NovelToon NovelToon

Regret By Mendayu Aksara

Pergi

Seorang wanita cantik nampak sedang asik berselfie di depan sebuah parkiran Mall di Jakarta, nampak senyum indah menghiasi sudut bibirnya.

"Aku sedang ingin berbelanja untuk keperluan calon bayiku Geb" ketiknya melalui akun messenger dan mengirimkan pesan tersebut beserta foto selfienya pada sang sahabat di sebrang sana.

"Lagi-lagi suamimu tak menemani?" Balas akun yang sedang berbalas pesan dengan wanita itu.

"Dia sibuk, sudah dulu ya Geb aku mau berbelanja" balasnya lagi dan mengakhiri pesan singkat siang itu.

Nampak sejenak ia terdiam, dan mengelus pelan perutnya yang terlihat membuncit.

"Papimu sibuk sayang" ucapnya sedikit sedih, kemudian ekspresinya berubah seolah-olah bahagia.

Masih di tempat parkir, saat ibu muda ini ingin melangkahkan kaki masuk ke dalam Mall ia tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Dari kejauhan ia melihat seseorang yang sangat ia kenal, tapi sedang bergandeng mesra dengan seorang wanita yang bahkan tidak pernah ia lihat sebelumnya.

Secepat mungkin ibu muda itu melangkahkan kaki menuju kedua insan tersebut.

"Mas dia siapa?" Ucapnya nanar

........................./////////////////////...........................

"Jangan pergi Mas.! Jangan.!"

Teriak seorang wanita yang kini baru tersadar dari koma yang dialaminya.

"Kinara, kamu sadar Kinara?" Pekik gadis berparas hitam manis yang entah sedari kapan setia menunggu sahabatnya yang terbaring koma. Ia memeluk erat sahabatnya yang kini telah sadarkan diri.

"Geby, mana Mas Devan? Mana Mas Devanku?" Ucap wanita tersebut dengan ekspresi penuh ketakutan dan terlihat matanya menelusuri seluruh sudut ruang rawat yang ia tempati saat ini tanpa menghiraukan pelukan erat sang sahabat yang membelenggu gerak lehernya.

Gadis hitam manis yang bernama Geby tersebut merupakan sahabat baik dari Kinara, wanita yang baru sadarkan diri dari komanya.

Geby melepaskan pelukan eratnya dari Kinara dan menatap wanita itu jengkel. "Berhenti kau sebut namanya Kinara, dia itu bukanlah suami yang baik untukmu dan bayimu" ketus geby dengan tatapan tajam.

Seketika, kinara seolah menyadari sesuatu. Ia meraba-raba perutnya yang kini terasa datar. "Bayi ku geb, mana bayiku?" ucapnya panik.

Geby terdiam.

"Geby mana bayiku Geb, apakah anakku telah lahir?" Tanya Kinara penuh antusias.

"Kinara bayimu sudah tenang di surga, maafkan aku. Aku bukanlah tante yang baik, aku tak dapat menahannya untuk pergi sebelum bertemu denganmu" mata tajam yang di perlihatkan geby kini berubah menjadi sayup dan berkaca kaca seolah penuh penyesalan.

"Andai saja aku tak membiarkan mu pergi berbelanja ke Mall sendiri waktu itu, semua ini tidak akan terjadi" ucapnya yang kini menunduk, bulir air mata kini menetes di tangannya.

"Kamu bohong geby, bayiku pasti sudah lahir. Dia pasti sedang tidur, biarkan aku melihatnya sebentar saja". Ucap Kinara yang kini menyingkap selimut ingin menuruni ranjang rumah sakit.

Lengannya di cekal kuat oleh geby, "Kinara! Dengar kan aku, bayimu sudah tiada, percaya padaku" ucap Geby penuh penekanan tapi terlihat pula penyesalan yang mendalam di raut mukanya.

"Kamu bohong! Bohong! Bohong!!!!" Ucap Kinara histeris.

Secepat mungkin Geby memencet bel dan tak lama dokter memasuki ruang rawat kinara.

Melihat kinara yang berteriak dan mengamuk histeris, dokter mencoba menenangkannya dan menyuntikan obat penenang.

