NovelToon NovelToon

Cinta Terakhir Untuk Hito

1_Aku Kembali

Gadis imut dengan tas gendong berwarna navy tengah menolehkan kepalanya ke kekiri dan ke kanan. Rambutnya yang diikat menjadi satu genggaman, berayun saat sang empu kepala menggerakkan kepalanya. Kakinya terus melangkah menelusuri koridor yang sepi. Tepat di depan perpustakaan disamping lab IPA akhirnya dia menemukan ruangan yang sedari tadi dia cari.

Helaan nafas pelan keluar dari mulutnya. Sebelum dia masuk, dia terlebih dulu membuang Lolipop kesukaannya ke tong sampah yang berada tak jauh dari pilar yang menjadi penyangga bangunan itu.

" Permisi," Dengan sopan dia mengetuk pintu berwarna cokelat itu terlebih dulu. Lalu munculah seorang pria yang sudah lanjut usia dengan baju formalnya.

" Rahayu?" Tanyanya memastikan.

Gadis itu mengangguk disertai senyuman yang menunjukkan deretan giginya yang putih "Iya pak, Panggil saja Raya."

" Raya," Gadis itupun kembali menganggukkan kepala saat Kepsek itu memanggil namanya " Kamu langsung ke kelas saja, pembelajaran baru saja dimulai. Biar pak Rehan yang mengantarmu ke kelas barumu."

" Baik pak."

" Pak Rehan," Panggil Kepsek pada salah satu guru yang menjadi guru olahraga di SMA Garuda. Merasa namanya di panggil Pak Rehan pun segera menghampiri Kepsek dan siswi yang baru saja dia lihat.

" Iya pak ada yang bisa saya bantu?"

" Nak Raya adalah siswi pindahan. Tolong pak Rehan antarkan dia ke kelas barunya, XII IPA II." Ucap Pak Kepsek.

" Baik pak," Ucap pak Rehan " Raya ayo ikuti saya." Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya. Setelah berpamitan pada kepsek dia langsung mengekori pria yang usianya mungkin tidak jauh dengannya. Seperti anak ayam yang mengekori induknya, Raya benar benar mengikuti setiap langkah pak Rehan sampai sampai saat pak Rehan menghentikan langkahnya secara mendadak Raya tak dapat menahan langkahnya dan hidungnya yang tak seberapa itu menabrak punggung kokoh milik pak Rehan.

Brukk

" Awwwss..." Raya meringis saat pantat sintalnya menyentuh marmer yang keras ditambah hidungnya yang terbentur punggung pak Rehan yang lumayan membuat hidungnya merah.

" Kamu tidak apa apa?" Pak Rehan berusaha membantu Raya untuk bangun. Namun rasa sakit yang dia rasakan tak mampu untuk dia tutupi.

" Sakit pak, Dikit." Ucapnya jujur. Pak Rehan mengambil Lolipop yang sempat jatuh dari tasnya lalu mengembalikannya pada Raya.

" Ini punya kamu?"

" Iya pak, makasih ya pak." Raya segera membersihkan lolipopnya itu takut jika kotor dan tidak bisa dia nikmati lagi. Padahal lolipop itu masih terbungkus dengan Rapi.

" Kamu kenapa kok bisa nabrak punggung saya?" Pasalnya di koridor itu sepi tidak ada seorangpun siswa yang berkeliaran karena memang mereka tengah belajar, sehingga Jalan yang Raya pakai cukup besar.

" Kan tadi kata bapak ikutin bapak, yaudah saya ikutin."

" Tapi nggak perlu dibelakang saya juga, jalanan nya masih lebar."

" Bapaknya nggak ngomong sih kan tadi nyuruhnya buat ngikutin bapak bukan buat jalan bareng bapak, Kalo ngikutin otomatis dibelakang kalo bareng berarti bersampingan." Ucapnya mengelak.

" Sama aja,"

" Beda." Saut Raya cepat " Kalo jalan bareng sampai nya juga barengan, tapi kalo ngikutin yang duluan sampai bapak begitu."

" Dih kamu tuh ya, baru juga masuk udah pinter ngeles." Ucap Pak Rehan gemas dengan tingkah murid baru itu " Yaudah kamu tunggu disini, saya masuk duluan."

