NovelToon NovelToon

Senandung Luka Diatas Rindu

Ayumi dan Ayunda

" Ayumi anak yatim ..."

" Ayumi ngga punya ayah ... " teriak teman teman Ayumi kala mereka sedang mengejek Ayumi yang sedang asik bermain.

" aku punya ayah !!" teriak Ayumi tak suka.

" aku punya ayah, ayah ku pasti akan datang menjemput ku dan aku akan memberitahu ayah jika kalian terus mengejek ku seperti ini " ucap Ayumi yang mencoba agar tidak sampai menangis di hadapan anak anak yang sering mengejeknya.

Ayumi berjalan pulang meninggalkan teman temannya yang memang sering sekali mengejeknya dan setelah dirasa cukup jauh dari teman temannya setetes bulir air mata mulai mengalir di kedua pipinya tapi buru buru Ayumi menghapus air matanya dengan cepat dan kasar.

" bunda "

" apa Ayumi tidak punya ayah ?" tanya seorang gadis kecil dengan wajah yang terlihat sangat sedih setelah pulang bermain bersama teman teman sebayanya.

" sudah kakak bilang jika kita sudah tak memiliki ayah !!" ucap Ayunda kakaknya Ayumi yang mana usia keduanya hanya berjarak lima tahun, Usia Ayumi saat ini menginjak sembilan tahun sedangkan Ayunda kini sudah berusia empat belas tahun.

" kak, kenapa berteriak seperti itu " tegur Wulan yang hanya bisa menjadi penengah jika kedua putrinya sedang berdebat atau berselisih paham.

" karena Ayumi terus menanyakan hal yang tak penting seperti itu " ucap Ayunda yang bisa Wulan pahami apa yang sedang di rasakan Ayunda saat ini.

" Ayumi hanya bertanya kak, kenapa Kakak marah seperti itu ?" ucap Ayumi yang hanya bisa menangis jika sudah di marahi oleh Ayunda seperti tadi.

" kakak ngga marah sayang " ucap Wulan yang tak ingin Ayumi dan Ayunda terlalu lama marahnya karena hanya Ayumi dan Ayunda yang Wulan miliki di dunia ini.

" kakak hanya ingin Ayumi ingat jika hanya ada bunda dan kakak, ngga ada yang lain " ucap Wulan dengan suara tertahan dan hal itu dapat di lihat oleh Ayunda yang tak suka saat melihat mata ibunya berkaca kaca seperti saat ini.

" bunda benar, kita tak butuh seorang ayah " ucap Ayunda tegas dan kuat.

" kita bisa hidup tanpa ayah di sisi kita selama ini jadi kenapa kita harus lemah saat orang terus membicarakan ayah mereka !" ucap Ayunda sambil melihat ke arah ibunya yang juga sedang menatap ke arahnya.

Wulan langsung merangkul kedua putrinya yang mana Wulan sadar sekuat apapun dan sekeras apapun Ayunda mengatakan tak membutuhkan sosok seorang ayah, Wulan tau jika ada rindu yang coba Ayunda kubur untuk sosok ayah yang sudah sangat lama tak Ayunda lihat dan temui.

" maafkan bunda " ucap Wulan yang hanya bisa menahan tangis saat memeluk kedua putrinya yang harus mengalami semua ini saat usia mereka bahkan masih sangat kecil.

" kita tak butuh ayah, benar kan dek " ucap Ayunda pada Ayumi yang langsung mendapat anggukan dari Ayumi.

Wulan melepaskan pelukannya setelah yakin kedua putrinya sudah kembali kuat seperti sebelum pembahasan tentang ayah dimulai, Wulan pun membelai satu persatu pipi putri putrinya yang mana wajah mereka begitu mirip dengan ayahnya seolah ingin membuktikan kepada ayah mereka jika mereka ada di dunia ini terutama Ayumi.

" sebaiknya kakak ajak Yumi makan siang baru setelah itu temani Yumi tidur siang, ok sayang " ucap Wulan yang langsung mendapat anggukan dari Ayunda yang selalu membantu apapun yang iya bisa agar bundanya tidak terlalu lelah karena hanya bundanya lah yang bekerja di rumah ini.

" bunda ada pesanan kue yang harus di selesaikan sore ini " ucap Wulan yang tak ingin saat hatinya lemah mempengaruhi pekerjaan yang menjadi pegangannya dan tumpuan hidup mereka sejak tak lagi bersama suaminya.