Perlahan, rontahan kinara melemah. Sebelum tertidur, ia sempat bergumam kecil.

"Ba bayi ku masi hhh hi hi dup." Kemudian hening.

Geby menatap dokter dengan tatapan kawatir.

Seolah tau apa yang di khawatirkan gadis itu, Sang dokter pun tersenyum

"Dia hanya butuh istirahat, dan juga kamu harus selalu menjaga serta memotivasinya. Jangan biarkan sesuatu membebani pikirannya, saya pergi dulu." ucap sang dokter seraya berlalu meninggalkan Geby dan Kinara yang kini sedang tertidur pulas.

Geby berjalan mendekati sahabatnya yang kini terlihat damai, tidak seperti keadaanya barusan.

"Maafkan aku Kinara, andai aku memberi tahumu semua kebenaran tentang Mas Devan, setidaknya engkau tak akan menderita seperti sekarang" air mata tak kuasa di bendung oleh kelopak matanya dan isak tangis lolos begitu saja dari mulut Geby.

........................./////////////////////...........................

Terlihat Kinara sedang melamun dengan tatapan kosong menatap keluar jendela ruang rawat yang ia tempati. Setelah sadar dari pengaruh obat penenang, emosinya nampak lebih stabil. Geby juga sudah menjelaskan kejadian yang menimpa ia dan calon bayinya yang berujung ia harus di rawat di rumah sakit dan kehilangan calon buah hatinya.

Kejadian 3 minggu lalu berputar-putar di kepalanya.

Ia mengelus pelan perutnya yang datar, bulir bening dari matanya tak kuasa ia bendung dan mengalir deras membasahi pipi putih miliknya.

Flashback On

"Mas, dia siapa?" Tanya seorang ibu hamil yang menatap nanar kedua insan di hadapannya.

Tiba tiba pandangan Devan mengarah ke sumber suara itu, matanya terbelalak kaget sebelum raut mukanya menunjukkan ekspresi datar.

"Dia siapa Dev?" Tanya wanita cantik bak model dewasa yang sedang berada di samping Devan, bergelayut manja menunnjukan kemesraan mereka.

"Dia istriku Nesa" Jawab Devan yang sesekali menatap ibu hamil tersebut.

Wanita yang sedang asik bergelayut tadi melepaskan rangkulannya dan berjalan mundur.

"Jadi selama ini kamu bohong sama aku Dev?" Ucap wanita itu yang terus diiringi langkah kecilnya yang berjalan mundur.

Devan ingin beranjak mengejar wanitanya yang kini telah berbalik menjauh dengan langkah kecil.

"Mas tunggu, dia siapa? Jelaskan pada ku Mas." Seketika langkah kaki Devan terhenti untuk mengejar wanitanya.

Devan menoleh dengan raut muka yang sulit di artikan.

"Dia pacarku Kinara, dia lah orang yang selama ini aku cintai. Sekarang kamu sudah tau, kuharap kamu mengerti. Aku harus mengejar cintaku, aku tak ingin Nesa pergi meninggalkan ku."

Syok mendengar kata-kata sang Suami yang mencintai wanita lain, ibu muda yang sedang hamil tersebut menitihkan air mata. Sebelum sempat sang Suami pergi, ia terlebih dahulu mencekal lengan suaminya itu.

"Mas kamu nggak boleh kejar dia, aku ini istrimu. Aku, mengandung anak mu. Apakah, kami masih kurang berharganya di banding wanitamu itu?" Ucap Kinara tersendat.

"Maafkan aku Kinara, aku sangat mencintai Nesa di bandingkan apapun"

"Tapi Mas..."

Ucapan Kinara terpustus ketika sang Suami melepas paksa genggaman tangan Kinara di lengannya, kemudian beranjak pergi mengejar wanitanya yang kini sudah menghilang dari pandangan.

Gerak tangan Devan tersebut, sukses membuat Kinara terjatuh.

"Ahh sakit perutku...!!" Ucap Kinara yang jatuh dan tergeletak di lantai, ekspresinya benar-benar kesakitan.

Devan menatap sekilas Kinara yang terjatuh akibat ulahnya.

"Maaf Kinara aku tak mau kehilangan Nesa."

