NovelToon NovelToon

Mendadak Nikah

01. SAH

Saaaaaaaahhhhhh............

Terdengar suara gemuruh diruang tamu yang membuyarkan lamunan seorang gadis berkebaya putih di dalam sebuah kamar.

Gadis itu masih duduk diam sambil memilin ujung kebayanya sambil sesekali menggigit bibirnya. Dia masih ragu untuk beranjak dari duduknya, pikirannya masih melayang entah kemana.

Dia masih bertanya - tanya, bagaimana kelanjutan dari hidupnya.

Akankah dia mampu menjalani kehidupan barunya sebagai seorang isteri dari suami yang belum dia ketahui, bahkan bagaimana rupa ataupun sikap lelaki itu dia juga belum tau.

Akankah lelaki yang menjadi suaminya itu kelak mau menerima dan juga mencintainya. Mengingat usia mereka masih belasan dan masih dalam mode darah muda yang naik turun. Bahkan mereka masih akan mengedepankan emosi yang kemungkinan sulit untuk direm.

Banyak pertanyaan yang berkecamuk di dalam pikirannya, tak satupun yang bisa membuat dia tenang.

Gadis itu adalah Tita Andriana. Gadis yatim piatu yang manis dan cantik serta berkerudung. Penbawaannya sederhana dan baru saja duduk di kelas XI, dan tiba - tiba harus menikahi anak dari sahabat ibunya.

Sepeninggal neneknya 2 tahun lalu, Tita memang tidak mempunyai siapa - siapa. Orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat saat pulang dari kunjungan ke luar negeri.

Sebenarnya Tita mempunyai seorang kakak laki - laki namun naas kakaknya juga meninggal saat mengikuti balapan liar. Akhirnya Tita hidup sebatang kara. Bersyukur masih ada Bik Marsih dan Pak Udin sepasang suami isteri yang dulu bekerja di rumah keluarganya.

Bik Marsih dan Pak Udin mengelola sebuah panti asuhan yang mengasuh beberapa anak terlantar. Titapun hidup bersama mereka di panti itu.

Sedangkan Bunda Vida adalah sahabat dari ibunya dan juga donatur tetap di panti asuhan.

Itulah sebabnya Tita dan Bunda Vida saling mengenal dan menyuruh Tita untuk memanggilnya Bunda.

"Biar ada yang menjaga dan bertanggung jawab untuk masa depanmu nok ...."

Begitu ucapan dari bunda vida saat memintanya untuk menikah dengan anak lelakinya.

...🍭🍭🍭🍭...

Tok...tok...tok..tok

Sheeett....

Tita mendongakkkan kepalanya dan tersembullah kepala seorang gadis cantik yang memakai dress selutut warna biru muda dengan senyum ceria khas ABG.

"Mbak Tita ditunggu Bunda di bawah....", ujarnya sambil melangkah mendekati Tita.

"Eh....iya...maaf.....", sahut Tita sambil beranjak dari duduknya.

Naura mengulurkan kedua tangannya untuk menggandeng tangan kanan Tita.

Yaa...Naura adalah adik bungsu dari lelaki yang menikah dengannya, dia masih duduk di bangku SMP.

Gadis itu baik, ramah, sama seperti Bunda Vida juga Kak Vina.

Tita menyambut uluran tangan Naura sambil menghembuskan nafas panjang dan mengatur ritme detak jantungnya yang tetiba berdetak dengan kencang.

"Yuukkk...turun", sambil tersenyum Tita pun menggandeng tangan adik iparnya.

"Semoga lelaki itu juga baik seperti bunda, ayah, Naura juga kak Vida", harap Tita dalam hati.

"Mbak Tita gugup ya,,,, tangannya dingin banget. Kayak habis pegang es", senyum Naura menggoda Tita sambil membantunya menuruni tangga.

Titapun hanya tersenyum simpul, sambil menunduk. Merona.

Itulah yang dirasakannya, entah karena malu ataupun gugup, entahlah... dia hanya merasa canggung.

Mereka berjalan pelan, melangkahkan kaki dengan hati - hati.

