melihat diriku di cermin nampak cantik dengan kebaya pengantin yang kupakai lengkap dengan riasan wajah serta sanggul yang cukup berat menurut ku.
aku menitikkan air mata mengingat almarhum ayah ku yang sangat ingin melihat aku menikah. namun beliau pergi terlalu cepat di umur ku yang masih 17 tahun saat itu.
di umur ku yang baru menginjak 19 tahun ini, ibu tiri ku menikahkan ku dengan pria yang umur nya jauh di atas ku, pria itu mas Danu berumur 28 tahun.
"ayo cepat gak usah pakai drama, calon suamimu sudah menunggu" ketus ibu tiriku.
aku mengangguk kan kepalaku dan berjalan mengikuti ibu tiri ku, lalau duduk di sebelah calon suami ku.
"mari kita mulai" ucap pak penghulu.
"bismillahirrahmanirrahim. saudara Danu Nugraha Wijaya BIN Herman Wijaya saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Indah Larasati Prasetyo BIN almarhum Guntur Prasetyo dengan mas kawin uang tunai sebesar satu juta rupiah dibayar tunai"
"saya terima nikahnya dan kawinnya Indah Larasati Prasetyo BIN almarhum Guntur Prasetyo dengan mas kawin tersebut tunai" dengan satu tarikan nafas mas Danu mengucapkan ijab Kabul nya.
pernikahan memang di lakukan sederhana hanya akad saja tanpa resepsi, karena memang mendadak mas Danu datang kemarin dan meminta izin pada ibu untuk melangsungkan pernikahan hari ini, aku tak bisa menolak, karena kendali semua ada pada ibu tiri ku, mau tak mau suka tak suka aku harus terima itu yang ibu katakan padaku.
...flashback...
"Laras tolong buka pintu, sepertinya ada tamu" teriak ibu pada Laras yang sedang asik memainkan ponsel ditangannya.
Laras membuka pintu perlahan, ia melihat laki-laki dengan jas hitam yang melekat di tubuhnya.
"cari siapa ya mas?" tanya Laras mencoba membuka pembicaraan, karena lelaki di depannya malah memperhatikan penampilan Laras dari atas sampai bawah.
memangnya kenapa dengan penampilan ku?... apa ada yang salah?.....stop mas jangan memperhatikan aku seperti itu.
"orang tua mu ada?" tanya Danu pada Laras.
"ada mas, silahkan masuk" Laras membuka pintunya lebar mundur sedikit dari tempatnya untuk mempersilahkan Danu masuk ke ruang tamunya.
"duduk dulu mas, biar saya panggilkan ibu" ucap Laras sambil berlalu pergi mencari keberadaan ibunya.
"bu" panggil Laras setelah menemukan ibunya yang sedang masak di dapur.
"siapa tamunya?" tanya ibu pada laras sambil mematikan kompor dan mencuci tangannya di wastafel.
"aku gak tau Bu, katanya mencari ibu" jawab Laras.
"ibu tidak membuat masalah kan dengan orang kaya?" tanya Laras khawatir.
"jaga ucapan mu itu" ibu Laras menatap tajam pada laras, dan kembali fokus pada teh yang sedang diaduknya.
"iya Bu maaf" ucap laras sambil berjalan meninggalkan dapur untuk pergi ke kamarnya.
saat sedang asik memainkan ponselnya membalas chat temannya Laras mendengar suara pintu kamarnya yang terbuka.
"ada apa Bu?"
"ikut ibu sekarang" perintah ibu sambil berjalan meninggalkan kamar Laras.
baru saja Laras melangkah ibu nya kembali menghampiri Laras.
"pakai bedak dan lipstik mu" ibu Laras menatap penampilan Laras.
memangnya ada yang salah dengan penampilan ku, tadi laki-laki itu yang memperlihatkan penampilan ku sekarang ibu juga begitu.
"memangnya ada siapa sih Bu, kaya mau ketemu pejabat aja?" kesal Laras.
"kamu harus menemui calon suamimu, dan katakan iya jika dia melamar mu"
Laras terkejut bukan main mendengar ucapan ibu tirinya.
"aku gak mau Bu" jawab Laras sambil menggelengkan kepalanya.
"kamu berani menolak" ucap ibu sambil menatap tajam pada Laras.
"tapi..." belum sempat Laras menyelesaikan ucapannya, dengan cepat ibunya memotong ucapan Laras.
"kalau kamu tidak mau menikah dengan pria itu, silahkan pergi dari rumah ini" dengan santainya ibu tiri Laras berjalan menuju ruang tamu tanpa menoleh ke arah Laras yang sudah membeku mendengar ultimatum ibunya.
