NovelToon NovelToon

Kakakku Cintaku

Saudara

Maafin kesalahan author ya sesungguhnya ini adalah karya pertama author jadi kalau ada kesalahan mohon dimengerti.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

AGUNG DAMANTARA adalah seorang pengusaha sukses di kota S, dia di kenal dengan pengusaha yang kejam dan dingin dia tidak akan mengampuni siapapun jika berani mengusik kehidupan orang orang yang dia sayangi.

Dia menikah dengan seorang wanita dari teman Ayahnya dari pernikahan tersebut dia mempunyai tiga orang anak satu orang laki laki dan dua orang anak perempuan kembar yang bernama.

REZA DAMANTARA, MAYA DAMANTARA DAN ADIN DAMANTARA ke tiga nya memiliki sifat yang sangat humoris dan hangat.

Namun pernikahannya telah di ujung tanduk, sebab sang istri mengetahui bahwa dirinya juga menikah dengan wanita lain yang tidak bukan adalah cinta pertamanya, anak dari hasil pernikahan diam diamnya dengan sang pujaan hati mempunyai dua orang putri.

Suatu malam yang sunyi terjadi sebuah pertengkaran hebat dengan berujung meninggalkan satu sama lain.

"Serapi apapun kamu menyembunyikan bangkai akan tetap tercium juga nantinya" ujar Bunda emosi.

"Bukankah kamu juga tau bahwa waktu kita nikah gue punya kekasih dan dia adalah cinta pertama dan terakhir saya" teriak Ayah.

"Saya tau, tapi kenapa harus kamu nikahi dia juga apa perlakuanku tidak baik padamu atau kau memang tidak puas dengan ku" teriak Bunda menahan air mata.

"Karena saya mencintainya sedangkan kamu karena saya dipaksa bukan keinginan saya, dan untung saja saya masih memperlakukanmu dengan baik" ujar Ayah tegas membuat Bunda menangis.

"Tega kamu Yah tega, selama tujuh belas tahun pernikahan kita selama itukah Ayah membohongiku sakit yah sakit" ujar Bunda menangis.

"Lebih sakit mana dengan meninggalkan orang yang sangat kita cintai untuk menikahi orang yang sama sekali gak saya kenal, dan melihatnya menangis saat saya mengucap ijab kobul" teriak Ayah.

"Ayah ada apa" tanya Adin yang berada di lantai dua yang terbangun dari tidurnya.

"Adin masuk" teriak Bunda.

"Tapi apa yang terjadi Bunda" tanya Adin pura pura tidak mengetahui apapun padahal dirinya belum tidur saat pertengkaran dimulai dan Adin juga mengetahui masalah yang menjadi dasar pertengkaran mereka.

"Adin kemas barang barang kamu dan ikut Ayah" teriak Ayah.

"Tidak ada yang boleh pergi dari rumah ini," teriak Reza yang baru saja turun ke lantai satu.

"Jadi kamu yang ikut Ayah" teriak Ayah menarik Reza.

"Jangan dia anakku dia tidak boleh bersama penghianat" teriak Bunda mempertahankan reza.

"Dia juga anakku dia adalah darah daging ku" teriak Ayah.

"Kalau begitu bawalah Adin bersamamu yah, Adin mempunyai seorang kaka yang bisa merawat Bunda tapi jangan bawa abang karena abang harus melindungi Bunda dan kakak selama jauh dari Ayah" ucap Adin tegas.

"Baiklah kemas barang kamu kita pergi sekarang" ujar Ayah.

"Bi tolong bawa semua barang yang ada di meja rias Adin dan bawa hanya beberapa pakaian sekolah dan pakaian ganti sebagian dan tinggalkan sebagian" perintah Adin lirih kepada seorang Maid.

Semua maid menganggukkan kepalanya lalu pergi ke kamar Adin untuk mengambil perlengkapan Adin.

"Bunda Bunda jaga diri baik baik Bunda, Adin pamit pergi Adin janji akan sering mengunjungi Bunda nanti" ujar Adin memeluk erat Bunda sedangkan Ayah sudah menunggu di dalam mobil.

"Jangan pergi sayang, tetaplah bersama Bunda jangan pergi" ucap Bunda menahan tangan Adin yang hendak melangkah pergi.

Adin melepaskan tangan sang Bunda dengan derai air mata namun segera dia usap, lalu berlari ke arah mobil dan menutup pintu mobil dengan cepat.