...🍭🍭🍭🍭...

Di sebuah ruang tamu yang luas dan didekor sederhana beberapa pasang mata menatap kagum dan juga penasaran, mungkin.

Pada dua orang gadis yang sedang menuruni tangga.

Seorang gadis yang memakai dress biru muda selutut dengan rambut digerai dan tak berhenti tersenyum ceria. Sambil menggandeng seorang gadis berkebaya putih dengan kerudung putih dan memakai jarit motif kawung yang hanya menunduk seperti takut menampakkan wajahnya.

"Ehh...Tita sini, duduk dekat suamimu". Bunda tersenyum, merentangkan tangan untuk menempatkannya duduk dekat seorang laki - laki yang sepertinya enggan untuk melihatnya.

"Duduk....sekarang kalian sudah sah menjadi suami isteri. Cium tangan suamimu untuk tanda baktimu, karena surga isteri ada di tangan suami." oceh bunda sambil mengelus lenganku dengan pelan tak lupa senyumnya yang selalu meneduhkan hatiku.

Akupun duduk disamping laki - laki itu dengan tetap menunduk, entahlah aku takut untuk menunjukan wajahku ataupun melihat wajahnya.

Set.....

Sebuah tangan kokoh menjulur di depan wajahku yang mau tak mau, aku harus mendongakkan wajahku dengan sedikit kaget.

"Ganteng...." desisku tanpa terdengar orang sekitar.

Ups, kenapa aku bisa menatap wajah itu tanpa takut dosa. Bagaimanapun di dalam agamaku haram hukumnya untuk menatap bukan mahram apalagi mengaguminya.

Eehhh... kita kan suami isteri.

Lelaki itu melotot memberi tanda padaku agar mencium punggung tangannya. Akupun dengan canggung mencium tangannya.

Tapp.....

tak lupa diapun mencium keningku agak lama karena beberapa orang berkata,

"Tunggu...."

"Difoto dulu, untuk dokumentasi..."

"Jangan dilepas nan...."

"Sabar nikmati aja, sudah sah juga..."

Beberapa ada yang menggoda untuk menciumku lebih lama bahkan ada yang menyarankan untuk mencium bibirku...ohhhhhww

"Siapa itu yang beraninya mengatakannya, tak taukah bagaimana rasa jantungku yang berlompatan kesana kemari........", begitu rasa di benakku.

Ceklek...ceklekk....ceklekk....

Setelah beberapa sudah mengambil gambar yang katanya untuk dokumentasi akhirnya Kennan melepaskan ciumannya.

Akupun merasa lega, entahlah bukan karena aku tidak bersyukur mendapatkan suami yang ganteng bin cakep. Hanya saja aku masih belom bisa menguasai hatiku yang berdebar kencang. Entah karena bahagia, seneng, takjub atau apapun itu yang dirasakan orang - orang yang akhirnya bisa menikahi ataupun dinikahi oleh orang yang saling mencintai.

Tidak ada yang istimewa dari pernikahanku, itulah yang aku rasakan saat ini. Aku hanya bisa memandang sekeliling yang banyak tersenyum, berbicara, bahkan tidak sedikit yang bercerita dengan sesekali tertawa. Karena para tamu hanya terdiri dari keluarga Bunda Vida dan mungkin saudara - saudaranya, mengingat kondisiku yang yatim piatu dan mungkin usiaku yang masih dalam usia sekolah. Jadi tidak banyak tamu undangannya. Bahkan Bik Marsih dan Pak Udin selaku walikupun tidak dapat hadir.

Bukan karena mereka tidak mau hadir ataupun keluarga bunda melarang kehadirannaya, akan tetapi Bik Marsih dan Pak Udin sedang mengurusi anak - anak panti asuhan karena hari ini berbarengan dengan adanya kunjungan donatur baru yang akan menjadi donatur di sana.

Aku tidak boleh egois bukan,,,, walupun aku merasa ada yang kurang dan sendirian karena bagaimanapun merekalah orang yang merawatku dan sudah mengganggapku seperti anak sendiri, mengingat mereka berdua tidak mempunyai anak. Dan itulah yang melatar belakangi mereka untuk membuat panti setelah mereka tiada lagi pekerjaan karena orang tuaku meninggal.

