" Sarah....!!!! " Panggil Adam pada Sarah yang saat itu baru pulang dari sekolah
" Iya paman" jawab Sarah
" Kenapa kamu tidak menemui pak bram hari ini?" Bentak paman pada sarah
" Maaf paman, aku gak mau lagi menemui om bram paman, aku takut om bram akan berbuat hal jahat padaku" jawab Sarah tertunduk
" Apa kamu bilang? Berbuat jahat? Pak bram itu orang baik, dan kamu kan tau kalo hari ini paman harus dapat uang, jadi paman gak mau tau kamu ke sana sekarang juga atau paman akan menceraikan dan mengusir bibimu itu, kamu mau?" Ancam Adam pada Sarah
" Jangan paman, aku mohon jangan ceraikan dan usir bibi adel, bibi gak tau apa apa paman" ucap Sarah memohon
" Makanya kamu harus ke sana sekarang, pokoknya hari ini kamu harus memberikan paman uang atau kamu akan tau akibatnya " ucap Adam kemudian berlalu meninggalkan Sarah yang masih berdiri di ambang pintu
*****
Namaku Sarah Salsabillah, sudah tiga tahun ini aku di paksa oleh paman Adam suami bibiku untuk menemani om bram yang merupakan atasan paman Adam di kantor, aku selalu menemani om bram kemanapun dia mau
Dulu aku pernah kabur dari om bram namun paman mengancam akan menceraikan bibiku, aku tak tega pada bibi yang selama ini telah menyayangi dan peduli padaku. Pernah sekali paman menampar bibi di hadapanku hanya untuk membuktikan jika ancaman paman tidak main main padaku
Sekarang ini aku duduk di bangku kelas 11 di salah satu SMA ternama di kota ku. Semenjak duduk di bangku kelas 9 paman telah memaksaku untuk menemani om bram, meskipun om bram sangat baik dan tak pernah melecehkan ku namun aku sangat muak. Apalagi jika om bram memberiku uang jajan, pasti semua di ambil oleh paman untuk dirinya sendiri
Aku pernah meminta om bram untuk mencari gadis yang lebih cantik yang lebih cocok untuk menemani om bram, namun dia menolak sebab dia hanya menyukai ku, karena menurutnya aku cantik. Dan ya aku akui aku memang cantik, pintar, bodiku bagus, dengan ukuran dada yang lumayan berisi untuk gadis seusiaku, di tambah kulit putih, hidung mancung, dan bola mataku berwarna coklat
******
" Sarah, kamu kenapa sayang?" Tanya bibi lembut padaku yang tengah duduk termenung sore itu ketika aku baru pulang dari menemani om bram
" Aku gak apa apa bi, sepertinya aku capek ingin istirahat bi" jawab sarah
" Kamu jangan maksain diri untuk belajar sar, kalo capek kamu istirahat dulu, takut nanti kamu malah gak fokus kalo capek kayak gini" Ucap bibi lembut seperti biasanya
" Kamu kalo bisa pergi liburan atau jalan sama teman teman kamu, biar kamu gak stress karena ikut les terus nak" sambung bibi yang tak tau jika aku tak punya seorang teman pun, dan bibi mengira aku selama ini ikut les seperti yang aku katakan pada bibi..
" Baiklah dan maafkan aku bi, lain kali aku tak akan memaksa diri lagi" ucapku menahan tangis sebab sudah kesekian kalinya aku berbohong pada bibiku
" Ya sudah, kamu belum makan kan? Bibi siapin makan dulu buat kamu ya"
" Gak usah bi makasih, biar aku ambil sendiri aja nanti, aku mau mandi dulu" ucapku sebelum pamit pada bibi yang masih duduk di kursi kayu yang sudah sedikit rapuh itu
Aku masuk ke dalam kamarku yang sangat sederhana namun sangat rapi. Aku rasanya ingin berteriak dan menangis ketika berpikir kehidupan ini sungguh tak adil padaku. Andai saja aku jujur pada bibi tentang perlakuan paman padaku, mungkin aku tak akan merasa bersalah karena membohongi bibiku selama ini
Sementara aku bersiap mandi, aku mendengar suara nenek Rini yang begitu cempreng..