Selama perjalanan Adin terus saja melamun, dia bergelut dengan pikiran nya apakah keputusan yang dia ambil sudah tepat atau belum sampai dia tertidur pulas dalam mobil.

"Adin bangun kita sudah sampai sayang, turunlah" ujar Ayah membangunkan Adin pelan.

"Oh baiklah Ayah" ujar Adin turun dari mobil dan menatap ke segala penjuru rumah, terlihat seorang wanita seumuran sang Bunda menunggu di depan pintu utama.

"H**al baru nuansa baru bisa kah aku menjalani ini semua, Adin semangat kamu yang memilih jalan ini jadi kamu harus kuat" ujar Adin dalam hati.

"Sayang ini adalah Mama Ani" ujar Ayah memperkenalkan.

"Selamat malam tante" ujar Adin.

"Malam sayang" ujar Mama Ani memeluk Adin namun Adin tidak membalasnya.

"Adin panggil dia dengan sebutan Mama" ujar Ayah.

"Udah lah sayang dia juga butuh waktu untuk itu" ujar Mama Ani mengandeng tangan Ayah masuk ke dalam rumah.

"Sayang masuklah, apa kamu akan terus berdiri di situ" ujar Mama Ani.

"Ayah Adin ingin sekolah besok" ucap Adin menghentikan langkah Ayah.

"Kamu harus istirahat dulu baru kamu baru sampai sayang" ujar Mama Ani.

"Adin tidak ingin di bantah ini permintaan sepele kan buat Ayah" Adin menatap Ayahnya tajam tanpa melirik Mama Ani yang sedang berbicara.

"Baiklah girl, kamu besok sekolah di tempatnya Rani dan Ayah tidak ingin di bantah" ujar Ayah tegas.

"Baiklah saya mau tidur dimana tempat tidur saya, Bi" tanya Adin pada seorang Maid.

"Mari non" ucap Maid mengantar Adin ke kamar tamu.

"D**asar anak pelakor gak tau sopan santun, awas kamu bakal saya buat kamu menderita di sini" ujar Mama Ani dalam hati.

Adin tidak dapat tidur dengan nyenyak sehingga dia bangun saat hari masih gelap, dia kemudian merapikan pakaiannya ke dalam lemari kemudian menyapu kamarnya dan belajar, Adin yang mempunyai otak yang cerdas membuat dirinya dapat mengingat segala sesuatu dengan sangat baik.

tok.... tok.... tok...

Suara pintu membuyarkan lamunan Adin dan memaksanya untuk berdiri dan membuka pintu.

"Non waktunya sarapan" ujar Maid saat Adin sudah membuka pintu.

"Baik Bi sebentar lagi Adin turun" ujar Adin.

"Saya permisi Nona" ujar Maid pergi meninggalkan Adin.

"Pagi sayang, Mama masak kesukaan kalian bertiga" ujar Mama Ani semangat.

"Wah... ye terima kasih Mah" ucap dua gadis antusias.

"Adin kenalin sayang dia kaka Lusi dan dia Rani" ucap Mama Ani memperkenalkan.

Adin hanya fokus pada makanannya dan menghabiskan susu dan roti isi yang ada di meja.

"Pagi girl, apa kamu tidur nyenyak" tanya Ayah yang baru saja datang.

"Plis Yah jangan seperti itu Ayah tau Adin gak bisa tidur tadi malam" ujar Adin dingin.

"Baiklah kita sarapan lalu Ayah akan bawa kamu ke sekolah baru kamu" ujar Ayah sabar.

"Tidak perlu Yah, Adin sudah bicara dengan supir Ayah tidak perlu repot dengan sekolah Adin" ujar Adin dingin.

"Baiklah jika kamu memang tidak membutuhkan Ayah" ujar Ayah tak kalah dingin.

"Yah nanti Kaka Adin berangkat sama Rani aja dia kan satu sekolah sama Rani" ujar Rani yang merasa aura dingin mencekam.

"Oke" ucap Ayah singkat.

Adin menyelesaikan sarapannya cepat kemudian pergi meninggalkan meja makan terlebih dahulu.

"Adin hormati yang lain" ujar Ayah tegas.

"Sudah Ayah, Rani berangkat dulu Kaka berangkat awal biar gak ketinggalan pelajaran karena mengurusi per pindahan Yah" ujar Rani.