Ucap Devan kemudian pergi.

Kinara menatap sendu kepergian suaminya, dan lama kelamaan pandangannya menjadi gelap.

Flashback off

Perlahan tangannya yang semula mengelus-elus perlahan perut datarnya, kini beranjak naik ke dada. Ia memukul mukul dadanya yang terasa sesak, mengingat kejadian yang ia alami sebelum ia sadarkan diri dan berada di rumah sakit.

"Kamu sungguh tega Mas" ucapnya lirih sambil terisak, tangannya mencengkram kuat dada yang kini memerah.

Kalimat terakhir devan terngiang-ngiang di telinganya.

"Maaf Kinara aku tak mau kehilangan Nesa."

Seolah kalimat tersebut menjadi tamparan keras, Kinara tiba-tiba berhenti menangis. Tangisnya terganti senyum getir.

"Kau sungguh takut kehilangan wanitamu, sampai-sampai kau tak menyadari bahwa kini kau telah kehilangan bayi kita Mas, dan juga aku. " ucapnya tersendat akibat tangisnya yang baru mereda.

Clek.!!

Pintu kamar Kinara terbuka, menampilkan sosok Geby sang sahabat yang menenteng nampan di tangannya.

"Kinara ayo makan dulu" Ucapnya tulus.

"Geby, bawa aku pergi dari sini. Bawa aku ke tempat yang jauh, tempat dimana aku bisa membinasakan rasa sakit dan kehilanganku."

Ucap Kinara dengan ucapan dingin nan pilu, seolah menyayat siapun yang mendengarnya.

.

.

.

.

Bersambung***

"Jangan pernah mempertahankan, seseorang yang tak pernah ingin dipertahankan. Karena, itu hanya akan melukai dirimu sendiri."

-Kinara-

"Terkadang, kau harus merasakan pahitnya hidup terlebih dahulu. Sebelum menyambut hal manis yang akan tersaji. Karena adanya rasa pahit, maka setelahnya kau akan sangat menghargai rasa manis."

-Kinara-

"Hidup, tak pernah terlepas dari beragam kejutan. Ada yang mampu membuat mu tersenyum bahagia, namun ada pula yang membuat mu menguras air mata."

-Kinara-

Harus Mencari Kemana

Satu minggu setelah hari itu,

Brak.!!!

Pintu ruang kerja Geby didobrak keras oleh seseorang.

"Dimana Kinara...?!" Bentak seseorang dengan nada yang amat marah

"Mau apa kamu kesini..?!" Jawab Geby dengan nada yang tak kalah tinggi

"Aku tanya di mana Kinara..?!" Jelasnya lagi.

"Apa hak mu bertanya demikian? dasar laki laki brengsek..!"  Bentak Geby

"Aku berhak mengetahui dimana istriku berada..!"

Kali ini Devan benar-benar marah, ia memukul meja di hadapannya sambil menatap tajam kepada Geby

Geby hanya membalas statement Devan dengan senyuman yang melecehkan.

"Geby, aku tak main-main. Aku bisa menarik saham ku dari perusahaan papa mu ini. Dan kau tau sendiri akibatnya..!" Devan mengancam, nampak keseriusan dan kebencian muncul dari sorot matanya.

Geby masih membalas dengan senyum yang merendahkan. Kali ini, ia menoleh ke tempat lain, tak menatap mata Devan seintens tadi.

"Apa peduli mu? Kau lah alasan kenapa Kinara pergi dan menghilang.." Kini nada suara Geby sudah melemah, berganti dengan nada yang bergetar.

Tak terasa, pipinya kini basah oleh linangan air mata

"Geby, aku mohon. Aku tak bermaksud buruk pada Kinara. Dia istri ku Geb, aku mohon. Aku berhak tau dimana dia" Kali ini nada bicara Devan seolah memelas

"Tidak Devan, kau tidak pantas di sebut seorang suami. Tak pantas.!"

Kata-kata Geby tersebut menusuk hati Devan

Devan hanya diam tak berani bicara lagi.

