dia bisa melihatku.
Ken
Apa? Kau pikir aku akan macam-macam padamu?
Vana
Mana kutahu! Kau kan hantu!
Kudengar Ken tertawa pelan dan semakin membuat wajahku memanas.
Vana
Ini tidak adil! Masa aku tidak bisa melihatmu, sedangkan kau bisa melihatku!
Ken
Aku kan hantu. Tentu saja kau tidak bisa melihatku.
Ck! Dia berusaha menghindar agar aku tidak bisa melihat rupanya.
Tapi tidak akan semudah itu. Aku harus melihat wajahnya hari ini juga.
Vana
Kalau begitu, perlihatkan aku wujudmu!
Setelah aku mengatakan itu, Ken tiba-tiba terdiam.
Apa dia telah pergi dari kamar ini? Oh ayolah!
Aku benar-benar penasaran dengan wajah hantu itu.
Ternyata dia masih di sini.
Yes, yes, yes! Akhirnya dia akan memperlihatkan wujudnya padaku, tapi sejujurnya aku sedikit takut.
Yang pertama kali terlintas di dalam kepalaku adalah wujud Ken itu menyeramkan seperti hantu-hantu yang ada di film horor.
Tapi aku tidak akan mundur. Aku sudah memantapkan fisik dan mentalku untuk melihat wujud Ken.
Tiba-tiba entah darimana muncul kabut putih di dalam kamarku.
Hawa di dalam kamarku tiba-tiba terasa dingin dan membuatku sedikit merinding.
Ingin rasanya aku mundur dan pergi, tapi tidak bisa.
Seluruh kabut itu menjadi satu dan membentuk sesuatu. Kurasa itu adalah Ken.
Entah darimana lagi tiba-tiba angin datang dan berhembus di dalam kamarku dan membuat seluruh kabut putih itu menghilang.
Seketika aku langsung menutup mataku karena aku merasa Ken telah memperlihatkan wujudnya dan berdiri di hadapanku.
Ken
Oi! Buka matamu, cebol.
Vana
Haaa!? Apa yang kau...
Aku terdiam. Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Apakah sosok yang ada di hadapanku ini adalah Ken?
Aku mengerjapkan mataku berkali-kali untuk memastikan bahwa aku tidak salah lihat.
Vana
(Oh Tuhan... Siapa yang ada di hadapanku ini? Apakah dia benar-benar Ken?)
Ken
Mengapa kau melongo begitu?
Vana
A–ah... Tidak! Bukan apa-apa! Aku hanya kaget dengan wujudmu...
Ken
Memang kenapa kau kaget?
Ken
Ah! Jangan-jangan kau mengira kalau wujudku itu menyeramkan, tubuhku dipenuhi darah, dan luka? Begitu?
Aku kembali melihatnya. Dia benar. Ini di luar ekspetasiku. Kukira wujud Ken itu seperti yang ia katakan tadi, tapi ternyata tidak.
Ken memiliki rupa yang tampan, tapi kulitnya pucat sekali. Yah kurasa, karena dia hantu.
Vana
I-iya... Kukira seperti begitu. Hehe... 😅
Setelah aku mengatakan itu, Ken tersenyum padaku. Lagi-lagi hantu ini menunjukkan pesonanya padaku.
Ken
Yah... Baiklah. Sana, pergi mandi. Aku akan keluar dari sini.
Ken langsung menghilang setelah mengatakan itu.
Dan sekarang aku hanya masih terdiam di tempatku.
Vana
(Apakah aku sedang bermimpi?)
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!