Setidaknya mereka bahagia, seakan mereka ikut bahagia atas pernikahanku, itu yang ada di benakku.

Akupun hanya melihat sekeliling dengan kedua bola mataku tanpa berniat beranjak dari tempat dudukku. Penat juga rasanya duduk tanpa ada aktivitas berarti. Maklum aku itu orangnya tidak mau diam, aku lebih suka beraktivitas apapun itu walaupun hanya sesuatu yang ringan. Mungkin ini adalah kebiasaan yang terbentuk selama aku hidup di panti. Karena bagaimanapun kehidupan di panti tidak seperti kita hidup di rumah sendiri.

Ku gerakkan punggungku untuk menghilangkan penat karena terlalu lama duduk, sambil menghembuskan nafas dan sedikit menggeser posisi dudukku.

Begg....

Tanpa sengaja lenganku menyenggol seseorang di sebelahku, aku pun menoleh kesamping dan mendapati suamiku yang seakan tidak peduli aku sudah menyenggolnya.

Heeemmmm suamiku....

Ehhh....

Dia masih asyik dengan HPnya, entahlah mungkin dia asyik chat dengan temannya ato mungkin berselancar ke dunia maya untuk menghilangkan rasa bosannya.

Aku meliriknya.... ternyata dia tidak bereaksi, sepertinya dia sudah asyik dengan dunianya.

Sengaja kusenggol lengannya, " Mau makan sesuatu ?" aku bertanya.

Namun dia hanya menggeleng tanpa mengalihkan tatapannya ke layar HP yang dipegangnya.

"Minum, mungkin...." aku masih mencoba untuk mengakrabkan diri.

"Gak.... lo aja...." diapun menjawab tanpa ada keinginan untuk menatap ataupun sekedar berbasa basi denganku.

"Kuatkan aku ya Allah", jerit batinku.

Sepertinya aku akan menapaki kerikil tajam kedepannya. Siapkan sabar yang luebbarrrr ya Allah.

🍨🍨🍨🍨

nok \= panggilan atau sebutan untuk anak perempuan di Yogyakarta.

seperti "neng" di daerah Jakarta atau "ning" untuk daerah jawa timur

Like

Vote

Komen

Tambahkan favorit❤

Tengyu so much sudah mau mampir😍😍😍

Gambar ilustrasi Bae Suzy as Tita Andriana Nugraha

02. Lelaki itu suamiku

"Bang_ke.... laper nggak?" tanya Naura seraya menghampiri Tita dan Kennan yang masih anteng duduk di singgasana pengantinnya.

"Kenn... Nou... dijaga tu mulut jangan suka lompat pager" sahut laki - laki yang sudah bergelar sebagai suami dari Tita Andriana. Seraya dengan sengaja menekankan kata kenn dengan geram.

Naura mencebik sambil berujar, " tetep sama aja kan....bahkan lebih sopan lo... pakek Bang, daripada Ken... Ken... kan durhaka gue nyolot panggil Abang sendiri gak ada santunnya. Ye kan.... ye kan...."

"Hissshhh..... dasar adek gak pernah makan bangku sekolahan, emang gue bang_ke ikan apa?!" Kennan ngedumel sambil melotot ke arah adeknya yang masih saja mengganggu kakaknya.

"Mau makan kagak?!... mumpung Rara mau ambilin nich...., gratis lo Bang kagak minta angpo nih....."

"Okelah....ambilin Abang lontong sate ya, kuahnya dikit aja. Jangan lupa sambel kacangnya. Satenya 10 tusuk, buah melon juga. Eitss sama air putih ya Nou....GPL" Kennan memberi adeknya instruksi sambil memandang pojok makanan yang digelar bunda di meja prasmanan.

Walau sebenernya bukan Bunda juga yang menata semua makanan di meja itu.

