Deretan baju oversize sudah dia jelajahi sejak satu jam lalu, Ayushita gadis yang sejak tadi mencari ukuran yang sesuai dengan bobot tubuhnya itu masih sabar mencari ukuran yang sesuai dengannya.
Pelayan yang sejak tadi memperhatikannya dan mengikutinya kemana dia pergi jadi kesal di buatnya.
"Mbak mau cari ukuran baju yang apa?" tanya pelayan toko.
"Emm, sebentar ya mbak. Aku lagi mikir dulu, cari modelnya dan ukurannya juga," jawab Ayushita.
"Mbak sebut saja mau ukuran apa, nanti kami cari," kata pelayan itu masih sabar dengan pelanggan bertubuh besar itu.
"Iya, makanya saya lagi cari model dulu. Kalau sudah ada yang suka, nanti saya tanya apakah ada ukuran buat saya atau tidak," jawab Ayushita lagi.
Pelayan itu menghela napas panjang, dia pergi meninggalkan gadis bertubuh besar itu karena kesal. Sudah satu jam lebih Ayushita belum menemukan apa yang dia cari.
"Hmm, kalau model ini ngga cocok di aku. Terlalu mencolok dan sederhana banget," ucap Ayushita memamerkan baju di badannya.
Di rasa tidak suka dengan baju yang di pilihnya tadi, dia pun kembali mencarinya lagi. Pelayan yang tadi sudah bosan menanyakan apa yang di inginkan Ayushita itu.
"Dia belum juga menemukan ukuran bajunya?" tanya pelayan yang lain.
"Belum, sejak tadi cari-cari terus. Tidak ada yang cocok, jelas ngga ada yang cocoklah. Ukuran badannya saja besar begitu," jawab pelayan itu.
"Harusnya dia buat baju sendiri saja, jangan beli. Di sini ukurannya kecil-kecil."
"Mbak saja sana yang beritahu, aku malas dan capek mengikuti dia terus," ucapnya.
Pelayan satunya menyetujui menemui Ayushita yang masih asyik mencari baju yang di inginkan. Pelayan menghampiri.
"Sudah ada yang cocok mbak bajunya?" tanya pelayan, Ayushita menoleh pada pelayan itu.
"Belum. Di sini ukurannya kecil-kecil ya bajunya," kata Ayushita.
"Iya mbak, paling besar ukuran 2XL. Memangnya mbak biasanya ukuran berapa?" tanya pelayan.
"5XL," jawab Ayushita membuat pelayan melebarkan matanya.
"Waah, itu sih ukuran baju ibu saya mbak. Pakai daster saja kalau begitu," usul pelayan membuat Ayushita mengerutkan dahinya.
"Di rumah daster banyak, tapi buat lap meja," kata Ayushita cuek.
Pelayan itu mendengus kesal, dia berjalan meninggalkan gadis itu dengan dongkol di hatinya. Ayushita memandangi kepergian pelayan itu dan tersenyum kecil.
Dia pun keluar dari toko pakaian itu tanpa membeli satu pakaian pun. Pelayan yang tadi mengikutinya itu mengumpat keras, tapi Ayushita tidak peduli. Dia keluar dengan tersenyum kecil, melangkah menuju toko pakaian yang lebih besar. Toko yang lebih mirip butiknya.
Gadis itu masuk dengan santai melenggang kakinya menuju deretan baju-baju perempuan. Mencari lagi dan lagi baju sesuai ukuran tubuhnya.
Toko baju itu cukup luas, banyak pelanggan yang masuk dan mencari baju sesuai dengan pilihan dan seleranya.
"Kamu membawaku kesini? Ini bukan butik, Dewa. Aku mau di butik beli bajunya," ucap seorang perempuan dengan berpenampilan rapi dan cantik.
"Di sini baju-bajunya juga bagus-bagus, konten kreator saja sering datang kesini membeli baju," jawab laki-laki yang di sebut nama Dewa.
