***Assalamu alaikum para readers semua
hayyy... hayyy.. ini karya pertamaku loh ya... jangan lupa buat vote dan like yahhhh
oh iya Author mau ngumumin nih kalo karya pertama Author ini special banget buat best friend nya Author
Mereka bukan hanya sekedar sahabat tapi mereka juga keluarga kedua bagi Author
√ Vani Prastiwi
√ Yulfa
√ Sri Lestari
√ Risang Dwi Anggarani
Meskipun kita jarang ketemu tapi komunikasi kita tetep lancar jaya
Semangat buat kita semuaaaa😘😘😘😘😘
Sebenarnya novel ini udah lama banget pengen Author munculin tapi ya mau bagaimana lagi banyak kendala dan teman-temannya yang menghalangi jadi ya baru kesampean sekarang
Terima kasih***😘😘😘😘😘
DENDAM DAN CINTA
Rima Andara gadis cantik berusia 24 tahun masih terdiam dan terisak di samping pusara sang kekasih Ridwan nugroho
Ridwan meninggal di usia yang masih sangat muda yakni 27 tahun.. Ia merupakan kakak kelas Rima sejak SMA hingga bangku kuliah
Mereka mulai akrab semenjak Rima masih duduk di kelas 1 SMA dan memutuskan menjalin kasih saat Rima sudah lulus SMA
Dengan langkah gontai Rima meninggalkan area pemakaman.
kebersamaan bersama Ridwan sang kekasih masih terus tergambar jelas di benaknya
hari hari yang mereka lalui bersama selama ini tidak mampu ia lupakan begitu saja
langkahnya yang malas disertai derai air mata yang masih terus menerus menetes
"Maafkan aku bu" Kata Rima tiba tiba
"Maaf untuk apa nak?"tanya ibu Ridwan
maaf karena aku mas Ridwan meninggal
jika saja waktu itu aku tidak egois mungkin mas Ridwan sekarang masih hidup
"Jangan berkata seperti itu nak!!!
jodoh maut rezeki semua sudah diatur oleh Allah SWT
ini semua sudah takdir sudah jalannya Ridwan jangan menyalahkan dirimu sendiri nak" jelas Bu Asih seraya merangkul dan memapah Rima yang berjalan sempoyongan...
Mereka pun terus berjalan sampai akhirnya mereka tiba diluar pagar pembatas makam dengan jalan kemudian mereka berjalan pulang menuju rumah bu asih yang kebetulan letaknya tidak jauh dari pemakaman..
Sesampainya di rumah Bu Asih Rima masih terus saja menangis sesenggukan
ia terduduk di depan rumah Bu Asih tidak kuasa untuk masuk kedalam rumah karena bayang bayang Ridwan masih terus berada di hati dan pikiran nya.
Di rumah Bu Asih masih ada beberapa orang yang membantu nya mengurusi prosesi pemakaman Ridwan
salah seorang ibu datang menghampiri Rima sambil membawa segelas minuman ditangannya
"Nduk... minum dulu ya
dari kemarin ibu perhatikan kamu belum makan dan minum apapun"... ucapnya seraya menyodorkan gelas minuman
" Iya bu terima kasih"
"Sama sama"... ucapnya seraya meninggalkan Rima sendiri
Tanpa Rima sadari sedari kemarin ada sepasang mata yang terus mengawasi gerak geriknya.
dia terus menatap setiap kegiatan rima sambil terus terduduk di mobil mewahnya
"Jika saja kamu denganku maka kamu tidak akan menjadi seperti ini Rima" ucapnya seraya menghabiskan rokok yang telah ia nikmati selama pengintaian
***
Rima masih terus melamun menerawang semua hal-hal yang telah mereka berdua lalui,
mulai dari hal yang kecil sampai hal hal yang membuat dirinya begitu bahagia
dilihatnya jari tangannya sendiri di sana terpasang cincin yang mungil nan cantik ..