" Siap pak." Cukup lama Raya menunggu diluar namun namanya belum juga dipanggil. Kelas yang awalnya tenang terdengar gaduh sesaat tapi akhirnya kembali hening dan tenang.

Pak Rehan keluar bersama seorang guru yang sedang mengajar dikelas itu. Raya sedikit membungkukkan tubuhnya saat mereka kembali menghampirinya " Raya Ini Pak Ilham beliau sedang mengajar di kelas ini dan kebetulan beliau juga wali kelasmu."

" Pagi Pak, Saya Raya." Ucapnya memperkenalkan diri.

" Pagi Raya, saya Pak Ilham, semoga kamu betah di kelas ini, Pak Rehan sudah menceritakan sedikit tentangmu. Ayo masuk teman teman barumu sudah menunggumu."

" Iya pak" Ucapnya sembari menganggukkan kepala. Raya pun ikut masuk bersama dengan pak Ilham. Berbeda dengan Pak Rehan, jika umur pak Rehan sekitar 23 keatas pak Ilham adalah sosok pria paruh baya dengan kharismatik yang melekat pada tubuhnya. Terlihat dermawan dan bersahabat Raya menyukai Wali kelasnya yang seperti ini.

Sedikit sambutan dari pak Ilham sebelum Raya mulai membuka suara untuk memperkenalkan diri. Kegaduhan kembali menghiasi kelas XII IPA II namun kembali tenang saat pak Ilham mengetuk ngetukkan penghapus diatas meja.

" Harap tenang semuanya, berikan kesempatan pada teman baru kalian untuk memperkenalkan diri."

" Raya silahkan,"

" Terimakasih pak." Raya maju dua langkah dari posisi sebelumnya. Tangan nya membetulkan tas gendongnya sebelum dia membuka suara.

" Hai semuanya," Sapa Raya " Perkenalkan Nama saya Rahayu Yasmina, kalian bisa memanggil Saya Raya semoga kita semua bisa berteman baik ya."

" Hai Raya," Sapa semua siswa dan siswi di kelas itu. Raya tersenyum melihat respon mereka yang Welcome atas kehadirannya. Perkenalan yang singkat dan tidak ada pertanyaan lain dari teman - teman barunya itu, lalu Raya dipersilahkan untuk duduk di kursi yang kosong.

Pojok dekat jendela dibarisan terakhir, tempat yang seharusnya banyak disukai para siswa dan siswi karena bisa leluasa tidur ataupun nyontek. Tapi Raya tidak biasa, dia lebih suka duduk di depan berhadapan dengan guru dan memperhatikan setiap kali materi yang disampaikan oleh guru yang mengajar.

Tapi dia siswi pindahan, ada kursi kosong saja sudah bersyukur. Tidak masalah hanya satu tahun setelah itu dia akan lulus dan melanjutkan pendidikannya ke universitas impiannya.

Dua jam berlalu Raya cukup mengerti apa yang disampaikan oleh pak ilham, cara mengajarnya pun santai tapi materi yang diterangkannya tersampaikan pada murid muridnya. Raya meregangkan kedua tangannya melemaskan otot otot lengannya yang mulai mengeras.

" Gue Gita." Raya menoleh saat teman sebangkunya menjulurkan tangan kearahnya. Gadis itu tersenyum lalu membalas uluran tangan itu " Raya."

" Kantin yuk, laper nih." Ajak Gita pada Raya. Raya terdiam sesaat setelahnya dia menyetujuinya.

" Tapi anterin gue ke kelas XII IPA I dulu ya?" Pinta Raya

" XII IPA I ngapain?" Tanya Gita kepo.

" Udah ayo anterin." Ucap Raya menyeret Lengan Gita. Keduanya berjalan beriringan, baru saja keluar dari pintu segerombolan siswi menerjang tubuh mereka.

" Woi Pada punya mata nggak sih lo pada?" Maki Gita terpancing emosi. Punggungnya membentur kusen pintu begitupun dengan Raya.

" Dasar Cabe pasar udah nggak laku masih aja mau naik harga. Ngaca bego, bego kok dipelihara!" Umpatnya kembali marah.