Jelaslah bagaimana bunda punya waktu menata makanan sebanyak itu. Yang pasti Bundalah yang memberi mandat buat menyediakan semua makanan itu, Ya,,,kaan... secara memang bunda yang punya acara😊

Naura mengacungkan jari tangannya serta menggabungkan jempol dan telunjuk untuk membentuk lingkaran sebagai tanda ok atas perintah abangnya tersayang. Emang tersayang,,,,,, ya iyalah kan BANGKEnnan abang satu - satunya. Selain Kak Vina yang notabene adalah saudara tertua Naura yang berjenis kelamin sama seperti dirinya. Yaitu perempuan.

Tita merasa iri dengan kedekatan mereka, walaupun absurd seolah mereka bertengkar tapi mungkin itu cara mereka saling memperhatikan dan menyayangi satu sama lain.

Tak ayal itu membuat Tita teringat akan mendiang kakaknya. Seandainya kakaknya masih hidup, mungkin kita juga akan banyak bercanda, saling menggoda, dan bahkan mungkin juga diwarnai dengan pertengkaran - pertengkaran kecil khas anak remaja. Hanya senyum getir yang kini dia rasakan hingga membuat dadanya serasa sesak seakan memberontak untuk meluruhkan air matanya.

"Ehmm...." Naura berdehem sambil mendekati Tita.

"Mbak Tita,,,, mau makan juga?! makan apa?! Biar Rara ambilin sekalian..." seraya bertanya kepada kakak iparnya.

Tita tersentak karena sedari tadi dia hanya memperhatikan kedua kakak adek yang sedang berinteraksi tersebut.

Sambil menempelkan jari telunjuk serta mengetuk - ketukkan ke bibirnya, seakan berpikir tentang makanan apa yang diinginkan Tita menjawab, "Hemmm.... air putih aja cukup"

"Yakiinn....!!!" Naura mengerutkan dahinya seraya berucap, "Mbak Tita gak laper...., gak pengen icip sesuatu gitu?!"

Naura menolehkan kepala seakan menunjukkan kepada Tita untuk memandang ke meja prasmanan yang menyediakan aneka makanan berat maupun kue serta buah yang menggoda menurut Naura.

"Makanlah sedikit Mbak,,, nanti Embak sakit lo, dari pagi belom makan kan?! Rara ambilan sate seperti Abang ya. Mbak Tita suka sate ayam ato kambing?"

Tita menggeleng, "Enggak Naura, Embak belom pengen makan. Nanti saja mbak ambil sendiri"

"Hissss....mbak Tita tu ya, nanti Rara bilangin Bunda kalo menantunya gak mau makan. Mau Bunda ngomel kagak jelas panjang kali lebar kali tinggi!!"

"Sudahlah Nou,,, orang kagak mau makan jangan dipaksa. Nanti mubazir, mending kasih ke orang - orang yang membutuhkan saja" sahut Kennan sarkas sambil melirik Tita yang notabene adalah isteri sahnya yang dinikahi Kennan beberapa jam lalu.

"Abang lappferr" Kennan berujar sambil menepuk nepuk perutnya yang mau tak mau membuat Tita memandangnya dengan pandangan tidak terima.

Dengan hati yang gondok akhirnya Tita meminta Naura untuk mengambilkan sekalian apa yang diinginkan untuk sedikit mengganjal perutnya.

Dengan tersenyum, "Baiklah... embak minta kue lapis sama risol ya Nau" ujar Tita.

"Ahshiaapppp" Naura mengangkat telapak tangannya kemudian menempelkan ke pelipis. Tanda kalau dia siap mengambilkan pesenan dari kedua penganten baru itu.

Setelah itu Naura membalikan badannya menuju deretan makanan yang tersaji di atas meja prasmanan.

Setelah Naura menjauh dari mereka dan hanya tinggal sang pengantin berdua, Tita membuka mulut untuk menyindir suaminya.