Cincin itu merupakan cincin lamaran dari Ridwan satu bulan yang lalu,
air mata nya terus menerus menetes membasahi bagian depan jilbab yang ia kenakan
"Ndukk.."
Suara Bu Asih membuyarkan lamunan rima ia tersadar dari apa yang ia pikiran selama hampir sepuluh menit ini..
" Iya Bu".. Sahut Rima sembari berdiri dari kursi yang ia duduki sedari tadi.
apa Rima boleh menginap disini bu?? Rima masih ingin mengenang Mas Ridwan masih ingin bersama ibu,
ucap Rima lirih sembari menyeka air matanya yang tidak berhenti menetes
"Boleh nak.. Ibu malah sangat senang jika kamu masih mau disini anggaplah disini rumah kamu sendiri".. sahut Bu Asih sambil terus memeluk tubuh Rima
Mereka berdua masuk kedalam rumah
sesampainya didepan pintu Rima pun berhenti, kaki nya terasa sangat lemas seakan semua otot dan tulangnya terlepas dari tempatnya begitu ia melihat sebuah figura besar yang berisi potret Ridwan dan keluarganya
Di Sana terpampang foto Ridwan bersama sang ibu dan adik perempuannya
selain itu ada sebuah foto yang membuat air mata Rima semakin menjadi,
foto pertunangan mereka satu bulan yang lalu yang ukurannya tidak kalah besar dengan potret keluarga Ridwan..
Melihat Rima yang semakin menangis Bu Asih tak kuasa menahan air matanya dia juga ikut menangis larut dalam kesedihan sang calon mantu
Kesedihan yang mereka rasakan benar-benar dalam, mereka sama-sama kehilangan orang yang mereka sayangi untuk selama-lamanya.
Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam rumah dengan saling berpegangan menguatkan masing-masing hati yang tengah tergores takdir
Rima menghampiri sebuah meja kecil di samping televisi ia kemudian mengangkat pigura kecil yang berbentuk hati berwarna biru tersebut
ditatap nya dalam dalam gambar manis itu lalu ia berucap
"Apa kamu udah tidak mencintaiku lagi Mas?? apa kamu benar benar membenciku??
kamu memang tega Mas kamu sudah menghianati janji yang kita buat Mas!!!"
akhirnya Rima pun terduduk lemas di samping meja dengan memeluk gambar manis yang ada di dalam pigura itu sambil terus terisak.
Dari kejauhan nampak Bu Asih yang sedari tadi memperhatikan Rima air matanya kembali menetes untuk yang ke sekian kalinya,
ia pun tak kuasa menahan tubuhnya akhirnya ia ikut terduduk lemas bersandar pada tembok pembatas antara ruang tamu dan dapur
"Hikss... hiksss. .. hikss".. isaknya tertahan oleh tangannya sendiri ia sengaja menutup wajahnya agar tangisannya tidak terdengar oleh Rima
Dengan suara serak khas orang yang sedang menangis Bu Asih memanggil Afi untuk pergi menemani Rima agar Rima tidak terlalu larut dalam tangisannya
" Ndukk, Afi pergilah ke ruang tamu temani mbak Rima yo ibuk mau masak dulu buat kita makan malam"
"Enggih buk..." jawab Afi sembari meninggalkan pekerjaannya dan pergi ke ruang tamu untuk menemani Rima
Afi kemudian mendekati Rima sambil berjongkok di samping Rima
" Mbak... jangan duduk disini duduknya di kursi saja" bujuk Afi sambil memegang tangan Rima dan hanya di jawab dengan anggukan kepala oleh Rima
Jangan lupa vote yah para readers tercinta sekali lagi Terima kasihhhh 😘😘😘
Follow juga IG Author @ rahmaalfa21 dan Facebook " lilis Nur rahmawati "
stay healthy semuaaa
😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘
"Hargailah apa yang kamu miliki saat ini karena suatu saat nanti kamu akan merindukan saat-saat seperti ini dan jangan jadikan hal yang menyakitkan sebagai sebuah hukuman karena mungkin suatu saat nanti hal yang menyakitkan inilah yang mampu membuatmu lebih tegar"
Assalamualaikum semua Author up lagi loh ini
jangan sampai ketinggalan kelanjutan ceritanya
loh ya
***
Waktu telah menunjukkan angka 16.30 para tetangga yang sedari tadi pagi membantu bu asih mulai pulang ke rumah masing-masing
Rima beranjak dari duduknya dan bergegas ke belakang untuk mandi.
