NovelToon NovelToon

Dunia Gelap Chika

Episode 01

" Chika....." Lantang seorang lelaki dari lantai atas, dengan segera Chika berlari menuju sebuah kamar yang berada di lantai dua, kamar Hansen Abraham. Entah ada hal apa yang membuatnya berteriak begitu keras seolah menggetarkan seisi ruangan.

" Iya, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" Ujar Chika setelah masuk ke dalam kamar. Perlaham ia mendekati Hansen yang kala itu masih terbaring di tempat tidur.

" Kenapa kamu tidak membangunkan aku, ini sudah jam berapa?" Kembali Hansen berteriak padanya. Tatapan amarah terlihat jelas di mata Hansen kala itu.

Melihat tatapan sinis Hansen, membuat Chika ketakutan. Emosionalisme seorang lelaki di hadapannya sangatlah tinggi, bisa meledak kapan pun dia mau

" Sebagai hukumannya kamu harus membantuku mandi." Hansen bangkit dari tidurnya lalu meraih lengan Chika. Dengan kasar ia membawanya masuk ke dalam kamar mandi.

Sifat agresif Hansen semakin menyakiti hati Chika, banyak hal kejam terjadi kepadanya. Bahkan Dia sering menerima sikap kurang baik dari Hansen, hanya demi menuruti Hasrat semata. Sekian lama menjadi wanita gelap di dalam naungan lelaki perkasa, membuat Chika tidak bisa bernafas dengan tenang. Setiap saat dalam hidupnya tidak ada kata kebebasan bahkan sampai saat ini Hansen masih memperlakukan Chika layaknya seorang wanita murahan.

Di dalam kamar mandi tentunya Hansen berbuat gila, sampai terdengar samar-samar suara Chika yang seorang meronta kesakitan.

" Sekarang kamu harus lebih memperhatikan waktu." Cetusnya sembari membasahi rambut panjang Chika. Terkadang Hansen bersikap lembut, dan kadang pula berubah menjadi monster.

Akan tetapi Chika begitu menaruh simpati padanya, karena dia mulai merasakan sesuatu yang sangat istimewa di dalam dirinya.

" Baik, Tuan." Dengan badan basah kuyup juga rasa sakit di seluruh tubuh, Chika berusaha kuat meski dia sudah tidak mampu menerima siksaan fisik seperti saat ini.

Setelah Hasrat dalam dirinya tersalur, Hansen keluar dari kamar mandi lalu duduk di tepi ranjang, meraih sebatang rokok di meja.

" Bolehkan saya kembali bekerja, Tuan?" Ucap Chika yang baru saja keluar dari kamar mandi. Tubuhnya terdapat banyak tanda merah dan memar, untuk berjalan pun dia merasa kesulitan.

" Siapa perduli." Cetus Hansen tanpa menatap Chika. Tatapannya tertuju pada celah jendela dimana sinar mentari menyelinap masuk ke dalam ruangan mewah tersebut.

Chika kembali ke dalam kamar menangis meratapi kisah hidupnya.

" Sampai kapan aku harus mengalami hal seburuk ini..." Duduk meringkuk di lantai kamar, menenggelamkan wajah di sela lutut.

Harga diri seorang wanita telah di injak sedemikian kejamnya oleh seorang lelaki berkuasa. Sedari dulu sampai sekarang dirinya harus menelan sebuah kepahitan dalam hidup, pasalnya dahulu Ibu Chika memiliki banyak hutang sebelum beliau meninggal dunia, hingga tiba saatnya ibu Chika meninggal sewaktu usianya baru menginjak usai 15 tahun, di saat bersamaan keluarga Hansen pindah ke luar kota demi bisnisnya di sana.

Sejak saat itu Hansen mulai memperlakukan dia sejahat itu, sampai tidak ada hari tanpa melampiaskan Hasrat dalam dirinya.

Hansen adalan anak tunggal dari keluarga Abraham, mereka punya banyak perusahaan dan juga tempat hiburan malam.

Dahulu Abraham adalah seorang petinggi di kota itu, namun setelah Abraham lengser dari kepemimpinan akhirnya dia memutuskan pindah ke luar negri untuk mengurus aset perusahaan dari orang tuanya.

Mereka meninggalkan Hansen sendirian di rumah hanya dengan Chika saja. Usia Hansen saat itu sudah 18 tahun dan sekarang sudah memasuki usia 23 tahun, Sedangkan usia Chika saat ini 20 tahun.

Tinggal berdua selama hampir lima tahun lamanya, membuat Hansen tidak bisa mengontrol Hasratnya.

