Icha Adeela, anak angkat dari Carmen Safiya dan Raffi Hamzah. Semenjak kehadiran Icha, kehidupan orang tua angkatnya yang tadinya biasa saja perlahan meningkat. Raffi yang tadinya hanya seorang karyawan biasa di suatu perusahaan, kini menjadi wakil direktur di perusahaan itu.
Carmen dan Raffi sangat menyayangi Icha. Mereka memperlakukan Icha seperti anak kandung mereka sendiri. Alasan mereka mengadopsi Icha karena bayi Carmen meninggal dunia saat baru saja dilahirkan.
Raffi tidak ingin Carmen larut dalam kesedihan. Raffi mengajak Carmen ke panti asuhan untuk mengadopsi seorang anak dan mereka menemukan bayi perempuan yang mungil dan lucu yang mereka berikan nama 'Icha Adeela'.
Tahun demi tahun berjalan, Icha mungil tumbuh menjadi seorang anak yang manis dan cantik. Seiring berjalannya waktu, terlihat kemiripan antara Carmen dan Icha. Mereka sama-sama cantik seperti ibu dan anak kandung.
19 januari 2022 tepat di saat Icha merayakan hari ulang tahunnya yang ke 15, berawalnya keretakan rumah tangga orang tua angkatnya. Di saat itu, Raffi membawa seorang wanita dan seorang gadis yang usianya dua tahun lebih muda dari Icha.
Carmen dan Icha menyambut kedatangan mereka. Raffi mengenalkan Kania dan anak perempuannya Alula sebagai keluarga Raffi.
"Keluarga yang mana Yah?" tanya Carmen.
Belum juga Raffi menjawab, Alula berdiri di samping Raffi sambil memegangi lengannya.
"Ayah, Ayah, Alula juga pengen kue cantik seperti itu," tunjuk Alula ke arah kue ultah Icha.
"Ayah?" Carmen dan Icha berbarengan.
"Sayang, Icha, kenalkan. Ini Tante Kania, istri Ayah, Alula juga anak Ayah."
"APAAAAA!" Carmen dan Icha kaget berbarengan.
"Sayang, maaf. Aku dan Kania telah lama menikah. Maaf baru sekarang aku mengatakannya. Alula akan tinggal bersama kita," dengan entengnya Raffi berucap.
"Maaf, maafin saya. Saya tidak bermaksud untuk datang kemari dan membuat keributan di rumah kalian. Tapi, Alula dalam keadaan tidak sehat. Tiap bulan harus berobat. Dia kena kanker darah. Alula harus mendapatkan perawatan," Kania kemudian berlutut di hadapan Carmen dan Icha.
"Kania, apa yang kamu lakukan!" Raffi berdiri di samping Kania.
"Maaf Mba. Alula sangat memerlukan Ayahnya. Dia harus diberikan perawatan. Saya mohon izinkan Alula tinggal di sini. Saya tidak akan tinggal di sini. Saya hanya menitipkan Alula di sini," kata Kania sambil mengatupkan kedua tangannya.
Carmen meninggalkan ruang tamu dan masuk ke dalam kamarnya. Raffi mengikuti Carmen. Entah apa yang mereka bicarakan di dalam kamar berdua.
Sedangkan di ruang tamu, Alula memotong kue ultah Icha tanpa meminta izin terlebih dahulu.
"Hei, gak sopan. Ini milikku," Icha berdiri di samping Alula.
"Kamu tu ya, cuman anak angkat di sini. Alula anak sah dari Raffi. Jangan macam-macam kamu! Apa kamu ingin diusir dari rumah ini!" Sontak saja Kania berdiri, mimik wajah Kania berubah. Kania mulai menampakkan sifat aslinya.
"Maaf. Itu tidak sopan Tan. Ini kue saya. seharusnya Alula minta izin, saya pasti kasih kok," jawab Icha sambil sedikit menundukkan wajahnya.