" Udah udah, Percuma lo teriak Merekanya udah jauh." Ucap Raya menenangkan.

" nggak bisa gitu. Mereka tuh udah kebiasaan. Aneh gue, gue yang senior kok gue yang berasa ditindas. Adek kelas laknat pada nggak punya akhlak dasar. Percuma di sekolahin kalo lo lo pada nggak tau tatakrama Cabe!" Gita masih saja berteriak membuat orang orang disekitarnya melihat kearah mereka. Dia berharap teriakannya di dengar oleh mereka.

Astaga baru sehari Raya sekolah dia sudah punya teman seperti ini. Sabar, sabar, batinnya menguatkan " Lo juga sama aja dodol. Ini disekolah bukan di hutan tatak ramanya dipake. Dasar asem ngasih tau adek kelas tapi lo sendiri gitu!"

" Hilaf gue, namanya juga manusia." Ucapnya sedikit lebih tenang.

" Iya," Balas Raya " Ngomong ngomong itu adek adek kesayangan mau kemana kok buru buru?"

" Kantin,"

" Yaelah ke kantin aja balapan. Emang nih sekolah suka kehabisan jajanan apa?"

" Bukan masalah jajanan kantinnya dodol,"

" Lah terus apa?" Tanya Raya bingung. Langkah kakinya pun berhenti saat Gita terlebih dulu menghentikan langkah kakinya.

" Tuh gara gara si Biang kerok," Tunjuknya pada pria yang memunggungi mereka. Saat ini Raya dan Gita sudah tiba di kantin. Benar kata Gita pengunjung kantin dipenuhi oleh kaum hawa terutama barisan yang dekat dengan Cowok biang kerok yang Gita sebut tadi.

" Emang dia siapa?"

" Udah dibilangin si biang kerok. Telinga lo budek?"

" Telinga gue masih normal kali." Raya mendengus saat Gita menertawakannya. Gadis ini benar benar membuat Raya senang sekaligus kesal karena memiliki teman baru sepertinya.

" Lagian dikasih taunya ngeyel. Dia itu si biang kerok kelas XII IPA I, gara gara dia nih kantin udah kaya jumpa pers aktor korea. Aneh gue sama mereka mereka. Pada cabe semua emang dasar."

" Napa sih dari tadi cabe cabe mulu. Tukang sayuran lo?"

" Gimana nggak cabe, tuh adek adek gemes udah di potekin berkali kali masih aja ngejar ngejar si Hito. An...

" Hi... hito!"

" Ho'oh Hito. Lo kenal sama di.... Kyaaa Raya bangke pantat gueee!" Teriak Gita kesakitan karena harus kembali menjadi korban Hito si Most wonted SMA Garuda. Raya baru saja menghantam tubuhnya dan ikut berkumbul bersama cabe cabe yang sering membuat dirinya menderita.

2_Tinggal Bersama

Gadis itu terus berteriak dan menghentak hentakan kakinya. Dia segera mengambil lolipop yang sengaja dia simpan di dalam tas. Dia membuka bungkusnya lalu memasukan kedalam mulutnya. Pipinya mengembung dengan bibir yang mengerucut, sinar matahari yang terik membuat kulit wajahnya terasa terbakar.

" Temen nggak ada akhlak, kan gue udah bilang tungguin gue pulangnya ini malah di tinggal. Rese banget jadi orang, liat aja nanti gue aduin sama Tante Ririn. Masa gue yang cantik ini di tinggal sendiri? Mana nggak punya duit lagi buat naik angkot. Yaelah baru juga dua hari di indonesia udah kaya gembel gue."

Raya terus mendumal dengan hati yang kesal. Sesekali dia mencabuti daun yang tak berdosa dari pohon hiasan yang berada di sisi jalan " Sial. Gue kan baru dua hari disini. Gue juga nggak tau jalan daerah sini, bego banget sih gue Mana handphone gua ikutan mati lagi. Ya Allah Mi Pi nasib anak kalian kok gini banget ya?!" Raya mencak mencak di tempatnya membuat orang - orang disekitarnya menatap heran dan aneh padanya.

" Udah nggak waras neng?" Raya menghentikan kegiatannya itu. Setelah itu dia baru sadar jika saat ini tengah berada di tempat umum.

