NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Di Danau Kembar

Episode 1 Kekesalan Kanya

Kanya menggeliat ketika dirasakannya udara dingin berhembus ke tubuhnya. Ditariknya selimut yang dari tadi sudah jatuh disamping tempat tidurnya.Tapi baru saja dia terlelap tiba-tiba alarm handphone nya berbunyi.Sudah jam 5 pagi.Kanya bergegas bangun dan menuju kamar mandi untuk gosok gigi dan berwuduk.Tak lama kemudian terdengarlah suara merdu gadis itu tengah mengaji.

Sambil melipat mukena disibakkannya gorden jendela dan senyum tipis tergambar dibibir indahnya. Danau Diatas seperti mengucapkan selamat pagi dengan kabut tipis yang menari diatasnya.Kanya bergegas keluar kamar menuju kamar mandi. Air hangat sudah disediakan Bu Ici. Selesai mandi dia balik kekamar dan memakai baju dinasnya. Diolesinya muka dengan bedak tipis dan lipstik berwarna pink. Terakhir dipakainya hijab yang senada dengan baju dinasnya. Bu guru Kanya sudah siap menjalankan tugasnya hari ini.

Didapur Bi Ici sedang memasak nasi goreng. Baunya tercium di seluruh ruangan. Ketika Kanya datang perempuan parobaya itu menyodorkan sepiring nasi goreng untuknya. Kanya mengambil dan membawanya ke meja makan. Ditemani segelas susu gadis itu melahap semua sarapannya pagi ini.

"Bu Ici, aku berangkat ya".

" Ya, hati-hati".

Segera diambilnya kunci motor scoopy nya dan bergegas keluar sambil mengucapkan salam dan mencium tangan Bu Ici. Setelah menghangatkan mesin motornya dan memakai helm gadis itu melaju dijalan perkebunan teh menuju sekolahmya.

Ketika sampai dibelokan jalan raya tiba-tiba saja sebuah Toyota Alparh hampir saja mencium kepala scoopy nya. Kanya kaget dan langsung menekan rem secara mendadak. Untuk sesaat dia hanya terdiam menenangkan dadanya yang bergemuruh.Pintu mobil terbuka dan muncullah seraut wajah dingin menatap Kanya dengan marah.

"Kamu pandai tidak berkendara di jalan raya?"

Satu pertanyaan yang membuat Kanya benar - benar terkesima.

" Bukannya tadi dia yang hampir menabrakku? Kok sekarang aku yang dibentak sih ? "

Kanya menggerutu dalam hati.Kesalnya bukan main.Tapi dia ingat sebentar lagi dia harus sampai disekolah kalau tidak ingin melihat muka masam kepala sekolah. Dibelokkannya scoopynya perlahan dan melaju tanpa menghiraukan wajah dingin didepannya.

Hampir setiap sore Kanya duduk di dermaga.

Memandangi sunshet dan matahari tenggelam diujung danau merupakan keasyikan tersendiri baginya. Tak lupa dia menyibukkan diri dengan membaca novel di aplikasi Novel toon di handphone nya.

" Hay guys, sebenarnya danau kembar ini unik lho.Danau yang letaknya dibawah namanya Danau Diatas, dan Danau yang letaknya diatas namanya Danau Dibawah. Lucu ya? Author juga tidak tau sejarahnya."

Sedang asyik dengan novel kesayangannya tiba - tiba saja.

" Selamat sore, boleh saya duduk disini ?"

Reflek dia menoleh ke sumber suara itu dan bermaksud memberikan sedikit senyuman. Tapi, astaga! jangankan senyum malah wajahnya dipalingkan secepat mungkin dari wajah itu.

" Oh!, silahkan saya juga mau pulang"

Suara itu terdengar dingin melebihi suara dingin yang didengarnya tadi pagi. Tanpa ba bi bu gadis itu melenggang pergi. Meninggalkan wajah gusar dari orang yang barusan menyapanya.