"Baiklah jaga Kakak mu" ujar Ayah kepada Rani.

Rani kemudian pergi menyusul Adin.

"Pak berangkat" ucap Rani pada supir saat sudah masuk mobil dan duduk di samping Adin.

Selama perjalanan Adin hanya melihat arah luar dan diam membatu.

"Ka sudah sampai mari Rani antar ke tempat Kepala sekolah" ujar Rani.

Adin tidak menjawab hanya mengikuti Rani dari belakang.

tok... tok... tok....

"Masuk" perintah dari dalam.

Adin masuk dan membiarkan Rani mengikutinya.

"Ya ada yang bisa saya bantu" ujar Kepala sekolah.

"Iya pak, ini Kakak saya mau sekolah di sini dia pindah dari kota S" ujar Rani.

"Oh jadi kamu ya anak pak agung, Ayah kamu sudah mengurus semuanya kamu sekarang bisa langsung belajar di sini kamu masuk kelas IX C5" ujar pak Kepala sekolah.

"Pak Andi apa kelas IXc 5 sekarang jam pelajaran anda" tanya Kepala sekolah pada seorang guru.

"Betul pak, ap ada yang bisa saya bantu" ujar pak Andi.

"Ini Adin damantara dia murid baru disini dan baru mulai kelas hari ini dia masuk ke kelas IX C5 jadi Adin ikutlah dengan pak Andi" ujar Kepala sekolah.

Adin menganggukkan kepalanya kemudian mengikuti pak Andi ke kelas.

"Pagi anak anak ini ada teman baru silahkan kamu perkenalkan diri kamu" ujar pak Andi saat sampai di dalam kelas.

"Nama saya Adin " ujar Adin.

"Pelit amat ngomongnya" ujar beberapa murid berbisik namun Adin tidak menghiraukannya.

"Oke kamu boleh duduk, anak anak buka halaman 35 dan kerjakan" ujar pak Andi.

Adin pergi ke meja yang dihuni oleh seorang cowo yang terlihat berpengaruh di kelas tersebut tapi Adin tidak menghiraukannya.

Adin mengerjakan tugas dengan santai dan benar.

Jam pelajaran berganti dan pak guru pergi dari dalam kelas seketika kelas menjadi gaduh dan berisik, sifat humoris Adin pun muncul.

"Hai gue Meta, dia Desi" ujar Meta mengulurkan tangan.

"Gue Adin salam kenal" ujar Adin lembut.

"Hai gue Joni dia Juna" ujar Joni.

"Apa lo liat yang bening dikit langsung maju" ujar Meta pada Joni.

"Jangan berantem nanti demen" ledek Adin.

"Apa an lo...," ujar Meta.

"Udah tinggal bilang iya juga, repot amat" ujar Desi.

"Lo juga ikut ikutan, nyebelin kalian" ujar Meta merajuk.

"Yah muka nya merah kenapa tu... hahaha" ujar Adin.

"Apa an si kalian semua ngeselin" ujar Joni dan Meta kompak.

"Cie.... kompak amat " ledek Juna.

"Diem lo " ujar Joni.

"Selamat siang anak anak" ucap bu guru yang baru datang.

"Siang bu" jawab semua murid kompak.

"Ya bu guru cuma mau bilang bahwa sebentar lagi kalian akan ujian sekolah jadi kalian harus mempersiapkan diri kalian" ujar Bu guru.

"Ujian cepet amat ya" ujar beberapa murid.

"Ya anak anak kalian ujian sekolah satu minggu lagi apa sudah jelas" ucap Bu guru

"Sudah bu" jawab semua murid.

"Baik lah kalian semua boleh pulang sekarang" ucap Bu guru.

Semua murid keluar gedung sekolah menuju rumah masing masing.

"Din lo kok bisa si pindah pas lagi mau ujian kaya gini"

tanya Meta.

"Iya biasanya kan kalau udah semester 2 udah gak boleh pindah pindah apa lagi mau ujian" imbuh Desi.

"Iya emang gak boleh pindah sama sekolah yang dulu tapi karna urusan yang bener bener gak bisa di tunda jadi harus pindah deh" jawab Adin.

"Oh gitu ya" ujar Meta

"Rumah lo dimana" tanya Desi.

"Deket kok dari sini di samping rumah pak RT" ujar Adin

"Oh bukan nya itu rumah kak Lusi ya" ujar Meta.

"Iya gue satu rumah sama dia" ujar Adin.