" ayo kita makan, nanti setelah kamu tidur kakak akan membantu bunda mengerjakan pesanannya " ucap Ayunda yang memang sudah lebih dewasa di banding umurnya.

" setelah makan kakak istirahat saja, nanti saat pesanan selesai tolong kakak antar pesanan ini, boleh ?" tanya Wulan.

" baik bunda " ucap Ayunda yang selalu menuruti apa yang Wulan katakan.

Kedua Kaka beradik itu pun mulai menikmati makan siang meski menu yang mereka makan hanya dengan lauk seadanya tapi Ayumi dan Ayunda selalu antusias saat memakan masakan Wulan dan hal itu cukup membuat Wulan merasa bersyukur dan lega karena kedua putrinya begitu mengerti kondisi dan keadaan dirinya.

" maafkan bunda " ucap Wulan yang selalu menyalahkan diri sendiri saat melihat kerinduan yang coba Ayunda tutupi dari dirinya karena Ayunda pernah merasakan hadirnya sosok yang tadi Ayumi bicarakan.

" meski bunda berusaha untuk bisa menjadi ayah sekaligus bunda untuk kalian berdua tapi bunda sadar ada ruang kosong yang tak bisa bunda isi meski sekuat apapun bunda mencoba memasukinya " ucap Wulan yang menyadari jika dirinya tak akan bisa menggantikan kasih sayang seorang ayah untuk kedua anak perempuannya.

" kamu harus fokus Wulan, meski sosok ayah tak bisa kamu gantikan setidaknya jangan membuat kedua putriku merasakan kelaparan dan kehausan karena kamu tak bisa mencukupi kebutuhan kedua putrinya " kata kata mutiara itu yang selalu menjadi cambuk untuk Wulan agar tak terlalu lama lemah menghadapi kenyataan hidup.

" kak, apa kakak tau siapa nama ayah ?" tanya Ayumi yang sejujurnya ragu untuk menanyakan hal itu terlebih pada kakaknya.

" Natan, bukan kah bunda sering memberitahu jika nama ayah kita Natan " ucap Ayunda yang mencoba untuk tak marah saat Ayumi membahas tentang ayah mereka lagi.

" Yumi tau jika nama ayah kita Natan, tapi yang Yumi tanya siapa nama lengkap ayah kita " ucap Ayumi pelan karena tak ingin memancing amarah kakaknya lagi.

" kakak ngga tau !" ucap Ayunda kesal saat harus mengingat nama ayah yang sudah menelantarkan dirinya dan ibunya.

" boleh Yumi bertanya satu lagi ?" tanya Ayumi yang terlihat ragu untuk menanyakan hal itu sejak lama.

Ayunda melihat ke arah adiknya dan di wajah adiknya Ayunda bisa melihat kerinduan yang sejujurnya Ayunda rasakan sejak lama tapi mungkin Ayumi yang masih kecil belum bisa menyembunyikan apa yang iya rasakan saat ini.

" apa ?" tanya Ayunda yang tetap saja selalu lemah jika sudah berhadapan dengan Ayumi adiknya.

" sebenarnya ayah kita masih hidup atau sudah meninggal ?" tanya Ayumi penasaran.

" ayah kita masih hidup tapi selama delapan tahun ini kita tak pernah merasakan kehadirannya jadi bukankah sama saja ayah kita masih hidup atau sudah meninggal " ucap Ayunda dalam hati.

" entah, ayah kita masih hidup atau sudah meninggal "

" kita tak butuh ayah kita karena kita punya bunda yang akan selalu melakukan apapun untuk kebahagiaan kita " ucap Ayunda sambil merangkul adiknya yang kembali berkaca kaca.

" kakak janji, mulai saat ini kamu tak akan pernah merindukan lagi sosok ayah karena kakak yang akan menggantikan posisi ayah mulai saat ini "

✍️✍️✍️ luka apa yang sebenarnya di pendam di hati Wulan dan Ayunda hingga tak ingin membahas tentang Natan ayah kandung anak anaknya dan apa yang sebenarnya terjadi antara pernikahan Wulan dan Natan dulu ?

Haiiii ketemu lagi dengan R-kha di cerita receh R-kha yang ke sekian kalinya, ikutin alur cerita nya dan semoga kalian suka

Happy reading

Pantengin terus ya ceritanya biar R-kha lebih semangat lagi update nya

Jangan lupa like dan tinggalkan jejak biar R-kha lebih semangat lagi update nya dan jadikan R-kha autor favorit kalian

Love you moreee 😘😘😘

Memberi Luka Baru

" kak... "

" apa kakak sudah bangun ?" tanya Wulan yang baru saja menyelesaikan pesanan kuenya.