" Gadis sombong. Baru kali ini aku diperlakukan seorang perempuan seperti ini. Lihat saja kau akan tau siapa aku ."

Sebuah ancaman.

Laki - laki itupun bergegas menuju mobilnya.

Kanya melajukan scoopynya perlahan. Rasa kesal dihatinya belum hilang. Tanpa disadarinya dibelakangnya sebuah mobil mengikutinya dengan perlahan.

Didalam mobil laki - laki itu terus mengikuti gadis didepannya. Perlahan fikirannya terbayang pada kejadian tadi pagi.

" Mungkinkah gadis ini yang hampir kutabrak tadi pagi ? Kalau dilihat dari motornya sepertinya sama. Awas saja kau akan tau dengan siapa kau berhadapan."

Sebuah ancaman lagi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Episode 2 Mencari informasi.

Purnama berlayar indah dilangit.Disebuah villa mewah yang berdiri dibibir Danau Diatas berdiri seorang laki - laki tampan dengan wajah gusar. Tangannya mencengkram kuat terali besi yang digenggamnya.Pandangan matanya lurus menatapi riak - riak danau yang disinari sang dewi malam. Sangat indah.

Tapi semua tak bisa mengubah wajah gusar itu menjadi manis.

" Siapa sebenarnya gadis itu. Dia begitu sombong dan tidak menghargaiku."

" Beniiii !", memanggil dengan suara menggelegar. Dalam sekejap yang dipanggil datang dan berdiri dengan wajah tertunduk.

" Ya, bos. Ada yang bisa saya bantu ?", bertanya dengan takut.

" Kamu lihat rumah yang beratap merah itu?".

Tentu saja Beni bingung.Dibawah sana banyak sekali rumah yang beratap merah.Lagi pula sekarangkan sudah malam.

" Maaf bos, rumah yang mana ya?", bertanya lagi.

" Itu, rumah yang berdiri persis disisi perkebunan sebelah kanan."

" Oh itu, rumah Bu Ici bos"

" Siapa Bu Ici ?"

" Dia seorang janda bos. Suaminya dulu juga karyawan diperkebunan bos".

" Hmmm", sejenak mengusap dagu yang kelihatannya habis di cukur.

" Anaknya ?".

" Bu Ici tidak punya anak bos".

" Lalu sekarang dia tinggal dengan siapa?", sedikit menaikkan alis kalau dikepalanya ada berbagai macam pertanyaan.

Sebelum menjawab Beni kelihatan bingung.

" Beniii", suara yang pelan tapi mengancam menyadarkan Beni.

" Eh !\, anu bos. Bersama Bu Kanya. Dia seorang guru di***. Orangnya cantik dan ramah sekali bos. Semua orang sangat suka padanya. Bahkan....."

" Hai, siapa yang mengizinkanmu bicara panjang lebar ?", suara itu sontak membuat Beni terdiam dan melongo memandangi si bos yang melangkah gontai ke dalam.

" Ngapain si bos nanya - nanya soal Bu Ici. Jangan - jangan si bos suka lagi sama perempuan itu." Ha...ha...ha...

Beni terkekeh dalam hati.Diluar mana berani dia, bisa - bisa  digantung di pohon duren.

******

Pagi pun tiba.

Harris Wijayanto. Pemilik tunggal perkebunan teh yang memenuhi perbukitan dan berjejer di indah disisi Danau Kembar. Seorang pemuda tampan dan cerdas. Lulusan dari sebuah universitas ternama di Amerika.

Selesai sarapan yang sudah disiapkan Ujang, dia segera mengambil kunci mobil dan melangkah ke garasi. Pagi ini dia akan kekantornya di perkebunan. Sebenarnya Harris jarang mengunjungi perkebunan ini.Dia lebih banyak mengurus perusahaannya yang di Jakarta. Lagipula disini sudah ada Pak Edo, orang kepercayaanya yang mengurus semua urusan disini. Namun karena ada urusan yang harus dia sendiri turun tangan, makanya sang papi, Pak Wijaya menyuruhnya kesini.

