NovelToon NovelToon

One Night In Paris

Bab 1

Suasana malam ini di kota Paris sangat terlihat begitu indah, dengan bertabur cahaya lampu yang berwarna-warni, berhasil menghipnotis semua orang yang ada disana dengan keindahan yang luar biasa.

Tapi berbeda dengan suasa hati Devano. Di sebuah klub malam terlihat Devano yang sedang merasa kecewa, karena lamarannya telah ditolak oleh kekasihnya.

"Lu bucin amat sih sama Karina. Kalau gue jadi lu, gue putusin aja Karina. Lu ganteng, tajir, keren. Pasti gampang buat mencari pengganti Karina. Cewek mana sih yang gak mau sama lu?" Frans sedang berusaha untuk menghibur sahabatnya itu.

Apa yang dikatakan oleh Frans memang benar. Wanita mana yang tidak tergila-gila kepada seorang Devano Anderson. Pria berusia 27 tahun itu adalah seorang CEO muda yang tampan dan kaya raya. Membuat hidupnya nyaris sempurna.

Meskipun Devano merasa jauh dari kata sempurna, setelah ayahnya menikah lagi. Sampai kini dia masih belum bisa menerima kehadiran ibu tiri dan adik tirinya yang telah datang ke dalam kehidupannya.

Sehingga sampai kini dia masih bersikap dingin kepada Evelyn. Tidak pernah menganggap gadis itu sebagai adiknya.

Devano telah berpacaran dengan Karina selama tiga tahun. Dia sengaja pergi ke Paris untuk melamar Karina, sampai Devano menyiapkan kejutan yang sangat romantis untuk kekasihnya itu. Tapi ternyata Karina menolak lamarannya, dengan alasan dia belum siap untuk menikah.

"Gak semudah itu, Frans. Gue sudah lama berpacaran sama dia." Setelah berkata seperti itu, Devano kembali meneguk satu gelas seloki wiski.

Frans hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Memang paling susah menasehati orang yang sedang bucin.

"Oh iya, bukannya adik tiri lu kuliah disini? Titip salam dong..."

Devano langsung memotong perkataan Frans, dia selalu kesal jika ada yang membahas tentang Evelyn kepadanya. "Jangan pernah membicarakan dia sama gue!"

Gara-gara Frans membahas Evelyn, membuat Devano menjadi kesal. Selama 4 tahun dia sudah merasa hidupnya damai dan tentram tanpa Evelyn di mansion.

"Astaga! Segitu bencinya lu sama adik tiri lu itu. Padahal dia sangat cantik, lucu, manis..."

Frans langsung mingkem saat melihat Devano yang sedang menatap garang padanya. Frans tidak mengerti mengapa Devano dan Evelyn tidak pernah akur. Padahal Evelyn adalah seorang gadis yang sangat cantik dan manis.

...****************...

"Mimpi apa aku semalam? Kak Devano sedang berada di Paris!" Evelyn berkata sambil bergidik ngeri.

Jovita malah tertawa geli mendengar curahan hati Evelyn. "Jangan terlalu membenci. Benci dan cinta itu beda tipis lho, Ve."

Evelyn merasa mual mendengarnya. "Hhhh... kayak gak ada cowok lain aja. Dia itu kakak tiriku. Kami gak mungkin..."

Jovita memotong perkataan Evelyn, "Gak apa-apa kali. Kalian sah-sah saja kalau menikah. Kalau saudara kandung, baru gak boleh."

Evelyn malah merinding mendengarnya. Walaupun saudara tiri diperbolehkan menikah. Dia sangat merasa ngeri membayangkan memiliki suami yang sangat arogan seperti Devano. "Mending aku menjomblo seumur hidup dari pada harus menikah sama dia."

"Padahal kakak tirimu itu sangat ganteng lho. Kalau aku jadi kamu bisa cuci mata tiap hari." Jovita malah memuji ketampanan Devano.

Evelyn hanya mencibir, "Ishh..."

Sampai kini hubungan Evelyn dan Devano memang tidak pernah akur. Meskipun Evelyn selalu berusaha untuk melawan jika Devano menindasnya.

Karena itulah Evelyn memutuskan untuk kuliah di luar negeri. Agar dia tidak bertemu dengan Devano lagi. Bertemu dengan Devano baginya jauh lebih menyeramkan dari pada menonton film horor. Mungkin pocong atau genderuwo pun akan kalah saing.

Bab 2

Saat ini Evelyn sedang berada di sebuah pesta. Pesta perayaan kelulusan yang diadakan oleh semua mahasiswa yang kuliah di Université Paris Science et Letters. Banyak minuman dan makanan western tersedia disana. Suara musik DJ menggema keras, menciptakan suasana yang sangat meriah.