"Jadi lo saudara nya kak Lusi gitu" ujar Meta.

"Bisa di bilang gitu juga" ujar Adin

"Kok gitu si jawabannya" ujar Meta.

"la gue harus jawab apaan dong" ujar Adin.

"Ya yang jel..." ucap Meta terpotong.

"Eh Meta udah sampai di depan rumah lo ni, lo gak mau balik" ujar Desi.

"Eh iya... gue sampai gak engeh udah sampai aja" ujar Meta cengengesan.

"Orang lo kalo ngomong kagak inget jalan" ujar Desi.

"Hehe kalian mampir gak nih" ujar Meta.

"Gue enggak lah soalnya kan ini hari pertama gue sekolah gak mau aja kalau di omelin sama Ayah" ujar Adin

"Iya gue juga gak takut ibu negara ngamuk" ujar Desi.

"Ya udah bye... see. you" ujar Meta memeluk Adin dan Desi.

"Kaya teletubbies aja pake pelukan segala" ujar Adin membuat Meta terkekeh

"Ini kebiasaan gue sama Desi jadi karena lo udah jadi sahabat kita ya lo harus gue peluk juga lah" ujar Meta.

"Oh gitu, ok deh." ujar Adin memeluk Meta dan Desi.

"Eh udah yuk, kita pulang din" ujar desi.

"Oke kuy lah" jawab Adin.

"Meta kita pulang duluan ya" ujar Desi.

"Oke... sampai ketemu besok pagi" ujar Meta.

"Des rumah lo dimana " tanya Adin.

"Yang jelas rumah gue ngelewatin rumah lo" ujar Desi.

"Oh kalo gitu besok kalo lo berangkat lo panggil gue dong" ujar Adin

"Ok gak masalah lagian rumah kita gak jauh jauh amat dan kalo mau ke rumah gue harus lewatin jalan yang ada di depan rumah lo" ujar Desi.

"Oh oke lah kapan kapan gue boleh main dong" ujar Adin

"Boleh dong" ujar Desi.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

***Jangan lupa beri dukungannya dong....

vote komen and like gak perlu suscribe ya🤭🤭🤭

Happy reader***....

Perkenalan

"Oke kalau gitu kita berangkat bareng besok" ujar Adin.

"Oke tapi kamu harus nungguin gue oke" ujar Desi.

ADIN DAMANTARA gadis yang biasa di panggil Adin ada juga yang memanggilnya Dinda.

Adin di senangi banyak orang karena sifatnya yang ramah dan humoris.

Namun saat dia pindak ke kota J Adin menjadi anak yang terkenal dingin dengan orang baru namun hangat dengan orang yang dia kenal.

"Gue masuk dulu ya" ujar Adin saat sampai di depan rumahnya.

"Oke gue langsung pulang aja takut Ibu negara marah marah" ujar Desi.

"Oke beneran lo gak mau mampir dulu" tanya Adin.

"Gak besok besok aja, bye..." ujar Desi melenggang meninggalkan Adin.

Saat sampai di depan rumah sepulang sekolah Adin melihat ada seorang yang dia kenal dia terus memperhatikan orang yang ada di ruang tamu.

"Abang" ujar Adin memeluk Reza

"Asalamualaikum ya calon kubur" ujar Reza.

REZA DAMANTARA adalah kakak Adin yang tinggal dengan sang Bunda dan Kaka perempuannya sedangkan Adin tinggal dengan sang Ayah Ibu dan saudara tiri nya.

"Waalaikumsalam ya penjaga kubur" ujar Adin cengengesan.

"Sue kamu ngomongin Abang penjaga kubur" ujar Reza.

"Hehe... sorry Bang gak sengaja lagian Abang duluan yang ngomongin Adin" ujar Adin membela diri.

"Oh ya gimana kabar kamu Dek" ujar Reza.

"Alhamdulillah baik Bang abang gimana kabarnya" ujar Adin.

"Abang juga baik, sekolah kamu gimana di sini" ujar Reza.

"Lumayan lah bang gak seburuk yang Adin kira, teman teman baru Adin juga menyenangkan " ujar Adin.

Sebenarnya Adin masih sangat asing dengan keluarga barunya, ya walaupun Adin sudah mengetahui tentang Ayahnya yang menikah lagi setelah menikah dengan sang Bunda. Namun Adin berusaha untuk menutupi semuanya dari keluarganya.