Laras menghela nafas perlahan, dengan berat hati Laras berjalan mengikuti ibu nya ke ruang tamu.
menatap sebentar ke arah lelaki yang ternyata sedang menatapnya juga, Laras duduk tepat di samping ibunya.
"apa kamu bersedia menikah dengan saya?" tanya Danu tanpa basa-basi.
Laras melirik ke arah ibunya yang kini menatapnya tajam.
dengan berat hati Laras menyetujui permintaan ibu tirinya.
"saya bersedia" jawab Laras pelan namun Danu mampu mendengar nya dengan baik.
"kalau begitu lusa kita menikah, ibu tidak perlu repot biar assisten saya yang mengurus semuanya....kalau begitu saya pamit undur diri" ucap Danu berpamitan lalu meninggalkan rumah Laras.
...flashback off...
setelah semua keluarnya Laras dan beberapa orang yang hadir bersama Danu satu-persatu berpamitan, aku dan mas Danu pergi kekamar ku.
"aku ingin meminta hak ku" ucap mas Danu dingin.
tubuhku menegang mendengar ucapan mas Danu barusan.
"tapi.."
"kamu itu sudah menjadi istri saya, dan kewajiban kamu melayani saya" bentak nya.
tubuh ku terasa mengecil mendengar bentakannya rasanya aku ingin pergi dari tempat ini secepatnya.
"saya tidak suka di bantah, berbaring lah"
aku ingin menolak tapi ucapan mas Danu betul, sudah kewajiban ku melayani suami.
"kamu budeg ya" lantas mas Danu mendorong ku ke arah kasur.
aku terkejut dengan perlakuan kasar mas Danu.
aku menangis merasakan sekujur tubuh ku terasa sakit atas perlakuan mas Danu barusan yang mengambil keperawanan ku dengan paksa.
"bersiaplah sore nanti kita akan ke Jakarta" ucap mas Danu dingin dan berlalu pergi ke kamar mandi.
aku mengambil jubah handuk ku dan pergi ke kamar mandi di luar untuk membersihkan tubuh ku.
"kami pamit pergi Bu" ucap ku berpamitan pada ibu tiri ku.
"bersikap baiklah pada suamimu jangan suka membantah kepadanya"
aku mencium tangan ibu dan masuk ke mobil mas Danu.
mas Danu fokus menyetir tanpa memperdulikan ku di sampingnya.
selama di perjalanan aku merasakan bosan. hanya keheningan yang menemani kami selama di perjalanan. mas Danu tak berniat membuka suara sedikit pun, begitu pun dengan ku yang masih sakit hati atas perlakuan kasarnya.
tak terasa sudah sampai di ibu kota, tak jauh dari jalan tol mobil mas Danu memasuki perumahan dan berhenti di depan rumah dengan nomor 125 A.
"cepat lah turun"
aku mengikuti mas Danu yang masuk ke rumah tersebut, rumah nya tidak terlalu besar tipe rumah 36/72, dua lantai dengan 3 kamar tidur, ruang tamu, dapur, tempat makan dan halaman di belakang.
"aku akan pergi ada urusan, kamu baik-baik di sini jangan pergi tanpa seijin ku"
"iya mas"
aku mencium tangan mas Danu dan mengantarkan nya ke depan.
malam ini pun aku sibuk membereskan pakaian serta barang-barang yang ku bawa.
pagi itu aku terbangun dengan suasana rumah yang masih sepi, aku melaksanakan kewajiban ku sebagi umat muslim.
selesai shalat aku turun kebawah mencari mas danu, siapa tau dia ada di bawah.
aku mengitari rumah namun mas Danu tidak ada di manapun.
"apa dia tidak pulang ya" tanyaku pada diri sendiri.
aku membuka kulkas mencari bahan makanan yang bisa ku masak.
aku mengambil telur bakso dan sosis untuk membuat omlet sederhana.
aku membuat dua porsi sarapan, siapa tau mas Danu pulang.
namun jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, mas Danu tidak kunjung pulang juga.
hatiku resah karena mas Danu tak kunjung pulang atau sekedar mengabari ku.
sampai sore tiba aku mendengar mobil yang terparkir di depan rumah.
aku ke depan untuk mengecek siapa yang datang.
"siap kan air panas"
mas Danu langsung masuk setelah aku mencium punggung tangan nya.
dengan terburu buru aku ke kamar mandi menyiapkan air panas untuk mas Danu.