setelah selang beberapa menit ia pun selesai dari ritual mandinya dan kembali duduk di teras rumah bu asih...
Terdengar deru mobil yang semakin dekat setelah mobil terparkir dan seluruh penumpangnya turun rima merasa sangat terkejut seluruh teman kantor nya datang melawat ke rumah Ridwan
Satu per satu teman teman nya mendekat ke arah rima yang masih mematung tak percaya atas kedatangan mereka
"Assalamu'alaikum " ucap serempak teman teman Rima
"Wa'alaikumsalam" jawab Rima beserta Bu asih
mereka dipersilahkan masuk dan duduk oleh si pemilik rumah
"Yang sabar ya Ma.. Aku yakin kamu pasti kuat kamu pasti bisa melalui ini semua dan maaf aku baru bisa menyusul kamu sekarang dan tidak bisa menemani kamu dari kemarin.. " ucap sahabat rima yang bernama Adinda...
Adinda adalah sahabat Rima sedari mereka masih bersekolah sampai sekarang tetapi Adinda telah berkeluarga dan memiliki satu orang anak
Adinda kini tinggal di rumah suaminya yang lokasinya cukup jauh dari tempat tinggal Rima
Rima hanya mengangguk pelan dengan diiringi air mata sembari memeluk adinda
Adinda belum berani bertanya pada Rima bagaimana Ridwan bisa meninggal dia merasa Rima masih sangat terpuruk dan merasa sangat terpukul atas kepergian sang kekasih
***
Tak terasa malam semakin larut seluruh teman teman rima berpamitan dan meninggalkan rumah Bu Asih
Rima dan Bu Asih kembali masuk ke dalam rumah
mereka kini duduk berdampingan dan sedang berbicara serius.
Entah apa yang sebenarnya mereka bicarakan tidak ada yang tahu persis tapi dari ekspresi Rima yang terus menangis dan tidak banyak bicara pasti hal yang mereka berdua bicarakan tidak jauh dari Ridwan
"Ya sudah Nduk yang sabar dan jangan terlalu berlarut nanti kamu malah jadi sakit
ayo Nduk kamu makan dari kemarin kamu belum makan apapun " ..... Bujuk Bu Asih sembari menyodorkan makanan dan minuman yang di ambilkan oleh Afi
Dengan malasnya Rima mulai mengambil makanan yang telah disediakan oleh Bu Asih walaupun dia merasa sangat kenyang walaupun tidak memakan apapun sedari kemarin..
Rasa sedih dan kehilangan yang dia alami telah membuatnya lupa akan apapun termasuk makan
Malam semakin larut angin sepoi sepoi perlahan bertiup tetapi Rima masih saja terjaga sambil membolak-balikkan posisi tidurnya
Sambil terus menerawang jauh tentang apa yang terjadi tentang hal hal dan kenangan yang ia lalui bersama Ridwan
Di dalam hati dan pikiranran nya hanya kata maaf yang terus terbesit entah maaf untuk siapa dan untuk apa dirinya sendiri juga tidak tahu
***
Adzan subuh berkumandang merdu..