Episode 02

Hampir setengah jam berada di dalam kamar, kini Chika harus segera kembali menjalani tugasnya sebagai pekerja di rumah besar itu. Setalah membereskan semua pekerjaan rumah, dia masih harus pergi kuliah di sebuah universitas tidak jauh dari tempat kerjanya. Lumayan dekat lah mungkin kalau naik ojek hanya sekitar lima belas menit saja.

Tap tap tap...

Langkah kaki terdengar menggema di penjuru ruangan. Chika melihat Hansen menuruni anak tangga, sembari menerima telepon dari seseorang. Nampaknya Hansen terlihat kesal hingga guratan di dahi lelaki tampan tersebut terlihat jelas.

"Hari ini dia terlihat tidak sedang baik baik saja. Bagaimana ini aku harus cepat berangkat kuliah atau nanti bisa telat lagi...." Chika merasa gelisah, memikirkan bagaimana cara dia keluar dari rumah itu Tidak mudah mendapat ijin dari Hansen jika hatinya dalam suasana buruk. Jika dia meminta ijin pastinya tidak akan semudah itu sebab, saat ini Hansen terlihat murka.

Semoga ada pertolongan dari Tuhan....

Chika menyiapkan makanan di ruang makan, menyiapkan air putih dan secangkir teh jahe untuk menghangatkan tubuh sang majikan. Sudah menjadi rutinitas pagi untuknya selalu menyiapkan segala kebutuhan Hansen, dari makan dan lain sebagainya.

Beberapa kali Chika melihat jam yang melingkar di tangannya, dengan sesekali melirik Hansen yang tengah berdiri di samping tangga "Ya Tuhan sudah jam segini, Aku bisa terlambat..." Lirih Chika sembari menggeser kursi untuk Hansen.

Tanpa di sadari, Hansen melihat tingkah Chika, dia pun bergegas ke arah meja makan "Kenapa kamu?" Tiba-tiba saja Hansen berada di belakangnya.

Seketika Chika terkejut" Em, itu, saya mau ijin berangkat kuliah....." Dengan wajah tertunduk takut. Namun, entah kenapa Hansen tidak menjawab, dan pada akhirnya Chika menatap mata lelaki tersebut. Kedua bola mata menatapnya tajam. Tatapan itu membuat jantung Chika dag dig dug"Tapi jika tidak boleh juga tidak apa-apa...." Sembari mengumbar senyum getir. Tak berapa lama Chika pun berbalik hendak kembali ke dapur.

"Tunggu....." Hansen meraih tangan Chika lalu memeluknya untuk sesaat. Entah apa yang saat ini tengah ia rasakan tapi setiap kali Hansen dalam kondisi kurang baik, maka dia akan mencari Chika sekedar meminjam bahunya. Dengannya rasa cemas di hati sedikit mereda. Entah maslaah apa yang saat ini Hansen hadapi, kelihatannya ada banyak beban dalam tatapan matanya.

"Karena kamu sudah membuatku senang hari ini, maka akan ku ijinkan kamu pergi.." Bisik Hansen sembari mengusap rambut Chika.

"Terima kasih, Tuan." Jawab Chika santun. Di dalam hatinya merasa takut dengan perubahan Hansen seperti saat ini, karena akan ada saatnya Chika merasakan kebrutalan darinya lagi.

Sungguh hal yang paling mengerikan dalam hidup menerima berjuta kesakitan, derita,dan hinaan. Akan tetapi dalam sesaat Hansen memperlakukan dia dengan baik, tapi terkadang pula sifatnya berubah menjadi sangat kasar dan kejam.

"Sebelum itu suapi aku makan..." Titah Hansen.

Chika pun menuruti kemauan Hansen. Mereka duduk bersama layaknya sepasang suami dan istri. Terkadang kehangatan tersuguh dalam diri Hansen, terkadang sebaliknya. Seperti satu orang dengan dua kepribadian.

" Mulai hari ini kamu bisa panggil aku Hansen."

" Baik, Tuan. Eh, Hansen." Berasa kaku di lidah mengubah satu panggilan terhadap seseorang.

" Tapi, ingat! kamu harus sudah ada di rumah saat aku pulang kerja."

Chika mengangguk lalu membereskan sisa sarapan di meja, setalah selesai mencuci piring dia menemui Hansen yang sudah rapi dengan setelan jas kerja.

" Aku pergi dulu." Ucap Hansen.

Tak berapa lama setelah kepergian Hansen, Dia pun segera berangkat kuliah dengan berjalan kaki. Jaraknya tidak terlalu jauh tapi lumayan membuat keringat mengucur deras, kaki pun terasa sangat pegal.

" Chika...disini." Ujar salah seorang teman kuliah Chika.

Chika segera menghampiri gadis cantik itu" Kamu lama sekali..." Ucap Ana sahabat dari Chika. Mereka adalah sahabat sejak kecil, tumbuh besar bersama di kota tersebut.