"Tadi aja ngomongnya gak mau makan, giliran ditanya Naura aja gercep"

Bagaimanapun Tita adalah seorang perempuan, perempuan pasti akan merasa sakit hati jika tidak dianggap bahkan berasa seperti tidak ada dan tidak ada gunanya. Padahal dia sudah bertanya dengan baik dan berhati hati. Dia juga berusaha untuk mencairkan suasana agar kecanggungan diantara keduanya berkurang.

"Kenapa....sakit ati....serasa gak dianggep?!! Syukurlah kalo nyadar..... " Kennan berujar tanpa mau peduli dengan perasaan istrinya.

Bahkan dia tidak sedikitpun memalingkan wajah dari ponsel yang sedang dipegangnya.

Mendengar perkataan suaminya yang sarkas, Tita merasa seperti hatinya ditusuk sembilu.

Sakit.....Pakek banget....

Kalau saja dia bisa memilih, dia lebih baik memilih untuk tidak menikahi putera dari Bunda Vida.

Tapi apalah daya keputusan sudah diambil dan tidak mungkin untuk menolak ataupun membatalkan pernikahan ini.

Tita memegangi dadanya yang berasa sesak, seolah dia sulit untuk bernafas. Bahkan dia berusaha menahan air matanya untuk tidak keluar meluruh kepipinya.

Dia hanya bisa menunduk, menahan napas, mengatur ritme kerja jantungnya agar tidak bergemuruh dan mengeluarkan amarah yang menyerupai gunung merapi yang erupsi.

Tita berusaha menyadari bahwa dia sudah tidak ada siapa siapa, dia sendiri. Dia harus mampu bertahan sesakit apapun itu. Bukankah dengan menikah dia tidak kebingungan tempat tinggal, bahkan dia bisa mendapatkan tempat tinggal yang layak di sebut sebagai rumah.

Pelan - pelan Tita mengusap dadanya sambil mengatur deru nafasnya. Heemmm.... istighfar Tita.

"Nii....Bang dihabisin jangan buang - buang makanan", Naura menyodorkan sepiring lontong sate yang menyerupai gundukan gunung tangkupan perahu.

Hehehhhh...saking banyaknya porsi yang dia ambilkan untuk abangnya. Tak lupa sepiring kecil buah melon potong dan sebotol air mineral diberikan kepada abangnya.

Kemudian Naura mengambil sepiring kecil yang berisi kue pesananku, sebotol air mineral dan juga semangkuk kecil soup ayam dan menyerahkan kepadaku seraya berkata, "Bunda yang nyuruh Rara bawa soup ini buat mbak Tita, katanya biar embak sedikit mengganjal perut. Bunda takut mbak Tita sakit".

Akupun menerima pemberiannya, " Makasih sayang, kamu baek dech,,,,," dengan pelan ku towel pipinya yang cabi dan dia pun nyengir serta pura - pura mengaduh kesakitan sambil mengelus pipinya yang kuyakin tidak sakit.

" Ya udah, aku tinggal ya mbak,,,,,"

"Bang makan yang banyak, biar sehat kuat...!"

Naura berujar sambil ngeloyor pergi menjauh.

Lelaki itu hanya diam tidak merespon, hanya menatap adeknya dengan pandangan dingin sambil mengigit satenya.

Akupun memakan soupku dalam diam sambil menunduk, sesekali kulirik laki - laki disampingku yang telah sah menjadi suamiku ini.

Bukan berarti aku langsung jatuh cinta kepadanya walaupun aku memang memuji ketampanannya.

Untuk ukuran anak SMU, dia tinggi setidaknya lebih dari 180cm, mungkin. Badannya atletis mungkin dia suka olahraga. Kulitnya putih bersih bak oppa oppa korea.

Menurutku dia merawat dan menjaga penampilannya, secara memang dia anak orang kaya. Dipadukan dengan setelan jas yang melekat pas di badannya membuat kadar ketampanannya menghipnotis kaum hawa untuk tidak berhenti memandangnya.

Hidungnya mancung, matanya teduh dengan warna pupil hitam legam, bibirnya tipis kemerahan. Mungkinkah dia bukan perokok? entahlah secara anak jaman sekarang gitu lohh.