"Apa yang Alula minta harus kamu berikan. Ingat kamu bukan anggota keluarga!"
"Lu bukan bagian dari keluarga ini. Ini rumah Ayah gue. Semua yang ada di rumah ini milik gue. termasuk kue ini!" Alula memotong-motong kue ultah Icha sampai tidak berbentuk lagi.
Dan di saat itu Kania kembali berlutut. Kania melihat Carmen dan Raffi keluar dari kamar. Kania kembali memasang wajah sedihnya.
Saat itu Carmen hanya duduk di kursi tamu sambil memeluk Icha. Raffi mengizinkan Alula tinggal bersamanya tapi tidak dengan Kania. Kania berterima kasih kepada Raffi dan Carmen. Kania menitipkan Alula dan meninggalkannya di sana.
Alula tinggal dan bersekolah di sekolah yang sama dengan Icha. Alula selalu saja menyebarkan rumor di sekolah bahwa Icha adalah anak pembantu yang bekerja di rumahnya. Semua yang dipakai Icha adalah barang milik Alula.
"Masa sih Icha seperti itu? Kamu anak baru di sini, jangan nyebarin gosip!" Kata teman Icha.
"Gue anak dari Pak Raffi Hamzah. Icha cuman anak pembantu. Lu semua jangan percaya dengan tampang imutnya. Dia itu jahat!" teriak Alula.
Semenjak ada Alula, hari-hari terakhir Icha di SMP selalu saja diwarnai dengan fitnahan. Banyak teman-teman Icha yang mulai menjaga jarak dengannya.
Alula sering masuk rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Dan seiring waktu, Kania akhirnya tinggal satu atap dengan Carmen. Kania melakukan semua pekerjaan rumah sebagai ucapan terima kasih karena telah mengizinkannya tinggal di sana.
Raffi sangat senang karena pekerjaan Carmen terbantu setelah ada Kania. Kania ahli dalam mengambil perhatian Raffi. Raffi tidak peduli dengan perasaan Carmen. Carmen merasa tidak kuat dengan hatinya. Carmen tidak suka dengan Kania yang selalu saja memperlakukan Icha semena-mena.
Puncak pertengkaran mereka terjadi di saat Alula meminta pindah ke kamar Icha yang ada di lantai dua. Alula merasa anak sah dari Raffi. Alula ingin mengambil haknya sebagai anak kandung di rumah itu. Alula perlahan ingin menyingkirkan Icha.
Carmen marah dan ingin minta bukti tes DNA apakah Alula benar-benar anak kandung dari Raffi. Carmen juga mengingatkan Kania, bahwa rumah yang sekarang mereka tinggali milik Carmen bukan milik Raffi.
"Kalian harus tau diri. Kalian di rumah ini hanya numpang! Icha adalah anak kami!" Tegas Carmen.
"Aku anak kandung Ayah, Tante," sahut Alula.
"Alula, diam! Maaf Mba, dia masih anak kecil," Kania menarik Alula di sisinya.
"Kamu, apakah benar anak dari Raffi? Aku masih meragukannya. Dan kalian ingat, walaupun kamu anaknya Raffi, tapi ini rumah milikku! Icha anakku. Dan kalian bukan keluargaku!"
Carmen menutup kamar Icha dan berdiri di depan pintu kamar Icha.
"Kamu, baru pindah kemari sudah sok berkuasa! Jangan harap kamu bisa mengatur rumah ini seenak jidat kalian. Kania cepat bawa Alula keluar dari rumah ini!" Usir Carmen.
"Kamu mengusirku? Jangan mimpi!" Sahut Kania.
"Rupanya ular sudah menampakkan wujud aslinya. Alula dengar! Ibu kamu pelakor! Kamu bukan anak kandung dari Raffi. Ibumu memanfaatkan Raffi karena dia perlu biaya pengobatan. Kamu bukan anak Raffi! Kamu anak pelakor!" teriak Carmen.