Rima terbangun dari tidur kilat nya ia kemudian keluar dari kamar Afi dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan mengambil wudhu
dilihatnya Afi bersama sang ibu sedang berada di dapur untuk memasak sarapan rima bergegas mengambil wudhu dan kemudian menghampiri Afi dan sang ibu
"Bu.. apa ibu dan Afi sudah sholat"
"Ibu sudah nduk tapi Afi sedang berhalangan jadi dia tidak sholat" jelas Bu Asih diiringi anggukan dari Afi
***
Waktu berlalu begitu cepat setelah hampir dua hari Rima berada di rumah almarhum Ridwan kini tiba waktunya ia kembali ke ibu kota
Cuti dadakan yang dia ambil akan berakhir besok
"Bu... Rima pamit ya Bu
maafkan Rima jika selama disini Rima merepotkan ibu dan Afi"
"Tidak perlu minta maaf Nduk kamu ibu sangat senang kamu berada disini ibu tidak merasa terbebani sedikitpun" tutur Bu Asih seraya memeluk rima dengan deraian air mata, begitupun dengan Afi dia juga memeluk rima dengan diiringi tangisan lirih
"Afi... jaga ibu ya dik sekolah yang rajin jangan membuat ibu bersedih ingat dik kamu harapan ibu sekarang jangan pernah kecewakan ibu, kalau ada apa apa segera hubungan mbak Rima ya dik"
"iya mbak"... sahut Afi sembari terus memeluk Rima
Tak berselang waktu lama akhirnya ojek yang dipesan Rima melalui aplikasi online sudah datang dengan berat hati Rima meninggalkan rumah Bu Asih sambil terus meneteskan air mata kemudian ia berlalu pergi dari rumah Bu Asih untuk menuju ke terminal
Sesampainya di terminal Rima pun pergi ke loket untuk menunjukan bukti pembelian tiket yang dia pesan secara online
setelah dirasa benar ia kemudian diantar ke bus yang akan ia naiki sampai ibu kota.
Di dalam bus ia terus saja menangis wajahnya ia tutupi dengan sling bag yang ia bawa agar suara isakan nya tidak terdengar dan mengganggu penumpang lain
***
Rima akhirnya menginjakkan kaki di ibu kota dengan perasaan yang masih gusar dan perih ia kemudian kembali ke rumah kost yang ia tempati selama ini ia sengaja tidak pulang ke rumahnya karena disana ia sudah tidak di anggap lagi setelah kedua orang tuanya meninggal rumah tersebut dikuasai oleh kakak tiri dari ayahnya yang notabene tidak menyukai Rima
Sebenarnya Rima masih memiliki saudara lain tapi ia tidak ingin membebani siapapun tentang kondisinya saat ini
Rima dianggap anak pembawa sial yang selama ini menyusahkan hidup nya.
Sehingga Rima lebih memilih pergi dari rumah tersebut daripada setiap harinya ia selalu mendapatkan hinaan dan perlakuan yang buruk dari sang paman
Dari sana Rima tidak mendapatkan apapun meski harta peninggalan mendiang orang tuanya cukup banyak ketika ia di usir dari rumah itu hanya berbekal kan tabungan yang selama ini ia miliki
Ia berjanji pada dirinya sendiri suatu saat nanti ia akan merebut kembali semua yang seharusnya menjadi hak nya dan juga milik mendiang orang tuanya
Mulai saat itu ia berjuang sekuat tenaga bekerja tiada kenal lelah sampai akhirnya sekarang ia menjadi seorang karyawati di sebuah perusahaan ternama di ibu kota
posisi yang ia tempati saat ini ia lalui dengan sangat berat berbagai macam cobaan ia lewati dengan tangguh dan sabar...