" ya bunda " jawab Ayunda yang baru saja terbangun mendengar suara ibunya.

" cuci muka dulu sana baru setelah itu tolong antarkan pesanan kue ke rumah yang di ujung jalan " ucap Wulan menjelaskan dimana rumah yang akan Ayunda tuju.

" bukankah rumah itu kosong bunda ?" tanya Ayunda.

" baru dua hari ini di isi dan kue yang mereka pesan untuk syukuran rumah yang baru mereka tempati " jelas Wulan panjang lebar.

" tunggu, jika mereka baru mengisi rumah itu dari mana mereka tau jika bunda menerima pesanan kue ?" tanya Ayunda yang berpikir begitu kritis.

" mereka mendapat referensi dari Bu RT " jawab Wulan apa adanya.

" ya sudah, Ayunda cuci muka dulu " ucap Ayunda yang tak pernah membantah ataupun menolak perintah ibunya.

Sedangkan di sebuah rumah yang cukup besar dari rumah rumah di sekitarnya riuh orang orang yang sedang mempersiapkan

Tasyakuran rumah yang akan di tempati oleh keluarga yang cukup kaya raya.

" kenapa kue pesanan kita belum antar " ucap seorang wanita yang jika di lihat usianya tak jauh berbeda dengan Wulan.

" sabar, bukan kah Bu RT bilang akan di antar sebentar lagi " ucap laki laki yang ternyata suami dari wanita yang baru saja mengeluh tadi.

" Anna harap kue yang di promosikan Bu RT itu memang enak, awas saja jika tak enak kita tak akan lagi memesan kue darinya lagi " ucap wanita itu yang ternyata bernama Anna Rachmawati.

" permisi " ucap seorang gadis yang kini sudah berdiri di ambang pintu rumah besar itu.

" panjang umur " ucap suami dari wanita itu sambil berjalan ke arah pintu untuk mengambil pesanan yang akan menjadi hidangan tasyakuran rumah mereka.

" ya tunggu " ucap laki laki itu sambil terus berjalan sedangkan Ayunda hanya bisa ternganga melihat siapa yang sedang berjalan ke arahnya.

Mulut Ayunda seolah terkunci tapi matanya tiba tiba saja memancarkan kemarahan yang begitu besar saat laki laki itu sudah berdiri tepat di hadapan Ayunda saat ini.

" berapa ?" tanya laki laki tadi sambil mengeluarkan dompet dari saku belakang celananya.

" dua ratus empat puluh lima ribu " ucap Ayunda dengan suara yang tertahan di ujung tenggorokannya.

Laki laki itu pun mengeluarkan tiga lembar uang merah tepat di depan Ayunda yang langsung Ayunda terima setelah meletakkan satu kardus besar kue pesanan laki laki itu.

" ambil saja kembaliannya " ucap laki laki tadi sambil mengangkat dua yang berisi kue yang baru saja iya bayar.

" maaf saya tidak di ajarkan menerima uang lebih dari orang asing " ucap Ayunda sambil mengeluarkan kembalian yang memang selalu Wulan siapkan untuk jaga jaga.

" itu yang lebih karena kamu sudah mengantarkannya ke rumah ini " ucap laki laki tadi yang tetap menolak uang yang sedang di sodorkan Ayunda padanya.

" itu free delivery kami untuk pelanggan kue bunda, jadi tidak usah repot repot memberi uang lebih karena kami bukan pengemis yang mengharap belas kasih orang lain " ucap Ayunda yang terdengar sangat dingin dan hal itu membuat laki laki tadi merasa bersalah dengan sikapnya pada Ayunda.

" ada apa Nathan ?" tanya seorang wanita paruh baya yang kini sudah berjalan menghampiri Ayunda dan Nathan yang masih berdiri berhadapan di ambang pintu.

" tidak apa apa Bu, maaf saya permisi " ucap Ayunda yang tak bisa lebih lama lagi berada di rumah yang menurutnya sudah menggoreskan luka di atas luka yang selama ini coba Ayunda kubur.