" Del, adeellll....!!!!! " Panggil nenek pada bibiku
" Adellll..." Teriak nya sekali lagi memanggil bibiku
" Iya Bu, maaf tadi aku di belakang jadi gak dengar ibu panggil, ada apa ya Bu?" Jawab bibiku terburu buru begitu mengetahui ibu mertuanya datang
" Mana uang gaji Adam hari ini?" Tanya nenek Rini menadahkan tangan pada bibiku..
" Uang gajian? Bukannya tadi pagi mas Adam sudah memberikan bagian ibu?" Jawab bibiku
" Heee Adel, uang segitu gak cukup buat ibu, mana sini sisanya" ucap nenek menadakan tangan
" Tapi Bu, itu kan uang bagian aku Bu, buat keperluan kami Bu, dan aku juga udah memakai buat bayar listrik dan air tadi siang Bu, jadi sisanya aku gunakan buat beli keperluan dapur ku Bu" jawab bibi
" Astaga adelll...!!! Lancang sekali kamu memakai dan menghabiskan uang gaji Adam. Kamu pasti bohong kan? Pasti uang gaji anakku kamu berikan pada ponakan kamu yang jadi beban itu kan? Ayo ngaku" ucap nenek Rini menunjuk padaku
" Astaghfirullah, gak Bu, aku gak bohong" ucap bibiku
" Pokoknya ibu gak mau tau, kamu harus berikan ibu uang itu sekarang juga"..
" Tapi Bu, itu kan uang jatah aku sebulan Bu"
" Apa kamu bilang? Uang jatah? Gak ada uang jatah segala, kalo mau duit kerja sendiri sana, lagian ponakan kamu itu kan bukan tanggung jawab Adam, jadi uang sekolahnya suruh aja dia bayar sendiri
" Bu, Sarah tuh gak ada hubungannya dengan gaji mas Adam, lagian semua uang sekolah dan keperluan Sarah udah di tanggung sendiri Bu, karena Sarah juga udah punya tabungan yang di tinggalkan oleh orang tuanya meskipun tak berapa tapi cukup untuk sekolahnya Bu" ucap bibi adel
" Kamu pikir ibu percaya begitu aja? Pokoknya ibu mau uang itu sekarang, titik.."
" Aku bilang udah gak ada Bu, kalo ibu gak percaya ya sudah terserah ibu sajalah, aku mau masuk Bu, ibu mau pulang atau tetap di sini silahkan saja, aku mau masak buat makannya mas Adam" ucap bibi meninggalkan nenek Rini yang masih ngotot meminta uang jatah bibi..
" Dasar menantu kurang ajar, lihat saja nanti aku akan melaporkanmu pada Adam" ucap nenek Rini meninggalkan rumah bibi..
******
Pagi itu seperti biasa aku bangun melaksanakan sholat dan membantu bibi untuk membersihkan rumah serta membantu bibi untuk memasak sekalian aku mengambil kesempatan untuk belajar memasak pada bibi, sebab bibi adalah wanita Minang yang pandai memasak apa saja
Setelah selesai aku pun bersiap ke sekolah, dengan menggunakan seragam sekolah yang khusus orang berada, dengan menggunakan kacamata aku pun menyantap sarapan bersama bibi dan paman Adam. Aku sedikit kurang nafsu makan sebab terlalu takut jika berada di dekat paman..
" Sarah, sepulang sekolah paman jemput kamu" ucap paman yang masih menyantap sarapannya..
" Gak usah paman, aku bisa pulang sendiri" ucapku menandakan bahwa aku tak ingin menemui om bram lagi..
Brak...