Rambutnya hitam sedikit berombak, kok aku bisa tau... iyalah secara dia sempat membuka pecinya sebentar untuk merapikannya. Sepertinya 100% perfect.

Tapi.... sikapnya yang dingin dan kurang bersahabat itu yang mengurangi penilaianku untuknya.

Dan sepertinya dia orang yang keras hati juga egois.

Hah......bisakah aku menjalani hari - hariku bersamanya?!

Membayangkan saja membuat aku bergidik.

🍨🍨🍨🍨

Hallo readers....

Tengyu yang sudah mau mampir ya

Bantu vote, like n komen ya😍

Gambar ilustrasi Nam Joo Hyuk as Kennan Wijaya Atmadja

03. Namanya Kennan Wijaya Atmadja

"Kennan.... Tita.... ayok berdiri, kita foto - foto bareng biar ada kenangannya. Siapa tahu nanti kita akan merindukan kisah ini hehehehehhhh", seru kak Vina dengan seenaknya menggandeng tangan Tita biar mau beranjak dari singgasana pengantinnya.

"Nann.... taruh Hapemu...." kak Vina melotot ke arah Kennan. " Kalo lo gak mau taroh, Kakak banting tu hape biar remuk trus jadiin satu sama adonan ote - ote." sambil sedikit menyeret Kennan yang ogah ogahan untuk berdiri.

Walaupun dengan berat hati, akhirnya Kennan berdiri dan berjalan mengikuti kakaknya.

Alhasil kak Vina berjalan di tengah antara Tita dan Kennan dengan sebelah kiri menggenggam tangan Tita dan tangan kanan menyeret tangan Kennan.

Mereka menuju spot foto yang sudah didekor dengan indah. Spot foto ala prewed artis artis gitu.

Tembok dengan ditempel kain berwarna abu - abu diberi hiasan lampu lampu kecil yang menyala redup juga ada bunga melati, mawar putih dan juga lily putih yang merupakan kesukaan bunda Vida.

Disekitar bunga juga diberi daun daunan untuk mempercantik rangkaian bunganya. Bunga yang dipakai adalah bunga segar, kebayang dong harum semerbak dan segernya suasana pada spot itu.

Kak Vina menyuruhku dan Kennan berdiri di depan spot itu dengan Kennan disebelah kanan dan aku di sebelah kiri. Tak lupa kak Vina mengatur posisi kami agar tampak cantik untuk difoto. Bahkan dengan sedikit memaksa kak Vina mendekatkan kami tanpa ada jarak, hal itu membuat badanku meremang karena bersentuhan dengan lelaki itu.

"Kennan,,,, pegang dong tangan si Tita. Nah gitu.....

Sekarang hadap hadapan, tatap tatapan ya....

Kenn.... serius natapnya yang bener, jangan kayak terpaksa gitu ah,...... "

"Ini anak kenapa malu maluin sih, kayak kagak pernah foto aja.... rileks dab...... rilekssss"

"Tita.....jangan nunduk tatap suaminya dengan mesra, gak usah malu. Udah sah juga, jangan takut gitu deh......"lagi kak Vina ngomel ngomel sambil mengarahkan mas mas tukang fotonya.

"Kennan.....Tita.... senyuuummmm....!!!! hadehhhh kak Vina tepok jidat.

Hiss.... Kak Vina tak tau aza, aku kan grogi, takut serius ini....mana lelaki itu menggenggam tanganku dengan erat. Sepertinya sengaja untuk membuatku tidak nyaman dan memancing emosiku, bathinku.

"Cukup mas" seru kak Vina.

" Ayo semua,....yang mau foto sama pengantin. Sini....keburu sore ini." lagi kak Vina memaksa kami untuk tetap berpose layaknya sepasang pengantin yang bahagia lahir dan batin.

Emang aku tak bahagia,,,,,

Ehhh.....

...🍭🍭🍭🍭...

Untuk pertama kali Ayah dan bunda yaitu orang tua dari suamiku, serta adek bungsu suamiku yaitu Naura.