"Mungkin saat itu, aku masih bisa menimbang guna mentolerir sikap mu. Tapi, setelah aku melihat binar kekecewaan di mata Kinara saat ia sadar, maka tak ada toleransi lagi untuk mu. Mungkin kau tak tahu betapa sakitnya Kinara saat itu karena kau tak ada disampingnya. Tapi aku, aku tahu betul Dev.! Dan hati ku benar-benar tersayat melihat Kinara yang hancur saat tahu bahwa bayi yang benar-benar ia nantikan, telah pergi jauh meninggalkannya."

Geby kali ini benar-benar tak sanggup membendung air mata ketika kata "bayi" keluar dari mulutnya. Ia merasa sangat bersalah terhadap Kehilangan kinara atas Bayi yang belum sempat terlahir dan menangis di pangkuan ibunya.

"Pergi kamu Devan, Pergi..!!!!"  Bentak Geby sembari mendorong tubuh Devan kuat

"Baik Geb, jika kamu tak mau memberi tahu ku dimana Kinara, aku bisa menemukannya sendiri"

Ucap Devan yang kemudian berlalu pergi

Tubuh Geby meluruh ke lantai, ia menangis sejadi jadinya.

"Maaf Kinara, maaf. Jika kemarin aku tak sanggup mencegah engkau kehilangan bayi mu. Kali ini aku akan berusaha mencegah Devan menyakiti mu lagi."

..................////////////////////////////......................

...-- Dua tahun setelahnya --...

Hari berganti hari, jam terus bergulir tanpa mau menghentikan langkah detiknya tuk melaju.

"Aahhkk.!!!" Teriak Devan sambil menggenggam rambutnya frustasi.

"Dev kamu yang sabar, jangan teriak-teriak seperti ini." Ucap Briyan menasehati

"Aku sudah kehabisan akal Yan, berbagai cara aku lakukan untuk mencari Kinara, tapi tak juga menemukan titik terang. Padahal, aku sudah menyewa orang untuk mencarinya. Kali ini aku benar-benar frustasi" Jelas Devan dengan muka yang nampak berantakan.

"Saya tau Dev, kita coba usaha lagi untuk mencari keberadaan istrimu itu. Akan saya suruh orang kepercayaan saya mengawasi gerak-gerik Geby. Beliau adalah salah seorang intelijen hebat, jadi saya yakin orang itu bisa membantu kita menemukan istrimu. Dan juga, Geby mungkin saja masih sering menemui Kinara. Dengan demikian kita mendapat petunjuk dimana istrimu itu" Ucap Briyan sambil menepuk pundak sahabatnya, seolah meyakinkan sang sahabat bahwa semua akan baik-baik saja.

Briyan adalah sahabat kecil Devan, orang tua Devan dan Briyan bersahabat sejak lama. Mereka tumbuh dewasa berama. Namun setelah lulus SMP, keluarga besar Briyan pindah ke Los Angles. Sejak saat itu Briyan dan Devan tak pernah lagi bertemu, mereka hanya sesekali menghubungi satu sama lain lewat telepon genggam.

Dua belas tahun lamanya mereka tak bertemu. Dan kini di tahun kemarin, Briyan kembali ke Indonesia dengan sejuta talenta bisnis yang profesional. Keluarga Briyan berniat mencoba peruntungan bisnis di indonesia dengan menjadi bagian pendonor dana pada perusahaan keluarga Devan Chastino.

Walaupun terbilang baru bertemu kembali selama satu tahun belakangan ini, namun Briyan dan Devan tetap dekat layaknya sahabat. Semua cerita hidup Briyan ia ceritakan pada Devan, begitupun Devan. Hingga Briyan tau masalah yang kini Devan hadapi, yaitu mencari sang istri yang menghilang entah kemana.

"Tapi Dev maaf sebelum nya, saya sebenarnya bingung dengan dirimu." Ucap Briyan dengan nada tak enak, sambil menggaruk kepala nya yang tak gatal.

Devan yang tadinya menunduk kini mencongakkan kepalanya ke orang yang berdiri di depannya sekarang.

"Kenapa..?!" Tanya Devan ketus.

"Kau sungguh frustasi kehilangan istrimu bukan? Tetapi di satu sisi lain, kau memiliki kekasih. Maksud saya, sebenarnya siapa yang engkau cintai?"