Mobil itu melaju pelan.Udara dingin membuatnya menaikkan resleting jaketnya sampai dagu. Dia sangat menikmati pemandangan indah sepanjang perjalanan.

Memasuki jalan di area perkebunan dia  melihat rombongan buruh pemetik teh mulai bekerja. Dia senang ternyata Pak Edo benar - benar menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Melewati pendakian, dari jauh matanya melihat sebuah scoopy abu - abu meluncur cepat. Dia tersenyum licik dan saat hampir berpapasan mobilnya sedikit menikung dan terus melaju sambil melihat kebelakang dengan wajah puas.

Dibelakangnya Kanya menghentikan scoopynya mendadak. Dengan wajah yang sangat kesal dia turun dan terpana melihat pakaiannya sudah basah terkena lumpur.

" Mobil sialan, laki - laki sialan. Dasar egois. Apa dia tidak tau kalau aku sudah sangat terlambat. Apalagi sekarang muridku sedang mengikuti ujian.Oh Tuhan!, apa aku harus balik lagi ke rumah ?

Di kantor perkebunan.

Semua orang sibuk menyambut pimpinan mereka datang. Berbagai pertanyaan bermain dikepala masing - masing. Apalagi Pak Edo. Dia sungguh gelisah menyambut kedatangan Pak Harris. Mungkinkah dia sudah melakukan kesalahan ? Tapi perasaannya tidak ada. Semua baik - baik saja.

Harris menyuruh mereka berkumpul di ruang meeting. Dia memasuki ruangan kantornya dan mengambil beberapa berkas dan kembali menuju ruang meeting.

Cukup lama juga Harris memimpin meeting. Ketika selesai hari sudah siang. Bergegas dia memasuki mobilnya dan melaju pelan melewati area perkebunan. Melewati sebuah rumah mobilnya diperlambat dan matanya sejenak melihat motor scoopy abu  - abu terpajang disana. Kembali dia tersenyum dingin mengenang peristiwa pagi tadi. Dipercepatnya laju mobil dan ketika sampai dirumah makan siang sudah lengkap.Perutnya terasa sangat lapar. Udara dingin membuatnya makan dengan lahap.

Selesai makan dia kembali duduk di balkon tingkat dua villanya. Nanti sore dia berniat akan jalan - jalan ke Danau Dibawah. Pemandangan disana lebih indah lagi.

Hembusan angin dingin membuatnya sedikit mengantuk. Namun tiba - tiba ponselnya berdering. Dengan malas dia mengangkat dan terdengarlah suara merdu dari seberang sana.

" Hai sayang, kamu sedang apa?"

" Ngapain sih manggil sayang?", menjawab dengan sedikit kesal.

" Aku kan benar sayang sama kamu Harris Wijayanto".

" Ya sudah, ada apa kamu nelpon aku?", menjawab dengan nada malas.

" Sayang, kenapa kamu ke Padang tidak mengajakku?, aku kan bisa menemanimu."

" Aku bisa sendiri, lagipula kamu kira aku anak kecil yang harus ditemani kemana pergi."

" Bukan begitu, aku kan....."

" Ya sudah, aku sedang sibuk.By"

Ponsel dimatikan. Tapi kembali berdering dari nomor yang sama. Harris sangat kesal.Clara selalu saja menganggu ketenangan hidupnya. Dibiarkannya ponsel itu berdering beberapa kali. Sampai akhirnya si penelpon kesal dan membanting ponselnya ke tempat tidur.

Kanya sedang duduk dikamarnya ketika dia melihat mobil yang sudah dua hari ini sangat menganggu hidupnya. Bergegas dia keluar tapi mobil itu sudah menghilang dibelokan jalan.

" Awas saja. Kalau bertemu lagi akan kukempeskan ke empat ban mobilnya."