"Syukurlah kalau Kamu nyaman di sini," ujar Reza

"Oh ya Abang sampai jam berapa" ujar Adin.

"Tadi pagi, kan Abang lagi libur sekolah" ujar Reza.

"Abang udah mulai libur ya" ujar Adin.

"Iya cuma tiga hari, jadi Abang pulang" ujar Reza.

"Kok cuma tiga hari si Bang" ujar Adin memajukan bibirnya.

"Itu juga karena kls XII ada ujian jadi kelas X sama XI libur deh, tuh bibir gak usah manyun gitu Abang akan sering jenguk Kamu" ujar Reza.

Adin sekarang duduk di kelas IX SMP sedangkan Reza di bangku SMA, sebenarnya Adin bisa saja satu kelas dengan Abangnya karena kecerdasan yang dimilikinya, namun Adin tidak mengikuti usul gurunya karena merasa kasihan pada kakak perempuannya yang selalu di bully teman sebayanya karena Adin lebih segalanya dari dirinya.

"Oh gitu Adin juga minggu depan sudah ujian jadi Adin bakal sibuk dengan pelajaran lagi deh" ujar Adin lesu.

"Oh gitu tapi kenapa lesu gitu kamu kan Adek Abang yang paling pinter jadi kamu pasti bisa kerjain semua soal yang ada dan menjadi lulusan terbaik" ujar Reza memberikan semangat.

"Iya Bang, tapi angel takut karena pelajaran di sekolah sini itu beda Bang" ujar Adin.

"Sesulit apapun yang kamu hadapi cobalah cari jalan keluarnya dan berusahalah bangun dari sebuah keterpurukan" ujar Reza memeluk Adin.

"Oke Bang, Bunda sama Kak Maya gimana kabarnya Bang" tanya Adin.

"Bunda lebih baik hanya saja Bunda masih sangat mengharapkan kamu pulang" ujar Reza.

"Maafin Adin Bang, Adin harus membuat Bunda sedih" ujar Adin memeluk Reza.

"Udah lah Dek yang penting kamu disini baik baik saja udah cukup untuk saat ini" ujar Reza mengusap usap punggung Adin.

"Jangan bilang Abang kesini karena Bunda" celetuk Adin.

"Hehe kamu tau aja kalau Abang datang karena Bunda" ujar Reza.

"Sudah Adin duga jadi Abang gak kangen gitu sama Adin gak pengin bawa Adin pulang gitu" ujar Adin penuh harap.

"Gak ini pilihan kamu buat ninggalin rumah jadi kamu harus jalani dan hadapi semua rintangannya, jangan menyerah sebelum berperang" ujar Reza.

"Oke Bang Adin janji adin pulang saat Adin sudah bisa duduk berdampingan dengan Ayah dan Bunda" ujar Adin.

"Oke makanya kamu sekolah yang bener" ujar Reza.

"Siap Bosque" ujar Adin melepas pelukannya.

Reza sekarang duduk di kelas XI di SMA ternama di kota S sedangkan Adin duduk di bangku kelas IX di SMP di kota J.

"Ganti baju dulu gih.... nanti kita makan siang bareng" lanjut Reza.

"Siap komandan" ujar Adin memberikan hormat.

Reza tersenyum melihat tingkah Adin yang masih seperti anak kecil.

"Teruslah tersenyum Abang janji sama Adin akan membuat Ayah dan Bunda berdampingan walau tanpa sebuah ikatan pernikahan untuk menjaga kamu" ujar Reza dalam hati.

Adin berlari menuju kamar nya dan tiba tiba

*gubrakkkk.....

"au*...." pekik Adin.

"Eh sorry sorry gak sengaja " ujar seseorang mengulurkan tangan.

"Eh... iya gak apa apa Adin juga salah maaf" ujar Adin bangun tanpa menerima uluran tangan orang yang dia tabrak.

"Kamu gak apa apa, apa ada yang sakit" ujar orang tersebut.

"Ya Adin gak apa apa maaf Adin pergi dulu" ujar Adin meninggalkan.

"RAFA nama gue Rafa" ujar Rafa menghentikan langkat Adin.

Adin hanya berbalik dan tersenyum kepada Rafa yang membuat jantung Rafa berdetak lebih cepat dari sebelumnya, lalu bergegas meninggalkan Rafa.

"*Manis" ujar Rafa.