Ayunda berjalan tergesa gesa meninggalkan rumah itu dan Ayunda tak akan pernah mau lagi datang ke rumah ini apapun alasannya dan jika bisa Ayunda akan melarang ibunya untuk kembali menerima pesanan dari rumah ini berapapun keuntungan yang bisa mereka dapat nantinya.

" kenapa dengan anak itu ?" tanya wanita paruh baya itu yang tak lain adalah ibu dari Nathan yang bernama Niken.

" Nathan ngga tau Bu tapi Nathan cukup salut dengan apa yang menjadi prinsip anak itu dan juga orang tuanya " ucap Nathan yang terlihat tak marah dengan apa yang Ayunda katakan padanya tadi.

" memang apa yang anak itu katakan ?" tanya Anna yang baru saja bergabung dengan Nathan dan juga Bu Niken.

" dia tak ingin di kasihani dan tak ingin di beri uang lebih apapun alasannya " ucap Nathan apa adanya.

" arogan sekali ucapan anak itu !" ucap Anna yang malah salah menafsirkan prinsip Ayunda.

" bukan arogan tapi berprinsip " bela Nathan.

" terserah lah tapi apa yang anak itu katakan seperti seorang anak yang tak di ajari sopan santun oleh orang tuanya " ucap Anna yang entah kenapa tak menyukai Ayunda meski tak melihatnya secara langsung.

" sudah lah, sebaiknya kalian fokus pada tasyakuran rumah ini dan semoga dengan pindahnya kalian ke rumah ini kalian bisa segera di karuniai seorang anak " ucap Bu Niken.

" Anna pasti bisa hamil sejak dulu jika saja Nathan mau menyentuh Anna " gumam Anna dalam hati.

" usia kami sudah tak muda lagi Bu, lagi pula kita sudah memiliki Naura yang sudah sah menjadi anak kita secara hukum " jelas Nathan yang tak suka jika ibunya kembali membahas soal anak terutama dari Anna.

" tapi bagaimana pun Naura itu bukan anak kandung kalian, jadi tetap saja berbeda jika kalian memiliki anak kandung sendiri " ucap Bu Niken yang selalu mengulang ulan ucapannya jika Nathan sudah menggunakan alasan itu.

Jika di rumah besar itu perdebatan terjadi antara Nathan dan Bu Niken lain halnya dengan Ayunda yang baru saja sampai di rumah nya tapi tak seperti biasanya Ayunda langsung mengunci kamarnya dari dalam dan hal itu tentu saja membuat Wulan khawatir.

" kak, kamu kenapa ?" tanya Wulan sambil mengetuk ngetuk pintu kamar putrinya.

" Ayunda cuma ingin sendiri Bu " ucap Ayunda dengan suara yang sedikit bergetar dan Wulan semakin yakin jika Ayunda putrinya sedang tidak baik baik saja.

" kakak kenapa Bun ?" tanya Ayumi yang baru saja selesai membersihkan diri.

" bunda juga tidak tau, kita akan tanya sama kakak jika kakak sudah jauh lebih tenang " ucap Wulan sambil mengajak putri bungsunya menjauh dari kamar seolah Wulan ingin memberikan ruang pada Ayunda untuk menenangkan diri dari masalah yang mungkin sedang di hadapi Ayunda saat ini.

" tapi Ayumi baru melihat kakak seperti ini Bun " ucap Ayumi jujur karena sepanjang yang Ayumi tau jika kakaknya tak pernah bersedih atau pun menangis seperti ini jika bukan hal yang benar benar menyakitkan bagi Ayunda.

" bunda juga ngga tau sayang, tapi apapun itu bunda yakin kakak akan bisa menghadapinya dan kakak pasti akan cerita jika memang kakak ingin cerita " ucap Wulan yang sejujurnya ucapan itu juga iya tanamkan untuk dirinya.

" siapa sebenarnya pemilik rumah baru itu ?"

" apa mungkin apa yang terjadi pada Ayunda ada hubungannya dengan pemilik rumah baru itu ?"

" kenapa aku bisa lupa menanyakan nama pemilik rumah itu ?"

✍️✍️✍️ bagaimana reaksi Wulan saat tau siapa yang sudah Ayunda temui di rumah yang baru Ayunda datangi ? Dan apakah Nathan juga akan tau siapa gadis yang baru saja dia temui ?