"Tidaaaakkk! Ibuku bukan pelakor! Alula terduduk di lantai menutupi kedua telinganya.
"Kalau bukan pelakor apa namanya? Dia pembohong ulung!" Carmen semakin emosi.
PLAK!
PLAK!
Kania tiba-tiba saja menampar wajah mulus Carmen.
"Jaga mulutmu! Aku Ratu di rumah ini. Ingat, kamu akan segera mendapatkan balasan apa yang telah kamu perbuat! Alula satu-satunya putri di rumah ini. Dan Raffi hanya milikku!"
Kania melihat mobil Raffi memasuki halaman depan. Kania dengan cepat menarik tangan Carmen dan mundur beberapa langkah sampai ujung anak tangga. Kania sengaja menjatuhkan dirinya dan berguling-guling di anak tangga.
"MAMAAAAAA!" Alula berteriak di lantai dua.
"Apa yang terjadi?" Raffi berlari dan membalik tubuh Kania yang sudah tidak sadarkan diri.
"Mama didorong Tante Carmen. Ayah, Tante jahat!" Tunjuk Alula.
"CARMEEN!"
Raffi dengan amarah yang membara menaiki anak tangga dan dengan paksa menarik tangan Carmen dan mendorongnya. Carmen pun sama seperti Kania jatuh berguling-guling di anak tangga sampai lantai bawah. Dan sebuah guci besar yang ada di samping tangga jatuh menimpa kepala Carmen.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Carmen dan Kania dibawa ke rumah sakit yang sama. Kania tidak mendapatkan luka yang serius. Kania hanya pingsan. Akan tetapi berbeda dengan Carmen.
Carmen mendapatkan luka yang serius. Carmen mengalami koma akibat terjadi cidera berat. Cidera yang menyebabkan pendarahan otak dan kerusakan jaringan otak.
Carmen dimasukkan ke dalam ruangan ICU. Berbagai alat medis menempel di tubuh Carmen. Ventilator untuk menjaga laju napasnya, infus untuk memasukkan nutrisi dan obat-obatan. Nampak juga bedside monitor untuk memantau tanda-tanda vitalnya.
Di luar ruangan ICU, Icha menjelaskan semua situasi yang terjadi saat Kania terjatuh. Semua tidak seperti yang dilihat Raffi. Icha melihat dengan mata dan kepalanya sendiri Kania sengaja menjatuhkan dirinya dari lantai dua.
Raffi tidak percaya Kania bisa berbuat nekat seperti itu. Apa untungnya bagi Kania menyakiti dirinya sendiri. Dan Raffi juga tidak percaya jika Alula berbohong padanya saat itu.
Icha menceritakan semuanya. Dengan mata yang sembab dan suara yang parau, Alula selama ini menyebut dirinya adalah pembantu di rumahnya. Alula juga menyebar fitnah di sekolah tentang dirinya. Tante Kania dan Alula ingin mengusir Icha dan Carmen dari rumah mereka.
Raffi masih tidak percaya dengan semua yang dikatakan Icha. Raffi malah menuduh Icha berbohong. Raffi kecewa karena Icha dan Carmen tidak menerima kehadiran Kania dan Alula di rumah mereka.
Icha berkali-kali meyakinkan Raffi, dia dan Carmen sangat menerima kehadiran Alula dan Kania. Tapi sifat Alula dan Kania lah yang membuat mereka tidak harmonis. Alula ingin mengambil haknya di rumah sebagai anak kandung Raffi. Alula ingin mengambil semua yang dimiliki Icha.
Di depan Raffi, Kania dan Alula sangat patuh. Tapi setelah Raffi pergi, mereka menunjukkan sifat aslinya. Icha bahkan menyayangkan perbuatan Raffi yang langsung menarik dan mendorong Carmen dari tangga.