" Maaf, tadi ada sedikit masalah." Jawab Chika enteng.

" Pasti Tuan Muda Kejam itu?" Ujar Ana penuh kemarahan, karena setiap kali sahabatnya merasa repot dengan lelaki kejam itu dan anehnya Chika masih bertahan di neraka itu.

Sebagai seorang sahabat, bahkan sudah seperti saudara sendiri, dia merasa tidak terima jika diri Chika di perlakukan tidak baik.

Episode 03

" Sudahlah, kamu tidak perlu pikirkan itu. Mari kita masuk jangan sampai pak Jony menghukum kita lagi." Ujar Chika menggandeng lengan Ana.

" Gak tau kenapa aku sangat benci sama seorang paranoid seperti dia itu, pingin ku buang sejauh mungkin dari bumi biar tau rasa." Ana meracau sesuka hatinya.

Chika tersenyum lalu menarik lengan Ana, tak ingin mendengar sahabatnya meracau lebih banyak lagi.

" Kenapa sih kamu tidak pergi saja dari neraka busuk itu, aku ada tempat untuk kamu tinggal, Bagaimana?"

" Sudahlah, jangan bahas itu lagi lebih baik kita pikirkan bagaimana caranya lepas dari tatapan mata pak Jony..." Chika mengetuk kepala Ana perlahan.

" Tenang saja, kali ini Pak Dosen bakal meleleh melihat penampilan baruku..." Tatapan mata Ana turun ke bawah, memperlihatkan rok mini jeans yang di kenakan. Belahan rok itu terlalu tinggi hampir seluruh bentuk di dalamnya terlihat.

" Dengan begini kita bisa lepas dari hukumannya..." Satu kedipan mata Ana membuat Chika menggeleng kepala.

" Dasar kamu."

Tak berapa lama datanglah Dosen yang mereka bicarakan. Benar saja tatapan lelaki itu tertuju pada mereka berdua, sebab mereka kerap kali terlambat di mata kuliahnya.

" Ana, kenapa kamu tersenyum-senyum sendiri?" Ujar pak Jony sembari melihat Ana tersenyum kepadanya.

" Saya dan Chika datang lebih awal demi pak Jony loh...." Ucap Ana mengedipkan satu mata kirinya sedangkan pak Dosen itu hanya menggeleng kepala melihat mahasiswinya bertingkah segila itu.

" Ana...." Chika mencubitnya saat Ana mulai memberi kode gila kepada Dosen itu.

" Ku potong lidah busuk kamu itu..." Bisik Chika, melihat lidah Ana menjulur keluar dengan sedikit menggoda

Stttttt...

" Lihat saja dia tidak akan menghukum kita, apa lagi memberi tugas berat, lihat saja nanti...." Jawab Ana dengan kembali memberi kode nakal kepada Dosennya.

Chika hanya bisa menggeleng kepala melihat tingkah laku Ana, meski pun Ana suka menggoda seperti itu, tapi dia tidak pernah berbuat hal lebih, Semua di lakukan untuk hiburan semata.

Tak berapa lama mereka mulai kelas dan hari ini mereka lepas dari hukuman Dosen kejam di depan mereka.

Setelah usai kelas Pak Jony, mereka pun pergi ke kantin...

" Makan apa ya?" Ucap Ana membolak-balikkan buku menu di depannya.

" Aku punya roti, kita makan ini saja." Chika mengeluarkan roti dari dalam tasnya.

" Kamu hanya bawa ini, yang benar saja?" Ana meraih roti milik Chika.

" Iya. Tadi aku tidak sempat membawa bekal jadi aku bawa roti saja." Alasan Chika tidak lantas membuat Ana percaya.

Melihat dan menyaksikan sahabat baiknya di perbudak layaknya hewan, membuatnya mengutuk lelaki itu...

Dia harus tenggelam di lautan dalam menjadi makan ikan paus sampai seluruh tubuhnya hancur tak tersisa...

" Pasti gegara kamu harus menuruti Lelaki busuk itu? orang macam apa dia itu, bisa-bisanya memperlakukan sahabatku seperti hewan. Dia pikir dia itu siapa..." ucap Ana emosi.

Chika membungkam mulut Ana agar tidak melontarkan kata lantang lagi. Dia tidak ingin menjadi pusat perhatian orang sekeliling.

" Kecilkan suara kamu jangan sampe kita jadi pusar perhatian." Jelas Chika melihat sekeliling, karena saat ini banyak mata menatap kearah mereka.

" Aduh, maaf. Aku emosi saat menyebut nama lelaki busuk itu..." Kembali Ana membuat ulah dengan memukul meja kantin, sehingga banyak orang menatap mereka dengan sinis.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!