"Ehem*... kenapa lo senyum senyum sendiri kesambet lo" ujar Reza mengagetkan Rafa.

"Eh... gak apa apa kok" ujar Rafa.

"Lo suka sama adek gue" tanya Reza.

"Adek lo, jadi dia orang yang lo bela belain kesini pagi pagi adalah gadis cilik itu" tanya Rafa.

Reza tidak menjawab hanya menganggukkan kepalanya tanda bahwa semua yang di pikirkan Rafa adalah benar.

"Ya udah yuk kita makan siang" ujar Reza.

"Ya udah ayo" ujar Rafa mengikuti Reza yang berjalan lebih dulu.

"Lo pasti senyum senyum karena Adin, gue harap lo Rafa gak bikin Adin nangis nantinya" ujar Reza dalam hati.

Setelah insiden bertabrakan dengan teman sang Abang Adin berganti baju untuk makan siang bersama di ruang makan.

Adin menuruni tangga dan menuju ruang makan untuk makan bersama dengan Abang dengan bahagia namun kebahagiaannya sirna seketika saat melihat Mama Ani dan kaka tirinya berada di meja makan.

"Adin kemana adik kamu kenapa Rani belum pulang" tanya mama ani saat adin sampai di meja makan.

Adin tidak menjawab hanya mengangkat ke dua bahunya tanda tidak mengetahui apapun.

"Dasar anak pelakor gitu gak tau akhlak" ujar Mama Ani dalam hati.

"Asalamualaikum mah" teriak Rani di pintu utama.

Mama Ani yang mendengar teriakan Rani pun menghampirinya sedangkan Adin menyelesaikan acara makannya dengan cepat.

"Rani jangan teriak teriak sayang, ada Abang di sini dengan temannya" ujar Mama Ani.

"Abang "tanya Rani penasaran.

"Iya Abang" tanya Mama Ani saat berjalan ke meja makan.

"Rani kenalin dia bang Reza" ujar Mama Ani memperkenalkan.

"Siang bang Reza, saya Rani" ujar Rani sopan.

"Siang kenalin gue Reza abang Adin dan dia temen gue nama ya Rafa" ujar Reza memperkenalkan Rafa pada Rani.

"Bener Abang nya Adin jadi tidak ada yang boleh panggil dia Abang kecuali Adin iya kan Abang" ujar Adin tersenyum sinis.

"Ngeri juga nih anak kalau marah" batin Rafa.

"Ya girl, ya udah ayo langsung aja makan" ujar Reza.

"Iya bang," ujar Adin.

"Oh ya Dek kenalin ini temen Abang nama nya Rafa" ujar Reza memperkenalkan Rafa pada Adin.

.

.

.

.

.

.

.

.

\=\=\=\=\=\=\=\=¥\=\=\=\=\=¥\=\=\=\=\=¥\=\=\=\=\=\=¥\=\=\=\=\=\=\=¥\=\=\=\=\=\=\=\=

jangan lupa vote dan komen nya ya.

biar author makin bagus lagi.

salam manis dari author.

Adin

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=≠\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Adin hanya menganggukkan kepala nya tanpa memperkenal kan nama nya.

"Adin" ujar Reza memperhatikan adik nya yang dingin.

"Ya Bang" ujar Adin yang melihat sorot mata sang Abang yang seperti berkata perkenalkan diri kamu.

"Hai kak Rafa aku Adin adik nya bang Reza " ujar Adin terpaksa.

"Dasar Abang katanya jangan so deket sama orang baru malah di suruh kenalan" cibik Adin.

Walau sekecil apapun Adin mengecilkan suaranya Reza dan Rafa masih bisa mendengrnya karena Reza dan Rafa ada di sampingnya, saat Adin mencibik Reza dan Rafa hanya tersenyum mendengar Adin.

"Ternyata lo lain dari semua cewe yang pernah gue kenal." ujar Rafa dalam hati.

Adin yang merasa di perhatikan pun jadi salah tingkah dan itu di sadari oleh Reza yang sedari tadi melihat Rafa yang terus memandang Adin.

"Tadi dia sudah tau mana adek kenapa tanya" ujar Adin.

"Bang Adin duluan ya" ujar Adin meninggalkan meja makan dan pergi.

Adin pergi karena tidak tahan dengan mata Rafa yang selalu memandangnya, bukan karena malu tapi Adin merasa risih karena Rafa memandangnya dalam.