Pantengin terus ya ceritanya biar R-kha lebih semangat lagi update nya

Jangan lupa like dan tinggalkan jejak biar R-kha lebih semangat lagi update nya

Love you moreee 😘 😘 😘

Wajah Yang Tak Asing

Tak akan ada seorang ibu yang akan bisa tenang saat tau jika putrinya tiba tiba saja mengurung diri setelah kembali dari luar, begitu juga dengan Wulan yang sebenarnya merasa tak tenang setelah lebih dari setengah jam Ayunda tak juga kunjung keluar dari kamarnya.

" apa aku harus menghubungi Bu RT untuk menanyakan siapa pemilik baru rumah itu ?" tanya Wulan dan tak butuh waktu lama Wulan pun langsung menghubungi Bu RT yang kebetulan cukup dekat dengan dirinya.

" halo Bu ulan ada apa ?"

" pesanan kue sudah di antar kan ?" tanya Bu Mutia yang berpikir jika ada kendala hingga Wulan menghubunginya saat ini.

" pesanan kue sudah Ulan antar Bu tapi maaf apa Ulan boleh tau siapa pemilik rumah itu ?" tanya Wulan yang tentu saja membuat Bu Mutia bingung bercampur penasaran kenapa Wulan menanyakannya lagi padahal dirinya sudah mengantarkan kuenya sendiri.

" pak Nathan Bagaskara dan Bu Anna, Bu Anna siapa ya saya lupa " ucap Bu RT yang ternyata sambungan teleponnya itu sudah diputus sepihak karena Wulan sudah menutup sambungan teleponnya tanpa berpamitan pada Bu Mutia.

" kenapa mati ?" tanya Bu Mutia sambil melihat ke layar handphonenya yang mana layarnya sudah kembali ke mode utama.

" mungkin tanpa sengaja terputus " ucap Bu Mutia berpikir positif karena Bu Mutia sangat mengenal Wulan.

" pantas kamu seperti ini nak " ucap Wulan sambil menatap pintu kamar Ayunda yang masih tertutup rapat.

Wulan sudah bisa menduga apa yang Ayunda alami tadi hingga membuat Ayunda mengurung diri di dalam kamar tapi satu yang tak bisa Wulan sadari apa yang Ayunda rasakan saat berada di ruang Nathan yang ternyata ayah yang sudah sangat lama tak Ayunda lihat.

" kak, bukan pintunya sayang " ucap Wulan yang tak ingin putrinya memendam semuanya sendiri.

" bunda sudah tau apa yang terjadi, jadi buka ya pintunya " ucap Wulan sambil mengetuk ngetuk pintu kamar putrinya.

" kak, buka kak "

" yumi janji ngga akan nangis lagi "

" Yumi janji ngga akan nanya ayah lagi kak, jadi cepat buka pintunya " ucap Ayumi yang ikut mengetuk ngetuk pintu kamar dirinya dan kakaknya tapi karena tak kunjung keluar Ayumi malah pergi ke sisi lain kamarnya untuk bisa memanggil Ayunda.

Ceklek

Wajah yang lusuh, mata yang sembab bahkan hidung yang memerah membuat Wulan yakin jika Ayunda kini tengah menyesali pertemuannya dengan laki laki itu.

" sayang, jangan pernah memendam semuanya sendiri karena ada bunda yang akan selalu mendengarkan semua keluh kesah dan cerita cerita kakak " jelas Wulan dan siapa sangka setelah mengatakan itu semua Ayunda langsung menghambur memeluk Wulan seolah apa yang coba Ayunda pendam kini terluap kan sudah.

" maaf Bu " ucap Ayunda yang baru saja keluar dari dalam kamar setelah hati dan pikirannya jauh lebih tenang.

Tanpa menjawab atau berkata apapun Wulan mendekap erat putrinya karena hanya pelukan ibunya yang bisa membuat Ayunda jauh lebih tenang.

" apa begitu sakit memendam rindu untuk ayah ?" tanya Wulan yang bukannya mendapat anggukan tapi malah gelengan kepala yang Wulan terima sebagai jawaban hingga membuat Wulan menjauhkan tubuh putrinya seolah ingin melihat jawaban Ayunda lagi.

" bukan rindu yang Ayunda rasakan tapi kecewa dan amarah " ucap Ayunda yang ternyata begitu terlihat jelas di wajah Ayunda saat mengatakan itu semua.

" apa kakak ingin cerita apa yang terjadi di sana ?" tanya Wulan yang ingin meredam amarah dan kebencian Ayunda untuk ayahnya karena bagaimanapun Nathan tetaplah ayahnya Ayunda terlepas dari apa yang sudah terjadi antara dirinya dan Nathan dulu.