Raffi bahkan tidak menunjukkan rasa penyesalan dan bersalah sedikit pun. Tindakan Raffi saat itu refleks. Raffi menghukum Icha untuk pertama kalinya. Raffi mengusir Icha dan menyuruh Icha segera pulang ke rumah dan mengemasi barang-barangnya.
Icha memohon kepada Raffi, Icha meminta maaf, Icha tidak tahu harus pergi ke mana. Raffi kemudian menelpon seseorang dan menyuruh orang tersebut menunggu Icha di rumahnya.
Raffi mengeluarkan sebuah kartu atm dan memberikannya kepada Icha. Raffi juga memberikan nomor PIN. Raffi bilang itu biaya hidup dan sekolah untuk Icha. Raffi melarang Icha kembali datang ke rumah karena tidak ada tempat bagi Icha di sana. Kamar Icha akan diberikan kepada Alula.
Raffi sempat melihat ponsel Icha yang terjatuh dan rusak. Raffi menyuruh sopirnya mampir ke toko ponsel. Raffi memberikan ponsel itu kepada Icha. Raffi juga melarang Icha menghubunginya kecuali hal yang sangat mendesak.
Icha menangis, tidak ada gunanya Icha berdebat dan membela diri. Icha sadar dia hanyalah seorang anak adopsi. Alula memang lebih berhak karena dia adalah anak kandung dari Ayah Raffi.
Raffi juga berubah. Raffi tidak mencari kebenaran. Raffi tidak adil. Raffi lebih percaya dengan Kania dan Alula. Semenjak mereka berdua tinggal di rumah, sikap Raffi ke Carmen pun berubah.
Icha menerima semua keputusan Raffi. Tapi Icha meminta izin agar diperbolehkan menjenguk Carmen di rumah sakit. Biar bagaimanapun Carmen adalah orang yang selama ini membesarkannya. Icha ingin membalas budi. Raffi memberikan izin.
Icha berdiri di depan kaca ruangan ICU. Icha meneteskan air mata. Icha memandangi Carmen yang masih belum sadarkan diri dengan berbagai alat medis terpasang di tubuhnya. Icha berdoa semoga Carmen segera sembuh dan bangun. Icha saat ini sangat membutuhkan Carmen.
Raffi menyuruh Icha agar segera kembali ke rumah karena ada seseorang yang sudah menunggunya di sana. Icha perlahan meninggalkan ruangan ICU.
Icha tanpa sengaja melewati ruangan tempat Kania dirawat. Kania terlihat sangat sehat. Dia duduk di atas tempat tidurnya tertawa bersama Alula. Mereka nampak bahagia. Ada satu kalimat yang sangat jelas didengar Icha dari mulut Alula.
"Akhirnya, aku menjadi Putri satu-satunya. Dan Mama menjadi Ratunya."
Icha mempercepat langkah kakinya. Icha meninggalkan rumah sakit dengan taxi menuju rumahnya. Dan di depan pagar rumah sudah menunggu Emil dan Sara. Mereka adalah sepasang suami istri yang dulu pernah bekerja di rumah mereka. Semenjak adanya Kania, mereka berdua diistirahatkan oleh Raffi.
Emil dan Sara mengatakan kepada Icha, untuk sementara Icha akan tinggal bersama mereka. Icha menangis, Sara memeluk dan mengusap lembut kepalanya.
Emil dan Sara membantu Icha mengemasi barang-barangnya. Mereka naik mobil tua milik Emil. Icha untuk terakhir kalinya meninggalkan rumah yang selama 15 tahun meninggalkan kenangan yang begitu indah baginya.
Icha kembali meneteskan air mata. Icha menangis histeris. Icha merasa belum siap seandainya Carmen lebih cepat meninggalkan dirinya sendiri di dunia ini. Icha tidak punya siapa-siapa.
Sara yang duduk di samping Icha memasukkan Icha ke dalam pelukannya. Sara sangat memahami perasaan Icha saat ini. Emil dari balik kaca spion juga sangat mengerti perasaan Icha.