" Hehe, Masih waras dong pak." Jawabnya sedikit malu.

" Terus kenapa malah marah - marah nggak jelas?"

" Ini pak saya nggak tau arah jalan pulang." Ucapnya jujur.

" Udah kaya lagu aja nggak tau arah jalan pulang," Si bapak itu sedikit terkekeh membuat Raya hanya bisa mengesah pelan " Emang rumahnya dimana?"

" Ini pak sebenarnya saya baru dua hari disini saya pindahan dari luar negeri. Dan sialnya handphone saya mati jadi saya tidak bisa menghubungi keluarga saya untuk minta jemput. Saya tinggal di Komplek anggrek pak, bapak tau tempatnya dimana?"

" Komplek anggrek? Yah atu udah kelewat neng harusnya tadi pas persimpangan tiga Neng belok kiri terus lurus sedikit tar juga ada tulisannya komplek Anggrek." Jelas bapak itu.

" Kelewat ya pak?"

Bapak itu mengangguk " Iya atu neng."

" Terus saya harus balik lagi nih?"

" Atu iyalah neng masa mau lanjut jalan kesono. Tar yang ada bukan nyampe rumah malah nyampe TPU."

" TPU? maksud bapak tempat pemakaman umum?" Bapak itu mengangguk.

" Ujung jalan sana buntu neng dan itu tempat pemakaman umum. Emang neng mau kumpul sama penghuni disana?"

" ya enggak lah pak. Ya kali saya kumpul sama mereka. Yaudah kalo gitu saya mau balik lagi aja pak. Terimakasih ya pak." Raya pun segera memutar tumitnya dengan cepat. Langkahnya semakin cepat saat tiba - tiba langit berubah menjadi gelap.

Persimpangan tiga belok kiri. Raya masih mengingat perkataan bapak bapak tadi. Dan saat ini dia sudah berada di persimpangan itu " Belok kiri dikit, tar ada Tulisan Kom.. nah itu dia." Raya segera berlari memasuki kawasan komplek anggrek itu. Senyumnya melebar saat melihat bangunan bangunan yang menurutnya tidak jauh berbeda saat dia pergi meninggalkan tempat tinggalnya dulu.

Langkah kakinya berhenti tepat setelah melewati lima rumah dari gerbang utama perkomplekan. Bangunan besar dengan dua lantai menjadi objek matanya saat ini.

" Akhirnya nyampe juga gue," Huff akhirnya Raya bisa bernafas lega, dia sudah sangat lelah berjalan kaki dari sekolah sampai perkomplekan rumahnya. Kakinya segera melangkah cepat membuka daun pintu utama yang ternyata tidak dikunci. Melihat isi rumah yang sepi Raya segera berlari saat melihat Sofa yang empuk untuk merehatkan tubuhnya yang terasa pegal.

" Woii. Mau maling Lo?" Baru saja pantatnya ingin menyentuh benda empuk itu teriakan dari lantai atas membuat Raya mengurungkan niatnya.

" Gue bukan maling!" Teriaknya tak kalah kencang.

" Terus ngapain Lo dirumah gue huh? Minta sumbangan Lo?"

" Gue nggak butuh duit Lo!" Balas Raya kembali membuat orang itu turun dan menghampirinya.

" L-Lo? Lo yang di sekolah tadikan?!" Tanyanya tak percaya. Pria itu menatapnya dan meneliti dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Benar gadis itu adalah salah satu cewek cewek yang menggilainya di sekolah tadi.

" Mau ngapain lo kesini? Sorry gue emang tampan tapi untuk saat ini gue lagi males pacaran. Husss lebih baik Lo keluar dari rumah gue sebelum gue panggil satpam buat ngusir Lo!"

" Ngusir? Mata lo soak ngusir gue. Eh Hito gue baru aja nyampe nih rumah dan lo mau ngusir gue? Nggak ada ahlak banget sih lo jadi orang." Balasnya sengit.

" Udah deh gue nggak peduli mau baru nyampe kek udah lama kek bukan urusan gue. Sana sana lebih baik lo keluar dari rumah gue!" Pria yang di panggil Hito itupun menyeret lengan Raya menariknya keluar dari dalam rumahnya.