" Adel ".. panggil paman Adam pada bibi sembari memukul meja dengan sangat kuat
" Iya mas " jawab bibi yang sedikit tersentak dengan suara pukulan meja paman
"Ibuku bilang selama ini kamu memberikan uang gaji yang ku berikan padamu pada anak ini? Apakah itu benar?" Ucap paman menunjukku..
" Tidak mas, aku tak pernah memberikan sepersen pun pada Sarah, aku hanya menggunakan uang itu untuk membayar air dan listrik serta membeli keperluan dapur kita mas" ucap bibi terbata
" Terus uang sekolah anak ini bagaimana? Kamu gunakan untuk membayarnya kan?"
" Tidak mas, untuk keperluan sekolah nya Sarah sudah punya tabungan sendiri mas dari orang tuanya, sementara uang SPP nya dia gak bayar sama sekali mas, sebab dia termasuk murid yang beruntung karena masuk sekolah elit dengan nilai terbaik mas"..
" Jadi kamu mau memamerkan kepintaran anak ini di hadapanku? Dan kamu juga menuduh ibuku berbohong, begitu?"
" Gak mas, bukan gitu maksud aku "
" Dasar istri kurang ajar kamu ya"..
" Bibi, aku berangkat sekarang, takut telat dan paman baiklah nanti biar paman saja yang menjemputku" ucapku sedikit berani sebab melihat paman sudah mengangkat tangan ingin memukul bibi, dan aku tau kemarahan paman di sebabkan oleh penolakan ku tadi..
" Ya sudah hati hati ya nak " ucap bibi mengusap kepalaku sementara aku melihat senyum kemenangan terukir di bibir paman Adam..
Suara riuh memenuhi kelasku di jam istirahat, dengan membaca sebuah buku aku duduk terdiam di bangku tempat duduk ku. Namun tiba tiba aku merasakan sebuah pukulan dari belakang kepalaku..
" Hai, enak ya duduk santai sambil baca buku di sini, sementara kita udah kelaparan nungguin dia dari tadi " ucap seorang gadis yang bernama Lisa setelah memukul kepalaku
" Gak inget sama tugas Lo tiap hari apa?" Sambung Abel
" Iii, iiya Lis, ini baru aja aku mau ke sana" ucapku sedikit terbata
" Bohong aja Lo, coba kalo gua gak ke sini, paling Lo juga gak bakal ke sana kan"...
" Udah ayo Lis, kita bawa aja langsung"
" Ayok jalan, Lo bisa jalan sendiri kan? Atau perlu gua seret?" Ucap Abel lagi
" Gua bisa kok jalan sendiri "
" Gitu dong, ayok cepetan" ucap Lisa mendorongku untuk jalan terlebih dahulu
Tak lama mereka mengarahkan langkahku ke sebuah ruangan yang telah menjadi tempat mereka merundungku selama ini, di sana telah menunggu seorang wanita cantik yaitu Shella dan juga beberapa orang pria yang memakai seragam yang sama di antaranya ada Riki dan juga Rony yang bergabung dalam geng Shella..
" Hisssstt.... Si culun ini kok lama banget sih, udah jelek, miskin, lelet lagi" ucap Shella mendorong kepalaku
" Sabar dong say, namanya juga culun ya pasti kayak gitu lah" ucap Riki tertawa
" Kesal banget gua sama nih anak, gak di sekolah, gak di lingkungan rumah ketemu Mulu, sial banget tau gak" ucap Shella yang merupakan anak dari Tante Vika, mbaknya paman Adam
" Sial banget hidup Lo, kok bisa paman lo pelihara orang kayak gini, di jadiin tumpal bisa kayaknya nih, hahahah" ucap Riki tertawa dan di ikutin oleh semua orang yang ada di sana
" Nih, kerjain sekarang, awas aja kalo nilai gua jelek, cukup tampang dan hidup Lo aja yang jelek" ucap Shella membuang beberapa buku tugas di wajahku
" Udah yuk guys kita ke kantin, daripada di sini sama si culun ini, muak gua deket deket sama nih anak" ucap Shella lagi mengajak teman temannya dan meninggalkanku seorang diri bersama beberapa buku tugas dari mereka..