Selesai berfoto bersama... Ayah dan Naura meninggalkan kami, akan tetapi bunda masih disini dan meraih kedua tanganku,,,apa yang kemudian terjadi?!! Dengan lembut bunda menempelkan kedua tanganku untuk menggandeng lengan kiri lelaki itu.

Tak ayal membuat lelaki itu menoleh dan memandangku yang sudah terlihat bergelayut manja disisi lengan kirinya. Akupun terhenyak karena tanpa sengaja berbarengan denganku yang sedang menatap kedua tanganku yang telah bergelayut pada lengan kokoh itu.

Terdengar lembut bunda bersuara, "Dipegang yang kenceng... biar suaminya enggak lari...."

Ehh... bunda ngomong apa sih, kan akunya jadi malu.....

Dan sepertinya lelaki itu sedikit terkaget dengan ucapan bunda seraya berkata, "Bunda apaan sih....."

"Jangan dilepaskan nan..., awas...." seru bunda seolah marah jika Kennan melepaskan pegangan tangan isterinya.

Kemudian keluarga kak Vina dengan mas Kevin suaminya serta duo krucil beda umur dan beda jenis kelamin yang imut dan menggemaskan, menurutku.

"Nah.... gitu dong Ta....yang kenceng, biar Kennan gak kemana - mana" goda mbk Vina kepadaku sambil tersenyum dan melirik tanganku yang melekat sempurna pada lengan kokoh ini, seolah menggambarkan bahwa kita memang sepasang kekasih saling mencintai yang mampu mengikat hubungan sampai ke jenjang pernikahan.

"Senyumnya jangan sampai ilang ya.... tuh kan manis.....Sweeettt deh adek kakak yang ganteng inih...", mbk Vina mencubit kedua pipi suamiku sebelum menjauh yanga membuat empunya pipi meringis.

"Heeeissshhh...... Kakak apaan sih ini, masak menari diatas penderitaan adeknya.....heeehhhh", mencebik suamiku setelah dicubit oleh kakak perempuannya.

Kami pun melanjutkan berfoto dengan berbagai pose dan bergantian dengan para tamu.

Karena tamu yang diundang adalah saudara dari ayah dan bunda akhirnya kita semua bergiliran untuk berfoto karena semua ingin berpose dengan keluarga inti masing - masing.

Kebayang kan betapa lama dan menyiksanya, setidaknya untukku. Karena mau tak mau aku harus mempertahankan senyum manis dan pose mesra kita.

Kita.... iya kita....

...🍭🍭🍭🍭...

"Lepasin tangan gue...hissss.... keenakan lo yaaa". lelaki itu berseru lirih di dekat telingaku.

Akupun refleks memalingkan wajahku untuk menatapnya, dan bersamaan dengan dia yang masih membisikkan kata, "Sukak dapet kesempatan nempel - nempel sama cogan kayak gueh...!!"

Gerakan ku yang refleks membuat kami saling menatap dengan jarak yang sangat dekat bahkan hidung kami sempat bersentuhan walau hanya sepersekian detik.

Sheeettt...

Ceklek....ceklek...ceklek...

Bahkan momen itu tertangkap oleh mas mas tukang foto yang disewa oleh kak Vina dari studio foto yang lumayan punya jam terbang tinggi

"Haaah" akupun memalingkan wajahku setengah terkaget oleh bunyi kamera tadi.

Mungkin saat ini pipiku sudah merona kemerahan karena malu dan... entahlah dadaku bergejolak tak beraturan.

Kubuang muka ke kiri sambil melepaskan tanganku dari lengan kokoh itu kemudian berganti dengan memegang dadaku yang berdebar - debar seolah mengejekku atau menertawai keterpanaanku pada sosok lelaki yang kini menjadi suamiku itu.

Aku akui, wajah itu membuat aku terpana. Rahang keras yang terpahat sempurna, dengan perpaduan hidung mancungnya, sorot mata tajam tapi meneduhkan itu membuat hatiku berdesir. Sesaat mata itu mengingatkanku pada seseorang tapi siapa...entahlah....

Aku hanya bisa menundukkan wajahku untuk menutupi kegugupan dan rasa yang bercampur aduk yang membuncah di dadaku.