"Kenapa dia gak biasanya pergi tanpa menunggu yang lain selesai" ujar Reza dalam hati.

Reza bingung dengan tingkah Adin karena Adin tidak pernah meninggalkan meja makan sebelum yang lain selesai makan. Namun Reza menyadari sesuatu dn tersenyum, Reza terus memperhatikan Rafa yang melihat Adin dalam. "Mungkin karena Rafa gak berkedip" ujarnya.

"Hei jantung gak usah maraton juga kali saat deket dia lo belum tau siapa dia mau gue pecat jadi anggota tubuh gue lo" ujar Adin mencibik.

Adin duduk di ayunan yang ada di taman, Adin menikmati waktu sore harinya dengan tenang walaupun dalam hatinya ingin teriak dan berlari jauh dari keluarganya, namun Adin tidak dapat melakukan itu karena itu semua adalah keputusan yang telah Adin ambil.

"Ehem" suara seseorang yang membuyarkan lamunan Adin.

Adin hanya melirik tanpa ada niat untuk menyapa, Adin tau bahwa Rafa yang mendatanginya, namun Adin hanya diam.

"Boleh kakak duduk di sini" ujar Rafa

"Hm... silahkan gue juga numpang" ujar adin.

"Bener nih anak beda dengan yang lain, kayaknya dia juga menahan beban yang besar sampai dia begitu dingin dengan orang baru seperti ini" ujar Rafa dalam hati.

"Kamu kelas berapa sekarang" ujar Rafa memulai pembicaraan.

"Kelas IX" ujar Adin singkat.

"Oh.... udah punya pacar" ujar Rafa.

Adin hanya menengok tanpa berniat untuk menjawabnya baginya pertanyaan Rafa terlalu fulgar untuknya, karena di usianya yang ke lima belas Adin masih tidak mengerti tentang cinta seperti kebanyakan teman sebayanya.

"He sorry kalau pertanyaan nya buat kamu gak nyaman" ujar Rafa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gak papa, cuma Adin gak tau harus jawab apa pertanyaan kakak tadi, Adin gak tau apa maksud kaka dan Adin gak tau apa itu pacar" ujar Adin.

"Maksudnya apa, kamu belum punya pacar" ujar Rafa bertanya.

Adin hanya menganggukkan kepalanya tanpa bersuara.

"Eh kenalin nama gue Rafa nama lo siapa" tanya Rafa.

"Bukannya kaka sudah tau nama gue Adin tadi juga udah kenalan" ujar Adin.

"Iya tapi kan belum ikhlas kamu kenalan sama kaka tadi, kamu terpaksa kan tadi." ujar Rafa.

"Hehe, ya sorry sorry nama gue Adin, dan gue sudah tau nama kaka jadi tidak perlu memperkenalkan diri oke" ujar Rafa.

"Beneran gak mau kenalan sama kaka, gak mau pegang tangan kaka nih yakin nanti nyesel loh" ledek Rafa.

"Ih gak mungkin lah kaka kadar narsisnya tinggi banget" ledek Adin sembari tersenyum mendengar celoteh Rafa.

"Tapi ganteng kan" ledek Rafa.

Rafa adalah tipe orang yang tidak bisa membiarkan orang di sekelilingnya diam atau sedih, dia selalu berbuat nyeleneh demi membuat orang sekelilingnya tersenyum walaupun dalam keadaan hatinya sendiri todak bisa tersenyum.

"Narsis" ucap Adin tertawa.

"Nah gitu dong senyum kan cantik" ujar Rafa.

"Jadi maksudnya tadi gak cantik gitu" ujar Adin memanyunkan bibirnya.

"Gak perlu gitu juga tuh bibir gue gigit baru tau rasa lo" ujar Rafa bercanda.

"Ih siapa juga yang mau di gigit kan sakit" ujar Adin.

"Gak sakit lah, eh emang kamu udah pernah di gigit tuh bibir" tanya Rafa penasaran.

"Gak pernah ada yang nyentuh Adin dan gak akan pernah ada selain suami gue nanti" ujar Adin.

"Nah tuh tau sakit" ujar Rafa.

"Ya logika aja kalau digigit pasti sakit lah" ujar Adin.

"Iya juga ya, kenapa gue jadi oon gini" ujar Rafa.

"Gue percaya sama lo, karena Reza tidak akan membiarkan adiknya dalam masalah" ujar Rafa dalam hati.