****
Sepulang sekolah aku menunggu paman untuk menjemputku, namun syukurlah hari ini om bram sedang keluar kota kata paman melalui telepon. Aku pun langsung bergegas pulang ke rumah dengan berjalan kaki.. tak jauh dari rumah bibi aku mendengar suara keributan di rumah bibiku, aku bergegas berlari ke rumah untuk melihat apa yang sedang terjadi di sana, aku takut jika sesuatu terjadi pada bibiku..
" Kenapa mesti mesin cuci aku sih yang mbak jual?" Ku dengar bibi berkata seperti itu pada Tante Vika ibunya Shella
" Lah, emang kenapa kalo aku menjualnya? Salah? Itu kan di beli pake uang adik aku juga si Adam, jadi gak masalah dong".. jawab Tante Vika ngotot
" Tapi harusnya mbak sama ibu izin aku dulu, aku mau atau gak itu hak aku dong mbak, jangan asal jual tanpa izin aja dong mbak, lagian kalo butuh duit kenapa gak jual mesin cuci ibu aja sih, kenapa mbak sama ibu mesti nyusahin aku?"..
" Enak aja jual mesin cuci ibu, ibu tuh udah tua jadi butuh mesin cuci, beda sama kamu, kamu kan dari dulu udah terbiasa hidup susah jadi gak masalah sih mau nyuci pake mesin atau tangan sama aja kan" jawab nenek Rini santai
" Trus kenapa bukan punya mbak Vika?"..
" Aduuhhh... Adellll...!!! Kamu ini gimana sih, kamu kan tau aku sama anak aku tuh gak biasa hidup susah, aku gak mau tanganku kasar, aku juga gak mau merepotkan pembantu di rumahku dengan mencuci tanpa mesin, jadi di rumah aku tuh harus ada mesin cuci. Lagian kalo kamu gak mampu nyuci sendiri minta aja sama anak yatim ini nyuci pakaian kalian, ya itung itung untuk balas jasa adik aku lah ngasih makan kalian" ucap Tante Vika memandang rendah padaku
" Minggir Lo culun " ucap Shella mendorong ku yang berdiri di depan pintu bibi kemudian masuk ke rumah bibi
" Mah....!!! Aku laper...!!! Di rumah gak ada makanan apa mah, minta uang dong mah" ucap Shella menadahkan tangan
" Aduh sayang, maaf ya mama belum masak, papa kamu belum kirim uang soalnya. Lebih baik kamu makan aja dulu di rumah paman kamu ini, mamah lihat sepertinya ada makanan di meja sana" ucap Tante Vika menyuruh Shella makan..
Tanpa permisi dan izin bibi Shella berjalan ke meja makan dan membuka tudung saji..
" Hiiisstt....!!! Makanan apaan sih ini mah, makanan orang miskin banget ini " ucap Shella menghina makanan kami Namum tetap saja menyantapnya...
" Udah, makan aja shel".. jawab Tante Vika
" Tapi enak loh mah, sini deh mamah sama nenek cobain" ucap Shella mamah dan neneknya ikut makan
" Iya Bu bener, enak banget, kalo gini sih aku ikut makan juga deh kebetulan aku juga belum makan" ucap Tante Vika mengambil makanan untuknya dan juga untuk ibunya tanpa memperdulikan bibiku
" Bu, mbak maaf itu makanan kami untuk hari ini, sedangkan Sarah saja belum makan kenapa kalian habiskan?" Ucap bibi yang merasa sangat sedih
" Ohh... jadi kamu gak suka kalo kami memakan makanan rendahan hasil dari uang gaji adik aku? Makanan orang kere gini aja di ributin" ucap Tante Vika
" Bukan gitu mbak, setidaknya sisakan sedikit buat Sarah dan mas Adam"..