"air panas nya sudah siap, apa mas mau di buat kan kopi teh atau susu?" tawarku.
"tidak usah" jawabnya cepat dan berlalu meninggalkan aku yang masih mematung di kamar.
mungkin mas Danu lelah makanya bersikap seperti itu padaku.
aku menyalakan tv di kamar menonton film indonesia drama indosi**** yang berjudul (suamiku selingkuh dengan teman ku). menceritakan suami yang berselingkuh dengan teman dekat nya. padahal mereka menikah sudah lama bahkan mempunyai putri yang cantik.
dengan serius aku menonton film tersebut sampai terdengar suara mas Danu.
"matikan TV nya, jangan terlalu banyak menonton drama seperti itu"
aku mengangguk patuh mengambil remot untuk mematikan tv.
"mas" panggil ku pada mas Danu yang masih sibuk merapikan rambut nya.
"kenapa mas tidak pulang semalam?" tanyaku pada mas Danu.
"sibuk" jawab Danu acuh.
udah sesingkat itu jawabannya padahal aku khawatir bukan main takut mas Danu kenapa-kenapa.
"kita akan pergi ke rumah oma, jadi bersiaplah" perintahnya lagi.
aku mengganti bajuku dengan gamis berwarna tosca senada dengan jilbab yang ku kenakan.
aku berjalan menghampiri mas Danu yang sedang duduk di kursi ruang tamu sambil memegang ponselnya.
mas Danu melihat ke arah ku lalu berjalan keluar tanpa berkata sedikitpun.
aku hanya mengekor di belakang mas Danu sampai tepat di depannya mobilnya aku terdiam, bingung memikirkan tempat duduk ku di depan atau di belakang. kalau di depan aku meras tidak enak nyelonong masuk tanpa di perintah, tapi kalau di belakang takut mas Danu marah karena orang akan melihat aku sebagai majikan dan mas Danu sebagai supir.
memikirkan nya membuat ku tertawa kecil.
"malah cengengesan tidak jelas,..cepat masuk lama sekali!" kesal mas Danu.
di dalam mobil aku mendengar kan mas Danu yang memutar radio.
aku diam saja menikmati setiap lagu yang di putar oleh penyiar, tidak berniat membuka percakapan dengan mas Danu karena jujur aku belum sedekat itu untuk sekedar mengobrol.
mas Danu membunyikan klakson mobilnya. setelah pintu gerbang terbuka memasukan mobil nya ke garasi.
aku turun mengikuti mas Danu yang berjalan lebih dulu.
"oh jadi ini rumah omanya mas Danu, besar kaya di film-film gitu" batinku.
aku mengikuti mas Danu yang masuk ke rumah tersebut, tampak seorang pengawal yang memberi hormat pada mas Danu.
"dimana oma?"
"di kamarnya tuan" jawab pengawal tersebut pada mas Danu
aku kembali mengekor di belakang mengikuti mas Danu yang berjalan lagi dan masuk ke kamar.
mas Danu mendekat ke arah ranjang terlihat oma yang sedang berbaring lemah tersenyum ke arah kami.
"siapa wanita ini Danu"
"istri Danu oma"
ekspresi oma tampak terkejut mendengar ucapan cucu nya.
"jelaskan Danu"
mas Danu tampak menghela nafas melihat ke arahku.
karena mas Danu menarik tangan ku aku hanya berjalan mengikutinya.
"bi siapkan makanan untuknya, dan kamu tunggu di sini" setelah mengucapkannya dan berlalu pergi.
bibi menghidangkan makanan banyak sekali di hadapan ku.
"ini buat siapa bi?" tanyaku herean.
"ini buat non, tadi kan tuan nyuruh saya"
"gak perlu sebanyak ini bi"
"maaf non saya tidak tau"
aku tersenyum dan mulai makan, perut ku memang lapar karena dari siang aku belum makan.
sementara di kamar oma menatap Danu dengan penuh rasa kecewa pada Danu cucu kesayangan nya.
"Danu minta maaf oma" kata Danu penuh penyesalan.
"kenapa harus dia Danu, dia wanita baik-baik apa kamu gak kasihan,memang nya apa yang terjadi?... sampai-sampai kamu harus menikah lagi"
"Danu anak itu anugerah, rezeki yang Allah berikan pada hambanya kamu hanya perlu bersabar dan berusaha"
"bukan karena itu oma"
Danu mengusap kasar air mata yang turun sembarangan ke pipinya.