Sebenarnya Briyan tak enak bertanya demikian, akan tetapi ia bingung dengan sang sahabat. Berlaku seperti orang tak waras saat ia menemui jalan buntu untuk mencari istrinya, tapi di satu sisi lain ia memiliki seorang kekasih bernama Nesa.

"Ini mungkin tak sempat ku ceritakan pada mu Briyan. Jelas aku mencintai kekasih ku Nesa, aku bahkan tak bisa hidup tanpa dia. Terlebih, aku memiliki janji yang tak bisa aku ingkari, pada Nesa. Tapi, aku juga bertanggung jawab atas Kinara. Dia adalah istriku, memang aku tak mencintainya. Tetapi akulah yang menariknya terjun dalam kehidupanku. Dia juga wanita yang baik, tak banyak menuntut. Aku merasa masih memiliki beban saat ini. Setidaknya, aku ingin bertemu Kinara untuk memastikan apakah kini ia baik-baik saja, dan aku ingin menjelaskan tentang hubungan ku dengan Nesa. Kuharap setelah penjelasanku nanti padanya, dia dapat mengerti dan melepaskan aku. Tetapi tidak dengan cara seperti ini. Jujur, aku masih peduli padanya. Semua ini memang salah ku. Aku siap menangung finansialnya setelah nanti kami resmi berpisah." Jelas Devan panjang lebar.

Mata Briyan melotot tajam, apa yang sebenarnya ada di otak Devan, batin Briyan. Bagaimana bisa ia berlaku seenaknya seperti itu kepada wanita yang berstatus istrinya sendiri

"Devan, saya sebagai sahabatmu tak percaya dengan apa yang kau ceritakan barusan. Bagaimana bisa kau menarik seorang wanita terjun ke dalam kehidupanmu. Kau jadikan pendamping hidup pula, namun kau tak mencintainya dan mencintai wanita lain. Are you okey brother ??"

Tanpa sadar, Briyan mengucapkan kalimat tersebut sambil menggelengkan kepala nya. Tersenyum tipis dan membuang muka.

"Sebenarnya, begini ceritanya Yan ... "

Perlahan Devan menarik memori lamanya untuk muncul kembali.

Flashback On

.

.

.

Bersambung***

"Ibarat setangkai mawar berduri, semakin ku genggam erat. Semakin dalam pula duri itu menusuk dan melukai"

-Kinara-

Awal dari semuanya

Flashback On

Empat tahun lalu, tepat saat tahun kedua Devan memegang alih perusahaan milik sang Ayah. Banyak sekali masalah yang Devan hadapai. Banyak kejadian yang tak menguntungkan bagi perusahaan yang saat itu Devan pegang.

Devan masih terlalu kekanak-Kanakan di usinya yang sudah menginjak 24 tahun. Pemuda itu seringkali mengabaikan urusan perusahaan dan lebih mementingkan terbang ke USA untuk membujuk kekasihnya.

Hal tersebut, membuat progres perusahaan dan kepercayaan investor menurun pesat. Hal inilah yang mendasari amal mula gagalnua banyak proyek Chastino Company.

Banyak investor yang menarik saham meraka dari Chostino Company. Saat itu, perusahaan besar yang susah payah di bangun oleh Ayah Devan terancam gulung tikar.

Dinilai Devan masih kekanak-kanakan, maka pemegangan alih perusahaan di serahkan pada Paman Devan yang tak lain adalah adik kandung sang ayah.

Tak terima dengan tindakan sang ayah, Devan menuntut haknya. Devan meminta agar sang ayah menyerahkan kembali alih perusahaan kepada Devan.

Tentunya sang ayah menolak tegas permintaan Devan tersebut, sampai akhirnya Chastino Company kembali pada puncak kejayaan setelah satu tahun berada di tangan paman Devan.

Pada saat itu, ayah Devan dan pamannya mencari solusi bagaimana caranya Devan dapat berpikir dewasa agar dapat dipercayai memang kembali alih perusahaan. Setelah perundingan panjangan antara kakak beradik itu, diberikan satu syarat kepada Devan.