" Makanan dikit gini aja kok, gimana bisa simpen buat mereka, buat kita aja gak cukup, nanti kan kamu bisa masak lagi, susah amat sih jadi orang " ucap Tante Vika tanpa bersalah
" Mbak udah tau makanan nya cuma dikit, trus kenapa mbak ikut makan sama ibu? Mana gak permisi lagi dan tolong ajarkan sopan santun pada anak mbak itu, jangan langsung nyelonong aja, setidaknya izin dulu kalo mau makan di rumah orang" ucap bibi adel
" Loh kok bibi salahin aku? Salahin ponakan bibi yang culun itu dong, makanya jadi orang jangan lelet jadinya gak dapat makanan kan" ucap Shella sebelum pergi tanpa berterima kasih ataupun mencuci piringnya..
" Tuh denger, bener yang di katakan cucuku itu, makanya jadi orang jangan lelet" ucap nenek Rini menatapku sinis
" Yuk Bu kita pulang, pusing aku lama lama di sini" ajak Tante vika
" Mbak, gimana dengan mesin cuci aku?"
" Emang gua pikirin" ucap Tante Vika pergi meninggalkan piring bekas makan mereka dan menyusul anak dan ibunya
Aku segera menghampiri bibi yang saat itu duduk di kursi sembari menatap meja makan yang masih berantakan
" Bi, bibi gak apa apa kan?" Tanyaku
" Sarah maafkan bibi ya, makanan untuk kamu habis, jadi biarkan bibi memasak dulu untuk mu, kamu pasti sudah lapar, tapi maaf mungkin hanya ada mie rebus di dapur Sarah"
" Gak apa apa bi, biar aku buat sendiri aja, jadi sebaiknya bibi istirahat aja, biar aku yang beresin semua nya"
" Gak usah nak, kamu pasti lebih capek pulang sekolah, lebih baik kamu yang istirahat aja"
" Gak bi, kalo gitu biarkan aku membantu bibi membereskan semuanya di sini, sementara bibi mengerjakan yang lain saja"
" Baiklah kalo begitu, sebaiknya kamu ganti pakaian sekolah dulu nak"
" Iya bi".. jawabku kemudian berlalu masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaian..
*****
" Halo Adam, lihat kelakuan istri kamu itu Adam, tadi dia marah karena aku dan ibu makan di rumah kamu, dia mengusir kami dan katanya makanan itu buat ponakan nya si anak yatim itu, dan tadi aku lihat sepertinya dia menjual mesin cuci yang ada di rumah kamu itu Adam" ucap Tante Vika berbohong dan memfitnah bibi adel melalui ponsel saat menghubungi paman
" Benarkah mbak?" Tanya paman
" Iya, kalo kamu gak percaya tanya saja pada ibu, karena ibu gak akan pernah bohong sama kamu Adam" jawab Vika memberikan ponsel pada ibunya
" Halo Adam, iya bener apa yang di katakan mbak mu barusan, ibu juga tadi sempat melihatnya kok " ucap nenek Rini ikut berbohong
" Dasar perempuan tak tau diri, nanti aja Bu aku akan kasih dia pelajaran, berani sekali dia mengusir ibu dan mbak Vika hanya demi anak yatim itu, mana mesin cuci nya dia jual juga "
" Iya dam, ibu merasa sangat kecewa telah di usir oleh istrimu dam, jangan jangan uang penjualan mesin cuci itu di kasi ke anak yatim itu lagi dam"
" Iya Bu, nanti aku tanyakan padanya, sekarang aku udah mau pulang, aku tutup dulu telepon nya ya Bu"
" Iya kamu hati hati ya adam " ucap nenek Rini sebelum mengakhiri panggilannya
" Mampus... Rasain Lo Adelia" ucap Tante Vika membayangkan bibi adel akan kena hajar dari paman Adam
Ketika sedang mengerjakan tugas sekolah di kamarku, aku seketika mendengar suara mesin mobil paman berhenti di depan rumah. Sebenarnya aku sangat malas untuk keluar dari kamar untuk membuka pintu buat paman, apalagi harus berhadapan langsung sama paman. Namun aku gak tega membuat bibiku terbangun membuka pintu untuk suaminya
" Dimana bibimu?" Tanya paman padaku dengan ketus
" Sepertinya bibi sudah tidur paman" jawabku kemudian berlalu masuk kembali ke dalam kamarku
Tak berselang lama aku mendengar suara paman membentak bibi yang mungkin saat itu bangun dalam keadaan terpaksa dan terkejut
" Dasar istri tak tau di untung kamu Adel " teriak paman pada bibiku
" Loh mas ada apa? Kenapa kamu tiba tiba berteriak dan berkata seperti itu padaku?" Tanya bibi dengan suara yang lembut dan cukup pelan
" Kenapa? Kamu bilang kenapa? Aku yang harus nya bertanya kenapa kamu melarang ibu dan mbak Vika untuk makan di rumah ini? Bukan kah itu hak mereka sebagai keluargaku?"