Gadis itu masuk kembali sambil menggerutu kesal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pertolongan pertama.

Pagi ini Kanya agak sedikit bermalas- malasan. Setelah shalat subuh dia kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Tak lama terdengar bunyi ponselnya. Segera diraihnya benda pipih itu dan mengangkat telpon.

" Assalamualaikum. Mama, apa kabar ?"

" Waalaikumsalam, sayang. Mama sehat - sehat saja. Kamu bagaimana?"

" Sehat Ma. Papa mana Ma ?"

" Papa lagi shalat subuh. Mama mau bilang kalau Mama sama Papa akan ke Jakarta tempat Om Budi. Jadi Kanya minggu ini nggak usah balik ke Padang.Kami kan nggak ada jadi sama siapa dirumah nanti"

" Baik Ma".

Kemudian ibu dan anak itu terlibat percakapan panjang. Sepertinya mereka saling melepas rindu. Setelah selesai Kanya menutup telpon dan berpesan agar kedua orang tuanya berhati - hati.

Kanya Hapsari.

Adalah anak tunggal dari Bapak Anwar Septriadi dan Ibu Nurlela. Selesai menamatkan S 2 nya disebuah Universitas di kota Padang dia diangkat sebagai guru di sebuah tempat yang sangat indah di Sumatera Barat. " Kota dingin tanpa salju "

Kanya beranjak keluar kamar.Hari ini Sabtu, adalah hari libur mengajar jadi dia ingin berjalan - jalan. Segera mandi dan berpakaian. Selesai sarapan pagi dia langsung pamit pada Bu Ici. Dia harus kerumah Dyah terlebih dahulu.

Dirumah Dyah.

Kanya duduk diruang tamu. Dyah baru saja mandi dan sedang berpakaian. Seorang laki - laki memasuki ruang tamu. Melihat Kanya dia nampak senang dan sedikit over acting. Kanya tersenyum sedikit. Tapi laki - laki itu senang bukan main. Kanya sedikit kurang suka ketika laki - laki itu duduk dikursi yang berseberangan dengannya. Dia mulai bertanya ini itu pada Kanya. Kanya menjawab dengan sesopan mungkin.Dia sangat tidak suka dengan pandangan laki - laki itu. Sorot matanya membuat bulu kuduk Kanya berdiri.Sangat tajam dan menakutkan.

Untung Dyah cepat selesai. Dan Kanya seperti lepas dari siksaan.

" Hai Kanya, lama menunggu ya. Uda Fikar sudah lama ?"

"Oh !, jadi namanya Fikar?"

" Belum. Bicara dengan temanmu ini sangat menyenangkan. Sayang sekali kau cepat sekali datang".

Dia tersenyum pada Kanya. Kanya membalasnya dengan seringai kecil. Perasaanya sungguh tidak enak. Untung Dyah cepat mengajaknya pergi.

" Kamu pasti tidak suka pada orang tadi ?" Kanya mengangguk.

" Iya. Siapa dia ?" bertanya sedikit kepo.

" Dia jejaka tua. Bujang lapuk.Tapi duitnya banyak lho. Juragan."

" Kenapa nggak kamu ajak nikah aja. Kan banyak duit " ledek Kanya.

" Ih !, amit - amit. Pantang lihat perempuan cantik. Langsung kepincut untuk dijadikan istri."

" Lalu kenapa dia tidak meminangmu untuk dijadikan istri?"

Dyah melotot.Mata indahnya tampak sangat tidak suka. Kanya tertawa dan menghidupkan scoopynya, langsung jalan begitu Dyah duduk diboncengan.

Kedua gadis itu terlihat sangat santai. Kanya melajukan motornya agak sedikit kencang. Disebuah persimpangan dia belok kanan dan melewati jalan yang agak kecil. Tak lama kemudian Kanya menghentikan scoopynya. Disebuah panorama. Nampaklah pemandangan yang sangat indah. Danau Dibawah.