Jika Devan ingin memegang alih perusahaan lagi, maka ia harus menikah terlebih dahulu. Disini sang ayah tak membatasi wanita yang harus dinikahi Devan, beliau membebaskan Devan untuk memilih. Karena mendiang Ibu Devan sendiri berasal dari keluarga yang sederhana, bukan yang kaya harta.

Sang Ayah tau bahwa putra tunggalnya memiliki seorang kekasih yang begitu ia cintai, maka dari itu Sang Ayah berharap dengan pernikahan inj, wanita yang dicintai Devan itu kelak bisa selalu men-support Devan.

Sang Ayah tak banyak mengetahui informaau mengenai gadis tersebur, maka dari itu Sang Ayah membebaskab Devan. Tak ada kriteria untuk Sang Menantu, cukup wanita yang Devan cintai.

Devan sangat menyetujui syarat tersebut. Saat itu, ia sudah menjalin hubungan kasih dengan Nesa sejak sekolah menengah atas. Dan Devan juga tak ingin kehilangan Nesa, maka dari itu ia bergegas untuk segera menikahi Nesa.

Akan tetapi, Nesa belum siap jika Devan melamarnya.

Berkali kali Devan membujuk Nesa untuk menerima lamarannya, namun tetap saja Nesa menolak.

Nesa merupakan gadis dari kalangan atas, ia selalu di manja dan bergelimang harta. Tak heran diusianya saat itu, ia masih ingin bebas tanpa adanya ikatan pernikahan.

Devan bingung, nampaknya Nesa benar benar kukuh dengan penolakannya tersebut.

pemuda itu tampak begitu tertekan, di satu sisi ada ego yang harus ia dengan kekuasaan, sedangkan di sisi lain ada cinta yang harus ia usahakan.

Devan masih terus memilih untuk mengusahakan Nesa, hingga akhirnya gadis itu meminta Devan untuk berhenti menghambat cita-citanya.

Barulah di titik itu Devan sadari, bahwa selama ini ia hanya berjuang seorang diri.

akhirnya, Devan menyerah, Pemuda tampan itu merelakan kekasihnya, sesuai dengan apa yang selama ini kekasihnya inginkan.

.................................//////////////.................................

Devan dan Geby merupakan sahabat dari bangku kuliah, Setelah kepergian Briyan ke Los Angles, Devan tak memiliki sahabat lagi sejak lulus sekolah menengah pertama, sampai akhirnya bertemu dengan Geby.

Banyak keluh kesah yang Devan ceritakan pada Geby, sampai dengan kebingungannya saat ini.

Dengan nada bercanda, Geby berkata " Ya sudah, cari saja wanita lain Dev, banyak kok wanita cantik yang mau kamu nikahi. Kau tampan, tajir dan baik. Aku yakin, kamu mudah mendapatkan calon istri yang kamu mau." Ucap Geby sambil mendorong siku Devan.

Seketika Devan mendapat ide dari perkataan Geby.

"Benar, aku bisa mendapatkan wanita yang mau aku nikahi. Tapi tetap sampai kapan pun hatiku hanya milik Nesa" batin Devan

"Okeh Geb baiklah, aku sekarang sedang berbicara serius denganmu. Bisakah kau menemukan wanita yang bisa menjalin hubungan serius dengan ku?"

Tanya Devan intens

"Ha???? Apa Dev??? Ayolah aku tadi hanya bercanda." Ketus Geby kemudian tertawa terbahak bahak

"Tapi aku tidak sedang bercanda..!" Ucap Devan amat serius.

Geby terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.

Hening.....

"Geb, aku mohon bantu aku menemukan wanita itu"

Kini nada bicara Devan merendah, ia memasang ekspresi muka yang memelas.

"Hemm sejujurnya aku hanya bercanda dengan perkataan ku tadi. Tapi...." terlihat Geby nampak sedang berpikir.

"Tapi aku mengenal seorang wanita yang kurasa pantas dengan mu, dia cantik, baik, lemah lembut, dan yang terpenting hatinya begitu tulus." terus Geby

"Ayo ajak aku bertemu dia" ucap Devan semangat

"Okeh sabar Dev, aku hanya berniat mengenalkan dia terlebih dahulu padamu. Kalian harus saling mengenal barulah kau dapat menentukan pilihan mu. Dan semua keputusan nantinya, aku kembalikan kepadamu." Ucap Geby

"Baiklah, mengenal pun tak harus butuh waktu lama" ucap Devan yang kini tersenyum senang.