****
Jangan lupa vote like dan comment nya ya para reader tercinta😍😍😍
Don't forget juga buat follow IG author @rahmaalfa21
Don't miss it juga kelanjutan kisahnya Rima ya guysssss
√Tetap semangat
√positif thinking
√and stay healthy 😘😘😘😘😘
see you next episode
"Tetaplah berjalan di atas jalanmu sendiri berbahagialah dengan apa yang kamu miliki
tanpa harus memandang iri takdir orang lain karena bahagia dan tidaknya hidupmu adalah dengan bagaimana caramu bersyukur"
Rima kini menginjakkan kaki di halaman rumah kost nya dilihat sekeliling masih terlihat sepi pertanda sangat penghuni masih sibuk bekerja dan belum kembali
Ia berjalan gontai setelah menutup pagar halaman
di sapa nya pak Ali yang masih betah menikmati kopi dan gorengan di atas meja pos satpam
"Sore Pak Ali "
"Sore mbak Rima... wwiiidiih baru dari kampung ya?" sahut Pak Ali seraya berdiri dan mendekati Rima
" Iya Pak.. saya baru dari kampung ya sudah saya masuk dulu ya Pak" ucap Rima sembari berjalan meninggalkan Pak Ali yang masih mengira bahwasanya Rima baru pulang dari kampung...
Ia tak mau menjelaskan begitu detail dari mana saja dia selama ini karena Pak Ali adalah orang yang sangat Kepo bisa-bisa sampai besok pagi ia tak kunjung selesai bercerita
***
Sesampainya di kamar kost ia kemudian meletakkan barang bawaannya di samping lemari kecilnya.
Kamar kost Rima begitu kecil disana hanya ada kamar tidur dan sebuah kamar mandi
ia memilih tinggal di tempat seperti ini karena dia harus hidup hemat mengingat dirinya sudah tidak memiliki orang tua lagi
Ia tidak pernah mengeluh karena semenjak kedua orang tuanya meninggal ia sudah harus menghidupi dirinya sendiri karena di usir dari rumah oleh paman nya
Kemudian ia membaringkan tubuh lelah nya di atas single bed kesayangannya sambil meraih bantal dan ia tutup kan di wajah sembab nya
terngiang semua kata-kata Ridwan yang telah ia janjikan kepada Rima serta semua hal hal yang mereka lalui selama ini
fikiran Rima bukan semakin jernih tapi malah semakin ruwet ketika ia sampai di kamar kost nya ia hanya mampu menangis dan terus menangis tanpa ia sadari ia pun mulai tertidur
***
"Menangis lah jika itu mampu mengurangi rasa sakit mu tapi satu hal yang harus kamu tahu tangisanmu itu malah membuat ku semakin sakit, ikhlaskan lah semuanya biarlah takdir berjalan sesuai kodratnya.
Mulailah hidup yang baru tanpa aku di sampingmu meskipun kini kita telah berbeda tapi cintaku untukmu tetap sama"
Rima tersentak dan terbangun dari tidurnya nafasnya yang menderu serta keringat dingin kini menjalar di tubuh mungilnya
"Astaghfirullah... astaghfirullahalazim" capnya berkali kali seraya mengusap wajahnya kasar, mimpinya terasa begitu nyata dan ia merasa Ridwan begitu dekat dengan nya..
Sekali lagi air matanya tumpah membasahi pipi dan tangannya
" Apa maksudmu Mas??? apa maksud kata -kata mu? Aku belum ikhlas mas, belum ikhlas " Rima berbicara pada dirinya sendiri seolah sedang menjawab kata kata Ridwan
Hatinya semakin gusar perasaan sedih semakin menguasai fikiran nya
Ia mengambil ponselnya yang masih berada di dalam sling bag nya lalu kemudian ia mendial sebuah nomor
"Dik, ibu kemana?? mbak Rima sudah sampai di tempat kost jaga ibu baik baik ya dik ingat pesan mbak...
" Iya mbak." terdengar jawaban dari nomor yang ia hubungi tak berselang lama ia pun menutup telfonnya
Ternyata yang ia hubungi adalah Afi, adik dari Almarhum Ridwan
selepas itu ia pun berdiri menuju kamar mandinya dan bergegas mandi untuk menghilangkan rasa pusing dan sembab di mata nya yang menderanya selama beberapa hari ini.