Yang letaknya diatas guys.

Mereka mencari tempat duduk yang agak strategis. Sambil menikmati indahnya pemandangan, mereka makan kacang goreng yang tadi dibeli Kanya sebelum ke rumah Dyah.

" Bagaimana kalau kita turun ke bawah sana. Kelihatannya lebih asyik"

" Jangan ah, aku takut. Tebingnya sangat curam."

" Dasar penakut.Tenang aja, aku akan pegang kamu. Lihat, banyak kok yang turun kesana".

Dengan menahan rasa takut Dyah mengikuti langkah Kanya. Memang sih ada tangga khusus untuk turun. Tapi terpeleset sedikit saja tubuh akan langsung tercebur ke dalam danau. Kata orang Danau Dibawah ini sangat dalam dan sedikit angker. Dyah bergidik. Dalam hati dia terus berdoa.

" Tuhan. Tolong selamatkan aku. Aku masih ingin hidup lebih lama.Jodoh aku belum mendekat ya Allah. Aku tidak mau mati dan dikuburkan dengan batang pisang."

Ha...ha...ha... emang iya seperti itu. Si Dyah ada - ada aja.

Sampai dibawah, ditepi danau. Mereka sibuk berselfi ria. Dyah sudah melupakan rasa takutnya. Kanya pun menikmati akhir minggunya dengan santai. Tanpa dia sadari dari tadi sepasang mata mengamatinya dengan sorot tajam. Mata itu jelas menyatakan rasa tidak suka.

" Gadis sombong itu lagi. Kenapa perempuan itu selalu  membayangiku".

Dari tadi dia terus mengawasi kedua gadis itu. Diperhatikannya dengan seksama. Gadis yang bernama Kanya itu sebenarnya cantik.Wajahnya sangat lembut, coba dipoles dengan make up yang mahal pasti artis - artis kalah bersaing.

Hi..hi...hi... fikiran Harris mulai kemana - mana.

Dilihatnya kedua gadis itu mulai menaiki tangga. Gadis yang satunya kelihatan agak takut. Dia berpegangan erat pada Kanya. Dipertengahan tangga tiba - tiba  dilihatnya Kanya terpeleset dan berguling - guling di tangga. Semua yang melihat berteriak histeris. Tak satupun pohon yang bisa menopang tubuh gadis itu. Dia akan tercebur ke danau. Refleks Harris beranjak dari tempat duduknya. Tungkainya yang panjang membuat tubuhnya secepat kilat menuju Kanya. Beberapa detik lagi tubuh gadis itu sampai dibibir danau tangan Harris berhasil menangkap tangannya. Dengan sedikit sentakan tubuh Kanya berhasil ditahannya dan keseimbangan tubuh Harris pun hilang. Mereka bergulingan dengan tangan Harris memeluk tubuh Kanya.

Harris mendekap tubuh itu. Kemudian dibaringkannya dengan perlahan. Pengunjung yang lain mulai mendekat. Kanya pingsan, tubuhnya terasa dingin. Dyah yang dari tadi berdiri ditengah tangga langsung turun dan berlari mendekati Kanya. Dia menangis membangunkan sahabatnya itu.Tapi Kanya tetap diam tak memberikan reaksi apapun. Dyah semakin bingung. Dipandanginya orang - orang yang mungkin saja mau memberikan pertolongan.

"Ayo kita bawa temanmu ke rumah sakit"

Sebuah suara mengejutkannya. Dia segera mengangguk dan membiarkan orang itu menggendong Kanya. Dyah mengikuti dari belakang.

Harris memasukkan Kanya kebangku belakang mobilnya. Dia memberi isyarat pada Dyah untuk menemani. Dyah kembali mengangguk dan memasuki mobil.

" Dimana rumah sakitnya ?" Dyah menyebutkan alamatnya.

Mobil Harris meluncur di jalan raya menuju rumah sàkit.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!