"Tapi itu level mereka, kita itu lebih tinggi dari konten kreator atau apalah itu. Malu tahu harus pakai baju sama dengan mereka," ucap perempuan itu.
Suara perdebatan cukup mengesalkan bagi Ayushita, dia melirik pada pasangan yang sedang berdebat. Tak lama keduanya pun pergi, Ayushita menatap kepergian keduanya dan menggeleng kepala.
"Aneh, kenapa perempuan itu tidak mau beli baju di sini? Padahal di sini baju-bajunya bagus-bagus dan ngga murahan," ucap Ayushita.
Tapi kemudian dia tidak mempedulikan pasangan yang sudah pergi itu. Dia kembali melanjutkan tujuannya mencari baju sesuai dengan keinginan dan ukuran tubuhnya.
"Mbak cari baju oversize?"
Ayushita menoleh pada pelayan yang menyapanya dengan ramah.
"Oh ya, apa ada ukuran baju 5XL?" tanya Ayushita.
"Waah, di sini hanya ada ukuran 3XL paling besar mbak. Kalau mbak mau, ada di ujung jalan ini. Toko khusus menjual baju ukuran besar seperti yang mbak cari," jawab pelayan itu ramah.
"Oh, begitu ya. Sayang sekali, baiklah. Terima kasih ya," ucap Ayushita.
"Sama-sama mbak."
Ayushita pun melangkah keluar dari toko baju terbesar di daerah itu, dia berjalan lagi lurus menuju toko paling ujung di ujung jalan. Langkahnya santai dengan menenteng tas ransel karakter Minion. Dia tidak peduli beberapa pejalan kaki dan penjual makanan pinggir jalan melihatnya aneh.
"Hmm, di sini rupanya. Tapi kok bukan toko biasa sih?" ucap Ayushita memperhatikan nama toko yang tertera di depan.
"Apa?! Toko balon dan jas hujan?" ucap Ayushita kaget setelah melihat nama toko di depannya.
"Sialan. Pelayan itu mengerjaiku ternyata, dasar kampret!"
_
_
*****
Ayushita Dewi, gadis berusia dua puluh empat tahun. Dia memiliki butik khusus laki-laki, khusus membuat pakaian formal dan informal bagi laki-laki. Memang tidak biasa seorang desainer perempuan tapi memiliki butik khusus laki-laki. Banyak yang bilang kalau dirinya itu memang aneh, meski begitu dia cuek saja karena kebanyakan para pelanggan menyukai hasil karyanya.
Termasuk dalam membuat baju pengantin laki-laki. Suatu hari dia di tanya oleh karyawannya kenapa memilih jadi desainer pakaian laki-laki.
"Mbak Ayu, kenapa pilih jadi desainer laki-laki? Padahal mbak Ayu itu kan perempuan, kebanyakan desainer perempuan itu ya menekuni desainer khusus perempuan. Bahkan yang laki-laki juga banyak jadi desainer baju perempuan," ucap Dinda karyawan kepercayaannya.
"Aku suka aja, di samping membuat baju laki-laki itu simpel dan ngga ribet. Warna juga ngga banyak yang di pilih kecuali permintaan klien," jawab Ayushita.
"Tapi butik khusus baju perempuan itu banyak peminatnya lho. Apa lagi kalau baju-baju yang di buat itu bagus-bagus dan menarik," ucap Dinda lagi.
"Iya memang, tapi mereka udah banyak yang bikin. Aku cari yang beda aja," kata Ayushita lagi.
"Iya sih. Aku juga pengen punya butik khusus untuk remaja."
"Bikin aja."
"Heheh, tapi modalnya banyak mbak."
"Nabung dong, biar bisa bikin butik sesuai keinginanmu."
"Tapi aku cuma bisa bikin baju laki-laki, gimana dong?"