" tidak penting untuk di ceritakan " ucap Ayunda sambil menghapus sisa air mata yang masih ada di kedua pipinya apalagi saat Ayumi sudah berjalan kearah mereka berdua.

" kakak kenapa ?"

" apa teman teman kakak juga menghina kakak karena kita tak memiliki ayah ?" tebak Ayumi polos.

" bukan, kakak hanya sedang menulis ide untuk komik yang sedang kakak buat jadi kakak tak ingin di ganggu siapapun " ucap Ayunda berbohong.

" oh iya Bu, Ayumi punya teman baru di sekolah katanya dia dan orang tuanya baru pindah ke sini dua hari yang lalu " ucap Ayumi yang langsung saja membuat ibunya dan kakaknya saling tatap seolah pemikiran mereka sama dan tertuju pada keluarga yang baru saja pindah ke lingkungan mereka.

" jangan bilang jika rumah teman kamu itu di rumah ujung jalan arah rumah kita ?" tebak Ayunda yang dengan polosnya Ayumi langsung mendapat anggukan wajahnya yang artinya tebakannya benar.

" dan apa kakak tau jika dia duduk di samping Ayumi " ucap Ayumi bahagia karena selama ini Ayumi selalu duduk sendiri saat ini.

" Ja... " Wulan menggenggam tangan Ayunda mencegah apa yang akan Ayunda katakan.

" tapi Bun " Ayunda menekan suaranya agar emosinya tak lagi meledak saat ibunya menahan apa yang akan iya sampaikan saat ini.

" siapa nama anak itu ?" tanya Wulan yang mencoba tak menunjukan rasa sakitnya di hadapan kedua putrinya terutama Ayunda.

" Naura Bagaskara " ucap Ayumi polos berbeda dengan Ayunda yang hanya bisa mengepalkan tangannya seolah amarahnya itu bisa tersalurkan di kepalan tangannya.

" Ayumi mau ngerjain pr dulu ya " ucap Ayumi yang langsung meninggalkan kakak dan ibunya.

" jangan menerima pesanan apapun dari orang itu " ucap Ayunda yang memilih meninggalkan ibunya karena amarahnya kini benar benar memuncak.

" kak " Wulan menahan tangan putrinya yang begitu membenci ayahnya.

" Ayunda ingin sendiri Bun " ucap Ayunda sambil melepaskan genggaman tangan ibunya dan langsung pergi keluar dari rumahnya.

" bunda tau kerinduan mu yang begitu besar membuat kamu kecewa saat melihat ayah lebih mementingkan anak lain dari pada anaknya sendiri tapi memendam kebencian dan sakit hati hanya akan membuat kamu semakin terluka " ucap Wulan sambil menatap putrinya yang sudah tak terlihat lagi.

Berbeda dengan yang terjadi di rumah besar itu dimana Nathan terus terbayang wajah marah gadis yang baru saja meninggalkan rumahnya bahkan Nathan tak tersinggung dengan ucapan kasar Ayunda tadi.

" apa yang sedang kamu pikirkan ?" tanya bu Niken saat melihat putranya melamun.

" apa ibu tidak merasa jika wajah gadis itu sepertinya tak asing " ucap Nathan yang membuat dahi Bu Niken berkerut karena mereka saja baru pindah dua hari ini jadi dimana mereka pernah bertemu dengan gadis itu.

" mungkin itu hanya perasaan mu saja " ucap Bu Niken yang memang tak melihat dengan jelas wajah Ayunda saat mengantarkan kue tadi.

" tapi Nathan merasa memiliki ikatan pada gadis itu " ucap Nathan yang mana ucapannya itu meluncur begitu saja dari mulutnya dan ucapan itu pun terdengar jelas oleh Anna istrinya Nathan saat ini.

" apa mungkin mba Wulan tinggal di dekat sini ?" tanya Anna dalam hati.

" jika benar mba Wulan tinggal di sekitar sini apa yang akan terjadi pada pernikahan ku dengan mas Nathan ?"

✍️✍️✍️ ada hubungan apa antara Wulan dan Anna yang kini menjadi istri Nathan ? dan apakah Ayunda akan baik baik saja saat amarah menguasai dirinya ?

Pantengin terus ya ceritanya biar R-kha lebih semangat lagi update nya

Jangan lupa like dan tinggalkan jejak biar R-kha lebih semangat lagi update nya

Love you moreee 😘 😘 😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!