"Lagian kaka kalau lihat cewe tuh jangan cantik dari wajah tapi dari hati nya, karena percumah cantik wajahnya hatinya busuk second lagi" ujar Adin.

"Iya girl, makasih nasehatnya kalau kaka suka sama kamu boleh gak" tanya Rafa serius.

"Maksud kaka apa" tanya Adin penasaran.

"Ya maksud kaka........." ujar Rafa terpotong.

"Adin Adin Adinda basket yuk" teriak seseorang dari arah gerbang.

Adin melihat ke arah gerbang lalu tersenyum kemudian pergi menghampiri teman temannya dengan bahagia.

"Gak usah teriak teriak kali ini rumah bukan hutan lo tau kan kalau gue numpang disini" ujar Adin teriak menghampiri Meta dan Desi

"Ih lo ma ini kan rumah lo ya kali lo numpang emang kosan" ledek Meta.

"Bisa jadi" ujar Adin berfikir.

Desi menyenggol tangan Meta yang nyerocos dan membuat Adin sedih, Adin yang sadar dengan tindakan Desi berbuat seolah dirinya dalam keadaan paling baik di dunia.

"Yaya sorry ,yuk basket daripada melamun sendiri di taman lo" ujar Desi yang tidak melihat ada orang lain yang terhalang sebuah pohon.

"Dia ma gak ngelamun tapi merenung terlalu banyak dosa.. hehehe" ujar Meta.

"Dosa gue udah abis dengan lo julid ke gue" ucap Adin

"Gak bakal abis tuh dosa lo gue julid juga karena julid gue gak pernah mengurangi dosa seseorang" ujar Meta tertawa.

"Gak mengurangi dosa tapi nambahin dosa lo" ujar Desi.

"Sue lo Des gue bukan teman lo" ujar Meta.

"Gak apa apa gue udah punya Adin yang jadi sahabat lo" ujar Desi.

"Eh kalian kenapa jadi berantem, jadi pergi gak nih" tanya Adin.

"Jadi dong ayok" ujar Meta

Adin tersenyum dan melihat ke arah Rafa yang terhalang pohon, seolah meminta maaf dan meminta izin dirinya oergi meninggalkan Rafa sendiri di taman.

"Pergilah" ujar Rafa pada Adin.

Adin menganggukkan kepala nya kepada Rafa dan meninggalkan Rafa sendiri di taman.

"Lo kenapa liat ke taman terus si kan gak ada orang di situ" ujar Meta.

"Eh enggak, siapa juga yang liat ke sana" ujar Adin.

"Ya udah ayok berangkat" ujar Meta.

"Eh bentar gue izin dulu sama Abang takut di cariin" ujar Adin meminta izin ke Meta dan Desi

Adin menghentikan langkah kakinya, kemudian berbalik dan berlari ke arah dalam rumah untuk menemui Reza dan meminta izin bahwa dirinya akan pergibermin agar Reza tidak menghawatirkan dirirnya.

"Abang lo, emang lo punya Abang" ujar Desi.

"Iya punya dia tinggal di tempat Bunda dan dia baru balik ke sini tadi pagi" ujar Adin.

"Oh. .... oke kita tunggu di sini" ujar Desi.

"Jangan pake lama" ujar Meta.

"Iya" ujar Adin meninggalkan Meta dan Desi di halaman depan.

"Abang" ucap Adin saat berpapasan dengan Reza yang hendak keluar.

"Ya ada apa dek" tanya Reza.

"Adin mau izin main basket sama Meta sama Desi" ucap Adin.

"Siapa mereka" tanya Reza.

"Temen temen baru Adin" ujar Adin.

"Ya tapi ati ati, dan pulang jangan terlambat oke"

ujar Reza.

"Oh ya kamu liat kak Rafa gak" tanya Reza yang menghentikan langkah Adin.

"Liat tadi kak Rafa ada di deket ayunan di taman kehalang pohon pohon coba samperin aja ke taman" jawab Adin.

"Oh gitu, ngapain tuh anak di ayunan sendiri" tanya Reza.

"Ya udah Bang asalamualaikum" ujar Adin

"Waalaikumsalam" jawab Reza

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=≠\=\=\=≠\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Jangan lupa vote dan komen nya ya.

Ini udah aku revisi lagi ya walaupun belum semuanya tapi author usahain selesaikan secepatnya.

Biar bisa cepet up lagi.

Happy reader.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!