Selama tinggal di Paris, Evelyn tinggal sendirian di sebuah rumah mewah milik keluarga Anderson. Tapi setiap kali Devano pergi ke Paris untuk melakukan perjalanan bisnis, dia tidak pernah mampir sekalipun ke rumah tersebut. Dia lebih memilih tinggal di hotel.

Termasuk hari ini, Devano enggan bertemu dengan Evelyn. Mungkin karena kepribadian mereka yang sangat berbeda, Devano yang dingin dan arogan. Sedangkan kepribadian Evelyn yang ceria dan manis. Membuat mereka tidak bisa akur.

Justru kepala Devano sangat merasa pusing jika bertemu dengan Evelyn. Adik tirinya itu selalu membuatnya kesal.

Jovita sudah pulang lebih awal karena ada acara keluarga, sehingga Evelyn hanya sendirian disana. Evelyn sangat merasa haus, sehingga dia berjalan mendekati meja yang dipenuhi dengan berbagai jenis minuman. Mulai dari minuman non alkohol, kadar alkohol rendah, sampai kadar alkohol tinggi.

Evelyn tidak sengaja melihat Gabriel yang baru saja datang ke pesta sambil bergandengan tangan dengan seorang wanita.

Gabriel adalah mantan kekasihnya. Mereka hanya berpacaran selama satu bulan, karena Gabriel ketahuan telah berselingkuh dengan wanita lain. Sehingga Evelyn segera memutuskannya.

Saat Gabriel menatapnya, Evelyn segera mengalihkan pandangannya ke arah lain, sambil membawa segelas minuman yang tersedia disana. Tanpa bertanya terlebih dahulu kepada seorang barista, tentang jenis minuman apa yang dia bawa.

Awalnya minuman tersebut terasa manis, tapi lama-lama menjadi aneh, membuat Evelyn merasakan kepalanya pusing.

"Shhh... Sebenarnya minuman apa yang sudah aku minum?"

Matanya memerah, pandangannya tidak fokus. Kepalanya terus berputar, hampir saja ia jatuh jika Gabriel tidak segera memegangnya. 

Saat itu Gabriel segera melepaskan tangan wanita yang sedang menggandeng tangannya, dan berjalan dengan cepat menghampiri Evelyn.

Setelah putus dengan Evelyn, Gabriel memang selalu berusaha untuk meminta Evelyn agar kembali padanya. Tapi Evelyn selalu menolak.

Meskipun Gabriel sudah mencoba beberapa kali berkencan dengan wanita lain, tapi dia tidak bisa berhenti memikirkan Evelyn.

"Apa kamu baik-baik saja, Evelyn?" tanya Gabriel.

Evelyn menepis tangan Gabriel dan langsung menjauhkan jaraknya dari Gabriel, "Hm, ya. Aku baik-baik saja. Jangan mempedulikan aku."

Evelyn pun berjalan dengan sempoyongan, dia memilih pergi meninggalkan pesta. Sepertinya dia salah mengambil minuman. Dia pikir minuman yang dia ambil tidak mengandung alkohol. Padahal selama ini dia tidak pernah mabuk.

Gabriel mengejar Evelyn. "Lebih baik aku antar kamu pulang. Atau kamu mau ikut ke apartemen aku aja?"

Gabriel mengatakannya dengan nada memaksa, menghalangi jalan Evelyn yang baru keluar dari aula pesta. Sepertinya Gabriel ingin memanfaatkan Evelyn yang sedang mabuk.

Evelyn tidak menjawab. Kepalanya semakin terasa pusing. Sepertinya minuman yang dia teguk memiliki kadar alkohol yang sangat tinggi.

Rupanya Devano sedang berada disana, ketika dia baru keluar dari klub malam, yang letaknya berada disebelah kiri aula pesta.

Sehingga Devano yang sedang membuka pintu mobil, dia terdiam sambil memperhatikan Evelyn yang sedang bersama dengan seorang pria. Jarak diantara mereka tidak terlalu jauh.

"Itu kan Evelyn?"

Jika Devano perhatikan, sepertinya Evelyn sedang mabuk berat.

Devano pun menggelengkan kepalanya. Dia sama sekali tidak peduli kepada adik tirinya itu. Apapun yang terjadi kepada Evelyn, sama sekali bukan urusannya.

Tapi entah mengapa dia merasa berat untuk masuk ke dalam mobil. Sehingga dia masih berdiri di dekat pintu mobil sambil memperhatikan Evelyn yang sedang dipaksa untuk masuk ke dalam mobilnya Gabriel.