"Ya udah, teruskan. Sudah jangan sedih begitu, ayo kerja lagi. Oh ya, aku ada janji dengan klien baru. Dia minta aku yang datang ke kantornya, siapkan semua alat ukur dan juga sampel bahan yang akan di pilih," ucap Ayushita.
"Oke mbak."
Ayushita masuk ke dalam ruangannya, sepeninggalnya masuk ke dalam kantornya salah satu pelanggan menghampiri Dinda. Melirik ke arah ruang kantor Ayushita.
"Mbak, itu pemilik butiknya?" tanya pelanggan pada Dinda.
"Iya. Kenapa kak?" tanya Dinda.
"Gendut ya," kata pelanggan lagi.
"Eh, memang kenapa?"
"Ngga apa-apa, aku punya pacar dia pengen bikin baju untuk tunangan. Sengaja aku yang cari butiknya nanti aku saranin sama pacarku kesini. Soalnya aku ngga khawatir nanti pemiliknya suka sama pacar aku, soalnya pacar aku ganteng," ucap pelanggan itu.
Dahi Dinda berkerut mendengar ucapan pelanggan itu, dia tersenyum miring tapi tidak menanggapi ucapan pelanggan karena dia pelanggan yang akan menjadi klien bosnya.
"Suruh saja pacarnya datang kesini, sama kakaknya juga boleh," ucap Dinda.
"Iya. Besok aku kesini lagi, tapi mbak yang itu datangkan nantinya?"
"Belum tahu, lihat jadwal saja. Soalnya menjelang akhir tahun entah kenapa banyak sekali pesanan," ucap Dinda.
"Ooh, tapi kalau sama mbaknya. Bisa?"
"Kalau hanya untuk mengukur badan sih bisa, tapi kalau mau pesan model atau desain baju ya harus sama bosnya," ucap Dinda lagi.
"Ooh, begitu ya."
"Ya."
"Baiklah mbak, nanti saya bicarakan dengan pacar saya."
"Oke."
Pelanggan baru itu pun berbalik dan pergi, Dinda hanya menyediakan baju saja setelah pelanggan itu pergi. Memang sering seperti itu, banyak yang hanya bertanya tentang model, siapa pemiliknya dan tentunya jika tahu pemilik butik khusus pria itu akan heran dan aneh melihat postur tubuh Ayushita.
_
Motor Scoopy warna hijau melaju pelan terjebak di antara kendaraan yang lain, Ayushita sedikit gelisah karena waktu pertemuan dengan kliennya sudah terlambat beberapa menit. Dia tidak ingin kliennya itu kecewa karena keadaannya sekarang terjebak macet.
"Ini kemana ya putar arah lain, kok jalannya pelan banget sih," ucap Ayushita melihat keadaan jalanan di depan.
Di liriknya jam tangan sudah pukul sebelas lebih empat puluh lima. Dia janji bertemu dengan kliennya pukul sebelas tiga puluh, tapi sudah telah lima belas menit. Berharap kliennya tidak menolaknya dan melanjutkannya memesan baju untuk acaranya nanti.
Satu menit, dua menit Ayushita masih sabar. Beberapa kali melirik jam di tangannya, mobil di belakangnya juga terus memberi klakson agar motornya melaju.
Tin! Tiiin!
Ayushita menoleh ke belakang, kesal juga kenapa mobil di belakangnya terus saja membunyikan klakson.
"Sabar kenapa sih? Sudah tahu lagi macet tapi ngga sabaran banget!" ucap Ayu kesal.
Tapi mobil berwarna hitam itu tetap membunyikan klakson, membuat Ayu benar-benar pusing di buatnya. Sudah telat beberapa menit di belakang mobil terus mengklakson, kendaraan lain juga ikut kesal mendengar mobil terus membunyikan klaksonnya.
Ayushita turun dari motornya, berjalan ke belakang menuju mobil yang sejak tadi membunyikan klakson. Mengetuk kaca jendela mobil dengan keras.