Tiba-tiba, terbesit sebuah keraguan di hati Geby.

"Tapi, dia adalah gadis yatim dari sebuah desa dan menguji nasib merantau kekota. Dia adalah seorang gadis penjual bunga di toko bunga ku Dev, sekaligus sahabatku."

Geby merasa Devan pasti akan menolak gadis itu.

Devan tampak teperanga, Pemuda tampan itu terdiam sejenak.

"Hahahahah, kau bercanda Geb? Yang benar saja, aku ini pewaris Chastino Company. Masa kamu kenalkan dengan wanita kelas rendah seperti itu? Jangan bercanda ah..!"

protes Devan.

Benar saja tebakan Geby, Devan tak akan mau mengenali lebih jauh gadis yang Geby rekomendasikan tadi

"Ya sudah Dev kita cari wanita lain saja" ucap Geby, namun sebenarnya nada bicara Geby sedikit mengejek kali ini.

"Gila Devan, dia pikir cari calon istri seeprti cari mainan" batin Geby kesal, ia menggelengkan kepalanya.

Setelah percakapan di sebuah kafe tersebut, Geby dan Devan serius mencari wanita yang benar-benar pantas untuk menjadi istri Devan. Hal ini mungkin terdengar gila, tapi ini lah kegilaan mereka.

"Aku capek Dev, semua teman wanita high class yang aku kenalkan padamu tak ada satupun yang kau suka."

Ucap Geby dengan nafas terputus putus seolah memang sedang kecapean.

"Entahlah Geb, aku belum menemukan yang pas dihatiku." Balas Devan jujur

"Ya sudah, aku mau ke toko bungaku dulu, Aku ada urusan sebentar. Silahkan kau duduk lama disini, siapa tau jodohmu datang sendiri. Bye!"

Kemudian Geby berdiri dan beranjak pergi meninggalkan Devan. Tanpa jawaban dari Devan ia sudah jauh melangkah meninggalkan laki-laki di belakangnya yang terus berteriak memanggil.

"Geb..! Geby...!" Panggil Devan kesal. Dengan terburu buru pemuda tampan itu menyusul Geby

**-Sesampainya di tokoh bunga milik Geby-**

Devan terkesima melihat sosok wanita yang sangat cantik.

"Dia benar-benar cantik" batin Devan mengangumi

"Woy!! Liat apa lu ..!" Tegur Geby sembari menepuk pundak Devan kuat.

Dengan salah tingkah Devan menanyakan sesuatu pada Geby

"Geb, gadis itu siapa?" Tunjuk Devan ke arah Kinara yang sibuk membungkus bunga.

"Dia Kinara, gadis yang pernah aku ceritakan ke kamu itu loh Dev. Kenapa? Kan kamu ga mau kenalan dengan gadis dari kelas sederhana seperti dia" Ucap Geby mengejek.

"Hemmmm, Geb. Tolong bagaimana pun caranya, kamu harus bantu jodohkan aku sama dia, harus!" Pinta Devan memaksa.

"Dih apaan sih, dasar plinplan" Geby berucap ketus dengan bibir yg maju sambil memukul kepala Devan. Seolah, kesal dengan laki-laki tersebut.

Dalam usahanya mendekati Kinara, Devan mengusahakan segalanya. Awal kedekatan mereka, Kinara selalu menghindar. Namun karena Devan yang terus-menerus berkorban tanpa henti, akhirnya membuat hati dingin gadis cantik tersebut luluh.

Setelah saat itu, Devan dan Kinara semakin harinya semakin dekat.

Hingga tiba lah saat dimana Devan melamar gadis itu yang kemudian di balas penerimaan oleh Kinara.

Flashback Off

.

.

.

.

.

.

BERSAMBUNG***

Dia cantik, bahkan sangat cantik. Dia baik, bahkan sangat baik. Tetapi, tak ada yang bisa menggantikan kedudukanmu di hatiku, Nesa.

-Devan-

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!