...🍭🍭🍭🍭...

"Selamat ya mas... mbak..."

"Selamat semoga jadi keluarga yang sakinah...."

"Selamat Nann.... pernikahan itu proses untuk menjadi dewasa..."

"Selamat ya sayang,,,,, Tante doakan kalian sakinah mawaddah warahmah..."

"Selamat ya Mas Kenn...."

"Happy wedding ya dab....."

"Selamat...ya...."

Banyak ucapan dari tamu undangan yang hanya dipenuhi dengan saudara sendiri itu, sekalian mereka berpamitan untuk pulang.

Kamipun berdiri berdampingan kembali sambil menyalami mereka.

Dan sesekali dia, lelaki itu menyahut dengan tersenyum menawan, ehhhh....

"Iya....."

"Sama...sama..."

"Terimakasih Om... Tante...."

"Makasih....Dab....Nok...."

"Inggiih.....Makasih Pakdhe..... Budhe...."

"Ya....see....u..."

"Inggih Monggo...."

"Iya......."

Sedangkan aku hanya menampilkan senyum manis,,,,, semanis buah semangka yang merah merekah hah...ha...hhhh sembari menyalami mereka.

...🍭🍭🍭🍭...

"Ahhhh.....akhirnya selesai juga. Capek gue...". Sambil berlalu pergi tanpa peduli denganku.

Lelaki yang bergelar suamiku itu meninggalkan aku sendiri tanpa berpamitan ataupun mengajakku untuk pergi dari sini. Bahkan untuk sekedar menoleh atau menatap pun tidak sama sekali.

"Dasar lelaki tak punya hati nurani", desisku lirih.

Aku pun beranjak untuk meninggalkan tempat ini.

Baru saja kakiku melangkah, ternyata heelsku tersangkut dengan kabel lampu yang terurai di bawah kakiku.

Mau tak mau aku pun menunduk untuk melepaskan kabel yang melilit heelsku. Untung saja peristiwa itu tidak sampai membuat aku terjungkal ataupun kesetrum. Hihihihhi.....

Setelah terlepas, aku mendongakkan kepalaku dan berdiri untuk melangkahkan kakiku, melanjutkan niatku yang tertunda.

Akan tetapi urung aku melangkahkan kakiku, karena mataku tertuju pada sebuah tulisan yang tertempel pada background spot foto tadi.

...HAPPY WEDDING...

...KENNAN WIJAYA ATMADJA...

...&...

...TITA ANDRIANA NUGRAHA...

"Kennan Wijaya Atmadja..... ohh, namanya Kennan?! pantes saja Naura menyebutnya Bang_ke.... dan dia lelaki itu, suamiku menekan huruf nn nya. Dia pasti merasa tersinggung tiap kali adeknya menyematkan nama itu." aku pun tersenyum tipis sembari berjalan pergi.

"Hemmm.... tunggu....tunggu.....

Kennan Wijaya Atmadja,,,,

Kennan Wijaya.... Kenn Atmadja.... Kennat.....!!!" aku berjalan pelan sambil mengetuk pelan bibirku seakan mencoba mengingat nama itu. Nama itu seperti familiar bagiku.....

Eemmm...... dimana ya, siapa ya, ahh.... entahlah....

🍨🍨🍨🍨

ote - ote \= sejenis makanan yang berisi adonan terigu dikasih irisan wortel, kubis, atau apapun yang berupa sayuran, kemudian digoreng. ( bakwan sayur kali yaaaa😁)

dab \= sejenis panggilan untuk laki laki di daerah jogja. pengganti mas, bang, untuk mengakrabkan diri

Inggih monggo \= bahasa jawa halus untuk mengiyakan. biasanya digunakan untuk menghormati orang yang lebih tua

Like

Vote

Komen

Tambahkan favorit❤

Tengyu so much sudah mau mampir😍😍😍

Ilustrasi foto pernikahan Bang_Kenn sama Tita....dengan background Abu - Abu.

Minus jilbab yak...othor belum pinter edit pict hehehe....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!