"Hei tuan! Ini jalanan lagi macet. jangan karena anda naik mobil terus seenaknya saja membunyikan klakson!" ucap Ayushita.
Pemilik mobil tidak membuka kaca jendelanya, membuat Ayushita kesal dan kembali menuju motornya karena keadaan sudah mulai mengurai.
Dengan mengacungkan satu jari tengahnya ke arah mobil di belakangnya karena kesal, motornya melaju cepat meninggalkan jalanan yang sudah mulai lancar.
"Fuck you!"
Pengemudi mobil hitam itu terkejut dengan isyarat acungan jari tengah Ayushita, dia kesal karena isyarat tangan itu.
"Sialan! Dasar gendut!"
_
_
*****
Motor Scoopy Ayushita terparkir di area parkiran yang tersedia di gedung kantor bertingkat sepuluh itu. Dia mengunci stang dan meletakkan helmnya di kaca spion, merapikan bajunya yang berantakan juga menyisir rambutnya agar terlihat rapi.
Setelah semua selesai dan rapi, gadis bertubuh besar itu berjalan keluar area parkiran menuju gedung. Menemui resepsionis untuk memberikan informasi kalau dia ingin bertemu dengan bos mereka.
"Apa mbak sudah janji dengan pak Dewa?" tanya resepsionis.
"Sudah. Katanya saya di suruh datang ke kantornya," jawab Ayushita.
"Sebentar, saya telepon dulu bagian sekretaris pak Dewa."
Tanpa menunggu persetujuan Ayushita, resepsionis itu menelepon sekretaris bosnya. Berbincang sebentar, memberitahu siapa yang datang dan akhirnya Ayushita di persilahkan ke gedung lantai tiga.
"Mbak naik lift di lantai tiga ya, nanti ketemu sama mbak Niken. Katanya pak Dewa belum datang, masih ada keperluan."
"Oke terima kasih."
Ayushita pun melangkah menuju lobi lalu memencet tombol untuk masuk lift. Menunggu beberapa detik lalu pintu lift terbuka, ada beberapa orang yang keluar dari dalam lift. Tatapan mereka mengerutkan alis melihat penampilan dan tubuh Ayushita. Tapi dia tidak peduli, dia masuk ke dalam lift dan memencet tombol angka tiga.
"Hmm lumayan juga kantornya, cukup besar sampai lantai sepuluh. Tapi kenapa dia memilih pesan jas padaku, bukankah banyak butik terkenal dan bagus. Dia bos besar, aneh," ucap Ayushita.
Tak lama lift terbuka, gadis bertubuh besar itu keluar dari dalam lift. Lagi-lagi tatapan aneh dan heran oleh karyawan yang berpapasan dengannya itu dia dapatkan, dan lagi-lagi pula Ayushita tidak peduli dengan tatapan-tatapan sinis itu mengarah padanya.
Dia melangkah terus menuju sebuah ruangan yang cukup besar, di depannya duduk seorang perempuan cantik. Dia berpikir mungkin itu sekretaris bosnya, Ayushita menghampiri dan menyapanya.
"Selamat siang," sapa Ayushita.
"Siang, cari siapa?"
"Kenalkan, nama saya Ayushita Dewi dari butik JCO colection. Saya sudah janji dengan pak Dewangga bertemu di kantornya," ucap Ayushita.
"Oh ya ya, pak Dewa sudah memberitahu kalau anda datang di suruh masuk saja dulu."
Sekretaris itu berdiri, dia sedikit terkejut dengan penampilan dan bentuk tubuh Ayushita yang besar. Dia tersenyum kecil karena canggung melihat gadis di depannya, mempersilakan Ayushita masuk ke dalam ruangan lalu menyuruhnya duduk di sofa.
"Anda duduk saja dulu, pak Dewa sebentar lagi datang," kata sekretaris itu.
"Terima kasih."