"Icha, kamu tidak sendiri. Om, Tante dan Ade juga keluargamu. Kami tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian," ucap Emil.
Icha semakin histeris menangis. Entah mengapa Icha mengeluarkan isi hatinya yang hampir saja meledak. Icha cerita semuanya kepada Emil dan Sara. Emil dan Sara tidak terkejut ketika mendengarkan cerita Icha.
Selama masih bekerja di rumah Raffi, Emil dan Sara sering mendapatkan perlakuan tidak baik dari Kania dan Alula. Kania beberapa kali bilang dia tidak menyukai Emil dan Sara. Kania akan segera memecat mereka berdua.
Alula juga sering terlihat mengambil barang-barang milik Carmen dan juga milik Icha. Alula sepertinya belum pernah memiliki barang-barang bagus dan ketika melihatnya, Alula ingin memilikinya.
Tanpa sengaja, sewaktu Emil membersihkan halaman samping rumah, Emil mendengar pertengkaran Carmen dan Raffi.
Ternyata Raffi sewaktu melaksanakan perjalanan bisnis, diberi minuman yang dicampur dengan sesuatu yang membuat Raffi tidak sadarkan diri. Dan Raffi tanpa sengaja menarik Kania dan mereka melakukan hubungan suami istri di sebuah kamar hotel.
Kania hamil dan mencari Raffi. Kania meminta pertanggungjawaban Raffi dan akhirnya mereka menikah secara siri. Setelah beberapa tahun lamanya Raffi tidak lagi bertemu dengan Kania. Dan Kania kini kembali dan meminta perawatan untuk anak mereka yang sakit.
"Sabar sayang, semua ini adalah cobaan. Icha harus sabar. Berdoa dan teruslah memohon agar Nyonya Carmen dipanjangkan umurnya, disehatkan badannya, disembuhkan dari sakitnya," ucap Sara.
"Dan untuk Tuan Raffi, semoga saja beliau segera mengetahui tabiat dari Istri mudanya. Kasian Nyonya Carmen menjadi korban kesalahpahaman suaminya," Emil menyesalkan perbuatan Raffi.
Icha menyeka air matanya. Mobil mereka memasuki halaman luas. Di depan rumah yang terbuat dari kayu, seorang anak laki-laki berdiri menunggu kedatangan mereka.
Di sini rumah baruku. Mulai hari ini, aku akan memulai kehidupan baruku, batin Icha.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Icha mulai menjalani hidupnya bersama keluarga barunya. Beberapa bulan pun berlalu, Icha akhirnya lulus dari SMP. Raffi mulai melupakan Icha. Acara kelulusan yang seharusnya dihadiri orang tua, Raffi tidak menampakkan dirinya.
Saat Icha menjenguk Carmen di rumah sakit, Kania bilang, Icha harus berusaha sendiri mencari biaya pengobatan Carmen karena Raffi kewalahan membuang biaya untuk wanita yang sudah berusaha melukai Kania.
Kania meninggalkan Icha yang mematung di depan ruangan ICU. Icha terduduk di lantai rumah sakit. Icha meneteskan air mata. Icha tidak menyangka Raffi begitu kejam terhadap Carmen. Raffi benar-benar melupakan Carmen.
Seorang Dokter yang kebetulan melihat Icha, menghampiri dan duduk berjongkok di depan Icha. Dokter berwajah tampan itu dengan hati-hati bertanya kenapa Icha menangis. Dokter itu juga memperhatikan pasien yang ada di dalam ruangan ICU.
Dengan terisak-isak Icha meminta tolong kepada Dokter agar dicarikan pekerjaan. Karena ibunya memerlukan biaya pengobatan. Ayahnya tidak mau lagi membiayai pengobatan karena tidak sanggup.