" Astaghfirullah mas, kamu tenang dulu ya, siapa yang bilang aku melarang mereka? Aku tak pernah melarang mereka untuk makan di sini, tapi aku gak suka cara mereka mas, mereka datang-datang langsung makan tanpa permisi dan mereka menghabiskan semua makanan kita untuk hari ini mas"..
" Kan kamu bisa masak lagi, apa susahnya sih?"
" Mas, kalo ada pasti aku masak lagi mas, aku kan udah bilang keuangan kita saat ini tuh sedang menipis, kita harus hemat mas, sebab uang gaji yang kamu berikan ke aku tuh udah gak sebanyak dulu mas, mana aku harus bayar listrik, dan bayar air kan"
" Oohh jadi itu alasan kamu menjual mesin cuci kita?"
" Mesin cuci? Aku menjual mesin cuci kita mas? Kata siapa mas?" Ucap bibi masih dengan suara yang lembut..
" Kata ibu dan mbak Vika"..
" Astaghfirullah mas, justru tadi siang tuh ibu dan Vika yang menjual mesin cuci kita mas, tanpa izin dan sepengetahuan aku mas"..
" Jangan bohong kamu Adel, kamu pikir ibu dan mbak Vika itu kekurangan uang sampai harus menjual mesin cuci kita?"
" Tapi emang itu kenyataan nya mas"..
" Aku gak percaya sama kamu. Mulai sekarang semua uang gajiku akan aku berikan kepada ibuku, dan biar ibuku yang memberikan jatah bulanan untukmu, daripada uang gajiku kamu berikan kepada anak yatim itu, karena aku curiga selama ini kamu memberikan uang jajan pada anak yatim itu" ucap paman kemudian keluar dari kamar dan membanting pintu..
Aku tak tau harus berkata apa mendengar ucapan paman. Ya Allah kasihan sekali bibiku..