***
Tok.. Tokk "
Tokkkk... Toookkkkk... Tookkk
Tokkk... Tokkkkk.. Tokkkk
pintu kamar Rima diketuk berkali-kali semakin lama semakin menjadi seakan ketukan nya hampir menjebol pertahanan pintu kamar kost nya
Setelah selesai berganti baju kemudian ia segera beranjak membuka pintu yang di gedor dari luar
"Iya... iya... sebentar.. gak sabaran banget sih" "gerutu Rima sambil membuka pintunya
setelah pintu terbuka tidak ada seorang pun di luar Rima menoleh kesana kemari untuk mencari tahu siapa orang yang telah mengetuk pintu nya
Ia tak melihat siapapun di balik pintunya yang hampir roboh yang ia dapati hanya sebuah kotak dengan ukuran sedang yang berwarna biru tua dan di hiasi dengan pita berwarna merah muda
Tanpa menaruh curiga ia langsung membawa kotak misterius itu ke dalam kamarnya kemudian ia terduduk di samping single bed nya sambil memangku kotak misterius tersebut
Dilihatnya sejenak kotak tersebut tidak ada nama dan alamat dari si pengirim di sana hanya tertulis
"Teruntuk dirimu yang selalu menjadi yang pertama"
lalu tanpa ragu ia membuka kotak tersebut secara perlahan dikoyak nya bungkus kotak tersebut tidak ada isi yang spesial hanya berisi sebuah surat di dalam amplop berwarna merah
lalu dibukanya perlahan surat tersebut
***
"Teruntuk dirimu yang selalu ada di hati"
❤💞❤💞❤💞❤💞❤💞❤💞
kulihat bunga selalu mekar saat kau tersenyum
kulihat langit selalu biru saat kau bahagia
kulihat dunia terasa indah saat kau bicara
Tetaplah tersenyum dan terus tersenyum
karena itulah alasan ku tetap bertahan
Dari ku yang selalu menantimu**
Ia terdiam sesat setelah membaca isi surat itu perasaan antara takut dan menerka-nerka siapa kah yang telah mengirim surat itu dan kenapa isinya harus seperti itu
fikiran nya yang sedari tadi berkabut kini menjadi semakin mendung dan siap meneteskan air hujan
Ia lalu beranjak dari duduknya menuju pintu kamar kost nya
Dibukanya pintu kost tersebut lalu ia menaruh kembali kotak misterius tersebut di luar kamar kost nya
Sambil berlalu masuk dia terus mengomel
"Siapa sih.. Iseng banget gak ada kerjaan apa!!! sorry yah gue udah gak mempan ama yang begituan" 😡😡😡😡
***
Diluar pagar terlihat Pak Ali sedang berbincang dengan seseorang
Dari postur tubuhnya yang tinggi serta kulitnya yang putih dan juga mobil mewah yang ia naiki
di rasa ia bukan laki-laki sembarangan dan tentunya dari kalangan atas
"Siang Tuan... ada yang bisa saya bantu?" sapa Pak Ali sambil mendekati laki-laki tersebut yang masih berada di dalam mobil
Ia hanya menurunkan kaca mobilnya sebagian sambil terus menatap ke arah rumah kost yang di tinggali Rima...
Laki laki itu tidak menjawab pertanyaan Pak Ali ia langsung menutup rapat kaca mobilnya dan berlalu pergi dari depan gerbang kost Rima
"Dasar bocah gemblung, ditanya baik baik kok malah ngeluyur dasar anak jaman sekarang gak tau sopan santun awas ya kalo besuk kesini lagi tak jewer sampeyan" oceh Pak Ali sambil mengepalkan tangan nya....
****
Kira kira siapa yahhh yang dari kemarin selalu merhatiin Rima??? 🤔🤔🤔🤔🤔
penasaran gak para readers sekalian???
**Jangan lupa vote dan like ya para readers biar tambah cemungut buat up episode nya
Follow juga IG author @rahmaalfa21
stay healthy....
Thank you so muchhh 😘😘😘😘**
"Hidup ini indah jika engkau mampu menafsirkannya melalui hatimu dan hidup ini akan menjadi semakin buruk jika engkau menafsirkannya dengan mata dan ambisimu"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!