Dokter tidak bisa membantu tapi Icha terus memaksa. Akhirnya Dokter membawa Icha kebagian HRD rumah sakit. Bagian HRD rumah sakit tersentuh melihat Icha. Mereka memberikan pekerjaan bersih-bersih kepada Icha dan waktu kerjanya sepulang Icha sekolah.
Icha merasa bersyukur karena diberikan pekerjaan. Icha pulang ke rumah dan memberitahu keluarga barunya bahwa Icha mendapatkan pekerjaan di rumah sakit.
Emil dan Sara sontak kaget mendengar cerita Icha bahwa Raffi menghentikan biaya rumah sakit untuk Carmen. Emil memutuskan menemui Raffi di rumahnya.
Akan tetapi, setibanya Emil di rumah Raffi, Kania tidak mengizinkan Emil untuk menemuinya karena Raffi sangat sibuk. Emil keesokan harinya juga berusaha menemui Raffi di kantornya tetapi Emil juga tidak bisa bertemu.
Emil dan Sara pergi ke rumah sakit tempat Carmen dirawat, mereka mencek biaya pengobatan Carmen. Dan ternyata memang benar, sejak satu minggu yang lalu, Raffi tidak lagi membiayai pengobatan Carmen.
Emil dan Sara memutuskan untuk membantu Icha mencari biaya pengobatan untuk Carmen. Bagaimanapun Carmen harus sembuh dan mendapatkan perawatan. Emil dan Sara ingat budi baik Carmen selama ini kepada mereka.
Icha memutuskan tidak melanjutkan sekolah SMA, dengan alasan semua tabungan yang diberikan Raffi kepadanya akan digunakan untuk biaya pengobatan Carmen. Emil dan Sara diam sejenak. Mereka tidak ingin Icha putus sekolah.
Icha menyebutkan jumlah nominal yang ada di dalam tabungannya. Emil dan Sara memperbolehkan Icha menggunakan tabungannya untuk biaya pengobatan Carmen tapi Icha harus melanjutkan sekolah.
"Icha, kamu harus sekolah. Kamu boleh menggunakan tabungan kamu untuk biaya pengobatan Nyonya Carmen, tapi ada syaratnya. Kamu harus melanjutkan sekolah. Soal biaya biar kami yang mengupayakan," kata Emil.
Icha sangat beruntung memiliki Emil, Sara dan juga Ade. Mereka sangat sayang dan menganggap Icha sebagai anak kandung mereka sendiri.
Waktu pun terus berjalan, Icha melanjutkan sekolah tingkat SMA. Sepulang dari sekolah Icha bekerja bersih-bersih di rumah sakit. Icha sering menjenguk Carmen. Icha diperbolehkan masuk ke dalam ruangan ICU.
Sambil terisak Icha curhat kepada Carmen. Icha percaya Carmen mendengar semuanya. Tidak ada satupun yang disembunyikan Icha, termasuk Raffi yang mengusirnya dari rumah. Icha berharap setelah Carmen mendengar curhatannya, Carmen segera membuka mata.
Carmen masih enggan membuka mata. Icha semakin sedih. Tidak terasa hampir tiga tahun berlalu. Carmen tidak mengalami perubahan. Icha mulai kehabisan uang tabungan untuk biaya pengobatan Carmen.
Dan tepat di hari kelulusan SMA, Icha mendapatkan telepon dari pihak rumah sakit bahwa Carmen dibawa Kania ke rumahnya. Icha takut terjadi sesuatu kepada Carmen karena Icha tahu bagaimana jahatnya Kania.
Setelah tiga tahun lamanya, Icha kembali menginjakkan kakinya di rumah yang dulu sempat menjadi tempat tinggalnya. Icha memencet bel dan berdiri di depan pagar hitam yang tinggi.
Pintu pagar terbuka, Alula dengan ramah menyambut kedatangan Icha. Alula menggandeng tangan Icha dan membawanya masuk ke dalam rumah.