" Ihh lepas Hito. Lo pikir gue kucing apa di tarik tarik gini?!" Dengan sekali hentakan tangan Hito terlepas dari tangannya. Raya meniup poninya yang jatuh dan menghalangi pandangannya.

" Lo siapa sih? Dari sekolahan lo ngintil ngintilin gue mulu. Gue tau gue tampan, gue tau itu tapi nggak sampai gini juga kali, Harga diri lo lo kemanain huh?!"

Bughh

" Awwss. Lo...!" Hito meringis merasakan sakit dibagian jidatnya. Karena dengan teganya Raya menimpuk Hito dengan Lolipopnya.

" Kepedean Lo jadi orang. Lo pikir gue termasuk geng cabe cabean Lo apa? Lo juga, tega banget sama gue. Gue kan udah bilang tungguin gue pulangnya kenapa Lo malah ninggalin gue huh?"

" Apa urusannya sama gue? Kalo mau pulang ya pulang aja!"

" Lo beneran lupa sama gue?" Raya bertolak pinggang dengan mulut yang mendengus " Gue Raya cungkring!"

" Cungkring? As....

" Jangan pura pura amnesia. Lama lama gue jedotin juga kepala Lo biar inget!" Kesal Raya mulai kehabisan kesabaran.

" Kyaaaaa Gue Raya tetangga Lo temen Lo yang sering Lo bully dulu oon!" Ucap Raya memperjelas.

" Lo... Lo si Ndut?" Tanya Hito tak percaya. Matanya kembali meneliti dari ujung rambut sampai ujung kaki Raya.

" enak aja lo ngatain gue gendut. Bodi bohai kaya gitar sepanyol gini Lo bilang Ndut? Mata Lo soak? Udah lah gue cape gue mau tid.... apa lagi cungkring?" Langkah Raya tertahan saat Hito menarik belakang kerah baju yang dikenakannya.

" Lo salah alamat. Rumah Lo disana bukan disini!" Tunjuknya pada sebuah rumah yang berdiri kokoh disamping rumahnya.

" Kata siapa gue salah alamat? Orang gue bakal tinggal disini kok." Ucap Raya dengan nada yang mengejek. Hito melipat tangannya di dada menatap tajam pada gadis yang baru saja mengaku teman lamanya.

" Lo bener si Ndut?" Raya mengangguk.

" Lo nggak bohongin gue kan?" Raya menggelengkan kepalanya.

" Lo serius si Ndut kan?"

" Banyak tanya Lo udah kaya reporter aja. Udah gue cape mau istirahat!" Ucapnya sambil berlalu kembali masuk kedalam Rumah. Tapi Hito tidak tinggal diam, dia segera menyusul Raya dan ikut duduk di ruang Tamu.

Kembali terjadi perdebatan antara Raya dan Hito. Pria itu masih tidak terima jika Raya akan tinggal bersamanya. Tapi setelah memastikan pada Mamanya akhirnya Hito tidak lagi bisa mengelak.

" Mama Serius ngizinin si tukang makan tinggal di rumah kita? Ma, mama taukan Si Ndutt kalo makan itu kaya gimana? Tar jatah Hito dimakan dia. Belum lagi cemilan cemilan di kulkas udah pasti raib dimakan dia!"

" Tidak masalah. Jika stok makanan dirumah kita kekurangan mama bisa beliin kamu cemilan sama supermarketnya biar kamu puas. Nak, cuma enam bulan. Setelah itu Raya akan kembali kerumahnya. Tante Helma dan Om Dani masih ada urusan diluar sana. Biarkan Raya tinggal dirumah kita. Oke?"

" Tapi ma...

" Emang kenapa sih nak kalo Raya tinggal dirumah kita? Kamu juga kan cuma tinggal berdua sama Mbok Jum jadi tidak ada salahnya kan? Kamar kosong di rumah kita juga banyak. Sudah biarkan Raya tinggal di rumah kita, hitung hitung menjadi temanmu mengobrol!" Mama Hito masih berusaha membujuk anaknya itu agar dia mengizinkan Raya untuk tinggal dirumahnya. Raya dan Hito dua sejoli yang memang tidak pernah akur tapi dibalik itu semua sebenarnya mereka saling menyayangi satu sama lain.