Perempuan itu pun keluar dari ruangan kantor itu, Ayushita melihat-lihat seluruh ruangan yang cukup nyaman. Dia melihat beberapa piagam penghargaan menempel di dinding, senyumnya mengembang kecil ketika matanya melihat sebuah foto besar di dinding.
"Apa bosnya itu seorang laki-laki tua ya?" gumamnya menatap foto besar di dinding.
Suara pintu terbuka tak di sadarinya, dia masih menatap dinding dengan beberapa hiasan. Sampai sebuah deheman membuatnya terkejut dan langsung berdiri menghadap seseorang di belakangnya.
"Selamat siaaa..."
"Kamu?!"
"Eh?"
Ayushita bingung dengan tatapan kaget laki-laki di depannya itu, menatap kesal padanya. Gadis itu mengerutkan dahinya karena heran kenapa laki-laki di depannya itu terlihat kesal melihatnya.
"Maaf pak Dewangga ya?" tanya Ayushita ragu.
"Ck, gendut!" ucap Dewa lirih yang terdengar oleh Ayushita.
"Apa anda bilang?" tanya Ayushita.
"Sudahlah, kamu yang dari JCO colection itu ya?" tanya Dewa.
"Iya. Bapak kan yang menelepon di butikku waktu itu?" tanya Ayushita.
"Ya. Duduklah." ucap Dewangga dengan malas.
Ayushita pun duduk di sofa kembali, Dewangga melangkah menuju meja kerjanya. Meletakkan jasnya di kursi lalu melangkah lagi menuju sofa. Ayushita memperhatikan apa yang di lakukan Dewangga.
"Kamu pemilik JCO colection itu? Kukira orangnya kurus dan cantik. Ternyata jumbo," ucap Dewangga tanpa sesal.
Ayushita menahan rasa kesalnya pada kliennya itu, dia mencoba menerima hinaan itu untuk bisa menjelaskan tujuannya karena memang itu keinginan klien barunya.
"Maaf, apa yang ingin kamu buatkan? Menurut ucapan anda di telepon waktu itu ingin di buatkan jas untuk tunangan," ucap Ayushita dengan ramah.
"Hmm, apa kamu bisa? Aku tidak yakin kamu bisa membuat jas laki-laki untuk acara resmi dan penting," ucap Dewangga.
"Anda bisa mencobanya, anda bisa memilih bahan dan warna yang anda suka. Nanti kami akan mengusahakan semuanya bisa di buatkan untuk anda," ucap Ayushita.
"Kupikir desainernya laki-laki."
"Di butik kami memang khusus membuat jas atau baju laki-laki, jika anda berkenan anda bisa datang ke butik JCO colection untuk melihat baju-baju yang kamu jual selain pemesanan jas," kata Ayushita.
Dewangga diam, dia tidak memperhatikan ucapan Ayushita. Matanya fokus pada ponselnya yang sedang mengetik, Ayushita menunggu dengan sabar kliennya menanggapi ucapannya. Semua buku katalog, buku catatan dan alat meteran sudah di siapkan di tasnya serta jenis bahan jas yang akan di tunjukkan pada kliennya itu.
Beberapa menit masih menunggu, Dewangga belum menanggapi ucapan Ayushita. Gadis itu sedikit kesal karena kliennya masih sibuk dengan ponselnya. Bahkan kini menelepon seseorang.
"Halo, jangan begitu sayang. Aku akan secepatnya membuat jas, ini aku lagi sama orang yang akan membuatkan jasku."
"...."
"Iya. Kamu jangan khawatir, satu Minggu pasti selesai kok."
"...."
"Baiklah, nanti aku minta lima hari selesai. Sudah ya sayang, aku tutup teleponnya."
"...."
"Iya. Love you too."
Klik!
Ayushita mendengar ucapan telepon Dewangga hanya diam dan bingung pada ucapan laki-laki itu.
"Maaf, apa yang anda katakan tadi di telepon dengan ..."
"Kamu bisa kan membuatkan jas dalam waktu lima hari?"
"Apa?!"
_
_
*****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!