Tidak hanya Alula, Raffi dan Kania juga dengan lembut menyambut dan memeluk Icha. Mereka memperlakukan Icha tidak seperti biasanya.
Raffi bertanya kabar dan bagaimana sekolah Icha. Dan Icha menjawab kabarnya tidak begitu baik. Icha mencari keberadaan Carmen. Icha menanyakan apakah benar Carmen ada bersama Raffi. Raffi kemudian menyuruh Icha untuk duduk di kursi tamu.
Raffi, duduk di kursi tamu. Di sebelah kanannya ada Kania dan Alula. Di sebelah kiri Raffi, Icha duduk sambil memandangi Raffi dengan begitu banyak pertanyaan.
Raffi terus terang tentang perekonomian keluarganya. Raffi terlilit utang. Raffi hampir kehilangan rumah yang sekarang ditempatinya. Dan Raffi meminta bantuan kepada Icha.
"Bantuan apa Yah?" tatap Icha.
"Icha, kamu pasti tidak ingin kehilangan rumah Bunda. Ayah yakin kamu pasti mau membalas semua kebaikan kami selama ini yang sudah membesarkan kamu. Sekarang Ayah ingin meminta balasan."
"Apa itu?" Icha semakin tidak mengerti.
Raffi mempunyai banyak utang. Raffi berusaha untuk membayar semua utang-utangnya. Dan ada seseorang yang bisa membantu keuangan Raffi, tapi syaratnya Raffi harus menikahkan anaknya dengan putra orang tersebut.
Kania kemudian menjelaskan kesehatan Alula kepada Icha. Alula sering sakit-sakitan. Setiap bulan harus cek ke rumah sakit. Keluarga tersebut tidak ingin Alula menjadi menantu mereka karena kondisi kesehatannya. Alula juga masih berstatus pelajar SMA.
"Dan lagi, siapa juga yang mau nikah sama orang tua dan cacat," sahut Alula.
"Tua dan cacat?" Icha memandangi wajah Raffi.
Raffi kemudian dengan sedikit ancaman memaksa Icha untuk menerima lamaran orang tersebut. Raffi ingin terbebas dari segala utang. Icha harus menuruti perintah Raffi. Jika Icha menolak, Carmen akan kehilangan rumah dan asetnya beserta kelangsungan hidupnya.
Kania juga membantu Raffi untuk memaksa dan mengancam Icha. Jika Icha berani melawan ataupun melaporkan kepada pihak kepolisian, mereka akan pastikan Icha tidak akan pernah bertemu dengan Carmen.
Kania juga kembali mengingatkan, berapa banyak biaya yang dikeluarkan Raffi untuk membesarkan Icha. Sekarang saatnya Icha membalas semua kebaikan Raffi. Dan hanya Icha lah yang bisa menyelamatkan masalah finansial Raffi.
Icha terdiam dan lama berpikir. Icha tidak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa Ayah Raffi bisa terlilit utang dan untuk apa semua itu. Apakah karena Ayah Raffi terlalu banyak mengeluarkan biaya perawatan Alula di rumah sakit.
Icha melirik ke arah Alula yang sedari tadi seolah tidak henti-hentinya mengejeknya dengan isyarat wajahnya. Icha merasa seolah-olah semua ini hanya akal-akalan Alula dan Kania. Tapi ketika melihat wajah Raffi yang begitu tegang, Icha mulai sedikit percaya.
"Bagaimana Icha? Apa kamu bersedia?" tanya Raffi.
"Syarat dari mereka apa Ayah," Icha bertanya balik.
"Mereka ingin menikahkan anak mereka dengan putri kandung Ayah," jawab Raffi.
"Maaf Ayah, aku bukan anak kandung Ayah. Seharusnya yang menikah dengan orang itu adalah Alula," Icha menatap tajam ke arah Alula.
"Anak tidak tahu balas balas budi!" Raffi bangkit dari tempat duduknya dan mencengkeram kerah baju Icha.
PLAK!
PLAK!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!