" Hem." Balas Hito pasrah.

" Nah gitu dong baru ini anak mama. Yaudah kalo gitu mama lanjut kerja lagi ya, Lusa mama Pulang. Jangan bikin Raya nangis awas aja kalo itu sampe terjadi mama bakal hukum kamu."

" Iya tapi nggak janji. Mama jangan lupa makan jangan lupa istirahat juga. Hito sayang mama, Love you mah."

" Love you too nak. Kamu juga jaga kesehatan. Ingat jaga Raya baik baik. Oke mana tutup ya. Assalamualaikum!"

" Waalaikumsalam." Hito melepasan benda pipih itu dari telinganya setelah panggilan itu terputus. matanya melirik Pada Raya yang tengah asik memakan keripik singkong kesukaannya.

" Gimana udah percayakan? Ngeyel sih dikasih taunya." Raya masih asik menikmati cemilan itu dengan mata yang fokus pada layar TV. Mulutnya mengunyah dengan cepat setiap kali keripik itu masuk kedalam mulutnya.

" Kenapa sih lo harus balik lagi kesini? Padahal gue udah seneng hidup tanpa Lo!?"

" Karena gue kangen sama Lo!" Saut Raya cepet " Lo tega banget sama gue. Gue balik kesini bukannya di sambut malah di sangka maling. Parah parah parah lo pria terkejam yang pernah gue kenal."

" ya siapa suruh muka lo nya beda sama yang dulu mangkannya gue nggak kenal sama lo."

" Hehe iya juga sih. Kan sekarang gue makin cantik. Nggak kaya dulu eh tapi dulu gue juga manis kok. Iya kan?" Tanya Raya sembari memainkan alisnya.

" Manis? Muka gileee, muka Lo pait kaya empedu. Sini cemilan terakhir gue nih!" Ucapnya berlalu sembari merampas bungkusan yang ada di tangan Raya.

" Hito Bangke!" Maki Raya tak terima. Bukan karena perkataan Hito yang mengatainya tapi karena tangannya yang tak disekolahkan itu membuat Raya hanya bisa menggigit jarinya. Cemilannya dirampas begitu saja oleh Hito membuat Raya mengerucutkan bibirnya melihat Hito yang tengah asik memakan cemilan itu sendirian.

3_Alasan Kembali

Hari sudah mulai sore, Raya yang tertidur pulas harus terbangun karena cacing cacing diperutnya demo meminta untuk diisi. Dilihatnya jam weker yang ada di atas nakas dan jarum jam menunjukan pukul tiga. Gadis itu segera menyambar handuk yang tergantung di depan pintu kamar mandi lalu segera masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri.

Tiga puluh menit kemudian dia keluar dari kamar mandi dengan wajah lebih segar. Tangannya menggosok gosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil yang dia bawa sebelumnya. Memilih baju sederhana lalu mengenakannya, Raya keluar dari kamar dengan penampilan yang sudah rapi.

Dilihatnya setiap sudut rumah milik tantenya itu, tidak ada seorang pun disana. Raya menuruni anak tangga, pergi ke meja makan untuk mencari sesuatu yang dapat mengganjal perutnya yang sudah kelaparan. Cemilan di dalam kulkas sudah habis hanya menyisakan beberapa minuman bersoda. Raya kembali melirik meja makan, tapi hal yang sama dia dapatkan. Kosong seperti perutnya.

" Ini rumah apa kosan sih? Jangankan cemilan buah buahan aja nggak ada." Dia mengesah panjang, setelahnya dia kembali menaiki anak tangga menuju kamar Hito yang bersebelahan dengan kamarnya.

Tok tok tok

" Cung, Cungkring." Raya memanggil Hito dengan tangan yang terus mengetuk pintu. Cukup lama dia memanggil pria itu namun tidak ada jawaban.

Ceklek

Pintu kamar itu terbuka membuat Raya sedikit menyembulkan kepalanya melihat si pemilik kamar " Pantes aja nggak nyaut orang anaknya lagi tidur." Raya membuka pintu itu semakin lebar, kakinya melangkah mendekati sisi ranjang milik Hito.