" Bibi maafkan aku, kehadiranku mungkin membuat kehidupan bibi menjadi susah, aku janji suatu hari nanti aku akan membuat bibi bahagia dan tak akan pernah lagi membuat bibi merasakan penderitaan seperti ini" ucapku dalam hati sembari meneteskan airmata saat aku mendengar suara isakan tangisan bibi
******
Pagi ini di sekolah pak kepala sekolah mengumumkan bahwa dua bulan lagi akan di adakan kompetisi antar pelajar seluruh Indonesia. Ada sepuluh orang murid yang akan menjadi calon perwakilan sekolah kami, di antaranya ada namaku dan juga Shella
Namun hari itu juga akan di seleksi siapa di antara sepuluh orang murid itu yang akan mewakili sekolah kami. Dan ternyata aku dan juga kakak kelas kami yang akan mewakili sekolah untuk kompetisi dua bulan ke depan
Wajahku menjadi ceria saat mengetahui bahwa aku yang di pilih, namun begitu aku tak sengaja melihat ke arah Shella entah mengapa semangatku seketika memudar apalagi saat dia melotot padaku
-------
Sudah dua tahun ini aku mendapatkan perlakuan yang tidak baik oleh Shella dan juga murid lainnya, mungkin karena aku miskin dan penampilan ku tidak sekeren mereka. Aku selalu di perlakukan layaknya pesuruh dan mereka selalu saja mengganggu ku dimana pun aku berada
Bukan karena aku tak bisa melawan, aku hanya takut jika melawan mereka yang merupakan anak dari keluarga orang kaya, yang ada pasti aku yang di salahkan dan bisa bisa aku di keluarkan dari sekolah. Apalagi statusku hanya murid penerima beasiswa dengan nilai tertinggi, dan hanya seorang anak yatim piatu
Seperti hari ini, seperti biasa mereka membawaku ke ruangan tempat mereka biasa berkumpul. Shella yang merupakan ketuanya terlihat sangat kesal, terlihat dari wajahnya yang seperti ingin mencabik cabik ku
Aku tau pasti dia sangat kesal sebab diriku yang telah terpilih mengikuti kompetisi itu bersama kakak kelas kami yang selama ini menjadi incaran banyak cewek di sekolah termasuk Shella
" Sialan, kenapa mesti si culun jelek ini sih yang terpilih untuk pergi ke kota besar bersama kak Erik? Gak rela banget gua. Mungkin kalo sama anak yang lain gak masalah buat gu, tapi kalo sama Lo sampe mati gua gak rela" ucap Shella mencengkram daguku sangat kuat
" Maafkan aku shel" ucapku
" Berani ngomong Lo culun" ucapnya menghempaskan wajahku dengan kasar...
" Enaknya di apain nih anak guys? Pokoknya gua gak mau dia ikut bersama kak Erik, mana waktu tinggal dua bulan lagi. Mau taruh dimana muka gua kalo sampe mama dan nenek gua tau gua kalah sama si culun jelek ini?" Ucap Shella
Ting tong....
Terdengar suara bel pengumuman sekolah bahwa aku dan kak Erik di minta ke ruang kepala sekolah sekarang juga..
" Shell, gimana lepasin gak si culun ini?" Tanya Lisa mendorong kepalaku
" Jangan dong, enak aja di lepasin lebih baik kurung aja dia di sini, biar mereka ngira kalo si culun ini gak mau ikutan" jawab Shella
" Shell, tolong jangan kurung aku, aku harus kesana, aku harus ikut kompetisi itu shel " pintaku memohon pada Shella
" Kalo gua gak mau? Lo mau apa?"
" Tapi Shella ini penting banget buat aku"
" Ketidak hadiran lo jauh lebih penting buat gua, jadi mending Lo ikut gua sekarang" ucap Shella menarik tangan ku dengan sangat kasar..
" Shella tolong aku harus ke sana, tolong lepasin aku Shella" pintaku dengan mengharap belas kasihan..
Plakk....
" Berisik banget Lo, bisa diam gak? Kalo Lo mau gua lepasin, Lo harus bersujud di kaki gua, dan jilat ujung sepatu gua, itu kalo Lo mau sih, hahahah...." Ucap shella
" Shella tolong jangan kayak gini sama aku"..
" Lo mau pergi gak?"
" Aku mau, tapi tolong jangan memintaku buat menjilat sepatu kamu Shella, aku mohon"
" Berarti Lo gak mau dong, ya udah guys kunciin dia dari luar ya"...
" Shella jangan, baiklah aku akan melakukan nya"..
" Gitu dong, sini cepetan " ucap Shella duduk di kursi dengan menyilangkan kakinya dengan ponsel di tangan untuk merekam..
Aku segera berlutut di hadapan Shella dan bersiap untuk menjilat sepatu nya. Namun sayangnya sebelum itu terjadi Shella lebih dulu menendang wajahku dan membuatku terhempas hingga membentur tembok, dan tak sadarkan diri..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!