"kemarilah" ucap oma merentangkan tangannya dan di sambut Danu memeluk dan menumpahkan kesedihan nya.
setelah menghabiskan makanan di piring ku, aku diam tidak tau harus melakukan apa, aku mencoba meneliti barang-barang di ruang makan ini. tidak lama mas Danu menghampiri ku.
"ikut lah oma ingin bertemu"
aku berjalan mengekor di belakang mas Danu yang masuk ke kamar tadi.
"duduk lah di sini na" ucap oma sambil menepuk kasur di sebelah nya.
aku duduk di sebelah oma sesuai permintaannya, ada rasa canggung di hati ku.
"namamu siapa?"
"Indah Larasati Prasetyo" jawab ku sambil tersenyum ramah ke arah Oma.
"nama yang cantik, kenapa kamu tidak melanjutkan kuliah?"
aku menggeleng kan kepalaku.
"belum ada biaya oma"
"sekarang kan kamu sudah jadi istri Danu mintalah padanya agar menyekolahkan mu, Danu pasti sanggup membayar biaya nya."
"tapi oma laras sudah menikah, takut tidak mampu mengurus keduanya, indah ingin belajar menjadi istri yang baik untuk mas Danu, itu sudah cukup."
"kamu memang perempuan yang baik, tidak salah Danu pilih kamu untuk jadi istri nya."
kali ini oma melihat ke arah mas Danu, aku pun ikut melihat ke arah mas Danu dia tersenyum, senyum yang tak pernah ku lihat.
"apa Danu berlaku kasar padamu?"
aku menggeleng kan kepalaku.
"mas Danu selalu memperlakukan ku dengan baik Oma"
"sekarang kalian tinggal di mana?"
kali ini aku melirik mas Danu, memintanya agar menjawab pertanyaan oma.
"di rumah papah dulu"
"tega sekali kamu menyembunyikannya di rumah kecil itu"
"tapi oma"
"pindahkan Laras ke apartemen mu, memangnya kau pikir dia pembantu harus tinggal di sana" bentak oma pada mas Danu.
"Laras tidak apa-apa ko oma tinggal di sana Laras senang dan nyaman" belaku karena kasihan pada mas Danu yang di bentak oma.
"tidak usah ikut campur" mas Danu menatap ku tidak suka.
"Danu jaga bicaramu" bentak oma lebih keras.
"pergi" kata oma kali ini dengan penuh penekanan dan rasa tidak suka melihat ke arah mas Danu.
setelah kepergian mas Danu Oma melihat ke arah ku, menatapku dengan penuh kelembutan.
"maaf kan Danu ya sayang, dia memang seperti itu orangnya namun jika laras sudah mengenalnya Danu itu orang yang sangat perhatian"
"iya oma"
"apa kalian sudah melakukan hubungan suami istri?"
di tanya seperti itu oleh Oma membuat pipiku bersemu merah dengan malu-malu aku mengangguk kan kepalaku.
"jangan pernah tinggalkan Danu ya sayang, apapun itu masalah nya kamu harus selalu mendampingi nya, jangan pernah berpikiran untuk pergi meninggalkan cucu kesayangan oma yang satu itu"
"iya oma Laras janji tidak akan pernah pergi dari mas Danu"
Oma memeluk ku sangat erat aku pun membalas pelukan oma.
sampai terdengar Isak tangis dari oma aku pun memeluk nya lebih erat dan mengusap punggung nya perlahan mencoba menenangkan oma.
"pulang lah ini sudah malam, dan jangan sungkan main lah kemari kalau Laras merasa bosan di rumah"
"yasudah oma Laras pamit pulang yah"
aku mencium punggung tangan oma dan meninggalkan kamarnya.
"mas" panggilku pada mas Danu yang tengah duduk di sofa.
"sudah selesai?"
aku mengangguk kan kepalaku.
mas Danu berjalan keluar dan masuk mobil.
melajukan mobilnya kembali ke rumah.
"cepatlah mandi aku ingin meminta hak ku" ucapnya dingin.
aku pun kekamar dan membersihkan tubuh ku.
selesai mandi aku mendapati mas Danu sedang memainkan ponselnya nya di atas tempat tidur.
dengan rasa gugup aku duduk di samping mas Danu. mas Danu menyimpan ponsel nya dan menatapku.
aku menutup mataku saat mas Danu mulai mendekat kan wajah nya ke arah ku.
terasa bibir mas Danu menyentuh bibir ku. tubuhku menegang seketika, namun aku mencoba rileks dan membalas ciuman nya.
dan malam itu kami melakukan hubungan suami istri pada umumnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!