" Cung, Cungkring."

" Ihhh Cungkring!" Kesal Raya menarik kaki Hito. Pria itu menggeliat namun kembali memejamkan matanya. Raya tak tinggal diam, perutnya semakin sakit meminta untuk segera diisi.

" To, Bangun To..... Hito!" Hito terbangun karena Teriakan Raya yang tepat di gendang telinganya membuat telinganya berdengung dan sakit.

" Lo!" Dia menggusar wajahnya lalu merubah posisinya menjadi duduk " Ngapain sih Lo gangguin gue? Gue Lagi enak tidur Ndut!"

" Gue laper!"

" Ya makan!"

" Gue mau makan apa orang nggak ada makanan!" Adunya merengut. Matanya mengedip ngedip berharap Hito mengasihaninya.

" Yaudah tungguin Mbok Jum dateng aja, sejam lagi dia pasti dateng."

" Lama To keburu gue pingsan," Rengek Raya berusaha membangunkan Nathan yang kembali tidur.

" Tapi gue ngantuk. Udah sih sabar aja, Ihhh rese lo mah lagi enak tidur juga gue!"

" Lo mah gitu." Raya menjitak kepala Hito membuat pria itu kembali duduk dan membuat Raya yang duduk di sisi ranjang terjatuh karena tersenggol oleh lengannya.

" Rasain." Ucap Hito mencibir " rese sih jadi orang, Tuhan ngasih karma langsung gara gara lo bangunin gue yang lagi tidur."

" Gue laper cungkring mangkannya gue bangunin Lo!" Ucap Raya ngegas " Gue nggak tau jalan, gue juga nggak punya duit buat jajan diluar. Anterin Gue ke ATM terus belanja buat ngisi Kulkas. Kulkas Lo udah kaya anak Kosan akhir bulan sepi nggak ada isinya."

" Males gue, masih ngantuk!"

" Ihhh Hito jangan tidur lagi." Raya menjambak poninya yang sedikit panjang membuat pria itu meringis dan mengikuti setiap langkah Raya " Mandi buruan gue tunggu Lo di bawah!" Raya membawa Hito ke kamar mandi dan langsung menyiramnya dengan shower yang menyala. Setelah sukses membangunkan Hito, Raya segera berlari sebelum singa itu mengamuk dan memangsanya.

" Dasar Gendut. Awas gue bales Lo!" Itulah teriakan yang dia dengar sebelum dia benar benar meninggalkan kamar Hito. Cukup Lama Raya menunggu tapi akhirnya Nathan keluar juga dengan celana Jeans yang di padukan dengan sweater berwarna Navy.

" Puas Lo udah bangunin gue huh?" Raya hanya cengengesan menunjukan deretan giginya, dia segera menyambar tas selempengnya dan langsung menarik Hito keluar dari bangunan mewah itu, perutnya sudah benar benar lapar.

" Makan dulu gue laper banget nih dari pagi belum makan nasi,"

" Iya bawel." Balas Hito singkat karena malas untuk kembali berdebat. Hito mulai ngengeluarkan motornya dari garasi tapi Raya melarangnya dan menyuruhnya untuk membawa Mobil.

Setelahnya mereka bergegas masuk kedalam mobil, Hito segera menyalan mesin mobil dan segera melaju dengan cepat karena Raya terus merengek kelaparan.

" Berisik Ndut. Lo udah kaya orang yang belum makan seminggu. Sabar napa gue lagi nyetir nih, kalo lo terus ngomong gue nggak konsen." Raya langsung diam saat Hito menaikkan nada suaranya. Bibirnya merengut lalu memalingkan wajahnya keluar jendela.

" Ayo turun," Raya menoleh saat Hito menyuruhnya untuk turun.

" Mau kemana?"

" Makan, Katanya lo laper?"

" Ini bukan Cafe atau Resto kita mau makan apa di tempat kaya gini?" Pasalnya mereka berhenti di dekat taman. Raya melihat ke sekelilingnya tidak ada tempat yang menjual nasi atau semacamnya.

" Gue laper To, tapi nggak gini juga. Jangan samain makanan gue sama kambing, gue nggak makan rumput. Kenapa Lo bawa gue ketaman yang ijo semua huh?"