Apa dia harus menolong adik tirinya itu? Atau membiarkan Evelyn yang sedang mabuk dibawa pergi oleh seorang pria?

Bab 3

"Hhh... Untuk apa juga aku peduli padanya. Terserah dia mau melakukan apa aja bersama dengan pria itu." ucap Devano sambil memperhatikan Evelyn yang sedang dipaksa untuk masuk ke dalam mobil seorang pria.

Devano pun bergegas masuk ke dalam mobil. Dia harus segera pergi dari sana.

Sementara itu, Evelyn yang sedang mabuk, tangannya ditarik oleh Gabriel, memaksanya untuk masuk ke dalam mobil.

"Lepaskan aku. Aku tidak ingin ikut denganmu!"

Evelyn yang sedang dalam keadaan teler tidak memiliki kekuatan untuk melakukan pemberontakan.

"Aku tidak ingin putus denganmu, Evelyn. Malam ini aku ingin membuat kamu menjadi milikku seutuhnya. Agar kamu tidak berani memutuskan aku lagi." Gabriel berkata sambil membuka pintu mobil, memaksa Evelyn untuk masuk ke dalam mobilnya.

Namun, Gabriel dibuat terkejut saat ada seseorang yang datang dan langsung mencengkeram tangan Gabriel, sehingga pegangan tangan Gabriel pada Evelyn terlepas.

"Lepaskan dia!"

Ternyata Devano memutuskan untuk menolong Evelyn, walaupun dia tidak mengerti mengapa dia harus melakukannya. Tiba-tiba saja dia berubah pikiran, segera keluar dari mobilnya dan bergegas menghampiri mereka.

"Kamu siapa? Kamu tidak perlu ikut campur!" Gabriel berdecih sambil menepis tangan Devano dengan kasar.

Evelyn menyandarkan punggungnya pada pilar, mungkin karena kesulitan untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Dia sudah tidak bisa berpikir dengan jernih lagi. Bahkan pandangannya sudah mulai mengabur.

"Aku kakaknya. Aku akan mematahkan tangan kamu jika kamu berani berbuat macam-macam pada adikku." Devano menjawab pertanyaan dari Gabriel sambil menatapnya dengan tajam.

Walaupun sebenarnya dia sangat merasa mual mengatakannya. Sampai kapanpun dia tidak akan pernah menganggap Evelyn sebagai adiknya.

Seketika Gabriel menjadi gelagapan. Dia baru tahu ternyata Evelyn memiliki seorang kakak.

Melihat postur Devano tubuh tinggi, bahu tegap, dan mata elang yang kini menatapnya tajam, membuat nyali Gabriel menciut. Dari pada dia dibuat babak belur, lebih baik dia segera mencari cara agar dirinya tetap aman.

Gabriel pun pura-pura terkekeh, "A-aku baru tahu ternyata Evelyn punya kakak. Tadi aku hanya ingin mengantarkan Evelyn pulang ke rumahnya. Soalnya dia lagi mabuk berat. Karena aku takut ada yang berbuat macam-macam padanya. Tapi berhubungan sudah ada kakaknya, syukurlah. Evelyn akan aman sekarang."

Devano nampak mengerutkan keningnya saat Gabriel bilang Evelyn akan aman bersama dengannya.

Aman?

Ya, tentu saja Evelyn akan aman bersamanya. Tak ada satupun yang membuatnya tertarik pada diri gadis itu. Yang ada dia selalu merasa kesal setiap kali bertemu dengan Evelyn.

Devano tidak menanggapi perkataan Gabriel. Dari cara dia memandangi Evelyn, Devano tahu bahwa pria itu sangat berhasrat. Sangat membuatnya heran. Apa yang menarik dari Evelyn, sehingga membuat pria itu seakan tergila-gila padanya?

"Ka-alau begitu, aku... aku pergi dulu." Pamit Gabriel sambil terburu-buru masuk ke dalam mobil. Dan langsung menjalankan mobilnya begitu saja.

Sehingga kini disana hanya menyisakan Devano dengan Evelyn.

Devano pun menghela nafas dengan kasar sambil memandangi Evelyn yang sedang meracau tidak jelas.

Devano menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Malam ini Evelyn pasti akan merepotkannya.

"Ah! Kenapa juga aku harus menolongnya?" gerutu Devano.

Sehingga Devano tidak tahu apa yang harus dia lakukan pada Evelyn. Apa dia harus pergi begitu saja meninggalkan Evelyn? Tapi bagaimana kalau ada pria hidung belang memanfaatkan kondisi Evelyn yang sedang mabuk?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!