" Sejak kapan lo berani bentak gue? Sejak kapan lo berani ngebantah perintah gue? Sejak kapan? Sejak kapan mulut Lo yang lemes ini jadi super pedes seperti sekarang? Sejak kapan Raya?" Hito mengesah pelan, Suasana semakin tegang dan membuat kedua manusia itu saling diam dan menatap " Di ujung jalan taman ada tukang bakso. Namanya bakso mang sodik beliau sudah jadi langganan gue, Lo makan bakso dulu buat nunda laper lo itu. Lo itu rese brisik, nyebelin dan bikin orang darting kalo lagi laper. Ngapain sih lo balik kesini? Bikin hidup gue ribet tau nggak. Nggak dulu nggak sekarang lo bisanya nyusahin gue mulu!"

" Ngapain masih disini? Cepat turun!" Raya membanting pintu mobil dengan kasar, lalu meninggalkan Hito begitu saja. Hito tak tinggal diam, setelah mengunci mobilnya Hito segera menyusulnya yang sudah jauh di depan sana.

" Nggak usah ngambek Lo udah gede, Ndut!"

" Lepasin tangan gue." Raya menyentak kasar tangan Hito sehingga cengkraman itu terlepas. Cukup. Hito sudah mulai kehabisan kesabarannya, Raya membuat darahnya mendidih dan ingin segera meledak seperti bom waktu yang bisa kapan saja meledak.

" Gue pikir lo udah berubah tapi ternyata enggak!" Ucap Raya dengan mata yang berembun " Gue salah. Harusnya gue nggak ngemis minta sama Bokap nyokap buat ngizinin gue balik lagi kesini. Harusnya gue tetap disana. Hidup dengan tenang dan dikelilingi orang orang yang sayang sama gue. Meskipun Orang tua gue sibuk karena pekerjaannya tapi setidaknya masih ada aunty Renata sama ka Intan yang peduli sama gue!"

" Lo itu berengsek To, Disaat gue rindu sama lo, lo nggak pernah hubungin gue. Disaat gue pergi ke Jerman pun lo nggak sedih sama sekali. Padahal lo itu temen gue To, dari kecil kita main bareng. Kenapa, kenapa nggak ada sedikit saja rasa sayang lo sama gue? Apa selama ini kehadiran gue cuma ngebebanin lo doang huh? Apa hubungan kita nggak bisa kaya para orang tua? Berteman dari kecil sampai sekarang?!"

" Dari dulu sampe sekarang gue nggak minta yang macem macem sama Lo! Cuma satu macem yang gue pengen. Please anggap gue sebagai teman Lo, udah itu doang nggak lebih. Apa susah buat lo ngakuin gue sebagai temen lo huh? Apa sangat susah To?"

Buliran bening itu merembes dari tempatnya. Raya segera menyekanya tersenyum tipis setelah menghembuskan nafasnya panjang " Sorry To kalo kehadiran gue ganggu kehidupan Lo."

" Ray Ray... Raya!" Teriak Hito memanggil nama gadis itu. Tapi Raya mengabaikannya berlari dengan cepat dan langsung pergi meninggalkan Hito setelah berhasil memberhentikan sebuah taksi.

" Kita mau kemana Neng?" Tanya sang supir dengan Sopan. Raya menghapus jejak air matanya lalu membuka suara " Tolong antarkan saya ke ATM terdekat pak."

" Baik Neng." Sang Sopir pun membawa Raya semakin jauh dari Hito. Raya terdiam melamun memikirkan keputusannya yang kembali Ke tanah kelahirannya. Apa keputusannya salah?

Gue kaya gini juga karena Lo To, Lo yang udah bikin gue kaya gini. Tapi kenapa, kenapa lo masih mengabaikan kehadiran gue?

Sesak didadanya membuat Raya kesulitan untuk bernapas. Bahkan dadanya terasa nyeri seperti ada tangan yang meremas kuat paru parunya. Sakit dan nyeri, perasaan yang selalu dia dapatkan jika sudah berhadapan dengan Hito pria yang sudah dia kenal sejak kecil.

Cukup akuin gue sebagai temen lo dan itu sudah cukup. Gue cuma minta pengakuan dari lo!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!